INFERTILITAS
Syafrudin, SKM, MKes
Pendahuluan
Tugas seorang bidan di komunitas adalah
sangat kompleks. Seorang bidan yang professional harus mampu mengenal berbagai
masalah kebidanan yang bisa dijumpai di masyarakat. Salah satunya adalah
masalah infertilitas pada pasangan suami istri.
Setiap pasangan suami istri kemungkinan
besar sangat mengharapkan mempunyai keturunan sebagai generasi penerus mereka
tetapi tidak semua pasangan yang berhasil mendapatkan keturunan setelah menikah
beberapa lama. Pasangan ini adalah pasangan yang infertile sehingga diperlukan
pengelolaan yang benar dalam menangani masalah ini. Sehingga seorang wanita
tidaklah seharusnya dikatakan sebagai penyebab infertilitas pasangan suami
istri.
Masalah infertilitas itu sendiri bukan
masalah yang sederhana. Infertilitas bisa diakibatkan dan dipengaruhi oleh berbagai
factor dalam kehidupan suami istri. Penting bagi seorang bidan mengerti hal-hal
tersebut untuk mendukung pelayanan kebidanan yang diberikannya di komunitas.
Dalam han out ini akan dijelaskan dengan
lebih luas tentang infertilitas dan penatalaksanaannya sehingga setelah
menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa yang merupakan calon bidan yang akan
bekerja dikomunitas, akan mampu mengerti dan memahami tentang infertilitas.
INFERTILITAS
Infertilitas adalah istilah yang sering
disalahgunakan, sehingga defenisi infertilitas harus dinyatakan secara jelas.
Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak
memakai pelindung belum terjadi kehamilan.
Infertilitas
harus dapat kita bedakan dengan sterilitas. Sterilitas adalah istilah yang digunakan
untuk seseorang yang mutlak tidak mungkin mendapatkan keterunan, misalnya
wanita dengan aplasia genitalia atau pria tanpa testes. Sedangkan infertilitas
menyatakan kesuburan yang berkurang.
Kurang
lebih 10-15% jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insiden infertilitas
meningkat sejak 40 tahun terakhir.
Menurut
Whitelaw pasangan yang besar 56,5% menjadi hamil pada bulan pertama dan 78,9%
dalam 6 bulan yang pertama. Infertilitas disebut primer bila pasien belum
pernah hamil dan sekunder jika sudah pernah hamil. Fertilitas dipengaruhi umur
dan ternyata fertilitas menurun sesudah umur 35 tahun.
Sebutkan
batasan yang disebut infertilitas !
Dikatakan
infertilitas apabila pasangan telah menikah istri belum hamil dalam waktu 1
tahun tanpa mempraktekkan kontrasepsi (disengaja). Jadi pasangan yang belum
mempunyai anak setelah 1 tahun menikah karena menggunakan alat kontrasepsi
tidak dikatakan sebagai pasangan infertile.
Sebab-sebab Infertilitas
Infertilitas
terjadi karena banyak factor, yang bisa diakibatkan oleh suami atau istri.
Sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa fertilitas itu disebabkan oleh istri
atau suami bila tidak terlebih dahulu dilakukan suatu pemeriksaan yang lengkap
pada salah satu atau kedua pasangan tersebut.
Sebab-sebab
infertilitas dapat dikelompokkan berdasarkan urutan terbesarnya sebagai berikut
:
Sebab-sebab infertilitas
|
Persentase
|
Penyakit
saluran telur
Anovalasi
Faktor
pria
Faktor
serviks
Faktor
perineum
Uterus/Endometrium
Tidak
diketahui
|
25-50%
20-40%
40%]5-10%
5-10%
3-10%
10%
|
|
Sumber
: Rayburn F.W, 2001, Obstetri dan Ginekologi, hal. 323
Berikut dijabarkan tentang penyebab infertilitas dari factor suami dan
istri.
|
Disengaja
|
Tidak
Disengaja
|
Istri
Suami
|
- Cara-cara rakyat seperti irigasi air garam
jenuh.
- Istibra Berkala
- Cara kimiawi berupa salep atau tablet.
- Cara-cara mekanik
- KB
- Coitus interuptus
- Kondom
- Sterilisasi
- Obat-obatan dan alcohol
|
- Gangguan ovulasi misalnya karena kelainan
ovarium atau gangguan hormonal.
- Kelainan mekanis yang menghalangi pembuahan
seperti kelainan tuba, endometriosis, stenosis kanalis cervikalis atau hymen,
fluor albus.
- Infeksi (prostatitis, epididimis,
parotitis).
- Ejakulasi retroged
- Varikokel
- Panas dan radiasi
- Kelainan kongenial dan kromosom
- Antobodi antispermia
- Disfungsi seksual
- Gangguan spermatogenesis
(aspermia, hypospermia, necrosperma)
: misalnya karena kelainan, penyakit
testes, kelainan endokrin
- Kelainan mekanis sehingga sperma tidak
dapat dikeluarkan ke dalam puncak vagina.
|
Berdasarkan
hasil penelitian penyebab terjadinya infertilitas pada pria dan wanita dapat
diperoleh gambaran pada diagram pie berikut. Tetapi bukan merupakan hal yang
selalu akan terjadi pada kenyataannya.
Sebutkan
factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya infertilitas.
Infertilitas
bisa disebabkan oleh banyak factor. Bisa disebabkan oleh kelainan pada suami
atau pada istri atau bisa juga pada keduanya. Penyebab adalah factor wanita
40-50% akibat penyakit saluran telur dan anovulasi dan factor pria sebanyak 30-50%
karena kelainan factor sperma.
Evaluasi Pasangan Infertil
Evaluasi pada pasangan infertile
diarahkan kepada mengidentifikasi penyebab infertilitas. Riwayat yang bisa
diteliti bisa membantu mengarahkan evaluasi, tetapi penting memeriksa hitung
sperma, ada tidaknya ovulasi dan potensi dari tuba fallopi sebelum memulai
sembarangan pengobatan.
Pada
istri beberapa aspek yang perlu dievaluasi adalah :
- Riwayat menstruasi penting untuk menilai
ovulasi.
- Pertumbuhan rambut yang abnormal menunjuk
pada kemungkinan anovulasi sekunder yang disebabkan kelebihan androgen.
- Galaktorea menjadi indikasi produksi
prolaktin berlebih.
- Dispareunia dan nyeri panggul merupakan
gejala infeksi dalam panggul atau endometriosis.
- Sembarang kontrasepsi yang pernah
diterima.
- Riwayat seksual meliputi persetubuhan
dengan penis dalam vagina, dokumentasi tentang ejakulasi, pemakaian sembarang
obat pelican.
- Pemeriksaan payudara untuk galaktorea dan
mencari hirsustisme.
- Menilai status estrogen wanita
- Mengukur suhu basal wanita untuk
mengetahui ovulasi.
Yang perlu dievaluasi
pada suami adalah :
- Analisa semen. Analisa semen yang normal
harus memperlihatkan hitung sperma lebih dari 20 juta/ml, yang bergerak lebih
dari 60% dan morfologi normal lebih dari 60%. Volume sperma pria 3-5 ml. Pria
tersebut harus abstinentia selama 48-72 jam sebelum pengambilan specimen sperma
dilakukan.
- Spesimen dapat ditampung kedalam sebuah
bejana kaca atau ke dalam mangkok specimen khusus. Spesimen dipertahankan pada
suhu tubuh dan harus sudah dianalisa dalam waktu 2 jam.
Untuk
penilaian yang lebih jelas biasanya digunakan Uji-coba Pasca Sanggama yang
dilakukan pada hari yang diperkirakan 2-3 hari sebelum akan terjadi ovulasi.
Lendir serviks diperiksa dalam masa 8 jam setelah persetubuhan.
Evaluasi Uji-Coba Pasca Sanggama sebagai
berikut :
FAKTOR
|
|
ABNORMAL
|
Lendir
Serviks
Spinbarrkeit
Jumlah
sperma
Gambaran
daun pakis
|
Encer
Ø
8 cm
Ø
5/LBP
|
Kental
< 8 cm
<5/LBP
Tidak ada
|
Sumber : Rayburn F.W
2001, Obstetri dan Ginekologi, hal. 324
Sebagai
gambaran evaluasi pasangan infertilitas dapat dilihat pada
Skema
berikut ini.
|
Jelaskan cara mengevaluasi pasangan
infertilitas.
Pada
prinsipnya evaluasi pada pasangan infertilitas harus memperhatikan factor
wanita dan pria. Pada wanita perhatikan pemeriksaan fisik termasuk endokrin,
pemeriksaan ginekologi, karakteristik haid dan galaktore, masa ovulasi dan pada
pria perhatikan/analisis sperma untuk mengevaluasi pasangan yang infertile.
Kategori
infertilitas dipengaruhi oleh factor gamet laki-laki, gamet perempuan dan
factor saluran genitalia perempuan.
Penanganan Infertilitas
Untuk penanganan
infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria.
Penanganan
pada wanita dapat dibagi dalam 7 (tujuh) langkah yang digambarkan sebagai
berikut :
Penanganan
Langkah I : Anamnesis
Adalah cara yang
terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak factor-faktor
penting berkaitan dengan infertilitas yang dapat ditanyakan pada pasien.
Anamnesis
meliputi :
Ø
Lama fertilitas
Ø
Riwayat haid, ovulasi dan dismenorhoe
Ø
Riwayat sanggama, frekuensi sanggama,
dispareunia
Ø
Riwayat komplikasi postpartum, abortus, KET,
kehamilan terakhir
Ø
Konstrasepsi yang pernah digunakan
Ø
Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan
sebelumnya
Ø
Riwayat penyakit sistematik (TBC, DM, Tiroid)
Ø
Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme
Ø
Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi
Ø
Riwayat PID, PHS, Lekorea
Ø
Riwayat keluar ASI
Ø
Pengetahuan kesuburan
Langkah II : Analisis Hormonal
Dilakukan bila
dari hasil anamnese diketemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid,
atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi.
Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH dengan akibatnya terjadi
anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5-25 ng/ml. Pemeriksaan dilakukan pada
antara jam 7 sampai 10 pagi. Bila ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml
disertai gangguan haid perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis.
Pemeriksaan
gonadotropin dapat memberikan informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid.
Langkah III : Uji Pasca Sanggama
Tes ini dapat
memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. Untuk
pelaksanaan uji pasca sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Bila hasil UPS
negative, maka perlu melakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang
normal dapat menyimpulkan sebab infertibilitas dari suami.
Langkah IV : Penilaian Ovulasi
Penilaian ovulasi
dapat diukur dengan pengukuran Suhu Basal Badan (SBB). SBB dikerjakan setiap
hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur ataupun
makan minum. Jika wanita siklus haidnya berovulasi, maka grafik akan
memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran
grafiknya monofasik.
Pada gangguan
ovulasi idiopatik, yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat
dicoba dengan pemberian estrogen (feedback positif) atau antiestrogen (feedback
negative). Untuk feedback negative diberikan klomifen sitrat dosis 50-100 mg,
mulai hari ke-5 sampai hari ke-9 siklus haid. Bila dengan pemberian estrogen
dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, maka untuk
pematangan folikel terpaksa diberikan gonadotropin dari luar.
Cara lain untuk
menilai ovulasi adalah dengan USG. Bila diameter folikel mencapai 18-25 mm,
berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi
ovulasi.
Langkah V : Pemeriksaan Bakteriologi
Perlu dilakukan
pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat clamydia
trachomatis dan gonokok sering menyebabkan sumbatan tuba. Bila ditemukan
riwayat abortsu berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH.
Langkah VI : Analisis Fase Luteal
Kadar estradiol
yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti
ini sering ditemukan pada unexplained
infertility. Pengobatan insufisiensi korpus luteum adalah dengan pemberian
sediaan progesterone alamiah. Lebih diutamakan progesterone intravagina dengan
dosis 50-200 mg dari pada pemberian oral.
Langkah VII : Diagnosis Tuba Fallopi
Karena makin
meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, maka pemeriksaan tuba menjadi
sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormone dan anovulasi merupakan
penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia
berbagai cara, yaitu : uji insulflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba
fallopi secara sonografi, hidrotubasi dan laparoskopi. Penanganan pada tiap
preedisposisi infertilitas tergantung pada penyebabnya. Termasuk pemberian
antibiotic untuk infertilitas yang disebabkan oleh infeksi.
Penangganan pada pria umumnya adalah dengan
analisis sperma.
Dari hasil
analisis sperma dapat terlihat kualitas dan kuantitas dari spermatozoa. Bila
ditemukan fruktosa di dalam semen, maka harus dilakukan tindakan biopsitestis.
Bila tidak ditemukan fruktosa di dalam semen menunjukkan tidak adanya kelainan
vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital.
Parameter analisis semen normal
No
|
PARAMETER
|
NILAI
RERATA
|
1
2
3
4
5
|
Volume
Jumlah
Sperma / ml
Motilitas
pada 6-8 jam
Bentuk
sperma yang abnormal
Kandungan
fruktosa
|
2-5 ml
Lebih
dari 20 juta
Lebih
dari 40%
Kurang
dari 20%
1.200 –
4.500 mg/ml
|
Sumber : Baziad A.S.,
2003, Endokrinologi Ginekologi, hal. 166
Sebutkan prinsip-prinsip dalam menangani infertilitas !
Pada penanganan
infertilitas dengan menggunakan langkah-langkah dari yang paling sederhana
dengan anamnesis pasangan suami istri, analisis sperma, uji pasca sanggama,
penilaian ovulasi, pemeriksaan bakteriologi, analisis fase luteal sampai
diagnosis tuba fallopi dan analisis sperma. Penanganan dilakukan secara
bertahap dengan mengobati satu atau lebih factor spesifik. Observasi prospektif
dan pengobatan empiris dengan clomiphene atau antibiotic empiris.
Kesimpulan
Infertilitas adalah setahun berumah
tangga dengan persetubuhan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi belum
terjadi kehamilan.
Penggunaan
istilah infertilitas sering disalahgunakan maka harus dinyatakan dengan jelas sehingga
tidak akan terjadi salah pengertian.
Penyebab infertilitas adalah
kompleks. Infertilitas yang terjadi tidak dapat dikatakan terjadi karena adanya
kelainan pada pihak suami atau istri tetapi sebaiknya pemeriksaan dilakukan
pada kedua pihak untuk mengetahui dengan jelas penyebabnya. Secara garis besar,
untuk evaluasi infertilitas dapat ditentukan dengan melalui sekelompok uji
diagnostic pada :
- factor gamet laki-laki
- factor gamet perempuan
- Faktor selurah genitalia perempuan
Untuk diagnosis dan pengobatan yang dapat
dilakukan pada kasus infertilitas dapat dilakukan berdasarkan pada factor
pencetusnya. Penanganan dilakukan dari hasil pemeriksaan yang paling sederhana
sampai pada penanganan yang lebih kompleks. Untuk penanganan infertilitas diperlukan
kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasangan suami istri.
Keberhasilan penanganan infertilitas
tergantung pada berat tidaknya penyebab infertilitas dan keefektifan pengobatan
yang dilakukan.
Seorang bidan dalam pelayanannya di
komunitas hendaknya dapat mengenali masalah infertilitas serta mengerti tentang
penyebabnya. Seorang bidan dapat menjadi konselor bagi pasangan suami istri
yang infertile. Tindakan penanganan infertilitas adalah tanggung jawab dari
tenaga kesehatan yang terampil di bidang tersebut. Tetapi sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan di komunitas seorang bidan harus mengerti tindakan yang
menjadi tugas seorang bidan dalam masalah ini.
Latihan
1. Batasan dari infertilitas adalah :
a. Setelah
berumah tangga selama setahun belum mempunyai keturunan.
b. Setelah berumah tangga selama setahun belum
mempunyai keterunan dengan menggunakan alat kontrasepsi.t
c. Berkurangnya infertilitas
d. A dan B benar
e. B dan C benar
2. Yang menjadi factor penyebab infertilitas pada pasangan suami
istri adalah …. Kecuali :
a. Penyakit saluran telur
b. Anovulasi
c. Faktor pria
d. Faktor peritoneum
e. Faktor serviks
3. Dalam evaluasi pasangan infertilitas perlu dilakukan analisis
sperma. Pada sperma yang normal terdapat kandungan fruktosa sebanyak :
a. 450 – 1.200 ng/ml
b. 1.200 – 4.500 ng/ml
c. 1.500 – 4.500 ng/ml
d. 4.500 – 12.000 ng/ml
e. BSSD
4. Sebagai tindakan awal dalam diagnosis dan penanganan pada masalah
infertilitas, langkah yang dapat diambil adalah :
a. Anamnesis
b. Analisis hormonal
c. Uji Pasca Sanggama
d. Pemeriksaan Bakteriologi
e. Diagnosis tuba fallopi
5. Pada insufisiensi korpus luteum, maka tindakan pengobatan yang
terbaik dilakukan adalah :
a. Pemberian klomifen sitrat 50-100 mg
b. Pemberian estrogen intravaginal 50-200 mg
c. Pemberian progesterone oral 50-100 mg
d. Pemberian progesterone intravaginal 50-200 mg
e. BSS
KASUS
Bidan
Yati yang bertempat di desa Sukaramai
didatangi oleh klien pasangan suami istri yang setelah dua tahun berumah tangga
belum mempunyai keturunan. Mereka datang kepada bidan untuk berkonsultasi
tentang masalah yang mereka hadapi. Sebagai seorang bidan langkah-langkah apa
saja yang seharusnya dilakukan oleh bidan Yati dalam menghadapi masalah
tersebut ?
Kepustakaan :
1. Baziad, A.M, 2003, Endokrinologi Ginekologi, Jakarta
: Penerbit Media Aeskulapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .
2. Raburn F.W. 2001, Obstetri
dan Ginekologi, Jakarta
: Penerbit Widya Medica
3. Wijayanegara
H. dkk, 1998, Pedoman Diagnosis dan Terapi
Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin,
Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Infertilitas terjadi karena banyak faktor, yang bisa diakibatkan oleh suami atau istri dan penanganan infertilitas perlu disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
BalasHapus