Rabu, 18 April 2012

AUTIS

Autis

PENDAHULUAN
Dari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum autisme tampaknya semakin meningkat pesat. Autisme seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup tajam. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para pakar kesehatan di dunia. Di Amerika Serikat disebutkan autisme terjadi pada 60.000 s/d 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan angka kejadian autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak.
Sementara di Inggris sendiri disebutkan rasionya yaitu 1:100. Dari data yang sudah muncul di beberapa media terlihat semakin lama semakin tinggi orang dengan autisme. Autisme bukan penyakit jadi jangan disebut penderita atau penyandang karena memang disandang seumur hidup. Autisme adalah suatu gangguan perkembangan. Bedanya dengan penyakit adalah kalau penyakit ada virusnya, ada kumannya, ada jamurnya. Sedangkan autisme tidak ada. Jadi tidak ada obatnya juga.

MATERI PENYULUHAN

Kenali Gejala Autis Sedini Mungkin
beberapa pengertian autisme :
  1. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
  2. Autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan perkembangan yang luas dan berat, dan mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan tersebut mencakup bidang interaksi sosial , komunikasi , dan perilaku. (masih dalam postingan)
  3. autisme adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Penyebab Autis
            Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan   oleh  :
-  karena multifaktorial.
- Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia.
-  Ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
- Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
.
Gejala-gejala Autis
Gejala autisme
Sejumlah gejala biasanya diperlihatkan oleh anak yang menderita autisme.
1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun nonverbal, seperti:
- Terlambat bicara atau tidak dapat bicara.
- Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain.
- Tidak mengerti dan tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
- Bicara tidak digunakan untuk komunikasi.
- Meniru atau membeo (ekolalia). Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, misalnya:
- Menolak atau menghindar untuk bertatap mata.
- Tidak menoleh bila dipanggil.
- Merasa tidak senang dan menolak untuk dipeluk.
- Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain.
- Bila ingin sesuatu ia menarik tangan orang lain yang terdekat dan mengharapkan tangan orang itu membantu melakukan sesuatu untuknya.
- Bila didekati untuk bermain justru menjauh.
- Tidak berbagi kesenangan untuk orang lain.
3. Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain:
- Ia seolah tidak mengerti cara bermain. Bila sudah senang dengan satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh. Yang paling sering adalah keterpakuan pada roda atau sesuatu yang berputar.
- Ia sering juga memerhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau air yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi, misalnya kalau bepergian harus melalui rute tertentu, saat bermain harus melakukan urutan-urutan tertentu.
- Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misalnya tidak bisa diam, lari ke sana sini tidak terarah, melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu. Kadang-kadang terlihat perilaku melukai diri sendiri, anak memukul kepala sendiri atau membenturkan kepala ke dinding.
- Kadang anak terlalu diam, misalnya duduk diam bengong dengan tatapan mata yang kosong, bermain secara monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang, duduk diam terpukau oleh suatu hal, misalnya bayangan atau benda berputar.
4. Gangguan dalam bidang perasaan/emosi:
- Tidak ada atau kurangnya rasa empati.
Ia tak kasihan melihat anak lain menangis melainkan merasa terganggu.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapat yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan destruktif.
5. Gangguan dalam persepsi sensoris:
- Mencium-cium, menggigit atau menjilati benda apa saja.
- Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
- Tidak menyukai rabaan atau pelukan. Jika digendong cenderung merosot atau melepaskan diri dari pelukan.
- Merasakan sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan tertentu.
Penanganan pada Anak Autis
Penanganan
Untuk menangani anak autisme dilakukan melalui pendekatan terapi terkini dengan memaksimalkan potensi dasar anak melalui peran orang tua dan pendidikan yang bersifat multidisiplin. Pendidikan ini mencakup pendidikan khusus, intervensi tingkah laku dan terapi yang bersifat spesifik.
Terapi terkini untuk menangani anak autisme (Mauk JE, Reger M., Batshaw M., 2000), terdiri atas:
a. Program edukasi seperti program berbasis sekolah, prevocational services. Diharapkan hal itu dapat mengurangi tingkah laku stereotypic, memperbaiki sosialisasi, meningkatkan keterampilan mandiri, meningkatkan kemampuan komunikasi verbal/nonverbal.
b. Terapi tingkah laku mencakup upaya meningkatkan tingkah laku positif, termasuk kontak mata, komunikasi verbal dan interaksi sosial. Awalnya upaya ini digunakan untuk mengurangi tingkah laku negatif seperti self injured.
c. Terapi berbicara dan bahasa. Dilakukan agar anak dapat berkomunikasi, meski secara nonverbal jika anak tidak mampu mengeluarkan kata-kata.
d. Dukungan keluarga
Dilakukan untuk membantu anggota keluarga agar mengerti dan paham tentang autisme. Keluarga diharapkan memahami kekhususan tingkah laku dan perkembangan anaknya, keterbatasan dan keunggulan anaknya serta metode yang paling tepat bagi anaknya untuk meningkatkan kemampuan belajar adaptifnya.
e. Terapi psikofarmakologis
Meski bukan merupakan terapi utama, berguna untuk terapi tambahan pada gejala tertentu, seperti menyakiti diri sendiri, stereotypic, anxious (gelisah) atau hiperaktif.
Pendekatan F.I.T (functional integrated team approach)
- Functional
Memberi perhatian pada keterampilan yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, sesuai aktivitas berdasarkan umur, tingkat kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak.- Integrated
Menggabungkan semua aspek yang tercakup pada kurikulum. Tujuannya untuk menunjang perkembangan optimal anak.
- Team approached
Memberi penekanan pada kerja sama antara berbagai pihak yang menjadi kunci keberhasilan penanganan anak dengan kebutuhan khusus. Kerja sama ini penting untuk menjamin keberhasilan dan konsistensi pelayanan. Pihak-pihak yang terkait terdiri atas dokter ahli saraf anak, dokter ahli rehabilitasi medik, psikolog anak, pendidik, terapis, orang tua anak, pengasuh anak dan masyarakat luas.
Penanganan autisme di masyarakat akan memperoleh hasil yang nyata bila didukung oleh peran aktif dari pemerintah dan pihak swasta untuk memfasilitasi semua hal yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan dan terapi. (Dr. H. Purboyo Solek, Sp.A.(K), Konsultan Saraf Anak FKUP/RSHS Bandung, Santosa Bandung International Hospital.
Terapi pada Anak Autis
Orang tua dari seorang anak yang menderita autis umumnya rela membayar berapapun asalkan anaknya bisa disembuhkan. Namun seringkali sangat sulit untuk menemukan terapi yang tepat untuk menyembuhkan atau paling tidak meringankan beban orang tua dan anak penderita autis.

Autisme masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya oleh kedokteran. Para pakar belum sepakat soal penyebab penyakit ini. Namun, sebagian pakar setuju bahwa sindrom autis terjadi karena kelainan pada otak.

Hingga kini, bisa tidaknya autis autis disembuhkan (total) juga masih menjadi pertentangan dalam dunia kedokteran dan psikologi. Namun, orang tua hendaknya harus mencoba berbagai terapi. Setidaknya dengan terapi keadaan si anak lebih baik.

Saat ini, ada berbagai terapi autis, baik yang diakui oleh dunia medis maupun yang masih bedasarkan disiplin ilmu tradisional. Macam-macam terapi autis diantaranya:
  1. Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
  2. Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.
  3. Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.
  4. Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di sekitarnya.
  5. Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain
  6. Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.













EVALUASI
1.      Apa yang di maksud dengan autis?
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

2.      Apa saja penyebab autis?
Penyebab autis belum diketahui secara pasti,tapi ada beberapa pendapat yang mengatakan  :
-  karena multifaktorial.
- Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia.
-  Ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
- Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

3.      Gejala-gejala yang perlu diketahui pada anak autis  ?
1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun nonverbal
2. Gangguan dalam bidang interaksi social
3. Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain
4. Gangguan dalam bidang perasaan/emosi
5. Gangguan dalam persepsi sensoris

4.      Terapi apa saja yang dapat membantu penyembuhan pada anak autis ?
    • Terapi akupunktur.
    • Terapi musik.
    • Terapi balur.

    • Terapi perilaku.
    • Terapi anggota keluarga.
    • Terapi lumba-lumba.


5.      Bagaimana cara Penanganan pada Autis?
·         Program edukasi seperti program berbasis sekolah, prevocational services.
·         Terapi tingkah laku mencakup upaya meningkatkan tingkah laku positif, termasuk kontak mata, komunikasi verbal dan interaksi sosial.
·         Terapi berbicara dan bahasa. Dilakukan agar anak dapat berkomunikasi, meski secara nonverbal jika anak tidak mampu mengeluarkan kata-kata.
·         Dukungan keluarga
Terapi psikofarmakologis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar