Minggu, 31 Mei 2015

MENOPAUSE



MENOPAUSE
Syafrudin, SKM, M.Kes.
1.      Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari dua bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara”. Sebenarnya secara linguistic, istilah yang lebih tepat adalah menopause yang berarti berhentinya masa menstruasi (Kuntjoro, 2002).
Menopause yaitu masa dimana jumlah estrogen tang dihasilkan ovarium sedikit dan wanita tidak dapat hamil lagi.
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir, diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun (Sulaiman, 1999)
Menopause adalah satu tahun (dua belas bulan) tanpa siklus menstruasi (Tagliaferri, 2006).
Menopause adalah suatu peralihan dalam kehidupan wanita dimana ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti serta pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang (medicastore).
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan suatu peristiwa yang fisiologis pada wanita, yang ditandai dengan berhentinya menstruasi atau haid. Untuk dapat lebih meyakinkan menopause tersebut dapat dicatat selama satu tahun setelah menstruasi yang terakhir, menopause ini secara pasti akan terjadi pada setiap wanita dan tidak dapat dihindari bila masa hidup wanita tersebut mencapai usia menopause.
Menopause rata-rata terjadi pada usia lima puluh tahun, tetapi bisa terjadi secara normal wanita yang beruisa empat puluh tahun. Biasanya ketika mendekati masa menopause, lama dan banyaknya darah yang terjadi pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya.
Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya terjadi secara bertahap baik jumlah maupun lamanya dan jarak antara dua siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang. Ketidakteraturan ini dapat berlangsung selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus haid berhenti.
2.      Etiologi
Sistem endokrin adalah sistem yang mengatur di dalam tubuh perempuan yang dikenal sebagai hormon. Dua hormon yang dihasilkan perempuan adalah estrogen dan progesteron. Salah satu bagian perempuan yang menghasilkan hormon estrogen adalah indung telur. Keduanya berfungsi dan diperlukan untuk pelepasan jaringan dinding rahim. Meskipun saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain, hormon-hormon ini berbeda.
a.       Hormon Estrogen
Pada masa menopause, hormon di produksi secara tidak teratur karena sedang terjadi penyesuaian keseimbangan pada kelenjar endokrin. Dalam keadaan seimbang, hormon-hormon tersebut akan bekerjasama secara teratur untuk membantu fungsi tubuh. Keadaan berkurangnya salah satu hormon, hormon lain pada kelenjar ini akan ikut terpengaruh. Ketidaktetapan produksi hormon bisa terjadi bukan saja pada indung telur tapi juga pada payudara, pituitary, thyroid, dan hypothalamus. Hormon estrogen kemudian mengatur persediaan dirinya hingga mencapai suatu tingkatan yang tetap.
b.      Hormon Progesteron
Persediaan hormon progesteron akan menciut pada saat hormon ini tidak lagi melakukan fungsinya. Fungsi tersebut adalah untuk menyediakan tempat didalam rahim bagi ovarium yang telah dibuahi atau untuk menghancurkan dinding uterus, sehingga menimbulkan perdarahan pada waktu menstruasi. Jadi kita tidak menstruasi, tubuh kita tidak menstruasi, tubuh kita tidak memproduksi hormon progesteron untuk menhancurkan jaringan di dalam rahim (Reitz 2002).
Setiap bayi wanita yang baru lahir dilengkapi dengan berjuta-juta telur yang belum matang di dalam rahim, dan telur itu akan mulai masak beberapa saat setelah haid pertama, demikian seterusnya sampai satu atau dua tahun sebelum menopause. Menjelang menopause persediaan telur akan habis dan ini merupakan salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa pubertas sampai menopause diatur oleh suatu jaringan pengendali hormon yang disebut hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus sering dianggap sebagai otak emosional atau sebagai konduktor sistem endokrin. Sedangkan hipofisis adalah sebuah kelenjar yang hanya memproduksi hormon perantara kimiawi yang berkeliling dari suatu tempat ke tempat lainnya di dalam  tubuh indung telur yang menyimpan telur-telur yang belum matang juga memproduksi hormon yaitu estrogen dan progesteron. Bersamaan dengan bertambahnya usia seorang wanita, sisa-sisa itupun tidak terjadi secara mendadak tetapi akan berlangsung secara bertahap yaitu dari masa aktif menjadi tidak aktif lagi ketika wanita mulai memasuki usia menopause.
Wanita lain dengan sejumlah sel-sel germinal yang akan dipakai habis selama kehidupan reproduksinya. Ovulasi adalah salah satu proses penting dalam siklus kehidupan manusia, walaupun demikian wanita hanya menghabiskan kira-kira 400 dari 300.000 oosit yang ada didalam ovarium wanita dewasa, kira-kira 400 folikel lain akan menjadi matang dan permulaan setiap siklus haid untuk memberikan dukungan hormon kepada salah satu ovum yang akan terus berkembang untuk kemudian bersama-sama mengalami degenerasi. Akhirnya, sebagian besar sel-sel germinal itu akan habis melalui atnesia, yang prosesnya dimulai sejak masa embrio sampai umur tua, akan tetapi oosit-oosit yang masih terbebas dari proses maturasi dan degenerasi tidak terhindar dari proses penuaan, sehingga kalau terjadi fertilisasi pada umur tua akan menambah kemungkinan terjadinya perkembangan embrionik yang abnormal. Proses penuaan pada ovarium manusia secara monfologik dipertunjukan dengan penggunaan oosit dari hampir tujuh juta pada bulan ke-4 kehidupan intrauterine sampai beberapa ratus ribu saja pada saat terjadinya menopause. Sewaktu menopause folikel yang masih ada akan kehilangan kemampuannya untuk memberikan respons terhadap stimulasi gondatporin.
3.      Gejala-gejala
Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen atau progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Sehubungan dengan terjadinya hal tersebut maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
a.       Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock 1992) dalam Kuntjoro 2002. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1)      Ketidakteraturan Siklus Haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.
2)      Gejolak Rasa Panas (Hot Flashes)
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Sheldon H. C (dalam Rosetta Reitz, 1979) dalam Kuntjoro 2002 mengatakan “kira-kira 60% wanita mengalami arus panas”. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik di sekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat mengganggu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
3)      Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat berkemih. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan berkemih terutama pada saat batuk,bersin, tertawa atau orgasme.
4)      Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock,1992) dalam Kuntjoro 2002.
5)      Keringat di Malam Hari
Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu waktu mengganti pakaian di malam hari. Berkeringat malam hari tidak saja mengganggu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya di antara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.
6)      Sulit Tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain.
7)      Perubahan Pada Mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.
8)      Kerapuhan Tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1 % tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2 % setahunnya. John Hutton (1984 : 35) dalam Kuntjoro 2002 memperkirakan sekitar 25 % wanita kehilangan tulang lebih cepat dari pada proses menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan menurunnya penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh di atasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
9)      Badan Menjadi Gemuk
Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makanan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga.
10)  Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause.
Kanker rahim adalah istilah luas untu kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat mejadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kankere ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah perdarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid. Sementara kanker tubuh rahim terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat dan yang mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes dan berat tubuh berlebih. Gejalanya adalah perdarahan tidak normal, perdarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan perdarahan haid terakhir dalam menopause.
a.       Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada wanita menopause amat penting peranannya dalam kehidupan social terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan. Berbicara tantang aspek psikologis dalam pendekatan eklektik holistic, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial , budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1)      Ingatan menurun
Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
2)       Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tak pernah di khawatirkan. Kecemasan tersebut umumnya bersifat relatif.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari berbagai aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) dalam Kuntjoro 2002 adalah sebagai berikut :
a).    Suasana hati
Yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
b).    Pikiran
Yaitu keadaan pikiran yang tak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, memandang diri sangat sensitif, merasa tak berdaya.
c).    Motivasi
Yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.


d).   Perilaku gelisah
Yaitu keadaan diri yang tidak terkendali, seperti: gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif.
e).    Reaksi-reaksi biologis
Yang tidak terkendali, seperti: berkeringat, gemetar, pusing, baredebar-debar, mual dan mulut kering.
3)      Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya.
4)      Stress
Ketegangan perasaan atau stress selalu berada dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumahtangga dan bahkan menyelusup kedalam tidur. Jika tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktifitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit.
Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
5)      Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9%-25% wanita dan 5%-12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat didalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5%-9,3% wanita dan 2,3%-3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi akan merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
4.      Perubahan tubuh menjelang menopause
a.       Uterus (kandungan) : mengecil.
b.      Tuba falopi : lipatan tuba menjadi memendek, menipis dan mengerut.
c.       Ovarium (indung telur) : ovarium menciut, terjadi prnurunan fungsi ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron,  berhenti menghasilkan sel telur.
d.      Cervix (leher rahim) : mengerut.
e.       Vagina : terjadi penipisan dinding vagina, secret lendir vagina mulai mengering.
f.       Vulva (bibir rahim) : jaringan vulva menipis, pembuluh darah berkurang.
g.      Rambut kemaluan pada wanita mulai menipis, sebagian rontok dan mulai memutih (uban).
h.      Payudara : jaringan lemak berkurang, putting susu mengecil.
i.        Hipertensi : turunnya hormon estrogen dan progesterone menyebabkan HDL kolesterol menurun dan LDL kolesterol meningkat.
j.        Osteoporosis (pengeroposan tulang).
5.      Cara mengatasi keluhan menopause
a.       Terapi Sulih Hormon (Hormon Replacement Therapy )
Tujuan dari terapi ini adalah agar estrogen yang semakin berkurang dapat terisi kembali. Ada beberapa jenis HRT yaitu dengan estrogen saja serta dengan kombinasi estrogen dan progesteron.
b.      Olahraga
Wanita yang telah menopause disarankan untuk tetap aktif berolahraga, karena selain menyehatkan juga dapat memperbaiki suasana hati.
c.       Vitamin tambahan
Vitamin yang diperlukan antara lain B1, B6, B12, asam folat dan terutama bagi mereka yang menginjak usia menopause memerlukan vitamin-vitamin anti oksidan, vitamin A dan vitamin E.
d.      Mengkonsumsi kalsium
Wanita terutama menjelang usia-usia menopause sebaiknya mengkonsumsi sebanyak 1000-1500 gram kalsium/hari. Sebagian besar dapat diperoleh dari makanan seperti susu, yoghurt dan beberapa jenis sayuran.


e.       Berhenti merokok
Merokok sebenarnya dapat mempercepat menopause. Berhenti merokok dapat meringankan gejala-gejala menopause.
f.       Kedelai
Kedelai mengandung fitoestrogen atau estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kedelai dapat diperoleh dari kecap, tempe, tahu, tauco serta susu kedelai.

SATISFACTION (Kepuasan)



SATISFACTION (Kepuasan)
Syafrudin, SKM, M.Kes.

a.   Pengertian Kepuasan

Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja (atau hasil) yang telah memenuhi berbagai   harapannya.   Menurut   Oliver,   kepuasan   adalah   tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah membandingkan antara kinerja atau hasil  yang  dirasakan  (pelayanan  yang diterima  dan dirasakan) dengan yang diharapkannya (Irine, 2008).
Menurut  Kotler (2000), kepuasan  konsumen  adalah hasil yang   dirasakan   oleh   pembeli   yang   mengalami   kinerja   sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya (Dadang, 2010).

b.   Tipe kepuasan
Hingga saat ini definisi kepuasan pelanggan masih banyak diperdebatkan,  setidaknya ada dua tipe  yang domain. Disatu  pihak, kepuasan pelanggan dipandang sebagai outcome atau hasil yang didapatkan dari pengalaman konsumsi barang atau jasa spesifik (outcome-oriented approach). Di lain pihak, kepuasan pelanggan juga kerapkali dipandang sebagai proses (processoriented approach). Kendati  demikian,  belakangan  ini prosess-oriented approach lebih dominan. Penyebabnya, orientasi program dipandang lebih mampu mengungkap pengalaman konsumsi secara keseluruhan dibandingkan orientasi hasil. Orientasi proses menekankan perseptual, evaluatif, dan psikologis yang berkontribusi terhadap terwujudnya kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan, sehingga masing-masing komponen  signifikan  dapat  ditelaah  secara  lebih  spesifik  (Dadang,2010).


c.   Manfaat kepuasan
Beberapa manfaat kepuasan menurut (Irine, 2008) adalah:
1)      Kepuasan  pelanggan    merupakan sarana  untuk menghadapi kompetisi di masa yang akan datang.
2)      Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik.
3)      Kepuasan pelanggan merupakan asset perusahaan terpenting.
4)      Kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.
5)      Pelanggan makin kritis dalam memilih produk.
6)      Pelanggan puas akan kembali.
7)      Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi

d.   Metode mengukur kepuasan pelanggan
Menurut Kotler (2000) ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan (Irine, 2008), diantaranya :
1)  Sistem Keluhan dan Saran

Dengan  penyediaan  kotak  saran,  hotline  service,  dan  lain-lain untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien atau pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar, dan pendapat mereka.
2)  Ghost shopping ( pembelanja misterius )

Metode ini, organisasi pelayanan kesehatan memperkerjakan beberapa orang atau (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pasien / pembeli potensial produk / pelayanan organisasi pelayanan kesehatan lain yang kemudian melaporkan temuannya sehingga         dapatdijadikanperrtimbangan dalam          pengambilan keputusan organisasinya.
3)  Lost Customer Analysis

Organisasi  pelayanan  kesehatan  menghubungi  para  pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah beralih ke organisasi pelayanan kesehatan lain agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya.
4)  Survai Kepuasan Pelanggan

Untuk mengetahui kepuasan pelanggan para pemasar juga dapat melakukan berbagai penelitian atau survai mengenai kepuasan pelanggan misalnya melalui kuesioner, pos, telepon, ataupun wawancara langsung.
e.   Kepuasan pelayanan

Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal- hal sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009):
1)  Komunikasi dari mulut ke mulut

Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.
2)  Kebutuhan pribadi

Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan  adanya kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.
3)  Pengalaman masa lalu
Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang  terdahulu  untuk  memperoleh   layanan   yang  memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu.


4)  Komunikasi eksternal

Sosialisasi  yang luas dari sistem pelayanan  kesehatan  mengenai fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan  kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien.

f.      Dimensi Kepuasan
Dimensi  kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009) :
1)      Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian kepuasan mengenai :
a)         Hubungan bidan dengan pasien
b)         Kenyamanan pasien
c)         Kebebasan melakukan pilihan
d)        Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill)
e)         Efektivitas pelayanan (effectiveness)
2)       Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah sebagai berikut.
a)      Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b)      Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
c)      Kesinambungan pelayanan kebidanan (countinue)
d)     Penerima jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e)      Ketercapaian pelayanan kebidanan (acressible)
f)       Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g)      Efesiensi pelayanan kebidanan (efficient)
h)      Mutu pelayanan kebidanan (quality)


g.   Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan
Kepuasan  pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/klien) dipengaruhi oleh beberapa faktor (Erna Juliana, 2008) :
1)      Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting.
2)      Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas  kesehatan. Sikap   ini   akan   menyentuh   emosi   pasien.   Faktor   ini   akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compilance).  Untuk bisa berempati,  seorang tenaga  kesehatan  harus bisa mengamati dan menginterpretasikan perilaku pasien. Hal ini tergantung pada kemampuan  tenaga  kesehatan  untuk menginterpretasikan informasi-informasi yang diberikan oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga kesehatan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam berempati
3)      Biaya (cost),  tingginya  biaya pelayanan  dapat  dianggap  sebagai sumber moral hazard pasien dan keluarganya, yang penting sembuh sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya,  biaya  perawatan  menjadi  mahal.  Informasi  terbatas yang  dimiliki  pihak  pasien  dan  keluarganya  tentang  perawatan yang  diterima  dapat  menjadi  sumber  keluhan  pasien.  Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
4)      Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan (tangibility). Kenyamanan dalam pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan dari penampilan fasilitas fisik, peralatan,  personel  dan  media  komunikasi.  Serta  kenyamanan tidak  hanya  yang  menyangkut           fasilitas  yang  disediakan,  tetapi terpenting  lagi  menyangkut  sikap  serta  tindakan  para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
5)      Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance), ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam faktor ini. Jaminan pelayanan kesehatan merupakan   salah   satu   pendekatan   atau   upaya yang sangat mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
6)      Keandalan dan keterampilan (reliability)  petugas kesehatan dalam dalam   memberi   perawatan.   Keandalan   merupakan   tanggapan pasien terhadap kinerja petugas kesehatan dalam hal akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan.
7)      Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness). Ketanggapan merupakan kemauan para petugas  kesehatan  untuk  membantu  para  ibu hamil     dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi      keluhan yang diajukan   ibu  hamil,  ibu hamil mendapatkan informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya.


h.  Dimensi mutu pelayanan yang berkaitan dengan kepuasan ibu hamil oleh Zeithaml dan M. T. Bitner (1996) dan juga Adrian Palmer (2001) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001), yaitu:
1)       Tangibles (keberwujudan), yaitu :
Penampilan    fasilitas  fisik,    peralatan,  personel  dan media komunikasi.
2)  Reliability (keandalan), yaitu :

Kemampuan  untuk  melaksanakan jasa yang dijanjikan  dengan tepat dan terpercaya.
3)  Responsiveness (ketanggapan), yaitu :

Kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan  jasa dengan cepat atau tanggap.
4)  Assurance (jaminan), yaitu :

Pengetahuan  dan  kesopanan petugas serta  kemampuan  mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan / assurance.
5)  Empathy (empati), yaitu :

Merupakan syarat untuk peduli, memberikan  perhatian  pribadi kepada pelanggan.

i.                    Strategi peningkatan mutu pelayanan
        Empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai palayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut (Fais, 2009):
1)        Pelanggan dan harapannya
Harapan  pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2)  Perbaikan kinerja

Bila harapan  pelanggan  telah  diidentifikasi,  langkah  selanjutnya adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3)  Proses perbaikan

Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan   pelanggan   pada   saat   proses   itu   sendiri   tidak dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan  staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi,  dan  menguji pemecahan atau perbaikan.
4)   Budaya yang mendukung perbaikan terus-menerus
Untuk  mencapai  pelayanan  prima  diperlukan organisasi  yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan  peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.

j.       Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan

Pendekatan  dalam  pelaksanaan  evaluasi  menggunakan  pendekatan struktur/input, proses dan hasil/output (Fais, 2009) :
1)      Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan  dalam  organisasi  dari manajemen  termasuk komitmen,  dan  stakeholder  lainnya,  prosedur  serta  kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
2)      Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilaksanakan.
3)      Hasil/output adalah hasil pelaksanaan kegiatan, perlu diperjelas perbedaan istilah output dan outcome. Output adalah hasil yang dicapai  dalam  jangka  pendek,  sedangkan  outcome  adalah  hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek.

2.    Antenatal Care

a.   Pengertian Antenatal Care

Perawatan   Antenatal   adalah   perawatan   yang   dilakukan/diberikan kepada  seorang  ibu  hamil  sampai  saat  persalinan  (Risanto,  2008). Sedangkan menurut Dep. Kes. R.I, 1997 Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan             ibu dan  bayinya.  Pelayanan  antenatal    ini meliputi pemeriksaan          kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan intervensi dasar yang dilakukan (Ika dan Saryono, 2010).


b.   Tujuan Antenatal Care

Tujuan antenatal care menurut (Saifudin, 2008) adalah:
1)  Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
2)  Meningkatkan  dan mempertahankan  kesehatan  fisik, mental dan sosial budaya ibu dan bayi.
3)  Mengenali  secara  dini  adanya  ketidaknormalan  atau  komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, pembedahan.
4)  Mempersiapkan   persalinan   cukup   bulan,   melahirkan   dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)  Mempersiapkan   ibu  agar    masa     nifas     berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6)  Mempersiapkan   peranan   ibu   dan   keluarga   dalam   menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care seperti dikutip (Manuaba, 2010), adalah:
1)  Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas.
3)  Memberikan       nasehat  dan  petunjuk  yang       berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4)  Menurunkan angka kesakitan dan kematian dan perinatal.

c.   Program kebijakan antenatal care

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut (Ika dan Saryono, 2010):
1)  Kunjungan antenatal care

Dilakukan minimal 4x selama kehamilan :

a)      Minimal  1 kali pada trimester  I sebelum usia kehamilan  14 minggu
b)      Minimal 1 kali pada trimester II usia kehamilan 14-28 minggu
c)      Minimal 2 kali pada trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan lebih dari 36 minggu
2)  Pemberian Suplemen Mikronutrien

Tablet yang mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 µg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan).
3)  Imunisasi TT 0,5 cc


a.       Kegiatan pelaksanaan pelayanan antenatal care
Kegiatan  dalam pemeriksaan    pengawasan  antenatal  care  meliputi (Manuaba, 2010) :
1)      Anamnesa
2)      Pemeriksaan fisik
3)      Pemeriksaan psikologis
4)      Pemeriksaan laboratorium
5)      Diagnosis kehamilan
6)      Penatalaksanaan lebih lanjut
7)      Pemeriksaan hamil
Dalam penerapan  praktik sering dipakai standar  minimal perawatan antenatal care. Pelayanan antenatal care minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan kemudian 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni (Ika dan Saryono, 2010):
1)      Ukur tinggi badan/berat badan
2)      Ukur tekanan darah
3)      Ukur tinggi fundus uteri
4)      Pemberian imunisasi TT
5)      Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan.
6)      Test terhadap penyakit menular seksual
7)      Temu wicara/konseling
8)      Tes /pemeriksaan Hb
9)      Tes/pemeriksaan urin protein
10)  Tes reduksi urin
11)  Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
12)   Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)
13)  Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)
14)  Terapi obat malaria
e.   Frekuensi kunjungan antenatal care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antar ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut (Manuaba,2010),
1)          Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2)          Pemeriksaan ulang

a)  Setiap  bulan  sampai  umur  kehamilan  berumur  6  sampai  7 bulan.
b)  Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan. Setiap  1  minggu  sejak  umur  hamil  8  bulan  sampai  terjadi persalinan.
3)          Pemeriksaan khusus bila terjadi keluhan-keluhan tertentu.


f.            Jadwal kunjungan pemeriksaan antenatal care
     Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
                 Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metoda yang tersedia.

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1.      Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2.      Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang     dikandungnya
3.      Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4.      Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5.      Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6.      Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

I. KUNJUNGAN / PEMERIKSAAN PERTAMA ANTENATAL CARE
1.      menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
2.      menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3.      menentukan status kesehatan ibu dan janin
4.      menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko kehamilan
5.      menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

Tujuan kunjungan K1
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
 Meliputi :
1.      Identitas/biodata
2.      Riwayat kehamilan
3.      Riwayat kebidanan
4.      Riwayat kesehatan
5.      Pemeriksaan kehamilan
6.      Pelayanan kesehatan
7.      Penyuluhan dan konsultasi
serta mendapatkan pelayanan 10T seperti yang sudah diebutkan di pembahasan sebelumnya
Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko, yang kemudian mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.

Tujuan k1  :
-          Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
-          Mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam  jiwa ibu
-          Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena defisiensi zat besi penggunaan praktek tradisional yang merugikan
-          Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.
-          Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
-          Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu
-          Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.
-          Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran/puerperium.
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2013).

Tujuan Kunjungan K2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.

Tujuan k2 :
-          Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
-          Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
-          Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena kekurangan Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan
-          Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
-          Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
-          Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji adanya edema dan protein uria.
-          Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
-          Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
-          Mengulang perencanaan persalinan.

Tujuan Kunjungan K3 dan K4
K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
akhir) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Tujuan K4
-          Sama dengan kunjungan I dan II
-          Palpasi abdomen
-          Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.
-          Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.



Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :
a.       Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan
b.      Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c.       Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d.      Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e.       Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah

3.  Konsep Perilaku
a.      Pengertian
Perilaku  manusia  adalah  refleksi  dari  berbagai gejala  kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 2010 ).
Menurut  WHO yang   dikutip oleh  Notoatmodjo (2007) perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.             Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2.             Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3.             Perubahan  dari  hal  kesediaannya  untuk  berubah  (readiness  to  change),  ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

               Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007). Untuk memberikan respon terhadap situasi di tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
1) Persepsi (persection)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan pertama. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih makanan  yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
2) Responsi terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.
3)  Mekanisme (mecanisme)

Apabila seseorang telah  dapat  melakukan  sesuatu  dengan  benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4)      Adopsi (Adoption)
Adaptasi            adalah suatu   praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Yang artinya sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2010)
Secara teori memang perubahan perilaku atau  mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau KAP. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif.