PERTOLONGAN PERTAMA
KEGAWAT DARURATAN OBSETRI DAN
NEONATUS
A. PENDARAHAN YANG MENGANCAM NYAWA SELAMA
KEHAMILAN DAN DEKAT CUKUP BULAN.
Minggu-minggu awal kehamilan :
- Abortus
- Mola hidatidosa (kista vasikular)
- Kehamilan ekstrauteri (ektopik)
Minggu-minggu
akhir kehamilan dan dekat cukup bulan
- Plasenta
previa
- Solusio plasentae
- Ruptura uteri
- Pengarahan persalinan per vaginam setelah
seksio sesaria
- Retensio plasentae – plasenta inkompletus
- Perdarahan pascapersalinan
- Hematoma
- Koagulopati obstetric
ABORTUS
Adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Diagnosis
a. Amenore
b. Tanda-tanda kehamilan
c. Perdarahan hebat ver vaginam
d. Pengeluaran jaringan plasenta
e. Kemungkinan
kematian janin
Pada Abortus Septik
* Perdarahan ver vaginam yang banyak atau
sedang
* Demam, bisa mengigil
* Kemungkinan gejala iritasi peritoneum
* Kemungkinan
syok
Terapi
1) Perdarahan yang tak mengancam nyawa
Terapi
: Macrodex, Haemaccel, Periston, Plasmagel, Plasmafundin (pengekspansi plasma
pengganti darah).
Perumahsakitan.
2) Perdarahan yang mengancam nyawa
Syok
hemoragik :
Anestesi
dilakukan dengan sangat hati-hati, bila kehilangan darah banyak.
Pada syok berat, lebih disukai kuretase
tanpa anestesi kemudian Methergin
3) Pada
abortus dengan demam mengigil.
Tindakan utama : penisilin, ampisilin,
sefalotin, rebofasin, pemberian infuse.
MOLA HIDOTIDOSA (KISTA
VESIKULAR)
Penyebab
Anomali
: Pembengkakan edematosa pada vili
(degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast.
Diagnosis
:
Anamnisis
: Amenore
Sering
keluhan kehamilan berlebihan
Perdarahan tak teratur, secret per vaginam
berlebihan
Hasil
Pemeriksaan : Biasanya uterus lebih besar dari pada kehamilannya
Pengeluaran
Kista. Kista Ovarium tidak selalu dapat dideteksi.
Pada
mola kistik hanya perdarahan yang mengancam boleh dianggap kerarutan akut
akibatnya, tindakan berikut tidak dapat dilakukan pada kenyataan gawat darurat.
Terapi
Segera
dirumah sakitkan :
1. Tetes oksitosin, dosis tinggi
2. Bersihkan uterus dengan hati-hati
3. Histerektomi
Mungkin
pada wanita tua atau yang tak menginginkan tambahan anak lagi
1.
Transfusi darah
2.
Antibiotika
KEHAMILAN
EKSTRAUTERI (EKTOPIK)
Penyebab
Terlambatnya transport ovum : obstruksi
mekanis pada jalan yang melewati tuba uterine; kehamilan tuba terutama di
ampula, lebih jarang ; jarang kehamilan di ovarium.
Diagnosis
Amenore 3 sampai 10 minggu, jarang lebih
lama perdarahan pervaginam tak teratur (tidak selalu).
Nyeri
1. Serupa
dengan nyeri melahirkan, sering unilateral (abortus tuba)
2. Nyeri hebat akut (rupture tub)
3. Nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar
4. Kavum Douglasi menonjol, dan sensitive
terhadap tekanan.
Gejala perdarahan intra
abdominal
1. Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian
bawah, lebih jarang pada abdomen bagian atas.
2. Abdomen bisa tegang
3. Ingin muntah
4. Nyeri bahu
5. Membran murkosa anemis
Syok
1. Nadi, lemah, cepat
2. Tekanan
darah di bawah 100 mm Hg.
3. Muka
mengurus, bentuknya menonjol, terutama hidung
4. Keringat dingin
5. Ekstrimitas pucat, kuku kebiruan
6. Bila timbul gangguan kesadaran
Terapi
Infus
; ekspander plasma (Haemaccel, Macrodex) 1000 ml, atau rujuk ke rumah sakit
secepatnya.
PLASENTA PREVIA
Adalah
tertanamnya bagian plasenta kedalam segmen bawah uterus.
Penyebab
Fase
pergeseran – tumpang tindih plasenta di atas ostium uteri internum yang
menyebabkan pelepasan plasenta.
Pada
pembukaan pembuluh desidual atau ruangan intervillus;
Perdarahan
pada ibu
Dengan
laserasi vil bersamaan
Juga
pendarahan pada janin
Diagnosis
Gejala
utama ; tanpa rasa nyeri, perdarahan berulang atau kontinu dalam trimester
ketiga atau selama persalinan tanpa penyebab yang jelas !
Uterus
selalu lunak
Abdomen
tidak tegang
Umumnya
tanpa kontraksi persalinan atau hanya sedikit
Keadaan umum berhubungan dengan kehilangan
darah
Sebagian besar bunyi jantun janin baik
Bunyi
jantung fetus yang tak memuaskan atau tidak ada hanya pada kasus rupture
plasenta atau pelepasan yang luas.
Terapi
Tindakan
pada tempat praktek
Pada kasus perdarahan yang banyak,
pengobatan syok ; infuse dengan Macrodex,
Periston, Haemaccel, Plasmagel,
Plasmafudin
Pada kasus pasien gelisah diberikan 10
mg valium (diazepam) IM atau IV perlahan-lahan
Tata
cara / tindakan yang dilakukan
1) Tindakan
dasar umum
Mantau (monitor) tekanan darah, nadi dan
hemoglobin
Berikan oksigen
Pasang infuse ; berikan
ekspander plasma atau serum yang diawetkan
Usahakan pemberian darah lengkap
yang telah diawetkan dalam jumlah mencukupi.
2) Pada
perdarahan yang mengancam nyawa
Lakukan seksio sesarea sesegera setelah pengobatan syok dimulai !
3) Pada
perdarahan tetap hebat atau meningkat
Pada plasenta previo totalis
atau parsialis :
Segera melakukan seksio sesaria
!
Pada plasenta letak rendah
(plasenta tak terlihat bila lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm).
4) Tindakan
setelah melahirkan
a) Cegah syok (syok hemoragik)
b) Mantau (monitor) air seni (kateter “indwelling”
c) Mantau system koagulasi (koagulopati)
d) Bayi :
mantau hemoglobin ; periksa hitung eritrosit dan kemungkinan hematokrit.
SOLUTION
PLASENTAE (ABRUPSIO)
Adalah
lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus, baik lengkap maupun
parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
Penyebab
Hematoma retroplasenta akibat
perdarahan dari arteria (perubahan dinding pembuluh darah; peningkatan tekanan
di dalam ruangan intervillus) di Tingkatkan oleh hipertensi, toksemia.
Diagnosis
1) Nyeri
Kontraksi
persalinan sering ada sebagai nyeri kontinu; uterus tetanik
2) Perdarahan per vaginam
Jarang
ada dalam kasus berat
Perdarahan
eksternal bervariasi
3) Bunyi jantung janin berfluktuasi
Hampir
selalu melebihi batas-batas normal, umumnya tak ada pada kasus berat.
4) Syok
Nadi
lemah, cepat, tekanan darah rendah
Pucat,
berjeringat dingin, ekstremitas dingin, kuku biru
Jarang
syok tak ada pada kasus berat
Terapi
* Penderita yang disangka menderita solusio
plasentae, serta yang dengan pendarahan genitalia selama kehamilan lanjut dan
persalinan harus dirumahsakitkan !
* Selama
solusio plasentae bisa timbul hal berikut :
a) Perdarahan yang mengancam nyawa dan syok
b) Tromboplasti yang diikuti oleh apopleksi
uteroplasenta
c) Gagal ginjal akut ; pada kasus anuria atau
oliguria yang lebih ringan, pada kasus ginjal syok yang berat dan nekrosis
korteks ginjal.
d) Infus
amnion (sangat jarang).
1) Tindakan pada tempat praktek dokter
a) Hati-hati
melakukan pemeriksaan luar
b) Jangan melakukan pemeriksaan vagina !
Pada
tempat praktek dokter, umumnya tak mungkin membedakan dengan jelas dari
plasenta previae.
c)
Infus : Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel,
Plasmafudin
d)
Petidin (Dolantin) 100 mg IM
2. Tindakan
di dalam rumah sakit
a) Pemeriksaan
umum yang teliti; nadi, tekanan darah, jumlah perdarahan per vaginam, penentuan
hemoglobin dan hematokrit, pemantauan pengeluaran urina (kateter “indwelling”)
b) Profilaksis
syok : mulai infuse, dapatkan darah lengkap yang diawetkan.
c) Ambil
contoh darah : untuk penentuan golongan darah dan profil kogulasi ! Keadaan
pembekuan darah diperiksa berulang kali dengan berlanjutnya kejadian.
d) Pemeriksaan
vagina ; pada perdarahan hebat hanya bila ada darah yang telah diawetkan; pada
waktu bersamaan pecahkan selaput ketuban tanpa memandang keadaan serviks dan
nyeri peralinan; hal ini harus diikuti oleh :
e) Infus oksitosin (syntocinon) 3 unit per 500
ml
f) Penghilangan nyeri dan sedative : untuk
profilaksis syok gunakan dolantin (petidin); Novalgin (Noraminodopirin) IV :
Talwin (pentazosin) IV dan IM.
3) Tindakan tambahan
a) Pada janin yang hidup dan dapat hidup;
Seksio
sesaria
Prasyarat
:
b) Pada janin yang mati :
Usahakan
persalinan, spontan, bila perlu ekstraksi vakum atau kraniotomi.
c) Pada perdarahan yang mengancam nyawa (juga
pada janin yang mati atau tak dapat hidup).
RUPTURA UTERI
Penyebab
1) Tindakan obstetric (versi)
2) Ketidakseimbangan fetopelvik
3) Letak lintang yang diabaikan (kasep)
4) Kelebihan
dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi persalinan
5) Jaringan parut pada uterus ; keadaan
setelah seksio sesaria, meomenukleasi, operasi Strassman, eksisi baji suatu
tuba.
6) Kecelakaan
(kecelakaan lalulintas), sangat jarang.
Diagnosis
1) Ruptura uteri mengancam (hamper lahir)
a) Peningkatan aktivitas kontraksi persalinan
(gejolak nyeri persalinan)
b) Terhentinya persalinan
c) Regangan berlebihan dengan nyeri pada
segmen bawah rahim (sering gejalan utama)
d) Pergerakan cincin Bandl ke atas
e) Tegangan pada ligament rotundum
f) Kegelisahan wanita yang akan bersalin
2) Ruptura yang sebenarnya
a) Kontraksi persalinan menurun atau berhenti
mendadak (munculnya sebagian atau seluruh janin ke dalam rongga abdomen yang
bebas).
b) Berhentinya bunyi jantung atau
pergerakannya atau keduanya.
c) Peningkatan tekanan akibat arah janin.
d) Gejala rangsangan peritoneal (nyeri difus,
muscular defence” dan nyeri tekan).
e) Keadaan syok peritoneal
f) Perdarahan eksternal (hanya pada 25% kasus)
g) Perdarahan internal ; anemia, tumor yang
tumbuh cepat di samping rahim yang menunjukkan hematoma karena rupture
inkompletus (terselubung).
3) Ruptura tenang
Setiap
keadaan syok yang tak dapat dijelaskan intrapartum atau pascapersalinan harus
dicurigai disebabkan oleh rupture uteri !
Terapi
1) Histerektomi total : umumnya rupture meluas
ke segmen bawah uteri, sering ke dalam serviks.
2) Histerektomi supravaginal hanya dalam kasus
gawat darurat.
3) Sedikit pikiran sehat untuk membersihkan
uterus dan menjahit rupture : bahaya rupture baru pada kehamilan berikutnya
sangat tinggi.
4) Pada hematoma parametrium dan angioreksis
(rupture pembuluh darah). Buang hematoma hingga bersih; jika perlu ikat arteri
iliaka inter (hipogastrikum).
Pengobatan antisyok harus dimulai bahkan
sebelum dilakukan operasi !
RETENSIO PLASENTAE – PLASENTA INKOMPLETUS
Penyebab
1) Retensio ; nyeri lahir yang kurang kuat
atau perlengkapan patologi
2) Inkarserasi : spasme pada darah isthmus
serviks, sering disebabkan oleh kelebihan dosis obat analgesic.
Diagnosis
1) Plasenta tidak lahir spontan
2) Tidak yakin apakah plasenta lengkap
Terapi
1) Retensio atau inkarserasi
3-5
unit Syntocin (oksitosin) IV, yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara
hati-hati dengan tekanan pada fundus, bila plasenta tidak lahir, usaha
pengeluaran secara manual setelah 15 menit.
2) Keraguan tentang lengkapnya plasenta
Palpasi
sekunder
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
Penyebab
1) Kelainan pelepasan dan kontraksi
2) Ruptura serviks dan vagina, lebih jarang
laserasi perineum
3) Retensio sisa plasenta
4) Koagulopati
Diagnosis
Perdarahan
pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama kehilangan darah
500 ml atau lebih berarti bahaya syok.
Perdarahan
1) Mendadak, sangat parah (jarang)
2) Sedang, bergelombang (pada kebanyakan
kasus)
3) Sedang, menetap (terutama pada rupture)
Peningkatan anemia
Ancaman
syok
Kegelisahan,
mual
Peningkatan
frekuensi nadi
Penurunan tekanan darah
Tata Cara Pemeriksaan Sistematik
1) Periksa genitalia dengan visualisasi
langsung
2) Palpasi uterus
3) Selidiki koagulopati
Terapi
Tergantung
atas penyebab perdarahan, tetapi selalu :
Mulai infuse dengan ekspander plasma.
Sediakan
darah yang cukup untuk mengganti
Jangan mentranspor penderita dalam keadaan
syok yang dalam !
Perdarahan sekunder atonik
1) Berikan Syntocnon (oksitosin) 5-10 unit IV,
tetes oksitosin dengan dosis 20 unit atau lebih dalam larutan glukosa 500 ml.
2) Pemegangan dari luar dan gerakan uterus kea
rah atas.
3) Kompresi uterus bimanual.
4) Kompresi aorta abdominalis
5) Lakukan histerektomi sebagai tindakan akhir
B. SYOK DAN KEADAAN SEPERTI SYOK DAN DALAM OBSTETRI
SYOK HEMORAGIK
Penyebab
1) Perdarahan eksternal atau internal yang
menyebabkan hiposekmia atau ke ataksia vasomotor akut.
2) Ketakcocokan antara kebutuhan metabolit
perifer dan peningkatan transport gangguan metabolic, kekurangan O2
di dalam jaringan dan penimbunan hasil sisa metabolic menyebabkan cedera
sel yang mula-mula reversible, kemudian tak reversible.
Gangguan
mikrosirkulasi.
Diagnosis
1) Ukur tekanan darah dan nadi
2) Periksa suhu dan warna kulit, serta
membrane mukosa.
3) Ukur perbedaan suhu antara bagian pusat dan
perifer badan.
4) Evaluasi keadaan pengisian (kontraksi) vena
5) Evaluasi palung kuku; keterlambatan
pengisian daerah kapiler setelah kukuh ditekan.
6) Ukur ekskresi air seni tiap jam
7) Evaluasi factor waktu.
Terapi
Setiap
penderita yang syok hemoragik dirumahsakitkan. Terapi awal syok bertujuan
mengembalikan hubungan normal antara volume kecepatan denyut jantung dan
kebutuhan perifer yang sebenarnya.
1) Tindakan umum
2) Hemostatis
3) Pergantian Volume
4) Kendalikan gangguan mikrosirkulasi dan
tetapkan sentralisasi.
5) Hilangkan
nyeri
6) Penatalaksanaan koagulopati
7) Mantau fungsi ginjal
8) Penatalaksaan jantung
9) Tindakan klinik
SYOK SEPTIK (SYOK BAKTERI, SYOK ENDOTOKSIN)
Penyebab
Pembanjiran
endotoksin bakteri gram negative (coli, preteus, pseudomonas, aerobacter,
enterococci); lebih jarang toksin bakteri gram positif (streptokokus,
stafilokokus, clostridium welchii).
Sering
terjadi pada abortus septic ; amnionitis, pielonefritis
1) Demam
Sering
didahului oleh menggigil, yang diikuti oleh penurunan suhu dalam beberapa jam;
jarang hipotermi.
2) Takikardi, hipotensi
Bila
tidak diobati hamper selalu berlanjut ke syok tak reversible.
3) Gangguan pikiran sementara (disorientasi)
Sering
tidak diperhatikan
4) Nyeri pada abdomen (obstruksi portal dan
ekstremitas yang tak tegas)
5) Ketakcocokan
antara gambaran setempat dan keparahan keadaan umum.
6) Gagal ginjal akut
Berlanjut
ke anuria
7) Trombopeni
Sering
sementara
Terapi
1) Tindakan segera selama fase awal
2) Terapi tambahan
a) Pengobatan syok
Syok
septic (bakteri) selalu bersifat syok hipovolemik (relative hipovolemia) !
Terapi
infuse, secepat mungkin diarahkan pada asidosis metabolic
b) Infeksi
Antibiotika;
Leucomycin,
kloramfenikol 2-3 mg/hari
Penisilin sampai 80 juta satuan / hari
c) Pengobatan insufisiensi ginjal
- Pengenalan dini bagi perkembangan
insufisiensi ginjal
- Manitol (Osmofundin)
- Bila insufisiensi ginjal berlanjutan 24 jam
setelah kegagalan sirkulasi.
- Dialisi peritoneal.
3) Pengobatan asidosis
DISTOSIA
Ialah
persalinan yang sulit atau penyulit
Distosia
dapat dibedakan atas :
1) Distosia karena kelainan letak
- Presentasi puncak kepala
- Presentasi muka
- Presentasi dahi
- Presentasi letak sungsang
- Presentasi letak lintang
- Presentasi ganda/kembar
2) Distosia karena kelainan panggul :
Jenis
kelainan panggul
- Panggul Ginkoid
- Panggul Antropoid
- Panggul Android
- Panggul Platipelloid
PRE EKLAMSI BERAT
Istilah
eklamsi berasal dari bahasa Yunani “ Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena
seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului
oleh tanda-tanda lain.
Pada
wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravdarum,
eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale,
Tanda-tanda Preeklampsi berat
Bila
salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan preeklampsi berat :
1. Tekanan dari 160 / 110 mmHg.
2. Oligouria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4. Keluhan subjektif
a. Nyeri epigastrium
b. Gangguan penglihatan
c. Nyeri kepala
d. Edema
paru dan sianosis
e. Gangguan kesadaran
5. Pemeriksaan
:
a. Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
b. Perdarahan pada retina
c. Trombosit kurang dari 100.000/mm
Penanganan preeklampsia berat
Sebagai
pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan :
1) Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10
ml (4 gram) disuntikan intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis
permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap jam menurut keadaan. Obat tersebut,
selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
2) Klorpomazin 50 mg intramuskulus
3) Diazepam 20 mg intramuskulus
Diagnosis eklampsia dapat
dibedakan dari :
1) Epilepsi
2) Kejangan karena obat anesthesia
3) Koma karena sebab lain seperti diabetes
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin
PENANGANAN KEJANG
1. Berikan obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan
nafas, sedotan masker, dan balon oksigen).
3. Beri oksigen 6 liter/menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma,
tetapi jangan diikat terlalu keras.
5. Baringkan
pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko respirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan
tenggorokan jika perlu.
Penanganan Umum
1. Jika penanganan diastolic tetap lebih dari
110 mmhg, berikan obat anti hipertensi, sampai tekanan diastolic diantara
90-100 mmhg.
2. Pasang infuse dengan jarum besar (16 gauge
atau lebih besar)
3. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai
terjadi overload cairan.
4. Kateterisasi urin untuk memantau
pengeluaran urin dan proteinuria.
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam ;
hentikan magnesium sulfat (mgo4) dan berikan cairan 1.v (nacl 0,9% atau ringer
lakiat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam pantau kemungkinan edema paru.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang
disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan
denyut jantung tiap jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda
edema paru.
9. Hentikan pemberian cairan I.V dan berikan
deuretik misalnya furosemid 40 mg I.V. sekali saja jika ada edema paru.
10. Nilai pembekuan darah dengan pembekuan
sederhana jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati.
DOMING (DOMICILAIARY IN
AND OUT)
·
Pelayanan kombinasi antara di rumah pasien dan
unit kebidanan.
·
Bidan dipanggil saat ada/mulai tanda persalinan.
·
Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit.
·
Bila ada penyimpangan segera dapat ditangani
·
Bila Persalinan tidak ada komplikasi ibu pulang
dalam 2-6 jam post partum atau esok harinya.
Keuntungan
:
·
Pelayanan berkesinambungan dari komuniti dokter
·
Kontak dengan kegiatan rutin rumah sakit sedikit
·
Gangguan kehidupan keluarga sedikit/minimal
·
Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan
emergensi
·
Pilihan alternative untuk ibu yang tidak
memenuhi persyaratan untuk bersalin di rumah.
·
Bidan tetap dapat mempertahankan keterampilan
menolong persalinan
Kerugian
:
·
Resiko tertunda ke rumah sakit jarak yang jauh
·
Merepotkan waktu pulang dari RS setelah
persalinan
Hepatitis
B
Adalah peradangan pada hati.
Penularannya dapat terjadi lewat :
1.
Jarum suntik
2.
Pisau yang terkontaminasi
3.
Tranfusi darah
4.
Gigitan manusia
Yang dapat menyebabkan hati kronik
meliputi :
1.
Hepatitis kronik
2.
Pengerasan hati (sirosis)
3.
Kanker hati
4.
Pertukaran cairan tubuh
5.
Kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi
hepatitis B.
Mengidap virus hepatisis B, biasanya
dapat dicegah dengan memberikan imunoglobin hepatitis B.
Pengaruh Hepatitis virus pada ibu hamil
adalah meningkatkan angka kejadian abortus, partus prematurus, dan perdarahan.
Resiko bagi janin dalam kandungan adalah prematurus, kematian janin dan
penularan hepatitis virus.
Pertama dapat terjadi keguguran,
trimester kedua dan ketiga, sering terjadi persalinan premature. Pada hepatitis
B. melalui plasenta, waktu lahir atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi
tentang penularan melalui air susu.
Pengaruh Hepatitis B dalam kehamilan :
·
Terjadi
abortus, partus prematurus, dan kematian janin dalam kandungan.
·
Apakah
virus ibu masuk kedalam tubuh janin belum dapat dipastikan.
Pengaruh dalam persalinan dan
nifas :
* Penghentian kehamilan tidak mengubah
jalannya penyakit baik dengan jalan abortus buatan, maupun dengan induksi
persalinan.
* Bila tidak ada indikasi penyelesaian
persalinan, kelahiran per vaginam diawasi dengan baik.
* Pada saat pascapersalinan, karena sering
terjadi perdarahan yang benar dan sulit dikontrol atau hipofibrionogenermia.
Penderita
harus dirawat, istirahat dan diet hepatitis adalah diet rendah protein,
antobiotik, kortikosteroid dan obat proteksi hati, hepatoksik.
Pengobatan Penyakit
Hepatitis B
1.
Interfon alfa – 2b
2.
Lamivudine
3.
immunoglobulin
4.
anti body terhadap hepatitis b
NEONATUS
Adalahn organisme yang sedang
berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Masa neonatal adalah periode selama satu
bulan (lebih tetap : 4 minggu = 28 hari setelah lahir).
Kondisi
yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
1.
Sumbatan jalan napas : akibat lender/darah/mekonium,
atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2.
Kondisi depresi pernapasan ; akibat obat-obatan yang
diberikan kepada ibu misalnya obat anestesik, analgetik local, narkotik,
diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
3.
Kerusakan neurologist
4.
Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular
atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan congenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5.
Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat
atau perdarahan.
Penyebab kematian yang paling cepat pada
neonatus adalah asfiksia dan perdarahan.
ASIFIKSIA PERINATAL
Merupakan
penyebab mortalitas dan morbisitas yang penting. Akibat jangka panjang asfiksia
perinatak ini dapat diperbaiki sevara bermakna bila hal ini diketahui SEBELUM kelahiran
(misalnya pada keadaan gawat janin), sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi / oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk
mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi.
Asfiksia
yang terdeteksi sesudah lahir, prosesnya berjalan dalam beberapa fase / tahapan
(Dawes) :
1. Janin bernapas megap-megap (gasping),
diikuti dengan
2. Masa
henti napas (fase henti napas primer)
3. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul seri
pernapasan megap-megap yang kedua selama 4-5 menit (fase gasping kedua),
diikuti lagi dengan
4. Masa henti napas kedua (henti napas
sekunder)
Prinsip-prinsip umum prosedur
resusitasi neonatus
T
(temperature) baru kemudian A-B-C-D
Pengaturan
suhu
Semua
neonatus dalam keadaan apapun mempunyai kesukaran untuk beradaptasi pada suhu
lingkungan yang dingin.
Neonatus
yang mengalami asfiksia khususnya, mempunyai system pengaturan suhu yang lebih
tidak stabil, dan hipotermia ini dapat memperberat / memperlambat pemulihan
keadaan asidosis yang terjadi.
Penilaian status klinik
Digunakan penilaian Apgar untuk menentukan keadaan
bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir.
Nilai
pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan
resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup.
Nilai paa menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik.
APGAR
APGAR
(Apparance Pulse Grimace Activity Respiration)
1. Resustasi
2. Asidosis
3. Perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5%
dengan dosis ml per kg berat badan.
4. Cairan
Glukosa 40% 1-2 ml per kig berat badan
5. Via vena umblikus
6. Pemberian oksigen
Afiksia
berat (nilai Apgar 0-3)
Memperbaiki
ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan
berulang-ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan endotrakeal dan setelah
criteria dimasukkan ke dalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan
tidak lebih dari 30 ml air. Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara
yang telah diperkaya dengan O2 melalui kateter tasi. Untuk mencapai
tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan kekuatan lebih 1/3 – ½ dari
tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.
Ada
pembatasan dalam penilaian Apgar ini, yaitu :
1. Resusitasi SEGERA dimulai bila diperlukan,
dan tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit pertama.
2. Keputusan perlu tidaknya resusitasi maupun
penilaian respons resusitasi dapat cukup dengan menggunakan evaluasi frekuensi
jantung, aktifitas respirasi dan tonus neuro muscular, dari pada dengan nilai
Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu.
Perencanaan
berdasarkan perhitungan nilai Apgar.
1. Nilai Apgar menit pertama 7-10 : biasanya
bayi hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lender/cairan
dari orotaring dengan menggunakan bulb syringe atau suction untuk tekanan
rendah. Hati-hati, penghisapan yang terlalu kuat / traumatic dapat menyebabkan
stimulasi vegal dan bradikardia sampai henti jantung.
2. Nilai Apgar menit pertama 4-6 : hendaknya
orofaring cepat diisap dan diberikan O2 100%. Dilakukan
stimulasi sensorik dengan tepokan atau sentilan pada telapak kaki dan gosokan
selimut kering pada punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus dipantau
ketat. Bila frekuensi jantung menurun atau ventilasi tidak adekuat, harus
diberikan ventilasi tekanan positif
dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat Bantu
ventilasi, gunakan teknik pernapasan buatan dari mulut ke hidung mulut.
3. Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang :
bayi mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat diisap.
Ventilasi dengan tekanan positif dengan O2 100% sebanyak 40-50 kali permenit
harus segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan
gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Jika frekuensi jantung tidak
meningkat sesudah 5-10 kali napas, kompresi jantng harus dimulai. Frekuensi : 100 sampai 120 kali permenit,
dengan 1 kali ventilasi setiap 5 kali kompresi (5:1)
Evaluasi Neonatus
Evaluasi
yang lebih beragam dari pembagian klasik di atas dimungkinkan saat ini secara
internasional dengan menggunakan Apgar :
Lima ekspresi kehidupan yang berbeda
dievaluasi 1 menit setelah persalinan dengan angka (0,1,2)
Angka
yang didapat ditambahkan :
Angka
10 : optimum
Angka
9-7 : masih normal
Kurang
dari 7 : asfiksia
Tabel
nilai 1 Apgar
Tanda
Vital
|
0
|
Nilai
1
|
2
|
Denyut
jantung
|
Tidak
terdengar
|
Dibawah
100/menit
|
Di
atas
100/menit
|
Pernapasan
|
Hilang
|
Lambat/tak
Teratur/lemah
|
Normal,
bayi
Menangis
|
Tonus
otot
|
Flasid
|
Sedang
|
Baik,
gerakan aktif
|
Refleksi iritasi (distorsi wajah sebagai respon
terhadap kateter aspirasi)
|
Tak
ada reaksi
|
Reaksi
berkurang
|
Reaksi
normal
|
Warna
kulit
|
Biru
atau pucat
|
Badan
merah muda, ekstremitas biru
|
Seluruhnya
merah muda
|
\ Pada bayi yang asfiksia, evaluasi ulangan
stelah 5 menit, menunjukkan keberhasilan atau kurang berhasilnya tindakan.
Penyulit yang mungkin terjadi selama
resusitasi
HIPOTERMIA
Dapat memperberat keadaan asidosis
metabolic, sianosis, gawa napas, depresi susunan saraf pusat, hipoglikemia.
Pneumotoraks
Pemberian ventilasi tekanan positif
dengan inflasi yang terlalu cepat dan tekanan yang terlalu besar dapat
menyebabkan komplikasi ini.
Jika bayi mengalami kelainan membrane
hialian atau aspirasi mekonium, risiko penumotoraks lebih besar karena
komplians jaringan paru lebih lemah.
Tombosis vena
Pemasangan infuse / kateter intravena
dapat menimbulkan lesi trauma pada dinding pembuluh darah, potensial membentuk
thrombus. Selain itu infuse larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali
pusat juga dapat mengakibatkan nekrosis hati dan trombosis vena.
PENCEGAHAN
HIPOTERMIA
Pencegahan Hipotermia merupakan komponen
Asuhan Neonatal Dasar agar bayi baru lahir tidak mengalami hipotermia.
Disebut sebagai hipotermia bila suhu
tuhu turun di bawah 36,50C suhu normal pada neonatus adalah 37,5 –
37,50C pada pengukuran suhu melalui ketiak.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena
hipotermia. Hal ini disebabkan karena :
* Pusat
pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
* Permukaan
tubuh bayi relative luas.
* Tubuh
bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
* Bayi
belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
1. Mekanisme
terjadinya Hipotermia.
Hipotermia pada bayi baru lahir
timbul karena ada penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui :
a. Radiasi
Yaitu panas tubuh bayi
memancar ke lingkungan ke sekitar bayi yang lebih dingin, misalnya : bayi baru
lahir diletakkan ditempat yang dingin.
b. Evaporasi
Yaitu cairan ketuban
yang membasahi kulit bayi menguap, missal : bayi lahir tidak langsung
dikeringkan dari air ketuban.
c. Konduksi
Yaitu pindahnya panas
tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih
dingin, missal : popok / celana bayi basah tidak langsung diganti.
d. Konveksi
Yaitu hilangnya panas
tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : bayi diletakkan dekat
pintu / jendela terbuka.
2. Tindakan
Pencegahan Hipotermia
a. Ibu melahirkan bayi di ruangan yang hangat.
b. Segera mengeringkan tubuh bayi
lahir.
c. Segera letakkan bayi di dada ibu, kontak
langsung kulit ibu dan bayi.
d. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai
suhu tubuh stabil.
KEJANG
Kejang
dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang dapat disebabkan oleh
meningitis ensekalopati atau hipogiekemia berat.
* Pastikan
bayi dijaga tetap hangat, bungkus bayi dengan kain lunak, kering selimuti dan
pakai tapi yang menghindari kehilangan panas.
* Rujuk
segera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NCU.
BAYI PREMATUR SEDANG ATAU BBLR
Bayi premature sedang (33-38 minggu) atau
BBLR (1500-2500 gram) dapat mempunyai
masalah :
- Rawat
bayi tetap bersama ibu.
- Dorong
ibu mulai menyusui dalam 1 jam pertama.
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernafas (frekuensi <30 atau>60 X/menit) beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
Jika suhu aksiler turun di bawah 350C,
hangatkan bayi segera
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Winjosastro Hanifa,
SpOG.2005. Ilmu Kebidanan, Cetakan
ketujuh, Edisi Ketiga, Jakarta : Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Yayasan
Bina.
Prof.Dr. Heller
Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan
Obstetri, cetakan kelima, Edisi pertama, Jakarta : Buku Kedokteran.
Prof. Dr. Basri
Saifuddin, SpOG, Mph.2002. Buku panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo.
Makalah : Asuhan
Kebidanan Komunitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar