Jumat, 05 Oktober 2012

INFERTILITAS


INFERTILITAS
Syafrudin, SKM, MKes


Pendahuluan

        Tugas seorang bidan di komunitas adalah sangat kompleks. Seorang bidan yang professional harus mampu mengenal berbagai masalah kebidanan yang bisa dijumpai di masyarakat. Salah satunya adalah masalah infertilitas pada pasangan suami istri.
        Setiap pasangan suami istri kemungkinan besar sangat mengharapkan mempunyai keturunan sebagai generasi penerus mereka tetapi tidak semua pasangan yang berhasil mendapatkan keturunan setelah menikah beberapa lama. Pasangan ini adalah pasangan yang infertile sehingga diperlukan pengelolaan yang benar dalam menangani masalah ini. Sehingga seorang wanita tidaklah seharusnya dikatakan sebagai penyebab infertilitas pasangan suami istri.
        Masalah infertilitas itu sendiri bukan masalah yang sederhana. Infertilitas bisa diakibatkan dan dipengaruhi oleh berbagai factor dalam kehidupan suami istri. Penting bagi seorang bidan mengerti hal-hal tersebut untuk mendukung pelayanan kebidanan yang diberikannya di komunitas.
        Dalam han out ini akan dijelaskan dengan lebih luas tentang infertilitas dan penatalaksanaannya sehingga setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa yang merupakan calon bidan yang akan bekerja dikomunitas, akan mampu mengerti dan memahami tentang infertilitas.

INFERTILITAS
        Infertilitas adalah istilah yang sering disalahgunakan, sehingga defenisi infertilitas harus dinyatakan secara jelas. Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan.
Infertilitas harus dapat kita bedakan dengan sterilitas. Sterilitas adalah istilah yang digunakan untuk seseorang yang mutlak tidak mungkin mendapatkan keterunan, misalnya wanita dengan aplasia genitalia atau pria tanpa testes. Sedangkan infertilitas menyatakan kesuburan yang berkurang.
Kurang lebih 10-15% jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insiden infertilitas meningkat sejak 40 tahun terakhir.
Menurut Whitelaw pasangan yang besar 56,5% menjadi hamil pada bulan pertama dan 78,9% dalam 6 bulan yang pertama. Infertilitas disebut primer bila pasien belum pernah hamil dan sekunder jika sudah pernah hamil. Fertilitas dipengaruhi umur dan ternyata fertilitas menurun sesudah umur 35 tahun.

Sebutkan batasan yang disebut infertilitas !
Dikatakan infertilitas apabila pasangan telah menikah istri belum hamil dalam waktu 1 tahun tanpa mempraktekkan kontrasepsi (disengaja). Jadi pasangan yang belum mempunyai anak setelah 1 tahun menikah karena menggunakan alat kontrasepsi tidak dikatakan sebagai pasangan infertile.

Sebab-sebab Infertilitas
Infertilitas terjadi karena banyak factor, yang bisa diakibatkan oleh suami atau istri. Sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa fertilitas itu disebabkan oleh istri atau suami bila tidak terlebih dahulu dilakukan suatu pemeriksaan yang lengkap pada salah satu atau kedua pasangan tersebut.

Sebab-sebab infertilitas dapat dikelompokkan berdasarkan urutan terbesarnya sebagai berikut :
Sebab-sebab infertilitas
Persentase
Penyakit saluran telur
Anovalasi
Faktor pria
Faktor serviks
Faktor perineum
Uterus/Endometrium
Tidak diketahui
25-50%
20-40%
40%]5-10%
5-10%
3-10%
10%
Kombinasi
 

Sumber : Rayburn F.W, 2001, Obstetri dan Ginekologi, hal. 323
Berikut dijabarkan tentang penyebab infertilitas dari factor suami dan istri.

Disengaja
Tidak Disengaja
Istri







Suami
-   Cara-cara rakyat seperti irigasi air garam jenuh.
-   Istibra Berkala
-   Cara kimiawi berupa salep atau tablet.
-   Cara-cara mekanik
-   KB

-   Coitus interuptus
-   Kondom
-   Sterilisasi
-   Obat-obatan dan alcohol
-   Gangguan ovulasi misalnya karena kelainan ovarium atau gangguan hormonal.
-   Kelainan mekanis yang menghalangi pembuahan seperti kelainan tuba, endometriosis, stenosis kanalis cervikalis atau hymen, fluor albus.

-   Infeksi (prostatitis, epididimis, parotitis).
-   Ejakulasi retroged
-   Varikokel
-   Panas dan radiasi
-   Kelainan kongenial dan kromosom
-   Antobodi antispermia
-   Disfungsi seksual
-   Gangguan spermatogenesis
    (aspermia, hypospermia, necrosperma)
    : misalnya karena kelainan, penyakit testes, kelainan endokrin
-   Kelainan mekanis sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan ke dalam puncak vagina.

Berdasarkan hasil penelitian penyebab terjadinya infertilitas pada pria dan wanita dapat diperoleh gambaran pada diagram pie berikut. Tetapi bukan merupakan hal yang selalu akan terjadi pada kenyataannya.
Sebutkan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya infertilitas.
Infertilitas bisa disebabkan oleh banyak factor. Bisa disebabkan oleh kelainan pada suami atau pada istri atau bisa juga pada keduanya. Penyebab adalah factor wanita 40-50% akibat penyakit saluran telur dan anovulasi dan factor pria sebanyak 30-50% karena kelainan factor sperma.

Evaluasi Pasangan Infertil
        Evaluasi pada pasangan infertile diarahkan kepada mengidentifikasi penyebab infertilitas. Riwayat yang bisa diteliti bisa membantu mengarahkan evaluasi, tetapi penting memeriksa hitung sperma, ada tidaknya ovulasi dan potensi dari tuba fallopi sebelum memulai sembarangan pengobatan.
Pada istri beberapa aspek yang perlu dievaluasi adalah :
-       Riwayat menstruasi penting untuk menilai ovulasi.
-       Pertumbuhan rambut yang abnormal menunjuk pada kemungkinan anovulasi sekunder yang disebabkan kelebihan androgen.
-       Galaktorea menjadi indikasi produksi prolaktin berlebih.
-       Dispareunia dan nyeri panggul merupakan gejala infeksi dalam panggul atau endometriosis.
-       Sembarang kontrasepsi yang pernah diterima.
-       Riwayat seksual meliputi persetubuhan dengan penis dalam vagina, dokumentasi tentang ejakulasi, pemakaian sembarang obat pelican.
-       Pemeriksaan payudara untuk galaktorea dan mencari hirsustisme.
-       Menilai status estrogen wanita
-       Mengukur suhu basal wanita untuk mengetahui ovulasi.


Yang perlu dievaluasi pada suami adalah :
-       Analisa semen. Analisa semen yang normal harus memperlihatkan hitung sperma lebih dari 20 juta/ml, yang bergerak lebih dari 60% dan morfologi normal lebih dari 60%. Volume sperma pria 3-5 ml. Pria tersebut harus abstinentia selama 48-72 jam sebelum pengambilan specimen sperma dilakukan.
-       Spesimen dapat ditampung kedalam sebuah bejana kaca atau ke dalam mangkok specimen khusus. Spesimen dipertahankan pada suhu tubuh dan harus sudah dianalisa dalam waktu 2 jam.

Untuk penilaian yang lebih jelas biasanya digunakan Uji-coba Pasca Sanggama yang dilakukan pada hari yang diperkirakan 2-3 hari sebelum akan terjadi ovulasi. Lendir serviks diperiksa dalam masa 8 jam setelah persetubuhan.

Evaluasi Uji-Coba Pasca Sanggama sebagai berikut :

FAKTOR
NORMAL
ABNORMAL
Lendir Serviks
Spinbarrkeit
Jumlah sperma
Gambaran daun pakis
Encer
Ø  8 cm
Ø  5/LBP
Ada
Kental
< 8 cm
<5/LBP
Tidak ada
Sumber : Rayburn F.W 2001, Obstetri dan Ginekologi, hal. 324


Sebagai gambaran evaluasi pasangan infertilitas dapat dilihat pada
Skema berikut ini.
 






Perangai haid & galktore
 
               
 
























                                          

Jelaskan cara mengevaluasi pasangan infertilitas.
Pada prinsipnya evaluasi pada pasangan infertilitas harus memperhatikan factor wanita dan pria. Pada wanita perhatikan pemeriksaan fisik termasuk endokrin, pemeriksaan ginekologi, karakteristik haid dan galaktore, masa ovulasi dan pada pria perhatikan/analisis sperma untuk mengevaluasi pasangan yang infertile.

Kategori infertilitas dipengaruhi oleh factor gamet laki-laki, gamet perempuan dan factor  saluran genitalia perempuan.

Penanganan Infertilitas
Untuk penanganan infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria.
Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 (tujuh) langkah yang digambarkan sebagai berikut :
Penanganan
 


















Langkah I : Anamnesis
Adalah cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak factor-faktor penting berkaitan dengan infertilitas yang dapat ditanyakan pada pasien.
Anamnesis meliputi :
Ø  Lama fertilitas
Ø  Riwayat haid, ovulasi dan dismenorhoe
Ø  Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia
Ø  Riwayat komplikasi postpartum, abortus, KET, kehamilan terakhir
Ø  Konstrasepsi yang pernah digunakan
Ø  Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya
Ø  Riwayat penyakit sistematik (TBC, DM, Tiroid)
Ø  Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme
Ø  Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi
Ø  Riwayat PID, PHS, Lekorea
Ø  Riwayat keluar ASI
Ø  Pengetahuan kesuburan

Langkah II : Analisis Hormonal
Dilakukan bila dari hasil anamnese diketemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH dengan akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5-25 ng/ml. Pemeriksaan dilakukan pada antara jam 7 sampai 10 pagi. Bila ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis.
Pemeriksaan gonadotropin dapat memberikan informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid.

Langkah III : Uji Pasca Sanggama
Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. Untuk pelaksanaan uji pasca sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Bila hasil UPS negative, maka perlu melakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat menyimpulkan sebab infertibilitas dari suami.

Langkah IV : Penilaian Ovulasi
Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran Suhu Basal Badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur ataupun makan minum. Jika wanita siklus haidnya berovulasi, maka grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik.

Pada gangguan ovulasi idiopatik, yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (feedback positif) atau antiestrogen (feedback negative). Untuk feedback negative diberikan klomifen sitrat dosis 50-100 mg, mulai hari ke-5 sampai hari ke-9 siklus haid. Bila dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, maka untuk pematangan folikel terpaksa diberikan gonadotropin dari luar.
Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Bila diameter folikel mencapai 18-25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.

Langkah V : Pemeriksaan Bakteriologi
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat clamydia trachomatis dan gonokok sering menyebabkan sumbatan tuba. Bila ditemukan riwayat abortsu berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH.

Langkah VI : Analisis Fase Luteal
Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti ini sering ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan insufisiensi korpus luteum adalah dengan pemberian sediaan progesterone alamiah. Lebih diutamakan progesterone intravagina dengan dosis 50-200 mg dari pada pemberian oral.

Langkah VII : Diagnosis Tuba Fallopi
Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, maka pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormone dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara, yaitu : uji insulflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba fallopi secara sonografi, hidrotubasi dan laparoskopi. Penanganan pada tiap preedisposisi infertilitas tergantung pada penyebabnya. Termasuk pemberian antibiotic untuk infertilitas yang disebabkan oleh infeksi.

Penangganan pada pria umumnya adalah dengan analisis sperma.
Dari hasil analisis sperma dapat terlihat kualitas dan kuantitas dari spermatozoa. Bila ditemukan fruktosa di dalam semen, maka harus dilakukan tindakan biopsitestis. Bila tidak ditemukan fruktosa di dalam semen menunjukkan tidak adanya kelainan vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital.




Parameter analisis semen normal
No
PARAMETER
NILAI RERATA
1
2
3
4
5
 Volume
Jumlah Sperma / ml
Motilitas pada 6-8 jam
Bentuk sperma yang abnormal
Kandungan fruktosa
2-5 ml
Lebih dari 20 juta
Lebih dari 40%
Kurang dari 20%
1.200 – 4.500 mg/ml
Sumber : Baziad A.S., 2003, Endokrinologi Ginekologi, hal. 166

Sebutkan prinsip-prinsip dalam menangani infertilitas !
Pada penanganan infertilitas dengan menggunakan langkah-langkah dari yang paling sederhana dengan anamnesis pasangan suami istri, analisis sperma, uji pasca sanggama, penilaian ovulasi, pemeriksaan bakteriologi, analisis fase luteal sampai diagnosis tuba fallopi dan analisis sperma. Penanganan dilakukan secara bertahap dengan mengobati satu atau lebih factor spesifik. Observasi prospektif dan pengobatan empiris dengan clomiphene atau antibiotic empiris.

Kesimpulan
            Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi belum terjadi kehamilan.
Penggunaan istilah infertilitas sering disalahgunakan maka harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak akan terjadi salah pengertian.
            Penyebab infertilitas adalah kompleks. Infertilitas yang terjadi tidak dapat dikatakan terjadi karena adanya kelainan pada pihak suami atau istri tetapi sebaiknya pemeriksaan dilakukan pada kedua pihak untuk mengetahui dengan jelas penyebabnya. Secara garis besar, untuk evaluasi infertilitas dapat ditentukan dengan melalui sekelompok uji diagnostic pada :

-     factor gamet laki-laki
-     factor gamet perempuan
-     Faktor selurah genitalia perempuan
      Untuk diagnosis dan pengobatan yang dapat dilakukan pada kasus infertilitas dapat dilakukan berdasarkan pada factor pencetusnya. Penanganan dilakukan dari hasil pemeriksaan yang paling sederhana sampai pada penanganan yang lebih kompleks. Untuk penanganan infertilitas diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasangan suami istri.
      Keberhasilan penanganan infertilitas tergantung pada berat tidaknya penyebab infertilitas dan keefektifan pengobatan yang dilakukan.

      Seorang bidan dalam pelayanannya di komunitas hendaknya dapat mengenali masalah infertilitas serta mengerti tentang penyebabnya. Seorang bidan dapat menjadi konselor bagi pasangan suami istri yang infertile. Tindakan penanganan infertilitas adalah tanggung jawab dari tenaga kesehatan yang terampil di bidang tersebut. Tetapi sebagai pelaksana pelayanan kebidanan di komunitas seorang bidan harus mengerti tindakan yang menjadi tugas seorang bidan dalam masalah ini.

Latihan
1.   Batasan dari infertilitas adalah :
      a.   Setelah berumah tangga selama setahun belum mempunyai keturunan.
      b.   Setelah berumah tangga selama setahun belum mempunyai keterunan dengan menggunakan alat kontrasepsi.t
      c.   Berkurangnya infertilitas
      d.   A dan B benar
      e.   B dan C benar

2.   Yang menjadi factor penyebab infertilitas pada pasangan suami istri adalah …. Kecuali :
      a.   Penyakit saluran telur
      b.   Anovulasi
      c.   Faktor pria
      d.   Faktor peritoneum
      e.   Faktor serviks

3.   Dalam evaluasi pasangan infertilitas perlu dilakukan analisis sperma. Pada sperma yang normal terdapat kandungan fruktosa sebanyak :
      a.   450 – 1.200 ng/ml
      b.   1.200 – 4.500 ng/ml
      c.   1.500 – 4.500 ng/ml
      d.   4.500 – 12.000 ng/ml
      e.   BSSD

4.   Sebagai tindakan awal dalam diagnosis dan penanganan pada masalah infertilitas, langkah yang dapat diambil adalah :
      a.   Anamnesis
      b.   Analisis hormonal
      c.   Uji Pasca Sanggama
      d.   Pemeriksaan Bakteriologi
      e.   Diagnosis tuba fallopi




5.   Pada insufisiensi korpus luteum, maka tindakan pengobatan yang terbaik dilakukan adalah :
      a.   Pemberian klomifen sitrat 50-100 mg
      b.   Pemberian estrogen intravaginal 50-200 mg
      c.   Pemberian progesterone oral 50-100 mg
      d.   Pemberian progesterone intravaginal 50-200 mg
      e.   BSS

KASUS
Bidan Yati yang bertempat di desa  Sukaramai didatangi oleh klien pasangan suami istri yang setelah dua tahun berumah tangga belum mempunyai keturunan. Mereka datang kepada bidan untuk berkonsultasi tentang masalah yang mereka hadapi. Sebagai seorang bidan langkah-langkah apa saja yang seharusnya dilakukan oleh bidan Yati dalam menghadapi masalah tersebut ?


 

Kepustakaan :
1.   Baziad, A.M, 2003, Endokrinologi Ginekologi, Jakarta : Penerbit Media Aeskulapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.   Raburn F.W. 2001, Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : Penerbit Widya Medica
3.         Wijayanegara H. dkk, 1998, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD RSUP Dr. Hasan Sadikin.

1 komentar:

  1. Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Infertilitas terjadi karena banyak faktor, yang bisa diakibatkan oleh suami atau istri dan penanganan infertilitas perlu disesuaikan dengan faktor penyebabnya.

    BalasHapus