Minggu, 29 Januari 2023

SCREENING DALAM EPIDEMIOLOGI

 SCREENING DALAM EPIDEMIOLOGI

A.    PENGERTIAN SCREENING

 

Ada beberapa definisi screening, diantaranya adalah :

v Screening, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu. Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes skrining yang dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.

v Screening, atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita

v Screening, usaha untuk mengidentifikasi suatu penyakit yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan pemeriksaan tertentu atau prosedur lain yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang terlihat sehat tapi mempunyai penyakit atau betul-betul sehat (WHO, Regional Committee for Europe,1957)

v Infestigasi kedokteran yang di lakukan bukan atas kehendak penderita dalam mendapatkan nasehat untuk keluhan tertentu  (Mc.Keown 1969).

v screening adalah suatu identifikasi penyakit yang secara klinis belum jelas. Usaha ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan tertentu atau prosedur tertentu yang secara tepat dapat membedakan orang yang terlihat sehat tetapi mempunyai kemungkinan sakit dan orang yang betul-betul sehat.

v Skrining adalah suatu penerapan uji/tes terhadap orang yang tidak menunjukan gejala dengan tujuan mengelompokan mereka ke dalam kelompok yang mungkin menderita penyakit tertentu. Skrining merupakan deteksi dini penyakit,bukan merupakan alat diagnostik. Bila hasil skrining positif,akan di ikuti uji diagnostik atau prosedur untuk memastikan adanya penyakit.

v Pengenalan penyakit sebelum gejala klinis tampak dengan test yang relatif sederhana (Matti Hakama)

Rectangle: Rounded Corners: Jadi screening Merupakan deteksi dini penyakit bukan merupakan alat diagnostic maka orang yang mendapatkan hasil positif dari suatu tes screening harus dirujuk ke dokter atau Rumah Sakit untuk diagnosis dan mendapatkan pengobatan. test Positif akan mengikuti tes diagnostik atau prosedur untuk memastikan adanya penyakit .
 

 


 

 

 

 

 

 

B.    TUJUAN SCREENING

 

Tujuan dari screening adalah untuk mengidentifikasi maupun mendiagnosa penyakit sedini mungkin pada komunitas, sehingga memungkinkan intervensi lebih awal dan manajemen dengan harapan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan dan meningkatkn kualitas hidup. Dengan melakukan deteksi dini atau diagnosa secara dini maka diharapkan dapat di ketahui penyakit sedini mungkin ketika sebelum timbul atau pada saat timbul gejala.

 

Untuk alasan ini, tes yang digunakan dalam program screening, terutama untuk penyakit dengan insiden rendah, harus memiliki sensitivitas yang baik.

 

·       Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat dilakukan terapi

·       Menurunkan angka mordibitas dan mortalitas

·       Meningkatkan kualitas hidup

·        Mencegah meluasnya penyakit di masyarakat

·        Mendidik masyarakat untuk melindungi kesehatan masyarkat

·       Melihat besarnya masalah

·        Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang sifat suatu penyakit agar berhati-hati dalam melakukan pengamatan terhadap suatu gejala dini/awal  (waspada mulai dini)

 

C.    BENTUK  SCREENING

 

ü Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu

ü Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu atau kelompok penduduk tertentu, contoh pemeriksaan ca servik pada wanita usia > 40 th

ü Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit, contoh screening pada penderita penyakit TBC

ü  Multiphasic screening (general check up) adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan Ca disertai pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, dll

 

D.    PERTIMBANGAN PROGRAM SCREENING

 

1.      penyakit atau masalah kesehatan merupakan masalah yang serius,dan merupakan masalah kesehatan masyarakat  (morbiditas & mortalitas)

2.      pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yang terungkap saat proses screening dilakukan.

3.      Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.

4.      Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat di kenali, dengan keadaan awal dan lanjutnya yang dapat di identifikasi.

5.      Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.

6.      Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.

7.      Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup di fahami,termasuk fase reguler dan perjalanan penyakit,dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji.

8.      Kebijakan,prosedur,dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus di rujuk untuk pemeriksaan,dan tindakan lebih lanjut.

9.      Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.

10.  Kebijakan interfensi atau pengobatan yang akan dilakukan setelah di lakukan screening harus jelas.

11.  Skrining jangan di jadikan kegiatan yang sesekali saja,tetapi harus dilakukan dengan proses yang teratur dan berkelanjutan.

 

E.    CONTOH SCREENING

1. Mammografi untuk mendeteksi ca mammae

2. Pap smear untuk mendeteksi ca cervix

3. Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi

4. Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus

5. Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan

6. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

 

F.    PELAKSANAAN SCREENING

Proses pelaksanaan screening adalah :

Tahap 1 :

Tahap menetapkan masalah kesehatan yang ingin di ketahui, melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit. Untuk menetapkan apa masalah kesehatan yang ingin di ketahui maka perlu dikumpulkan berbagai keterangan yang ada hubunganya dengan masalah kesehatan tersebut. Kemudian keterangan-keterangan yang di peroleh harus di seleksi untuk kemudian disusun sehingga menjadi jelas kriteria masalah kesehatan yang akan dicari.

 

Tahap 2 :

Tahap menentukan cara mengumpulkan data Sebelum melakukan screening maka terlebih dahulu ditetapkan cara pengumpulan data yang akan di pergunakan, cara pengumpulan data yang baik adalah menggunakan test yang mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.

 

Tahap 3 :

     Tahap penetapan populasi yang akan dikumpulkan datanya. Populasi yang akan di pilih adalah populasi yang mempunyai resiko untuk terkena masalah kesehatan tersebut, namun masih sehat. Untuk memilih populasi yang beresiko maka perlu di tentukan:

·       Sumber data yang digunkan

·       kriteria yang akan menjadi sampel screening

·       besar sampel dianggap dapat mewakili populasi

·       cara pengambilan sampel apakah dilakukan secara probablistik atau tidak.

 

Tahap 4 :

          Penyaringan dilakukan dengan pemanfaatan kriteria masalah kesehatan serta cara pengumpulan data yang telah ditetapkan, hasilnya adalah ditemukanya kelompok populasi yang diduga terkena penyakit atau mempunyai masalah kesehatan. Selanjutnya kelompok populasi ini harus di pisahkan dari kelompok populasi yang tidak mengidap masalah kesehatan tersebut.

Tahap 5:

          Tahap mempertajam penyaringan, pada kelompok populasi yang di curigai terkena penyakit atau mempunyai masalah kesehatan yang sedang di cari, maka dilakukan penyaringan lagi dengan menggunakan prosedur diagnostic, tujuan test diagnostik ini adalah untuk memastikan kelompok populasi yang benar-benar menderita suatu penyakit atau mempunyai suatu masalah kesehatan yang dicari tersebut.

 

Tahap 6:

          Tahap penyusunan laporan dan tindak lanjut, setelah kelompok populasi tersebut dipastikan hanya menderita penyakit atau mempunyai masalah kesehatan yang dicari, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dan penyusunan laporan. Hasil dari screening adalah data tentang berapa besar atau jumlah orang yang menderita penyakit atau mempunyai masalah kesehatan yang ingin diketahui.setelah diketahui maka kepada kelompok populasi yang terbukti menderita penyakit yang mempunyai masalah kesehatan yang dicari, dilakukan tindak lanjut dengan cara memberikan pengobatan untuk mengatasi penyakit dan masalah kesehatan yang diderita

 

G.   KRITERIA PROGRAM SCREENING

1.         Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas

2.         Tersedia obat potensial untuk terapi nya

3.         Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya

4.         Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus

5.         Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas

6.         Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat

7.         Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti

8.         Ada SOP tentang penyakit tersebut

9.         Penemuan kasus terus menerus

 

Salah satu alat screening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan realibitas yang tinggi yaitu mendekati 100% , validitas merupakan petunjuk tentang kemampuan suatu alat ukur dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan di ukur. sedangkan reabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur.

 

    Hasil evaluasi screening

1.      Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit) Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostic
Komponen Validitas.

 

Unsur-unsur validitas :

·       Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar mengidentifikasi mereka yang positif betul-betul sakit

Rumus

Sensitivitas :                 True positive                   

                   True positive + false negative


Sensitivitas
:                           True Posituve                   

                           Semua orang yang memang sakit

 

·       Spesifisitas adalah kemampuan dari suatu test untuk mengidentifikasi secara benar orang--orang yang tidak mengidap penyakit diantara mereka yang memang tidak sakit.

 

 

Rumus

Spesifisitas :                            true negative

                                                    True negative + false positive

 

Spesifisitas :                 true negative

Semua orang yang memang tidak sakit

 

Keterangan ;

Ø True Positif : Jika uji menyatakan seseorang terkena penyakit dan orang itu benar terkena penyakit

Ø True Negatif         : Jika uji menyatakan seseorang sehat dan tidak terkena penyakit sementara pada kenyataan nya memang sehat dan bebas dari penyakit

Ø False Positif         : Mereka yang mengatakan tidak sakit tetapi dinyatakan positif berdasarkan hasil test. Makin tinggi prevelensi maka makin rendah false positif.

Ø False Negative : Mereka yang mengatakan sakit tetapi dinyatakan negative berdasarkan hasil test.

 

2.      Reliabilitas adalah kemampuan dari suatu test untuk memberikan hasil yang konsisten, bila pemeriksaan dilakukan lebih dari satu kali, pada individu yang sama dan pada kondisi yang sama.

 

Dua faktor utama yang mempengaruhi hasil yang konsisten :

1.    Variasi Metoda

·       Variasi pada metoda pemeriksaan (misal tinggi stabilitas reagen yang dipakai)

·       Variasi dalam subyek sendiri (misal pengukuran suhu tubuh tidak sama antara siang dan malam hari)

2.    Variasi observer

·       Inter-observer variability adalah ketidak sesuaian hasil pengukuran diantara observer yang berbeda,

·       Intea-observer variability adalah ketidak konsistenan suatu hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang pleh satu orang observer terhadap satu obyek pengukuran. Satu observer dalam membaca hasil,bisa memberikan hasil yang berbeda,dalam waktu yang berbeda pula.

3.    Hubungan Antara Validitas dan Reliabilitas

·       Suatu test yang reliabel belum tentu valid.

·       Suatu test yang valid biasanya reliabel

4.    Penggunaan Test untuk Skrining

·       Pada penyakit dimana prevalensi penyakit rendah maka digunakan test yang mempunyai spesivilitas tinggi karena lebih menekankan pada hasil false positif dari pada true positif

·       Penemuan kasus untuk perawatan dan pengobatan maka digunakan test yang mempunyai sensivitas tinggi dan spesivitas rendah.

 

 

 

MULTIPEL TEST

Untuk meningkatkan sensivitas dan spesifisitas screening proses. Bila test lebih dari satu maka test dilakukan secara serial atau pararel.

 

1.        Test Serial

·       Skreening bertingkat

·       Untuk meningkatkan spesifikas

·       Dilakukan bila populasi cukup koperativ

·       Bila test A,B,C adalah positif

·       Bila test satu membarikan hasil positive maka diikuti dengan test berikut nya

·       Bila sensivitas menurun maka spesivitas meningkat

 

2.        Test Pararel

·       Meningkatkan sensifitas

·       Bila populasi tidak koperatif

·       Semua orang yang di test mengalami pemeriksaan yang sama

·       Butuh biaya besar

·       Jarang digunakan

·       Test berikut nya dilakukan bila diperoleh hasil negative dari test sebelum nya

·       Bila sensivitas meningakat maka spesifisitas menurun.

 

 

 

 

H.    HUBUNGAN ANTARA SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS

1. Bila sensitivitas suatu test meningkat maka spesitifitas akan menurun

2. Sebaliknya jika spesifisitas suatu test di tingkatkan maka sensitivitas akan menurun.

3. Dalam program screening hendaknya test sangat sensitif,sehingga dapat diketahui semua kasus yang diduga positif.

4. Baru pada tahap selanjutnya, uji hendaknya lebih spesifik, untuk menyingkirkan kasus-kasus false positive dari pemeriksaan pertama. Jadi screening dilakukan tingkat dua.

 

Sreening Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan dengan cara berikut :

 

1.    Deteksi tanda dan gejala dini

Untuk dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dibutuhkan pengetahuan tentang tanda dan gejala tersebut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan cara demikian, timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan pengobatan. Biasanya penderita datang untuk mencari pengobatan setelah penyakit menimbulkan gejala dan mengganggu kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit telah berada dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan penderita.

 

 

 

2.    Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala

Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan screening terhadap orang-orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit. Diagnosis dan pengobatan penyakit yang diperoleh dari penderita yang datang untuk mencari pengobatan setelah timbul gejala relatif sedikit sekali dibandingkan dengan penderita tanpa gejala. Tujuan screening adalah untuk mengidentifikasi penyakit yang tanpa gejala, atau faktor risiko untuk penyakit, dengan melakukan suatu uji pada suatu kelompok populasi yang belum berkembang menjadi gejala-gejala klinis. Sreening test biasanya dan biasanya berusaha untuk mengidentifikasi sebagian kecil individu yang berisiko tinggi untuk kondisi tertentu. Secara garis besar, screening adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.

 

I.       CONTOH TINDAKAN SCREENING BESERTA ALAT YANG DIGUNAKAN

 

·       Mammografi dan Termografi

Untuk mendeteksi ca mammae. Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari screening magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan jaringan payudara yang padat.

 

 

·       Pap smear

Test ini  ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Test ini merupakan test yang digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada daerah leher rahim (serviks). Peralatan yang digunakan yaitu; spatula/sikat halus, spekulum, kaca benda, dan mikroskop. Mengapa perlu skrening? Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada wanita setelah kanker payudara. Kanker ini termasuk penyebab kematian terbanyak, Secara internasional setiap tahun terdiagnosa 500.000 kasus baru.

Seperti halnya kanker yang lain, deteksi dini merupakan kunci keberhasilan terapi, semakin awal diketahui, dalam artian masih dalam stadium yang tidak begitu tinggi atau bahkan baru pada tahap displasia atau prekanker, maka penanganan dan kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar. Meskipun sekarang ini sensitivitas dari pap smear ini ramai diperdebatkan dalam skrening kanker leher rahim, Pap smear ini merupakan pemeriksaan non invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan pada sel-sel di leher rahim sejak dini, apalagi bila dilakukan secara teratur.

 

·       Sphygmomanometer dan Stetoscope

Untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau lebih. Dan tekanan darah di antara kedua nilai tersebut disebut prehipertensi.

 

·       Photometer

Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus. Strip tersebut mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang terdapat dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan mengering dan menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan deret (skala) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut. Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan.

 

·       EKG (Elektrokardiogram)

Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.

 

·       Pita Ukur LILA

Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita kekurangan gizi atau tidak, dan apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau tidak.

 

·       Rectal toucher

Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya 'cancer prostat'. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga pengobatan/treatmennya menjadi lebih efektif. Pria dengan resiko tinggi terhadap kanker prostat adalah pria usia 40 tahunan.

 

·       Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II

PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening Autis. Skrening dilakukan pada umur 12-18 bulan.

 

1.    Apakah anak anda sering terlihat bosan atau tidak berminat terhadap pembicaraan atau suatu aktivitas di sekitarnya?

2.    Apakah anak anda sering mengerjakan suatu pekerjaan atau bermain dengan suatu benda, yang dilakukannya berulang-ulang dalam waktu yang lama, sehingga anda merasa heran mengapa anak seumurnya dapat berkonsentrasi sangat baik?

3.    Apakah anda memperhatikan bahwa anak anda dapat sangat awas terhadap suara tertentu misalnya iklan di TV, tetapi seperti tidak mendengar suara lain yang sama kerasnya, bahkan tidak menoleh bila dipanggil?

4.    Apakah anda merasa bahwa perkembangan anak (selain perkembangan kemampuan berbicara) agak lambat (misalnya terlambat berjalan)?

5.    Apakah anak anda hanya bermain dengan satu atau dua mainan yang disukainya saja hampir sepanjang waktunya, atau tidak berminat terhadap mainan?

6.    Apakah anak anda sangat menyukai maraba suatu benda secara aneh, misalnya meraba-raba berbagai tekstur seperti karpet atau sutera?

7.    Apakah ada seseorang yang menyatakan kekuatiran bahwa anak anda mungkin mengalami gangguan pendengaran?

8.    Apakah anak anda senang memperhatikan dan bermain dengan jari-jarinya?

9.     Apakah anak anda belum dapat atau tidak dapat menyatakan keinginannya, baik dengan menggunakan kata-kata atau dengan menunjuk menggunakan jarinya?

Screening pada umur 18-24 bulan

1.    Apakah anak anda tampaknya tidak berminat untuk belajar bicara?

2.    Apakah anak anda seperti tidak mempunyai rasa takut terhadap benda atau binatang yang berbahaya?

3.    Bila anda mencoba menarik perhatiannya, apakah kadang-kadang anda merasa bahwa ia menghindari menatap mata anda?

4.    Apakah anak anda suka digelitik dan berlari bersama, tetapi tidak menyukai bermain "ciluk-ba"  Apakah ia pernah mengalami saat-saat ia menjadi kurang berminat terhadap mainan?

5.    Apakah ia menghindari atau tidak menyukai boneka atau mainan berbulu?

6.     Apakah ia tidak suka bermain dengan boneka atau mainan berbulu?

7.     Apakah ia terpesona pada sesuatu yang bergerak, misalnya membuka-buka halaman buku, menuang pasir, memutar roda mobil-mobilan atau memperhatikan gerakan air?

8.    Apakah anda merasa bahwa kadang-kadang anak anda tidak peduli apakah anda berada atau tidak ada di sekitarnya?

9.    Apakah kadang-kadang suasana hatinya berubah tiba-tiba tanpa alasan yang jelas?

10.   Apakah ia mengalami kesulitan untuk bermain dengan mainan baru, walaupun setelah terbiasa ia dapat bermain dengan mainan tersebut?

11.    Apakah ia pernah berhenti menggunakan mimik yang sudah pernah dikuasainya, seperti melambaikan tangan untuk menyatakan da-dah, mencium pipi, atau menggoyangkan kepala untuk menyatakan tidak?

12.    Apakah anak anda sering melambaikan tangan ke atas dan ke bawah di samping atau di depan tubuhnya seperti melambai-lambai bila merasa senang?

13.   Apakah anak anda menangis bila anda pergi, tetapi seperti tidak peduli saat anda datang kembali?

 

Penafsiran : Bila ada 3 atau lebih jawaban "Ya" untuk nomor ganjil di antara semua pertanyaan tersebut, anak harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ia mengalami autisme. Bila ada 3 atau lebih jawaban "Ya" untuk nomor genap di antara semua pertanyaan tersebut, anak harus diperiksa apakah ia mengalami gangguan perkembangan selain autisme.

 

·       CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan)

Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk screening (uji tapis) pada penyandang autisme sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT (Checklist Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang lain yang biasa mengasuhnya).

 

·       BAGIAN A

1.    Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di lutut ?

2.     Tertarik (memperhatilan) anak lain?

3.    Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga ?

4.    Bisa bermain cilukba, petak umpet?

5.    Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain?

6.    Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari?

7.    Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana?

8.    Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ?

9.     Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?

 

·       BAGIAN B

1.    Pengamatan Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa?

2.    Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : "Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan pemeriksa Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada anak anda : "Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk mama?"

3.    Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang, meminum. Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan, minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dll. Tanyakan pada anak : " Coba tunjukkan mana 'anu' (nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya?

4.    Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda ?

5.    Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ?

 

Interpretasi : Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4. Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3. Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3.

 

 

 

·       Audio Gram dan Typanogram

Untuk mendeteksi adanya kelainan atau gangguan pendengaran

 

·       Optalmoskop dan Tonometer

Pemeriksaan syaraf optik dengan alat optalmoskop, pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer, jika perlu pemeriksaan lapang pandangan. Penyakit mata ini akan merusak saraf optik dan dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan timbul bahkan sebelum orang tersebut menyadari gejala-gejalanya. Tes Screening glukoma mencari tekanan tinggi abnormal di dalam mata, untuk mencegahnya sebelum terjadi kerusakan pada saraf optik Tes skrining glukoma berdasarkan umur dan faktor resiko lainnya dilakukan setiap 2-4 tahun untuk umur kurang dari 40 tahun, untuk usia 40-45 tahun dilakukan screening tiap 1-3 tahun, usia 55-64 tahun screening tiap 1-2 tahun, dan untuk usia 65 tahun ke atas setiap 6-12 bulan.

·       Penapisan (skrining) premarital

Amat penting dilakukan guna mengetahui "status" kesehatan yang sebenarnya dari pasangan yang akan menikah. Tujuan dilakukannya pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika ada penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang dapat mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B dan HIV/AIDS.

Screening mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan (genetik) seperti penyakit thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit), dan penyakit Tay-Sachs. Kelainan fertilitas juga dapat diketahui. Di beberapa negara seperti Spanyol, Portugal, Italia, Taiwan, Turki, Mesir dan Brazil telah menerapkan pemeriksaan kesehatan premarital secara rutin untuk membantu identifikasi dan mencegah pernikahan yang berisiko.Pemeriksaan laboratorium  premarital.

 

 Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan sebelum menikah antara lain hematologi rutin, golongan darah dan rhesus, profil TORCH, hepatitis B, dll. Mari kita membahas dua diantaranya, pemeriksaan hematologi (darah rutin) dan golongan darah ABO dan Rhesus. Hematologi (Pemeriksaan darah rutin)

 

Salah satu manfaat pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia, leukemia dan thalassemia. Thalassemia dapat menyebabkan masalah fisik yang serius serta memerlukan biaya yang cukup besar. Sebagai pemeriksaan awat thalassemia dilihat nilai mean corpuscular volume (MCV) sel darah merah untuk mengidentifikasi apakah carrier atau bukan. Golongan darah ABO dan Rhesus.

 

Golongan darah Rhesus (Rh) pertama kali ditemukan oteh Karl Landsteiner dan Alexander S.Weiner tahun 1937. Berbeda dengan golongan darah sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor golongan darah ditentukan oleh antigen Rh (dikenal juga dengan antigen D). Jika hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki Rh negatif (Rh-), sebaliknya bita ditemukan antigen Rh, maka ia memiliki Rh positif (Rh+).

 

Masalah perbedaan Rhesus terutama jika ibu berdarah Rh negatif, sedangkan suami berdarah Rh positif. Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan antar bangsa  dan perbedaan rhesus akan menimbulkan masalah kesehatan terutama pada janin. Jika janin memiliki Rh (+) maka antigen tersebut akan masuk ke peredaran darah ibu melalui plasenta, yang menyebabkan tubuh ibu memproduksi antibodi (antirhesus). Melalui plasenta juga, antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah janin, sehingga merusak sel darah merah janin.

 

Pada kehamilan pertama, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan bayi lahir kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada kulit). Tetapi pada kehamilan kedua, masalah bisa menjadi fatal jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat, yang dapat menyebabkan janin mengalami keguguran atau mengalami pembengkakan (eritroblastosis fetalis) yang mengancam nyawa janin.

Jika sebelum hamil ibu sudah mengetahui rhesus darahnya, masalah kelainan kehamilan ini bisa dihindari. Sesudah melahirkan anak pertama, dan selama kehamilan berikutnya, dokter akan memberikan obat khusus untuk menetralkan antirhesus darah ibu. Kasus rhesus ini jarang terjadi di daerah Asia Timur, Amerika Selatan dan Afrika, namun kerap terjadi pada populasi ras Caucasian (eropa).

 

 

Skrining atau yang biasa disebut dengan penyaringan merupakan usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.

 

1.    Tujuan skrining

 

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.

 

 

2.    Skrining yang Dapat Dilakukan oleh Bidan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya

 

Wanita sepanjang daur kehidupan dapat dilihat pada bagan berikut :

 

 

 

 

 

 


Pada bagan diatas tampak jelas apabila terjadi sesuatu pada suatu masa akan mempengaruhi masa yang lain. Bidan mempunyai tugas pada setiap masa.

a.    Bayi

§ Pada bayi perempuan telah memiliki folikel primordial sebanyak 750000,yang kelak akan dikeluarkan ketika ovulasi.

§ Genetalia interna dan eksterna sudah terbentuk,sehingga sudah dapat dibedakan dengan bayi laki-laki.

§ Pada usia 10 pertama,masih terpengaruh oleh hormone estrogen sehingga kadang ditemukan pada bayi terjadi pembengkakan payudara(kadang disertai sekresi cairan seperti air susu),kadang juga ditemukan perdarahan pervaginam seperti menstruasi.

 

b.    Masa Kanak – Kanak

§ Pada periode ini merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak.perkembangan otak sangat cepat,sehingga pada masa ini disebut fase pertumbuhan dasar.

§ Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP (kuesioner pra skrining perkembangan) adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

§ Pada periode ini juga merupakan masa kritis dimana anak memerlukan ransangan atau stimulasi untuk  mengembangkan otak kanan dan otak kirinya.

§ Bentuk skrining terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan menggunakan DDST(denver developmental screening test),sehingga bisa diketahui atau dinilai perkembangan anak sesuai usia nya.

 

c.    Pubertas

§ Merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

§ Masa pubertas ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder(pembesaran payudara,tumbuhnya rambut di pubis,ketiak)sampai kemampuan bereproduksi.

§ Cepat lambat seorang anak memasuki masa pubertas dipengaruhi bangsa iklim,gizi,kebudayaan.Semakin baik gizi seseorang semakin cepat akan memasuki masa pubertas.

 

Adapun skrining yang di lakukan pada masa puberitas yaitu :

§ Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (periksapayudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanitausia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.

 

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan caraberbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan caraberbaring.

 

§  Pemeriksaan tekanan darah

Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi disarankan untuk lebih sering melakukan pemeriksaan ini. Dimulai pada usia 18 yahun, setiap wanita wajib melakukan pemeriksaan tekanan darah, rutin setiap 2 tahun

 

 

 

d.    Masa Reproduksi

Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita(biasanya seorang wanita memasuki masa ini selama 33 tahun).Pada masa ini seorang wanita telah mampu mencetak generasi baru dengan hamil,melahirkan,dan menyusui.

 

Seorang wanita yang dalam keadaan hamil apabila mendapatkan kebutuhan gizi sesuai maka akan melahirkan bayi yang sehat yang kelak akan tumbuh dewasa.Demikian pula pada saat wanita tersebut menyusui,apabila terpenuhi gizinya kemungkinan terjadi keterlambatan tumbuh kembang pada bayinya akan kecil.

Bentuk screening pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan kunjungan awal antenatal care.Pada saat ini bidan melakukan pemeriksaan terhadap ibu,dari hasil pemeriksaan dapat diperoleh hasil yang akan menentukan keadaan ibu dan janin.Bidan dapat melakukan screening terhadap ibu hamil yang mempunyai resiko.

 

 

Adapun skrining yang di lakukan pada masa reproduksi yaitu :

§  Pap smear

Pemeriksaan ''Pap Smear'' kini cara terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap Smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini.

         

Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.


Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 - 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang menggunakan obat - obatan vaginal.

Jenis – jenis Pap Smear :

1. Tes Pap Smear konvensional

2. Thin prep Pap. Biasanya dilakukan bila hasil tes Pap Smear konvensional kurang baik / kabur.     Sampel lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.

3. Thin prep plus test HPV DNA. Dilakukan bila hasil tes Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.

      Pemeriksaan pap smear disarankan untuk dilakukan oleh para wanita secara teratur sekali setahun berturut-turut dalam waktu tiga tahun bila sudah aktif berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga tahun berturut-turut normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. Serviks adalah organ khusus yang mudah diketahui melalui pap smear, biopsy, laser dan langsung bisa dilihat, tidak seperti halnya paru-paru yang berada tersembunyi di dalam tubuh. Sehingga jika pap smear sudah cukup mendunia, dalam arti semua wanita di dunia sudah sadar akan pentingnya pemeriksaan ini, berarti tidak ada alasan lagi untuk kanker serviks di kemudian hari. (pusdat/berbagai sumber

 

Setelah mengenal lebih dekat tentang pentingnya pap smear bagi wanita, kini berikut ini hanya menambahkan fakta penting yang harus dilakukan berhubungan dengan pemeriksaan Pap Smear.;

1.      Perempuan yang termasuk faktor resiko tinggi tetap hanya dianjurkan melakukan pap smear satu tahun sekali. Kecuali bila pernah Pap smear dan didapatkan hasil sebelumnya ada pemeriksaan abnormal, maka dianjurkan untuk melakukan pap smear lebih sering atau sesuai petunjuk dokter

2.      Wanita yang sudah diangkat kandungannya tanpa disetai pengangkatan mulut rahim tetap disarankan melakukan pap smear setahun sekali.

3.      Wanita yang menopause tetap beresiko menderita kanker serviks/leher rahim, sedangkan mereka yang menopause masih memiliki leher rahim di haruskan tetap melakukan papsmear seperti wanita lainnya.

4.      Mereka yang sudah berusia diatas 67 tahun baru boleh berhenti pap smear jika dalam 2 test sebelumnya berturut- turut hasilnya normal.

§ TES IVA    

Ada jenis tes lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi keabnormalan sel-sel pada mulut rahim yang terangkum pada pernyataan dibawah ini :

1.    Test  IVA menyerupai tes pap smear, namanya yaitu tes IVA ( Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).

2.    Tujuanya sama; Pemeriksaan penpisan/skrining terhadap kelainan prakanker dimulut rahim. perbedaanya terletal pada metode yang lebih sederhana dan keakuratannya. Pemeriksaan IVA bisa dilakukan kapan saja, dalam keadaan haid ataupun sedang minum obat-obat tertentu.

3.    Tes IVA dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan memoles mulut rahum menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah ada kelainan seperti perubahan warna yang berwarna pink berunah menjadi putih. Perubahan warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata.

4.    Umumnya Tes IVA dilakukan dinegara yang sedang berkembang atau didaerah terpencil yang jauh dari laboratorium (m&k)

 

§        Pemeriksaan tingkat kolesterol

Semua wanita wajib melakukan pemeriksaan tingkat kolesterol setiap 4 sampai 5 tahun sekali (setelah mencapai usia 20). Wanita dengan tingkat kolesterol tinggi rentan terkena penyakit jantung.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi sebelum penyakit itu berkembang, segera lakukan deteksi lebih dini.

 

e.    Masa Menopause

§  Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium(pasca menopause).

§  Pada masa ini ibu mengalami perubahan-perubahan tertentu yakni timbulnya gangguan dari gangguan yang bersifat ringan sampai gangguan yang bersifat berat seperti timbul rasa panas pada wajah,jantung berdebar,uterus mengecil,dan berkeringat,dll.

§  Kadangkala pada masa ini seorang wanita membutuhkan bidan atau tenaga kesehatan untuk membantu mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakannya.

 

1.    Mammogram

Kanker payudara adalah pembunuh nomor satu wanita di dunia. Skrining kanker harus dimulai pada usia 20 tahun. American Cancer Society menyarankan agar wanita berusia 40-an menjalani skrining setiap tahun

2.    Pap Smear

Pap smear harus rutin dilakukan sejak usia 21 atau 3 tahun pertama setelah menjalani hubungan seks. Skrining inin dilakukan untuk mendeteksi kanker rahim

3.    Kolonosakopi

Kanker usus besar juga menjadi penyebabb utama kematian pada wanita, di samping kanker payudara dan serviks. Kanker kolon dimulai dengan pertumbuhan polip pada usus besar. Setelah berkembang, polip dapat menyebar ke organ lain. Skrining dianjurkan untuk wanita usia 50-an.

 

 

4.    Pemeriksaan kepadatan tulang

Wanita lebih rentan terkena osteoporosis dibanding pria. Kondisi tulang akan menjadi lemah dan rapuh. Wanita berusia 50-an atau yang sudah melewati fase menopause, disarankan untuk melakukan pemeriksaan kepadatan tulang. X-ray atau DEXA (energy absorp tiometri X-ray dual) merupakan jenis skrining, yang dapat mengukur kepadatan mineral tulang.