Minggu, 13 Agustus 2023

KONSEP DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

 

KONSEP DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

Dr. Safrudin, SKM, M.Kes.

 

2.1 PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN  

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase ketika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul secra rinci direncanakan. Perencanaan promosi kesehatan harus menggambarkan karakteristik sasaran, partisipasi masyarakat terhadap program, prilaku kesehatan masyarakat, penetapan plaksana promosi kesehatan yang di rencanakan, atisipasi reaksi dari para profesional kesehatan lainnya, dan perubahan perilaku akibat promosi kesehatan.

            Sebelum membahas perencanaan promosi kesehatan lebih lanjut, terlebih dahulu kita pahami pengertian promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan. Menurut Green & Ottoson (1998), promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan dan prilaku yang menguntungkan kesehatan. Pendidikan kesehatan sendiri adalah suatu proses intelektual, psikologikal, dan sosial yang berhubungan dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat, untuk hidup sehat (Ella Nurlaela Hadi dalam Notoatmodjo, 2005). Proses ini didasarkan pada prinsip ilmiah, fasilitas proses belajar, dan perubahan prilaku

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip- prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu  bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara  perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat . Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain,  bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002).

Konsep kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan  pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang  berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Maulana, 2009)

 

Defining health promotion

Halth promotion is about improving the health status of individuals and the population as a whole. Key to the term ‘healt promotion’is the word ‘promotion’. This means placing the notion of the absence of disease and well-being at the forefront of you nursing pratice. This shift in emphasis will help you think about improving, advancing, encouraging and supporting your patients to achieve aptimum health. These activities are all part of a health-promoting perspective.

Artinya :

Mendefinisikan promosi kesehatan Promosi halth adalah tentang meningkatkan status kesehatan individu dan populasi secara keseluruhan. Kunci untuk istilah 'promosi kesehatan' adalah kata 'promosi'. Ini berarti menempatkan gagasan tentang tidak adanya penyakit dan kesejahteraan sebagai yang terdepan dalam praktik keperawatan Anda. Pergeseran dalam penekanan ini akan membantu Anda berpikir tentang meningkatkan, memajukan, mendorong dan mendukung pasien Anda untuk mencapai kesehatan yang maksimal. Semua kegiatan ini adalah bagian dari perspektif promosi kesehatan.

 

2.2. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi  perilaku hidup sehat (Munajaya, 2004)

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima  pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target  penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan  pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya  peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah  perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.

Menurut WHO (1954) tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah  perilaku perseorangan dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan  penyuluhan kesehatan pada hakekatnya sama dengan tujuan pendidikan kesehatan, menurut Effendy (1998) tujuan penyuluhan kesehatan adalah :

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta  berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian

 

The fundamental aim of health promotion is to empower an individual or a community to take control of aspects of their lives that have a detrimental effecton their health. The WHO (1986) defines health promotion as a process of enabling people to increase control over and to improve, their health. This definition implies that you need to act as an enabler by strengthening knowledge, attitudes, skills and capabilities of your patients to overcome negative health. Additionally, governments are urged by the WHO to formulate health strategies to facilitate this enabling process

Artinya :

Tujuan mendasar dari promosi kesehatan adalah untuk memberdayakan individu atau komunitas untuk mengendalikan aspek kehidupan mereka yang berdampak buruk pada kesehatan mereka. WHO (1986) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai proses memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas dan untuk meningkatkan, kesehatan mereka. Definisi ini menyiratkan bahwa Anda perlu bertindak sebagai enabler dengan memperkuat pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan pasien Anda untuk mengatasi kesehatan negatif. Selain itu, pemerintah didesak oleh WHO untuk merumuskan strategi kesehatan untuk memfasilitasi proses yang memungkinkan ini

 

2.3  SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.

1.     Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh:

a.      Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik

b.     Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS.

c.      Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).

d.     Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha.

2.     Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

a. Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.

b. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS

c. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.

3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang -undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

a.      Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang- undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.

b.     Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS (di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya

 

2.4  PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

Sebagai seorang calon perawat profesional yang akan menjalani tugas-tugas kesehatan termasuk didalamnya adalah promosi kesehatan, maka anda akan berhasil mengatasi keadaan jika menguasai sub bidang keilmuan yang terkait berikut ini, diantaranya:

1.     Komunikasi

2.     Dinamika Kelompok

3.     Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM)

4.     Pengambangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

5.     Pemasaran Sosial (Social Marketing)

6.     Pengembangan Organisasi

7.     Pendidikan dan Pelatihan

8.     Pengembangan Media (Teknologi Pendkes)

9.     Perencanaan dan evaluasi

10.  Antropologi Kesehatan

11.  Sosiologi Kesehatan

12.  Psikologi Kesehatan, Dll.

Selain itu, ada beberapa prinsip promosi kesehatan yang harus diperhatikan oleh kita sebagai calon/perawat profesional , seperti yang diuraikan berikut ini.

 

 

 

Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Kebidanan

Interaksi Perawat/petugas kesehatan dan Klien merupakan hubungan khusus yang ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta memberi sokongan dan negosiasi saat memberikan pelayanan kesehatan.

Pembelajaran yang efektif terjadi ketika klien dan perawat/petugas kesehatan samasama berpartisipasi dalam Proses Belajar Mengajar yang terjadi.Agar hubungan pembelajaran memiliki kualitas positif, baik secara individual, kelompok maupun masyarakat, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a.      Berfokus pada Klien

Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk @n Promosi Kesehatan @n 28 mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat memenuhi kebutuhan klien secara individual.

b.     Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik)

 Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.

c.      Negosiasi

 Bidan/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan, buat perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan tersebut. Jangan memutuskan sebelah pihak.

d.     Interaktif

Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan klien. Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka perlu diperhatikan dan dipelajari pula Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), yang mencakup :

·       Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal yang sederhana sampai kompleks , adanya pengulangan materi / repetition, waktu/ timing dan lingkungan / environment)

·       penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan psikologis yang sedang terganggu atau budaya)

·       Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan dan penutup Topik), serta

·       Karakteristik perilaku belajar

Perhatikan adanya perubahan perilaku yang terjadi, terdiri dari tiga karakteristik, yaitu:

a.      Perubahan Intensional, yaitu perubahan yang terjadi berkat pengalaman/praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan karena faktor kebetulan.

b.     Perubahan Positif dan aktif. Positif: jika perubahannya baik, bermanfaat dan sesuai harapan. Merupakan sesuatu yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Aktif : perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena usaha individu itu sendiri

c.       Perubahan Efektif dan Fungsional. Efektif : Perubahan tersebut berhasil guna dan membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi individu. Fungsional : perubahan tersebut relatif menetap dan setiap saat siap apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.

 

2.5  MEDIA PROMOSI KESEHATAN

Media disebut juga sebagai alat peraga atau alat bantu dalam menyampaikan bahan pendidikan untuk menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga pendidikan kesehatan karena memiliki fungsi yang sama,yaitu membantu dan digunakan untuk memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media adalah bahwa pengetahuan yang ada di setiap orang dapat diterima atau

ditangkap melalui panca indera.

Semakin banyak pancaindra yang digunakan,semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga atau media bertujuan unuk mengarahkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.Menurut penelitian para ahli,panca indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75 sampai 87%),sedangkan 13 sampai 25% diperoleh atau disalurkan oleh indra yang lainnya.

Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu

permasalahan seseorang.Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu

kerucut

Berdasarkan gambar diatas,alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling rendah adalah kata-kata.Hal ini berarti bahwa penyampaian materi jika hanya dengan kata-kata saja maka kurang efektif.Penggunaan lebih dari satu alat peraga dan gabungan dari beberapa media.

Berikut ini manfaat alat peraga :

1. Menimbulkan minat sasaran

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak

3. Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

4. Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan kepada orang lain

5. Memudahkan penyampaian informasi

6. Memudahkan penerimaan informasi kepada sasaran

7.Berdasarkan penelitian,organ yang paling banyak dapat menyalurkan pengetahuan adalah mata. Oleh sebab itu,dalam aplikasi pembuatan media,disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.

8. Mendorong keinginan untuk mengetahui,mendalami,dan mendapat pengertian yang lebih

baik.

9. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh,yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan pada ingatan.

 

Pada garis besarnya,ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga),yaitu alat bantu liha,alat bantu dengar,alat bantu lihat-dengar.

1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra mata(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.Alat ini ada 2 bentuk:

a. Alat yang diproyeksikan (mis., slide,film,film strip)

b. Alat yang tidak diproyeksikan:

·       Dua dimensi (mis., gambar peta,bagan)

·       Tiga dimensi (mis., bola dunia,boneka)

2.     Alat bantu dengar (audio aids),yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran.

3.     Alat bantu lihat – dengar,seperti televisi dan video cassette.Alat –alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan audio visual aids (AVA).

Di samping pembagian tersebut,alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatan dan penggunaannya,yaitu alat peraga rumit dan sederhana.

1.     Alat peraga yang complicated (rumit),seperti film,film strip,slide,dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

2.     Alat peraga yang sederhana,yang mudah dibuat sendiri,dengan bahan setempat yang mudah diperoleh,seperti bambu,karton,kaleng bekas,kertas koran dan sebagainya.Contoh alat peraga sederhana di rumah tangga,seperti leaflet,model buku bergambar,benda yang nyata seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

 

 

 

 

Alat peraga kesehatan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 4.

1.     Media cetak

a.      Buklet,media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku,baik berupa tulisan maupun gambar.

b.     Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.Isi informasi dapat berupa kalimat,gambar,atau kombinasi.

c.      Flyer (selebaran),bentuk seperti leaflet,tetapi tidak dilipat.

d.     Flip chart (Lembar balik),biasanya dalam bentuk buku,setiap lembar (halaman) berisigambar yang diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

e.      Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan,atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

f.      Poster adalah bentuk media yang berisi pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di dinding,tempat umum,atau kendaraan umum.Biasanya isinys bersifat pemberitahuan dan propaganda

g.     Foto yang mengungkapkan tentang informasi kesehatan.

2.     Media Elektronik

a.      Televisi.Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara,sinetron,forum diskusi,pidato (ceramah),TV spot,dan kuis atau cerdas cermat.

b.     Radio. Bentuk penyampaian informasi di radio dapat beruoa obrolan (tanya jawab),konsultasi kesehatan,sandiwara radio,dan radio spot.

c.      Video. Penyampaian informasi kesehatan melalui video.

d.     Slide. Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan.

e.      Film strip

3.     Media Papan (billboard). Media papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan atau informasi kesehatan.Media ini juga mencakup pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum (bus dan taksi)

4.     Media Hiburan. Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan,baik di luar gedung (panggung terbuka) maupun di dalam gedung dalam bentuk dongeng ,sosiodrama,kesenian tradisional,dan pameran.

 

2.6  SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

Pengalaman bertahun-bertahun pelaksanaan pendidikan di negara maju maupun berkembang mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya,yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya.Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor pendukung (enabling factor).Dari berbagai penelitian yang terungkap dan dijelaskan,praktik tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat tetap rendah meskipun pengetahuan dan kesadaran masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan.Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO terutama di negara berkembang,ternyata faktor pendukung atau faktor sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk hidup sehat.Misalnya,meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi (mis., sanitasi lingkungan,gizi,imunisasi,dan pelayanan kesehatan) tetapi jika tidak didukung oleh fasilitas (mis.,tersedianya jamban sehat,air bersih,makanan yang bergizi,fasilitas imunisasi,pelayanan kesehatan) maka masyarakat sulit untuk mewujudkan perilaku hidup sehat.

Pada awal tahun 1980,WHO menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya,jika hanya memfokuskan pada upaya perubahan perilaku.Promosi kesehatan juga harus mencakup upaya perubahan lingkungan yang meliputi fisik,sosial budaya,politik,dan ekonomi sebagai penunjang atau pendukung perubahan perilaku tersebut.Sebagai perwujudan dari perubahan konsep promosi kesehatan ini secara organisasi struktural,pada tahun 1984,divisi pendidikan kesehatan (Health education) dalam WHO diubah menjadi divisi promosi dan pendidikan kesehatan (Division on Health Promotion and Education).Pada awal tahun 2000,Departemen Kesehatan Republik Indonesia baru dapat menyelesaikan konsep WHO dengan mengubah konsep Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) menjadi direktorat promosi kesehatan.Kemudian pada akhir tahun 2001 menjadi reorganisasi kembali menjadi Pusat Promosi Kesehatan yang ditetapkan oleh SK Menkes No.1277/Menkes/SK/XI/2001 tertanggal 27 November 2001.Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu.Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,tetapi juga disertai upaya memfasilitasi perubahan perilaku masyarakat tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Maryam,Siti.2015. Promosi. Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta EGC

Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermaslah Kesehatan. Jakarta. Kemenkes RI

Safrudin, 2009, Pengantar Promosi Kesehatan Bagi Mahasiswa Kebidanan, Trans Info Media, Jakarta

Susilowati, Dwi.2016. Modul/Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi Kesehatan. Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan

Evans, dkk.( 2011 ). Health Promotion and Public Health for Nursing Students. Exeter Great Britain; Learning Matters Ltd.

https://www.academia.edu/36356244/MAKALAH_PROMOSI_KESEHATAN

Minggu, 23 Juli 2023

KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT

                                                KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT

A.  Sejarah kesehatan masyarakat

          Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.

Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.

Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :

Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.

Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

 

 

B.  Periode-periode perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat dikelompokkan dalam 2 periode:

  I. Periode sebelum ilmu pengetahuan

Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalamkehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur  pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbahmenimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnyakesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.

  II.  Periode ilmu pengetahuan

 Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukanya penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan LousPasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktuoperasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulaidigalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas.

 

1.     Periode sebelum ilmu pengetahuan

·          Telah ditemukan dokumen-dokumen tertulis tentang pembuangan air limbah, pengaturan air minum

·          Telah dibangun latrin umum –> bukan alasan kesehatan.

·          Telah dibuat sumur, karena air sungai sudah kotor dan terasa tidak enak

·          Abad ke-7 diindia terjadi endemi kolera

·          Abad ke-14 terjadi wabah pes diindia dan cina.

2. Periode ilmu pengetahuan

Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 mempunyai dampak yang luas terhadap aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu kesehatan merupakan masalah yang kompleks dan harus dilaksanakan secara komprehensif dan multi sektoral.

Beberapa pelopor tentang kesehatan modern :

  1. Hipocrates (460-370 SM) dikenal sebagai bapak kedokteran
  2. Anthony van Leeuwenhoek (1632 -1723), penemu mikroskop
  3. John snow (1813 – 1912), Bapak epidemiologi dan menemukan penyakit kolera disebabkan oleh kuman kolera melalui air
  4. Louis pasteur (1827 – 1912) menemukan vaksin untuk mencegah cacar
  5. Joseph Lister penemu asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruangan operasi
  6. William marton –> ether anastesi
  7. Robert koch (1843 – 1910), penemu kuman TBC.

3. Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia

Kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Telah dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena & Dr. Patah selanjutnya dikenal dengan istilah Patah – Leimena. Isinya bahwa pelayanan kesehatan masyarakat , aspek kuratif dan aspek preventif tidak boleh dipisahkan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas. Tahun 1956 oleh Dr. Y. Sulianti didirikan proyek Bekasi (tepatnya lemah abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Konsep ini merupakan model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan  pada pendekatan tim dalam pengelolaan program.

Pada tahun 1967, diadakan seminar yang merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu. Dibuat konsep  Puskesmas oleh Dr Ahmad Dipodilogo yang mengacu pada konsep Bandung dan Bekasi.

Pada tahun 1968, dilaksanakan Rakernas yang menetapkan Puskesmas merupakan sistem pelayanan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

Tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan  dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).


Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat melaksanakan sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan secara terpadu yang meliputi :

·          KIA

·          Gizi

·          Imunisasi

·          Penanggulangan diare

·          KB


Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

1. Menurunkan angka kematian bayi, Anak balita dan kematian ibu (BUMIL/BUHIR/BUFAS) serta pengaturan kelahiran.

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat menyelenggarakan kegiatan masyarakat dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang, sesuai kebutuhan dan kemampuannya.

 

C.  Definisi kesehatan masyarakat

1.     Masyarakat

-        Kesehatan hidup manusia yang berinteraksi  menurut adat yang berkesinambungan, terikat rasa identitas diri

-        Sekelompok orang yang memiliki ikatan tertentu, saling berinteraksi dan mempunyai masalah – masalah umum.

-        Kelompok social yang ditentukan oleh batasan geografi, nilai dan interest umum, setiap anggota saling mengenal dan berinteraksi satu sama lain ( WHO )

2.     Kesehatan Masyarakat.

Kesatuan unit praktek kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan hidup sehat bagi pendidikan ( individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ) menggunakan konsep dan ketrampilan dan praktek kesehatan masyarakat ( Freeman )

Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.


Kesehatan Masyarakat  :

Adalah : Suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk.

1.     Mencegah timbulnya penyakit

2.     Memperpanjang umur

3.     Meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha – usaha, kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk :

a.     Memperbaiki kesehatan lingkungan

b.     Pemberantasan penyakit – penyakit infeksi dan masyarakat

c.     Mendidik masyarakat dalam prinsip – prinsip kesehatan perorangan.

d.     Mengkoordinasi tenaga – tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan pengobatan dan perbuatan dengan sebaik-baiknya.

e.     Mengembangkan usaha-usaha masyarakat agar dapat mencapai tingkat hidup setinggi-tingginya sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan. ( Menurut WHO )

 

D.      TUJUAN.

1.  Umum

Meningkatkan  derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri.

2.  Khusus

a.   Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan  masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

b.   Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

c.   Tertangani / terlayani kelompok keluarga rawan, kelompok khusus dan kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan.

 

Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif, prenventif , kuratif dan rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat memncapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik mental, social, serta diharapkan berumur panjang.

 

E.    RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. sebagai ilmu kesehatan masyarakat mencakup 2disiplin pokok keilmuan yakni ilmu BIO-medis dan ilmu sosial, sejalan dan perkembangan ilmukesehatan masyarakat mencakup: Ilmu Biologi, kedoteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial,antropologi, psikologi, pendidikan dsb. Sehingga kesehatn masyarakat sebagai ilmu yang multidisiplin. Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:

a.Epidemiologi 

b.Biostatistik / Statistik kesehatan

c.Kesehatan lingkungan

d.Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

e.Administrasi kesehatan masyarakat

f.Gizi masyarakat

g.Kesehatan kerja

Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya secara multi disiplin,sedangkan kesehatan masyarakat sebagai seni mempunyai bentangan semua kegiatan yanglangsung atau tidak untuk mecegah penyakit (Preventif), meningkatkan kesehatan (Promotif),terapi (terapi fisi, mental, sosial) adalah upaya masyarakat, misal pembersihan lingkungan, penyediasan air bersih, pengawasan makanan dll. Dan penerapannya sebagai berikut:

a. Pemberantasan penyakit yang menular atau tidak  

b. Perbaikan sanitasi lingkungan

c.  Perbaikan lingkungan pemukiman

d. Pemberantasan Vektor 

e. Penyuluhan

f. Pelayanan kesehatan Ibu dan anak 

g. Pembinaan gizi

h. Pengawasan sanitasi tempat umum

i. Pengawasan obat dan mibuman 

j. Pembinaan peran serta masyarakat

Jadi kesehatan masyarakat veteriner adalah semua yang berhubungan dengan hewan yang secaralangsung atau tidak mempengaruhi kesehatan manusia yang berfungsi untuk melindungikonsumen dari bahaya yang dapat menganggu kesehatan, menjamin kententraman batin, pada penularan zoonosis, melindungi petani atau peternak dari rendahnya mutu nilai bahan asal hewanyang diproduksi. Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan dalam pelaksanaan pembatasan penyakit-penyakit menular trlihat pada UU No6/1967 ttg Anthropozoonosis, PP No22/ 1983 ttgZoonosa, PP No22/1983 bab4 pasal 24 ttg Pemberantasan rabies dsb.

  1. Meningkatkan fungsi kehidupan; tercapai kehidupan kesehatan yang optimal dan mandiri.
  2. Sasaran meliputi; individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh.
  3. Pelayanan terutama ditujukan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehablitatif.
  4. Pendekatan bersifat menyeluruh menggunakan metode asuhan secara konsisten dan berkesinambungan.
  5. Pelaksanaan kegiatan melibatkan peran serta aktif masyarakat baik sebagai objek atau subyek.
  6. Kesmas membina prilaku hidup, sehat masyarakat.
  7. Pelaksanaan kesmas harus mengacu kepada perkembangan dalam pembangunan bidang kesehatan.
  8. Kesmas merupakan realisasi fungsi pelayanan dari yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.
  9. Pelaksanaan asuhan kesehatan masyarakat dilakukan institusi,pelayanan kesehatan dan institusi lainnya ( panti, sekolah dan lain-lain ) dan di rumah penduduk dimana keluarga sebagai unit pelayanan.

Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi usaha – usaha :

a.     PROMOTIF ( Peningkatan Kesehatan )

Adalah ; Usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olah raga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

b.     PREVENTIF ( Pencegahan Penyakit )

Adalah : Usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, Ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.

c.     KURATIF ( Pengobatan )

Adalah : Usaha yang  ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat di obati secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatanya.

d.   REHABILITATIF ( Pemeliharaan Kesehatan )

Adalah ; Usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya.

 

F.    PRINSIP – PRINSIP KESEHATAN MASYARAKAT

1.               Keluarga sebagai unit pelayanan kesehatan.

2.               Sasaran pelayanan meliputi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3.     Privider bekerja dengan dan bukan untuk individu keluarga, kelompok dan masyarakat dengan cara mengikut sertakan dalam penanggulangan masalah kesehatan mereka sendiri.

4.     Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan metode pemecahan masalah yang dituangkan dalam pelayanan kesehatan.

5.     Kegiatan utama pelayanan kesehatan adalah di masyarakat dan bukan di rumah sakit. Tenaga kesehatan masyarakat adalah tenaga yang generalis.

6.     Peran tenaga kesehatan terpenting adalah sebagai pendidik ( health aducation ), Pembantu ( Change agent )

7.     Praktek kesehatan masyarakat timbul dari kebutuhan aspirasi, masalah dan sumber yang terdapat di masyarakat.

8.     Praktek Kesmas di pengaruhi perubahan dalam masyarakat pada umumnya dan perkembangan masyarakat pada khususnya.

9.     Praktek Kesmas adalah, bagian dari system kesehatan masyarakat.

10. Praktek Kesmas mempunyai beberapa perbedaan ( untuk setiap negara ) Program ketenagaan organisasi.

11. Praktek kesehatan masyarakat merupakan gambaran dari seluruh program kesehatan di masyarakat. 

 

  1. POKOK – POKOK KEGIATAN KESMAS.

1.               Asuhan langsung kepada individu, kelompok, dan masyarakat.

2.               Promosi kesehatan

3.               Konseling dan pemecahan masalah

4.               Rujukan

5.               Asuhan Komunity

6.               Penemuan Kasus

7.               Penghubung

8.               Koordinasi

9.               Kerjasama

10.           Advokasi

11.           Bimbingan dan pembinaan

12.           Pelimpahan wewenang / pengembangan peranan

13.           Rencana lepas asuhan

14.           Panutan / Role model

15. Penelitian; membantu mengidentifikasi mengembangkan teori-teori yang merupakan dari diri praktek kesehatan masyarakat.

 

  1. TINGKAT – TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT.

1.               Peningkatan kesehatan

2.               Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu

3.               Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat

4.               Pembatasan ke cacatan

5.               Penyembuhan kesehatan

 

I.       KONSEP SEHAT SAKIT

Masalah sehat / sakit adalah konsep yang sangat subyektif, maka perlu dibedakan antara konsep penyakit ( disease ) dan konsep sakit ( illness )

a.                                                                           Penyakit ( disease )

Adalah : suatu bentuk reaksi biologis, terhadap suatu organisme, benda asing atau luka.

b.                                                                           Sakit ( illness )

Penularan seseorang terhadap penyakit tertentu sesuai dengan pengalaman yang dirasakannya.

 

Diagram Konsep Sehat Sakit

 


Penyakit

( disease )

Sakit ( illness )

Tidak ada

( Not Present )

Ada

( Present )

 

Tidak dirasakan

( Not Preceived )

 

1

 

2

 

Dirasakan

( Berceived )

 

3

 

4

Daerah

I

  ii.     adalah seorang yang tidak menderita penyakit dan tidak merasakan sakit. Dengan demikian orang tersebut dianggap sehat dilihat dari kacamata petugas

 

Daerah

II

 iii.     Adalah seseorang yang di Diagnosa menderita penyakit tetapi orang tersebut tdak merasa sakit. Dengan demikian mereka masih masih melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. Konsep sehat inilah yang banyak terdapat di masyarakat dianggap

 

Daerah

III

Adalah seseorang tidak menderita penyakit, namun, ia merasa bahwa dirinya sakit dan tidak nyaman. Gejala ini sering dikaitkan dengan gejala Psikologis dimana gejala tersebutdisebut sebagai Hipokondriak.

Daerah

IV

Adalah seseorang menderita penyakit dan ia merasa sakit atau terganggu karena penyakit tertentu.

 

Usaha – Usaha Kesehatan Masyarakat :

Usaha Kesehatan Pokok ( Basic Health Service ) Yang diajukan WHO sebagai dasar pelayanan kesehatan kepada masyarakat :

2.                         Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

3.                         Kesejahteraan Ibu dan Anak

4.                         Hygine dan sanitasi lingkungan

5.                         Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat

6.                         Pengumpulan data untuk perencanaan dan penilaian ( Statistik Kesehatan )

7.                         Perawatan Kesehatan masyarakat.

8.                         Pemeriksaan, Pengobatan dan perawatan

KOMPOSISI DARI DELAPAN TINGKAT SEHAT :

 

Tingkat

Dimensi Sehat

Keterangan

Psikologis

Medis

Sosial

1.     Sehat Walafiat

 

2.     Pesimistik

 

 

3.     Sakit Secara

      Sosial

4.     Hipokondriak

 

 

5.     Sakit Secara

      Medis

 

6.     Martir

 

7.     Optimistik

 

 

8.     Sakit Parah

 

+

 

-

 

 

+

 

-

 

 

+

 

 

-

 

+

 

 

-

+

 

+

 

 

+

 

+

 

 

-

 

 

-

 

-

 

 

-

 

 

+

 

+

 

 

-

 

-

 

 

+

 

 

+

 

-

 

 

-

Kesehatan baik dan berfungsi secara social dengan baik

Selalu mencari pengobatan walaupun sehat dari segi fisik dan social.

Dianggap tidak dapat berfungsi secara social walaupun sehat

Secara medis sehat, tetapi selalu merasa sakit sehingga tidak dapat berfungsi secara social

Sakit secara medis namun dapat berfungsi secara social dan secara psikologis baik

Secara fisik dan psikis,sakit tetapi berfungsi secara sosial

Tidak merasa sakit walaupun secara medis dan social di anggap dianggap sakit.

Membutuhkan pertolongan baik medis, Psikologis maupun sosial

 

J.   ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG DAPAT MEMPENGARUHI KESEHATAN

Praktek – praktek kesehatan banyak dipengaruhi oleh budaya serta kepercayaan yang ada. Inti dari kebudayaan adalah : Suatu system nilai, kepercayaan, norma, dan adat istiadat yang mengatur prilaku individu yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Prilaku kesehatan dan pemilihan pertolongan tergantung dari keyakinan kita terhadap penyebab terjadinya suatu penyakit.

 

Dua Pandangan tradisional terhadap terjadinya penyakit :

  1. Pandangan Personalistik.

Pandangan dimana penyakit merupakan hukuman terhadap dosa dan kesalahan seseorang atau karena rasa iri orang lain sehingga orang tersebut mendapatkan penyakit.

Misalnya : Pengobatan dikaitkan dengan hal- hal yang magic

 

  1. Pandangan Naturalistik

Menganggap bahwa penyakit terjadi karena keseimbangan dalam tubuh yang terganggu, sehingga keseimbangan ini harus diperbaiki.

Misalnya : Jika kita dianggap panas dalam maka kita harus makan yang dingin – dingin.

 

Dalam Program Kesehatan Nasional Tercantum 17

Macam Usaha / Kegiatan Kesehatan Masyarakat yaitu :

  1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
  2. Kesejahteraan Ibu dan Anak
  3. Higine dan sanitasi lingkungan
  4. Usaha kesehatan sekolah
  5. Usaha kesehatan mata
  6. Usaha kesehata gigi
  7. Usaha kesehatan jiwa
  8. Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat
  9. Usaha gizi
  10. Pemeriksaan pengobatan dan perawatan
  11. Perawatan kesehatan masyarakat
  12. Keluarga Berencana
  13. Rehabilitasi
  14. Usaha – usaha Farmasi
  15. Laboratorium
  16. Statistik kesehatan
  17. Administrasi Usaha Kesehatan Masyarakat

 

K.  Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

      Hendrick L. Blumm menyatakan bahwa untuk bisa mengerti suatu proses perencanaan terhadap kesehatan masyarakat, kita perlu mengerti tentang dua paradigm yaitu:

 

1. THE WELL BEING PARADIGM / PARADIGMA KEADAAN SEHAT :

Yaitu keadaan derajat kesehatan masyarakat yang menyatakan tingkat/derajat baiknya status kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan ini dapat di ukur dari 12 aspek /indicator yang dapat diukur

  1. Life span, lamanya umur harapan hidup dari masyarakat
  2. Disease or infirmity adalah keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis darfi masyarakat.
  3. Discomfort or illness adalah keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
  4. Disability or incapacity adalah ketidak mampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaannya dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
  5. Participation in heath care adalah kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam manjaga dirinya untuk selalau dalam keadaan sehat.
  6. Health behavior adalah perilaku nyata dari anggota masyarakat yang secara langsung berkaitan dengan kesehatan.
  7. Ecologic behavior adalah perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya, terhadap spesies lain, sumber daya alam dan ekosistem.
  8. Social behavior adalah perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya.
  9. Interpersonal relation ship adalah kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
  10. Reserve or positive health adalah daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatic, kejiwaan dan sosial.
  11. External satisfaction adalah rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya, meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi, dan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
  12. Internal satisfaction adalah kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

 

2. The force field paradigm / paradigm kekuatan lapangan :

 Yaitu pengaruh faktor-faktor dilapangan terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dari paradigm diatas, BLUM menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya derajat kesehatan suatu masyarakat yaitu:

 


 

 

Faktor lingkungan/Environment

Contoh : Akses terhadap air bersih, Jamban/ tempat BAB, Sampah, Lantai Rumah, Breeding places, Polusi, Sanitasi tempat umum, Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kebersihan TPU (Tempat Pelayanan Umum)

Faktor perilaku / Life styles

Contoh : alkohol, rokok, promiscuity: tempat-tempat berisiko, narkoba, olah raga dan Health seeking behavior : Kalau tidak sakit parah tidak akan pergi ke puskesmas

Faktor pelayanan kesehatan / Medical care services

Contoh : ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai pengobatan) maupun rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga, peralatan kesehatan bersumberdaya masyarakat; Kinerja/cakupan serta pembiayaan /anggaran.

Faktor Herediter atau Kependudukan / Heredity

Contoh : Penyakit-penyakit yang sifatnya turunan dan mempengaruhi sumberdaya masyarakat, Jumlah penduduk dan Pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok khusus/rentan: bumil, persalinan, bayi, dll.

 

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.

Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum  makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.

Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.

Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain.

Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit.

Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.

 

L.  Sasaran kesehatan masyarakat

     Sasaran adalah merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan tindakan yang akan dilakukan secara operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses perencanaan strategis dengan focus utama berupa tindakan pengalokasian sumberdaya organisasi kedalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus memenuhi criteria specific, measurable, agresive but attainable, result oriented dan time bond. Guna memenuhi criteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakni keterangan, gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran.

Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka  menetapkan sasaran yang digunakan dapat sebagai berikut :

1)   Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.  Meningkatnya kunjungan ibu hamil K4.

b.  Meningkatnya pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

c.   Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi dirujuk.

d.  Meningkatnya kunjungan neonatus / KN2.

e.  Meningkatnya kunjungan bayi dan balita.

f.    Meningkatnya bayi berat badan lahir rendah yang ditangani

 

2)   Meningkatnya pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.  Meningkatnya deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah.

b.  Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.

c.   Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat kelas 1 oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.

d.  Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja.

 

3)   Pelayanan keluarga berencana, dengan indikator sasaran sbagai berikut :

a.   Meningkatnya peserta KB aktif.

 

4)   Meningkatnya pelayanan imunisasi, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a. Meningkatnya desa atau kelurahan Universal Child Immunization hingga 100%.

 

5)   Meningkatnya pelayanan pengobatan dan perawatan, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat jalan.

b.   Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat inap.

 

6)   Meningkatnya pelayanan kesehatan jiwa, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya pelayanan kesehatan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum.

 

7)   Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal.

 

8)   Meningkatnya pelayanan kesehatan usia lanjut, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut.

 

9)   Meningkatnya pemantauan pertumbuhan balita, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya balita yang naik berat badannya ( N/D ).

b.   Menurunnya balita bawah garis merah ( BGM ).

 

10)   Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat, dengan       indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.

b.   Meningkatnya balita mendapat kapsul Vitamin  A  2 (dua) kali per tahun.

c.   Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin diberi makanan pendamping ASI.

d.   Seluruh balita gizi buruk mendapat perawatan kesehatan.

e.   Meningkatnya wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium.

 

11)   Meningkatnya pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar dan komprehensif, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus.

b.   Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.

c.   Meningkatnya neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.

 

12)   Meningkatnya pelayanan gawat darurat, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan kegawatdaruratan yang dapat diakses masyarakat.

 

13)   Meningkatnya penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan Gizi Buruk, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya desa/kelurahan yang mengalami KLB ditangani < dari 24 jam.

b.   Meningkatnya kecamatan bebas rawan gizi.

 

14)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Tercapainya penemuan seluruh penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.

 

15)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif.

 

16)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Seluruh balita penderita pneumonia mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

 

17)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Seluruh darah donor disekrening terhadap HIV/AIDS.

b.   Seluruh penderita HIV/AIDS mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

c.   Seluruh penderita Infeksi Menular Seksual ( IMS ) diobati.

d.   Seluruh lokalisasi mewajibkan penggunaan kondom.

 

18)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Seluruh penderita DBD mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

 

19)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Seluruh balita penderita Diare mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

20)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria , dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Seluruh penderita Malaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

21)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta , dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya penderita Kusta yang selesai berobat ( RFT Rate ).

 

22)   Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Filaria , dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Seluruh penderita Filaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.

 

23)   Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Lingkungan, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya institusi yang dibina kesehatan lingkungannya.

 

24)   Meningkatnya pelayanan pengendalian vektor, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes.

 

25)   Meningkatnya pelayanan hygiene sanitasi tempat- tempat umum dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.

 

26)   Meningkatnya penyuluhan perilaku sehat, dengan indikator sasaran sebagai berikut :

a.   Meningkatnya rumah tangga sehat.

b.   Meningkatnya bayi yang mendapat ASI Eksklusif.

c.   Meningkatnya desa dengan garam beryodium baik.

d.   Meningkatnya posyandu purnama

e.   Meningkatnya desa dengan program PHBS

f.    Meningkatnya peserta dana sehat / JPKM