PRODUKTIVITAS ORGANISASI PENDIDIKAN
Syafrudin, SKM, M.Kes.
A. LATAR BELAKANG
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu;
daya produksi; dan keproduktifan. Dapat didefinisikan secara sederhana bahwa
produktivitas perusahaan adalah cara atau kemampuan suatu organisasi pendidikan
untuk meningkatkan kemampuannya, bisa melalui inovasi terhadap produk
sebelumnya maupun menciptakan produk baru.
Istilah organisasi
sendiri berasal dari bahasa Latin: organizare. Secara harafiahorganize berarti
paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah sebuah kesatuan atau susunan
yang terdiri dari bagian-bagian para anggota dalam perkumpulan tersebut untuk
tujuan tertentu. Karl Weick (dalam West dan Turner, 2008) mengungkapkan bahwa
organisasi adalah suatu sistem yang menyesuaikan dan menopang dirinya dengan
mengurangi berbagai macam ketidakpastian yang mungkin saja dihadapi. Weick juga
menjelaskan bahwa ada kesinambungan kerja antara pekerja yang satu dengan
pekerja lainnya. Perilaku yang berkesinambungan artinya hasil kerja seorang
anggota berpengaruh pada pekerjaan anggota lainnya, sehingga ada rasa saling
bertanggung jawab antar para anggota organisasi. Tujuannya adalah untuk
mencapai sebuah kesuksesan dalam tujuan yang telah disepakati bersama.
B. ORGANISASI
1.
PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi merupakan
sesuatu yang telah melekat dalam kehidupan kita,
karena kita adalah
makhluk sosial. Kita hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan
sebagai manifestasi
makhluk sosial, kita hidup berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara. Organisasi yang selama ini kita kenal merupakan
sesuatu yang tidak
berwujud atau abstrak yang sulit dilihat tetapi bisa kita rasakan
manfaatnya. Keberadaan
organisasi dalam kehidupan bermasyarakat dapat kita
rasakan, walaupun
organisasinya sendiri tidak bisa kita lihat maupun kita raba.
Untuk menjadi kongkret
maka organisasi tersebut memiliki nama jenis tertentu
seperti Universitas
Negeri Jakarta (UNJ). Organisasi UNJ tidak bisa kita lihat
atau raba, tetapi kita
bisa merasakan adanya bermacam-macam peraturan seperti
keharusan memiliki
kartu tanda mahasiswa (KTM) bagi mahasiswa yang menempuh
pendidikan di UNJ,
adanya peraturan akademik yang mengatur sistem
pembelajaran, dan
adanya statuta universitas yang mengatur civitas akademika
UNJ, yang menunjukkan
adanya organisasi yang melingkupi dan mengatur
kehidupan akademik
civitas akademika.
Pemberian nama jenis
tertentu dalam organisasi menunjukkan tempat kerja
organisasi
bersangkutan. Untuk menunjukkan secara jelas organisasi bersangkutan
maka organisasi harus
membentuk struktur organisasi sehingga nampak jelas
organisasi
yang dimaksud.
2.
CIRI
ORGANISASI BIROKRASI MENURUT WEBER
a. Suatu
organisasi terdiri dari :
1) Hubungan
- hubungan yang ditetapkan antara jabatan- jabatan
2) Jabatan
selalu ditujukkan dengan sebutan-sebutan seperti manajer, penyelia, analis
senior, dll
b. Tujuan
atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas.
1) Tugas
organisasi disalurkan diantara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
2) Ketentuan
kewajiban dan tanggung jawab melekat pada jabatan.
3) Job
desk adalah suatu metode untuk memenuhi karakteristik ini.
4) Pembagian
kerja yang jelas diantara jabatan-jabatan merupakan implikasi ciri ini yang
memungkinkan terciptanya derajat spesialisasi dan keahlian yang tinggi diantara
para pagawai.
c. Kewenangan
untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan. Seseorang diberi
kewenangan untuk melakukan tugas jabatan adalah ketika ia secara sah menduduki
jabatannya (kewenangan legal)
d. Garis
kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis. Hierarki
mengambil bentuk umum suatu piramida yang menunjukkan setiap pegawai
bertanggung jawab kepada atasannya. Ruang lingkup kewenangan atasan pada
bawahan secara tegas dibatasi konsep komunikasi keatas (upword communication)
dan komunikasi kebawah (downword communication)
e. Sistem
aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan secara formal
mengatur tingdakan dan fungsi jabatan dalam organisasi. Peraturan membantu
terciptanya keseragaman operasi dan menjamin kelangsungan terlepas dari
perubahan pegawai
f. Prosedur
dalam organisasi bersifat formal dan impersonal yaitu peraturan organisasi
berlaku bagi setiap orang. Pejabat diharapkan mempunyai orientasi yang
impersonal dalam hubungan mereka dengan langganan dan pejabat lainnya. Mereka
harus mengabaikan pertimbangan pribadi dan tidak mudah terpengaruh.
g. Sikap
dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari
organiosasi. Agar individu dapat bekerja efisien mereka harus mempunyai
keterampilan yang diperlukan dan menerapkan keterampilan tersebut secara
rasional dan energik. Organisasi membutuhkan suatu program disiplin untuk
menjamin kerja sama dan efisiensi
h. Anggota
organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan organisasi. Banyak organisasi
yang berkorban untuk memperhatikan kehidupan pribadi pegawai agar pegawai
secara penuh memusatkan perhatian pada pekerjaan masing-2.
i. Pegawai
dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi bisnis bukannya
koneksi keluarga atau koneksi lainnya
j. Meskipun
pekerjaan dalam birokrasi dalam kecakapan teknis kenaikan jabatan dilakukan
berdasarkan senioritas dan prestasi kerja. Setelah melalui masa percobaan
pejabat memperolah kedudukan tetap dan terlindungi dari pemecatan semena-mena.
Pekerjaan dalam organisasi merupakan karir seumur hidup memberikan keamanan
dalam jabatan.
3.
PRINSIP-PRINSIP
DALAM PENGORGANISASIAN
a.
Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang
Jelas.
Organisasi
dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
b.
Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu
organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu
pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian
wewenang dan pertanggungjawaban, serta akan menunjang efektivitas jalannya
organisasi secara keseluruhan.
c.
Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini,
seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan
saja.
d.
Prinsip Pendelegasian Wewenang
Seorang pemimpin
mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu
dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi
wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang
dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu
kepada atasannya lagi
e.
Prinsip Pertanggungjawaban
Dalam
menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada
atasan.
f.
Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu
organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitasataukegiatan.
Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian
tugasataupekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai . Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang
efektivitas jalannya organisasi.
g.
Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa
jumlah bawahanataustaf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu
dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe
organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup
banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
h.
Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang
pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan
wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya
i.
Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban
tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang
lain.
j.
Prinsip
Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif
dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus
sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan
diwujudkan melalui aktivitasatau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang
aktivitasnya sederhana (tidak kompleks)
k.
Prinsip
Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan
juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga
organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
l.
Prinsip
Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya
kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya
karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi
tersebut.
4. UNSUR-UNSUR
ORGANISASI
a. Sebagai
wadah atau tempat bekerja sama.
Dapat
diartikan sebagai tempat atau kerangka mekanisme pendelegasian kekuasan dan
tanggung jawab.
b. Sebagai
proses kerja sama antara dua orang ataulebih.
Pembagain
tugas agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
c. Adanya
tugas atau kedudukan yang jelas
Adanya
pengaturan dan pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab.
d. Mempunyai
tujuan tertentu.
Tujuan
yang telah ditetapkan menjadi suatu acuan dalam tugas untuk mencapainya.
C. PRODUKTVITAS
1. Pengertian
Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses
produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan,
pangsa pasar, dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian
produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari
esok lebih baik dari sekarang.
2. Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi terjadinya produktivitas yang rendah meliputi: a. Pada tingkat makro
(1) Kondisi Perekonomian : reit pajak yang rendah;
tabungan dan investasi yang meningkat; regulasi yang berlebihan; tingkat
Inflasi tinggi; fluktuasi ekonomi; harga energi tinggi; keterbatasan bahan
baku; perlindungan berlebihan dan keterbatasan kuota; dan subsidi berlebihan yang
menimbulkan inefisiensi.
(2) Kondisi Industri: kurangnya riset dan
pengembangan danregulasi antimonopoli berlebihan.
(3) Regulasi pemerintah: birokrasi panjang; produktivitas pemerintahan
rendah; pemborosan pemerintah dan tingkat korupsi tinggi.
(4) Karakteristik Angkatan
Kerja : standar pendidikan rendah;
reit melek huruf rendah; etos kerja rendah; pergeseran ke sektor jasa; reit
kriminal tinggi; pergeseran sistem nilai dan sikap.
b. Pada Tingkat Mikro
(1) Organisasi: pabrik-pabrik tua; mesin-mesin tua; kekurangan alat dan pabrik; riset dan
pengembangan kurang dan kondisi fisik tempat kerja kurang
nyaman.
(2) Manajemen : kurang perhatian terhadap mutu;
kelebihan staf pegawai; spesialisasi pekerja yang berlebihan; kurang perhatian
terhadap faktor-faktor manusia; perhatian terhadap isyu legal yang berlebihan;
kurangnya perhatian pada persoalan merger; kurangnya perhatian terhadap
pelatihan dan pengembangan Gaji eksekutif berlebihan,sementara gaji karyawan
tidak memadai; resisten terhadap perubahan; penurunan perhatian terhadap risiko
kerja; sikap bermusuhan terhadap serikat pekerja; dan manajemen kepemimpinan
otoriter.
(3) Karyawan: lebih senang dengan waktu
santai; resisten terhadap perubahan; tidak bangga pada pekerjaan; kekerasan
karena alkohol dan obat-obatan terlarang; pengalaman kerja kurang; etos kerja
yang kurang; rendahnya pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, sikap dan perilaku;
kondisi kesehatan yang kurang; dan kemampuan berkomunikasi yang kurang.
Seperti halnya pada mutu produk, pengertian
mutu SDM dapat dilihat dari sisi input karyawan, proses, output dan outcome.
Semua sisi saling berhubungan. Beberapa kriteria untuk menilai produktivitas
dan mutu meliputi:
Sisi Input
a.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi
b.
Sikap tentang mutu yang tinggi
c.
Ketrampilan kerja tinggi
d.
Pengalaman kerja luas
e.
Kesehatan fisik prima
Sisi Proses
a.
Jumlah kesalahan yang rendah : mendekati nol
b.
Jumlah karyawan yang keluar semakin rendah
c.
Waktu kerja lembur bertambah
d.
Ketidakhadiran karyawan semakin kecil
e.
Kerusakan atau kesalahan rendah
f.
Derajad respon tinggi
g.
Biaya produksi perunit yang rendah
h.
Kecermatan semakin tinggi
i.
Kelengkapan proyek semakin tinggi
Sisi Output
a. Kepuasan konsumen yang semakin
tinggi
b. Peningkatan penjualan barang
c. Penerimaan dari investasi
semakin meningkat
d. Output perkaryawan semakin
tinggi
e. Nilai rupiah penjualan semakin
meningkat
f. Keuntungan semakin besar
Sisi Outcome
a. Pangsa pasar yang semakin besar
b. Penghasilan dari setiap pangsa
semakin besar
c. Keluhan pelanggan pelanggan
semakin kecil
d. Semakin besarnya peluang karir
karyawan
e. Semakin besarnya peluang
perusahaan untuk berkembang.
Dalam prakteknya mengukur hasil utama dari suatu proses penerapan tugas, fungsi dan tanggung jawab dari karyawan akan
beragam sesuai dengan jenis produk perusahaan. Berikut ini diberikan beberapa
contoh keragaman tersebut.
a.
Perusahaan perkebunan karet : jumlah dan kualitas produk, biaya,
waktu, pelanggan (pengolahan sekunder),
b.
Perusahaan makanan : kualitas, output, biaya, waktu, staf dan
pelanggan,
c.
Perusahaan pabrik mobil : nilai pemegang saham, mutu produk, mutu
manusia, kepuasan pelanggan,
d.
Perusahaan angkutan darat : kualitas, biaya, ketepatan waktu,
pelayanan bagi pelanggan, dan keselamatan,
e. Perusahaan jaringan bisnis :
kepemimpinan dan individu, kualitas, pelayanan bagi pelanggan, kemitraan,
kerjasama tim
D. PRODUKTIVITAS ORGANISASI PENDIDIKAN
Everet M.Rogers dalam
bukunya Communication in Organization (1976), mendefinisikan
organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach (1977),
mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari
tugas-tugas dan wewenang.
Karl Weick sebagai
pelopor teori pendekatan sistem informasi melihat organisasi sebagai suatu
bagian kehidupan yang harus terus-menerus menyesuaikan diri terhadap suatu
perubahan lingkungan untuk tetap bertahan. Pengorganisasian merupakan proses
dimana sekumpulan individu memahami informasi yang terlihat tidak jelas atau
samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Dalam
teorinya, Weick berasumsi bahwa organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya
ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing)
sesuai dengan lingkungan sekitarnya dan komunikasi interaktif antara perusahaan
dengan konsumen atau target audience. Untuk itu, ketika dihadapkan
pada situasi yang tidak menentu, pemimpin perusahaan harus bertumpu pada
komunikasi daripada bertumpu pada aturan-aturan.
Weick memandang
pengorganisasian sebagai proses perubahan yang bersandar pada sebuah rangkaian
tiga proses yaitu penentuan (enactment), seleksi (selection), dan
penyimpanan (retention). Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau
pengumpulan informasi yang tidak jelas dari luar organisasi atau
perusahaan.Tahap ini merupakan tahap perhatian pada rangsangan dan pengakuan
bahwa ada ketidakjelasan dalam penafsiran informasi oleh masing-masing anggota
organisasi.
Dalam tahap seleksi,
proses yang terjadi adalah dimungkinkannya kelompok untuk menerima aspek-aspek
tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit
bidang pembahasan dengan menghilangkan alternatif-alternatif yang tidak ingin
dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan lebih banyak
ketidakjelasan dari informasi awal.
Penyimpanan yaitu proses
menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa mendatang.
Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang
sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.
Setelah dilakukan
penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi sebuah masalah pemilihan yaitu
menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan organisasi. Misalnya
pemikiran bahwa apakah memang perlu diambil sebuah tindakan berbeda dari
tindakan-tindakan sebelumnya atau tidak?
Bagian-bagian kelompok
individual dalam organisasi terus-menerus melakukan kegiatan di dalam
proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun
berdasarkan batasan-batasan tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada
satu atau lebih dari proses-proses organisasi dimana hampir semua orang atau anggota
organisasi ikut terlibat dalam setiap bagian pengorganisasian setiap saatnya.
Hal ini menciptakan
sebuah siklus perilaku. Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang
saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang
pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam
siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan
berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk
menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau
penyimpanan).
Weick beranggapan bahwa
organisasi berada dalam sebuah lingkungan, bukan hanya lingkungan
fisik, tapi juga information environtment. Individu menciptakan
lingkungan ini melalui proses enactment yang menyatakan bahwa anggota
organisasi yang berbeda akan memahami informasi dengan cara berbeda pula dan oleh karena
itu menciptakan lingkungan informasi yang berbeda.
Dalam teori Weick,
tujuan utama dari berorganisasi adalah mengurangiequivocality dalam
lingkungan informasi (mengurangi ketidakpastian yang tidak bisa
dipisahkan dari lingkungan informasi suatu organisasi). Dalam sebuah situasi
yangequivocal, ada banyak interpretasi yang bisa digunakan dalam suatu
kejadian. Untuk mengurangi equivocality, Weick merumuskan dua
hal: assembly
rules dancommunication
cycle.
Assembly rules (peraturan buatan)
adalah prosedur yang bisa memandu anggota organisasi dalam menetapkan pola
tertentu dari proses sensemaking. Akan tetapi, ketika equivocality sedang
tinggi, anggota organisasi melakukan siklus komunikasi. Melalui siklus
komunikasi ini,
anggota organisasi berusaha memahami situasi dalam lingkungan yang equivocal.
Penggunaan assembly rules dan siklus
komunikasi sangat
penting dalam tahap seleksi.
Dalam kondisi dimana equivocality tidak
terlalu tinggi, biasanya organisasi memiliki assembly rules atau
peraturan yang sudah terpola untuk kondisi tertentu. Misalnya, ketika
seorang pemimpin meminta bawahannya membuatkan surat
resmi, maka bawahannya sudah tahu bagaimana seharusnya surat itu
dibuat, karena adaform yang sudah dibuat sebelumnya dan selalu
digunakan dalam situasi demikian. Akan tetapi ketika equivocality tinggi,
maka communication cycle akan berlaku. Contohnya: ketika
suatu negara dikelola oleh sistem
pemerintahan yang
baru, segala sesuatunya diganti termasuk peraturan-peraturan yang lama. Karena
tidak adaassembly rules, maka para anggota
pemerintahan yang
sudah bekerja sejak lama disana mengandalkan kemampuan komunikasinya untuk
menafsirkan informasi dalam lingkungan barunya, yaitu dengan cara bertanya pada
rekannya atau langsung pada atasannya dan sebagainya.
Dalam rumusannya, Weick
menyatakan bahwa struktur ditandai oleh perilaku pengorganisasian, dimana
komunikasi kemudian menjadi proses penting yang menghasilkan struktur
organisasi. Menurut konsep Weick, suatu sistem jelas bersifat
manusiawi.Manusia tidak hanya menjalankan organisasi, tapi maunusia juga
merupakan organisasi itu sendiri (Wayne, 2005: 79).
Hal ini kemudian
direkatkan lagi pada pemahaman bahwa ketika lingkungan organisasi dapat
diidentifikasi dengan benar, maka organisasi harus dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan tersebut untuk menjaga kesinambungan dan agar fungsi
organisasi dapat berjalan optimal. Weick mengidentifikasikan pengorganisasian
sebagai suatu gramatika (sejumlah aturan dan praktik organisasi) yang disahkan
secara mufakat (realitasnya berdasarkan pengalaman para anggota organisasi)
untuk mengurangi ketidakjelasan dengan menggunakan perilaku-perilaku bijaksana
yang saling bertautan (Weick. 1979: 3). Pengorganisasian juga memiliki
interaksi ganda. Misalnya, pegawai A berkomunikasi dengan pegawai B yang
kemudian memberi respon. Saat pegawai B merespon, maka pegawai A membuat
beberapa penyesuaian terhadap respon tersebut (bisa berupa tanggapan atau
bertanya kembali atau hanya berupa bahasa nonverbal saja).
Berdasarkan ciri-ciri
pengorganisasian di atas, produktivitas perusahaan dapat berubah-ubah
(meningkat dan menurun) sesuai dengan penerapannya. Produktivitas perusahaan
dapat meningkat ketika perusahaan itu sendiri dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Artinya, perusahaan perlu mempelajari kebutuhan target
audience, misalnya dengan mengadakan survey atau
mengadakan interaksi langsung dengan para konsumen. Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan dapat lebih terbuka: memahami bagaimana posisi produknya dimata
konsumen, dan mengetahui kira-kira inovasi apa lagi yang bisa dilakukan
perusahaan.
Produktivitas perusahaan
juga dapat meningkat apabila perusahaan mempelajari lebih bagaimana kondisi
pasar: selera konsumen atau trend saat ini. Perusahaan juga
perlu mempelajari persaingan dengan perusahaan lain, hukum-hukum bisnis yang
berlaku, dan perkembangan teknologi yang ada. Perusahaan harus memperhatikan
dengan seksama setiap detail yang ada. Pengamatan tersebut juga harus dilakukan
dengan sangat terperinci. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kegagalan atau
penurunan produktivitas perusahaan.
Apabila pengamatan
perusahaan terhadap target audience dilakukan tidak sesuai
prosedur maka kemungkinan penurunan produktivitas perusahaan dapat menjadi
lebih besar. Pengambilan sampel acak misalnya, memungkinkan keterbatasan
informasi untuk kemajuan perusahaan. Data yang didapat di lapangan bisa saja
tidak akurat, tidak menjadi wadah bagi semua pendapat sehingga inovasi menjadi
kurang maksimal atau bahkan tidak berarti sama sekali.
Pengadaan inovasi dalam
perusahaan juga harus dilakukan dengan matang-matang.Artinya inovasi tidak
semata-mata dilakukan karena ada beberapa pendapat konsumen yang menginginkan
manfaat lebih dari sebuah produk, atau hanya semata-mata untuk mengikuti
permintaan pasar. Perusahaan tidak boleh melupakan kualitas produk. Tujuannya
adalah dengan menjaga kredibilitas perusahaan itu sendiri karena efek negatif
dari pengadaan inovasi adalah hilangnya jati diri perusahaan.Perusahaan jadi
terlalu sering berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungannya. Hal ini
menciptakan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, aka nada saatnya produk
perusahaan akan laku keras di pasaran karena sesuai dengan trend yang
ada atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat jaman sekarang. Kemungkinan kedua
adalah hilangnya jati diri perusahaan. Orang jadi tidak tahu lagi sebenarnya
perusahaan itu bergerak di bidang apa, dan lain sebagainya.
Pertanyaan selanjutnya
yang muncul adalah bagaimana kemudian perusahaan atau organisasi meningkatkan
produktivitasnya? Tahap pertama yang harus dilakukan perusahaan adalah
mengidentifikasikan masalah apa yang sedang dihadapi perusahaan. Perusahaan
harus menganalisa permasalahan, implikasi, dan segala kemungkinan yang mungkin
terjadi ketika dihadapkan pada masalah seperti itu. Hal yang harus diingat
adalah perusahaan diwajibkan untuk mengevaluasi setiap hipotesis yang dianggap
sebagai dugaan sementara terhadap penyebab terjadinya permasalahan-permasalah
yang ada. Dalam tahap ini dibutuhkan keterbukaan dari perusahaan untuk melihat
setiap kesempatan yang ada.
Tahap selanjutnya adalah
pembuatan tujuan pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang tadi sudah
didefinisikan dalam perusahaan atau organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan beberapa langkah sebagai indikator tercapainya target yang
diinginkan perusahaan atau organisasi. Implementasinya dapat berupa perencanaan
yang benar-benar dipertimbangkan dan terperinci. Tujuannya adalah agar
perusahaan atau organisasi tidak salah langkah sehingga hasil akhirnya adalah
peningkatan produktivitas bukan pada penurunan produktivitas perusahaan.Rencana
yang dimaksud dapat berupa pembuatan inovasi baru atau membuat sebuah terobosan
baru (misalnya dalam dunia industri tekstil, perfilman,
dan lain sebagainya).
Setelah pelaksanaan
semua rencana-rencana yang telah disusun, saatnya para anggota organisasi dan
pemimpin organisasi berkumpul dalam keperluan tinjau ulang terhadap rencana
yang ada. Dalam tahap ini, para setiap bagian-bagian organisasi harus
mengevaluasi setiap informasi yang mereka peroleh. Artinya ada survey,
ada tinjau lapangan, tinjau pustaka dan lain sebagainya dalam guna mengumpulkan
pendapat dari setiap informan atau target
audience yang ada. Hasil evaluasi tersebut
kemudian didiskusikan dengan mendefinisikan kalimat atau istilah-istilah yang
tidak jelas. Ketidakjelasan tersebut kembali didefinisikan dalam suatu jawaban
bersolusi namun tetap dalam suatu konsep terarah.
Adapun
proses pengambilan keputusan yang
harus dilakukan perusahaan harus terlebih dahulu melakukan pengurangan
terhadap ketidakjelasan dalam lingkungan yang telah ditetapkan. Caranya
yaitu dengan menghubungkan
perilaku-perilaku yang melekat dalam pribadi individu pada proses yang
berkaitan dengannya secara kondisional. Selain itu dapat pula melakukan pengukuran
produktivitas organisasi misalnya sekolah atau institusi pendidikan.
Pengukuran Productivitas Sekolah
Productivitas sekolah merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan keseluruan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan
sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien
yang ditinjau dari tiga sudut administrasi, psikologis, dan ekonomis. Dimensi
Produktivitas sekolah yang dikembangkan oleh Thomas, J. Alan (1971:12-13)
sebagai berikut:
(1) The
Administrator Production Function (PFI); yaitu fungsi
menajerial (administrasi).
(2) The
Psychologist’s Production Function (PPF); yaitu fungsi
behavioral (psikologis)
(3) The
Economic Production Function (EPF); yaitu fungsi
ekonomi (ekonomis)
Berdasarkan uraian tersebut, produktivitas sekolah adalah suatu
ukuran keberhasilan yang menyatakan besarnya rasio hasil (target) baik
kuantitas maupun kualitas dalam kurun waktu tertentu dihasilkan. Semakin besar
rasio yang dicapai, semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Secara teoritik,
penilaian produktivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara mengkaji seluruh
komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain secara terpadu dalam mendukung
keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun pada praktiknya,
pandangan yang holistic ini sulit diimplementasikan secara sempurna karena
keterbatasan pendekatan penilaian yang dapat digunakan.
Peter Cuttance (2001) mengemukakan tiga model pengukuran
efektivitas sekolah, yaitu: The Standars Model. The
School Level Intake adjusted Model dan The Pupil Level
Intake adjusted Model.
(1) The
Standars Model
Model
ini mengukur sejauh mana sekolah mencapai norma atau standar. Biasanya menggunakan
rata-rata kinerja siswa sekolah yang mencapai rata-rata kinerja siswa lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata kinerja siswa dari sejumlah sekolah yang
lain pada kurun waktu yang sama, berarti mencapai tingkat produktivitas yang
tinggi. Makin tinggi rata-rata kinerja siswa dicapai sekolah yang bersangkutan,
semakin produktif. Model ini mengandung kelemahan, yaitu tidak melihar
karakteristik latar belakang siswa pada saat ia masuk (point of intry).
(2) The
School Level Intake adjusted Model
Model
ini selain membandingkan rata-rata kinejra sekolah juga melihat komposisi
rata-rata karakteristik latar belakang siswa pada saat masuk sekolah (point
of entry). Hubungan antara
rata-rata karakteristik latar belakang siswa dengan rata-rata kinerja
menunjukkan posisi produktif tidaknya sekolah tersebut. Garis regresi antara
variabel latar belakang siswa pada saat masuk terhadap kinerjanya di sekolah
pada kurun waktu tertentu menjadi ukuran atau patokan komposisi produktivitas
sekolah. Sekolah-sekolah yang posisinya terletak di atas, garis regresi
menunjukkan lebih produktif dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang pisisinya
berada di bawah garis regresi.
(3) The
Pupil Llevel Intake sdjusted Model
Cara kerja model ke tiga ini sama dengan model ke dua, yaitu dengan membandingkan hubungan
antara karakteristik latar belakang dengan kinerja siswa. Tingkat efektivitas
sekolah diperoleh dari posisi hubungan tersebut dibandingkan dengan posisi
sekolah yang lain. Model School Level Intake adjusted yang dibandingkan adalah individu sekolah
dengan individu sekolah yang lain dalam sejumlah sekolah, sedangkan model Pupil
Level Intake adjusted membandingkan individu siswa. Data yang digunakan
adalah data siswa pada saat meninggalkan sekolah (lulusan).
Berdasarkan kepada komponen-komponen
sekolah yang produktif, pengukuran sekolah produktif dengan model-model
pengukuran tersebut, mengandung kelemahan yang mendasar yaitu hanya
membandingkan kinerja siswa. Dalam studi ini model pengukuran sekolah produktif
menggunakan model Balanced Scorecard. Langlah-langkah pengukuran terdiri
atas: (1) menentukan komponen aspek dan indikator-indikator kinerja sekolah,
(2) menentukan alat ukur dan standar-standar yang digunakan, (3) menguji alat
ukur, (4) mengadakan pengukuran, (5) membandingkan dengan standar indikator
kinerja, dan (6) menentukan ketercapaian target kinerja.
E. KESIMPULAN
Produktivitas organisasi
pendidikan dapat dikatakan meningkat dengan menggunakan Weick’s
Organizing Theory sejauh organisasi mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru sesuai dengan keinginan target
audience, dan mampu mereduksi ketidakjelasan yang muncul. Tetapi harus
diingat bahwa organisasi pendidikan juga harus tetap memiliki tujuan utama yang
konsisten, yaitu pokok pemikiran utama yang menjaga oposisi rganisasi tetap
pada jalur yang sesuai dengan misi dan tujuannya, agar meskipun terbuka dengan
kondisi lingkungan yang ada namun tidak terombang-ambing atau kehilangan
kestabilan dalam sistem organisasinya sendiri.
Daftar Pustaka
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Pace, R. Wayne, and Don F. Faules. (1994). Organizational
Communication. New York: Prentice Hall.
Thoha, Miftah. (2008). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Weick, K. E. (1995). Sensemaking in Organizations. Thousand Oaks,
CA: Sage.
West, Richard dan Lynn H. Turner. (2007). Introducing
Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill
Tidak ada komentar:
Posting Komentar