IMUNISASI DASAR
Syafrudin, SKM,
M.Kes.
I. PENDAHULUAN
Dibandingkan dengan 10 tahun lalu,
cakupan beberapa imunisasi rutin yang wajib diberikan sesuai program pemerintah
cenderung menurun. Hal ini mengakibatkan sejumlah penyakit infeksi pada bayi,
seperti campak, belum teratasi dan masih mengancam bayi yang tidak diimunisasi.
Sejumlah daerah belum optimal melakukan imunisasi, dengan cakupan kurang
dari 90 persen pada tahun 2008. Untuk imunisasi campak di Papua baru tercakup
60,7 persen, Sulawesi Barat 77,6 persen, dan Nusa Tenggara Timur 74,2 persen.
Campak merupakan penyakit yang ditandai oleh demam tinggi dan adanya
bintik-bintik merah. Penyakit ini di dunia membunuh satu dari 1.000 kasus
infeksi.
Tidak tercapainya target imunisasi hingga mencakup semua bayi, di beberapa
daerah, antara lain disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan
keliru terhadap imunisasi, terutama di perkotaan. Adapun di pedesaan karena
minimnya infrastruktur dan rendahnya cara hidup sehat.
”Keberhasilan program imunisasi sangat tergantung dari kesiapan petugas
kesehatan, tingkat kesadaran masyarakat, dan alat untuk menjamin efektivitas
vaksin,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Sabtu (5/9) di Jakarta.
Upaya imunisasi di Indonesia
telah dilakukan sejak tahun 1970-an pada bayi dan anak. Sesuai program
imunisasi pemerintah, ada lima
jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi usia 0-11 bulan, yaitu polio,
BCG, hepatitis B, DPT, dan campak.
Adapun imunisasi yang dianjurkan adalah MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, varisela, PPV, dan pneumokokus (IPD).
Adapun imunisasi yang dianjurkan adalah MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, varisela, PPV, dan pneumokokus (IPD).
Beberapa manfaat imunisasi yang
wajib diberikan itu antara lain vaksin hepatitis B mencegah infeksi hepatitis
B, vaksin BCG untuk menghindari tuberkulosis berat, vaksin DPT untuk mencegah
difteri, batuk rejan (pertusis) dan tetanus. Adapun vaksin polio untuk
menghindari penyakit polio.
Namun, cakupan imunisasi yang
wajib diberikan itu menurun beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan 10
tahun lalu. Sebagai contoh, cakupan imunisasi DPT tahun 1997 secara nasional
mencapai 100 persen atau lebih, sedangkan tahun 2008 cakupannya turun menjadi
91,6 persen. Dengan sasaran imunisasi pada bayi sekitar 5 juta anak, ini
berarti ada sekitar 420.000 bayi tidak mendapat vaksin DPT.
Kondisi ini menyebabkan sejumlah
penyakit infeksi pada anak balita belum bisa diatasi hingga tak ada lagi kasus.
Sebagai contoh, angka kasus campak tahun 2007 berjumlah 18.488 orang. Polio
muncul tahun 2005 setelah tidak ditemukan sejak tahun 1995 meski berhasil dieliminasi
setelah imunisasi nasional.
Mencegah infeksi
Mencegah infeksi
Imunisasi merupakan hal mendasar
untuk diberikan kepada setiap anak. ”Masa depan bangsa ditentukan anak saat
ini. Karena itu, salah satu sasaran Millennium Development Goals 2015 adalah
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, membasmi berbagai penyakit
infeksi,” kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bagriul Hegar.
Sejauh ini, kematian anak di bawah usia satu tahun diIndonesia sangat tinggi. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ,
angka kematian bayi tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. ”Angka
kematian bayi di Indonesia
tertinggi di antara negara ASEAN,” ujar Sri Rezeki S Hadinegoro, Ketua Satuan
Tugas Imunisasi IDAI.
Sejauh ini, kematian anak di bawah usia satu tahun di
Sekitar 75 persen dari kematian
bayi di bawah umur 1 tahun karena infeksi saluran napas akut (ISPA), komplikasi
perinatal (bayi umur 0-28 hari), dan diare. Karena itu, upaya mengatasi ketiga penyebab utama kesakitan dan kematian
itu harus diutamakan. Banyak
penyakit terkait ISPA bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain campak, pertusis,
Hib, dan pneumokokus.
Imunisasi juga mencegah penyakit di masa depan. Sebagai contoh, hepatitis B
pada bayi bisa mencegah kanker hati pada usia produktif. Karena 90 persen bayi
yang dilahirkan ibu dengan infeksi hepatitis B akan terinfeksi virus itu, 95
persen di antaranya berkembang menjadi kronik dan kanker hati.
”Pemberian vaksin dapat melindungi anak dari serangan berbagai penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kematian dan kecacatan. Imunisasi merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit,” kata Sri Rezeki.
”Pemberian vaksin dapat melindungi anak dari serangan berbagai penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kematian dan kecacatan. Imunisasi merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit,” kata Sri Rezeki.
Keuntungan vaksin dapat dirasakan secara individu, sosial, dan menunjang
sistem kesehatan nasional. Jika seorang anak telah mendapat vaksinasi, 80-95
persen akan terhindar dari penyakit itu. Hal ini memutus rantai penularan
penyakit dari anak ke anak lain atau orang dewasa yang hidup bersama,
menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan
kecacatan seumur hidup.
Menteri
Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, pemerintah terus melakukan kegiatan
vaksinasi. ”Itu terus berlanjut di seluruh Indonesia,” katanya.
Mengenai adanya kelompok dalam masyarakat yang menolak imunisasi, Menkes
menyatakan, penolakan memang pernah terjadi, tetapi sekarang ini sudah jauh
berkurang. ”Saya lakukan pendekatan kepada mereka selama dua tahun,” kata
Menkes.
Menkes menyatakan, empat vaksin wajib seperti polio, DPT, campak, dan BCG
adalah produksi dalam negeri. Karena itu, saat melakukan pendekatan kepada
kelompok-kelompok yang menolak vaksin tersebut, ia menjelaskan bahwa keempat
vaksin diproduksi oleh Bio Farma. Bio Farma sudah mengekspor vaksin produksinya
dan sudah menguasai 35 persen pasar dunia.
Tjandra Yoga menyatakan, cakupan imunisasi tidak menurun, tetapi
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada hepatitis B, penurunan cakupan
imunisasi tahun 2007 terjadi karena perubahan kebijakan, yaitu menggabungkan
DPT dan hepatitis B apabila bayi sudah berusia di atas tujuh hari.
Keberhasilan imunisasi rutin bergantung pada petugas kesehatan, kesadaran
masyarakat, dan alat penyimpan vaksin. Sejak desentralisasi sektor kesehatan,
dana operasional imunisasi dilimpahkan ke daerah, pemerintah pusat bertanggung
jawab atas pengadaan dan distribusi logistik vaksin ke semua provinsi.
Dalam menjalankan program imunisasi rutin, kendala yang dihadapi adalah
banyak posyandu yang tidak aktif lagi di banyak daerah. Karena itu,
revitalisasi posyandu mulai dilakukan agar bayi terpantau kesehatannya dan
mendapat imunisasi lengkap.
Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan
aktif kepada seseorang dengan cara memberikan vaksin dengan imunisasi,
seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit. sebaliknya, bila tidak,
akan mudah terkena penyakit infeksi berbahaya.
1.
MACAM
MACAM IMUNISASI
-BCG diberikan 1 kali (pada
usia 1 bulan)
-DPT diberikan 3 kali (pada
usia 2,3,dan 4 bulan)
-Polio diberikan 4 kali (pada
usia 1,2,3, dan 4 bulan)
-Campak diberikan 1 kali (pada
usia 9 bulan)
-Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
Jadwal Pemberian Imunisasi
No
|
Jenis
Vaksin
|
Jumlah
Vaksinasi
|
Selang
Waktu Pemberian
|
Sasaran
|
1
|
BCG
|
1 kali
|
-
|
Bayi 0-11 bulan
|
2
|
DPT-Hb
|
3 kali (DPT-Hb 1,2,3)
|
4 minggu
|
Bayi 2-11 bulan
|
3
|
Polio
|
4 kali (Polio 1,2,3,4)
|
4 minggu
|
Bayi 0-11 bulan
|
4
|
Campak
|
1 kali
|
-
|
Anak 9-11 bulan
|
2.
Tujuan
imunisasi
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit.
- Penyakit yang Dapat di Cegah Dengan
Imunisasi
a. TBC
Untuk
mencegah timbulnya tuberkolosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG. Imunisasi
BCG adalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Imunisasi BCG diberikan
pada semua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua bulan. Penyuntikan
biasanya dilakukan dibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan dosis
0,05 ml reaksi yang mungkin timbul setelah penyuntikan adalah :
Kemerah-merahan
disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan, dan
terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di daerah
ketiak).
Bila
terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan terutama
daerah sekitar luka dan segera bawa ke dokter.
b. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita
difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang
memadai maka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga
penyakit tersebut di atas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali
bersama dengan BCG dan polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak
masing-masing 4 minggu (1 bulan). Imunisasi ulangan dapat dilakukan 1 tahun
setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun).
Imunisasi selanjutnya dianjurkan tiap lima
tahun dengan imunisasi DT (tanpa pertusis).
c. Poliomyelitis
Penderita
poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita kecacatan
sehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan.
Imunisasi
polio di Indonesia
dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sebanyak 2 tetes di mulut. Pertama kali
diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan. Kemudian diulang
dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun,
setelah imunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun). Imunisasi tambahan
dapat diberikan apabila ada resiko kontak dengan virus ganas.
d. Hepatitis B
Pencegahan
dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk program
pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat
dari plasma darah penderita hepatitis B. Jadwal imunisasi yang dianjurkan
adalah untuk bayi baru lahir (0 – 7 bulan) dengan satu kali suntikan dosis 0,5
ml satu bulan kemudian mendapat satu kali lagi. Setelah itu, imunisasi ketiga
diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, mengenai waktu pemberian suntikan
yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk pelaksanaan program diberikan 1 bulan
setelah suntikan kedua. Hal ini semata-mata untuk kemudahan dalam pelaksanaan,
tetapi kekebalan yang didapat tidaklah berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan
dilakukan setiap 5 tahun sekali.
e. Campak
Pencegahan
penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak dilakukan
ketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu kali
dan kekebalannya bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa diberikan
sendiri atau bersama dalam imunisasi
- Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI)
KIPI
adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi. kejadian ini
umumnya terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
BCG
= setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat
suntikan. setelah 2-3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil yang
menjadi luka dengan garis tengah sekitar 10 mm. jangan diberi obat apapun, dan
biarkan luka tetap terbuka. luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya dan
meninggalkan parut yang kecil.
DPT
= kadang-kadang bayi menderita panas setelah mendapat vaksin ini. tetapi panas
ini umumnya akan sembuh dalam 1-2 hari. sebagian bayi merasa nyeri, sakit,
merah atau bengkak di tempat suntikan. sedangkan sebagian bayi lainnya tidak.
keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan, akan sembuh sendiri.
Polio
1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan
ekstremitas segera konsul,
2. Diare,
3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,
biasanya hanya diare ringan).
Campak
= anak mungkin panas pada hari ke 5-12 sesudah suntikan. kadang2 disertai
kemerahan pada kulit seperti campak. hal ini adalah gejala penyakit campak
ringan dan umumnya setelah 1-2 hari akan hilang.
Hepatitis
B = tidak ada efek samping
- Yang Perlu ibu lakukan bila anak
demam setelah di imunisasi :
1. lebih sering
meneteki (ASI) dari biasanya, untuk menjamin bayi/anak menerima cukup zat
cair.jika bayi berusia lebih dari 6 bulan boleh diberi tambahan air minum.
2. memberikan obat penurun panas dengan dosis sesuai anjuran dokter.
3. mengompres dahi bayi dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat.
4. membawa bayi ke dokter atau layanan kesehatan jika
demam berlanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar