Senin, 25 Juni 2012

EPIDEMOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


EPIDEMOLOGI  DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Epidemiologi berasal dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti :
-          Epi = di atas/ di antara/ yang ada diantara
-          Demos = populasi, orang, masyarakat
-          Logos = ilmu
Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai : Ilmu yang mempelajari sesuatu (penyakit) yang ada di antara (yang melanda) masyarakat/populasi. Atau :
Ilmu yang mempelajari epidemi/wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya kembali. (Slamet, 2005)
Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan.

Tujuan
Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 40 hari setelah berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.

Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum studi epidemiologi, yaitu :

1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/perilaku.
2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yanga ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.
3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah – langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah – langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang dipelukan, yang kesemuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah – langkah , kegiatan, dan program entervensi. (Timmreck, 2004)

Manfaat
1.      Untuk mempelajari riwayat penyakit
a.      Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi.
b.     Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat.
2.      Diagnosis masyarakat
a.       Penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah
3.      Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi
a.       Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi kelompok atau populasi
b.      Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko kesehatan, pemeriksaan , skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.
4.      Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a.       Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok.
b.      Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera, ketidakmampuan atau kematian.

5.      Melengkapi gambaran klinis
a.       Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu
b.      Menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang tenggorokan dapat menyebabkan demam rematik.
6.      Identifikasi sindrom
a.       Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada bayi.
7.      Menentukan penyebab dan sumber penyakit
a.       Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan atau kematian. (Timmreck, 2004)


Terjadinya Penyakit/Masalah Kesehatan

Beberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan atau mempengaruhi segitiga epidemiologi antara lain :
1.      Benda tak hidup (fomite) adalah benda yang mempunyai peran dalam penularan penyakit. Fomite dapat berupa pensil, pulpen, gelas, gagang pintu, pakaian, dan benda mati lainnya yang menghantarkan infeksi akibat terkontaminasi organisme penyebab penyakit yang kemudian disentuh orang lain.
2.      Vektor adalah serangga misalnya lalat, kutu, nyamuk, hewan kecil seperti mencit, tikus tau hewan pengerat lainnya. Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa penyakit yang menyebar dan menjalani proses penularan penyakit.
3.      Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organik (seperti tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius.
4.      Carier adalah tempat persinggahan organisme penyebab infeksi.

Cara penularan penyakit
Beberapa cara penularan penyakit telah diidentifikasikan, ada dua cara umum penularan penyakit, Yaitu :
1. Penularan Langsung
Atau dikenal sebagai penularan dari orang ke orang adalah perpindahan patogen atau agens secara langsung dan segera dari pejamu/reservoir ke pejamu yang rentan. Contohnya seperti sentuhan kulit degan kulit, berciuman, atau hubungan seksual.
2. Penularan tidak langsung
Terjadi ketika patogen atau agens berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda atau proses perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung melalui beberapa penularan berikut :
a. Penularan airborne (melalui droplet atau partikel debu)
Terjadi ketika seseorang bersin, batuk atau berbicara, memercikkan patogen mikroskopik yang terbawa dalam droplet ke udara dan dihirup oeh seseorang yanmg rentan yang berada di dekatnya.
b. Penularan penyakit Vektorborne
Memiliki proses mekanisme yang sederhana seperti ketika patogen menggunakan pejamu (lalat, nyamuk, kutu, tikus) sebagai mekanisme untuk menumpang, untuk memperoleh makanan, atau sebagai proses perpindahan fisik untuk menyebar.

Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Masalah Kesehatan
Dengan menggunakan paradigma epidemiologi klasik yang menganggap terjadinya penyakit atau masalah kesehatan sebagai hasil akhir interakis antara penjamu, agen dan lingkungan:

1.      Penjamu ( Ibu Hamil )
Adalah faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain :
a.       Faktor keturunan
Dalam dunia kebidanan dikenal berbagai penyakit yang dapat diturunkan seperti penyakit alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit kelainan darah.
b.      Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka dalam batas – batas tertentu beberapa jenis menyakit akan dapat diatasi.
c.       Umur
Pada ibu hamilm yang primigravida dibawah umur 20 tahun rentan terjadi abortus, ini di sebabkan karena sistem reproduksinya yang belum matang.
d.      Jenis kelamin
Beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya pada jenis kelamin tertentu saja misalnya tumor leher rahim ditemukan pada wanita.
e.       Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu misalnya penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang barat.
f.       Status perkawinan
g.      Pekerjaan
Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit ketegangan jiwa daripada bawahan.
h.      Kebiasaan hidup
Seseorang yang biasa hidup kurang bersih tentunya lebih mudah terkena penyakit infeksi.
2.      Agen ( hasil konsepsi)
Yaitu janin atau fetus yang ada dalam kandungan  ibu hamil.
3.      Lingkungan
Adalah lingkungan sosial budaya serta pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil.

Faktor-Faktor Resiko Dalam Pelayanan Kebidanan
Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu hamil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kategori :
1.      Faktor-faktor Reproduksi
a)      Usia
Umumnya usia wanita untuk hamil normal adalah 20-35 tahun.
b)      Paritas
Semakin banyak paritas dari seorang wanita, maka semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi.

c)      Kehamilan tak di inginkan
KTD atau kehamilan tak dinginkan, dalam hal ini sangat beresiko tinggi. Karena bisa saja calon orang tua, terutama calon ibu akan berusaha untuk melakukan terminasi kehamilan, yang selanjutnya akan menimbulkan komplikasi-komplikasi lain.

2.      Faktor-faktor resiko kehamilan
a)      Perdarahan pada abortus spontan
Dimana terjadi perdarahan ringan atau bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dimana sebagian atau keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui kavum uteri melalui kanalis servikalis.
b)      Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterina.kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptura apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : tuba).
c)      Perdarahan pada trimester III kehamilan
Untuk menurunkan angka kematian ibu di indonesia, departemen kesehatan melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 60% dari keseluruhan persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih. Strategi ini dilaksanakan untuk dapat mengenali dan menaggulangi gangguan kehamilan dan persalina sedini mungkin. Penyiapan sarana pertolongan gawat darurat merupakan langkah antisipasi terhadap komplikasi yang mungkin keselamatan ibu. Adapun masalah yang sering ditemukan dalam trimester III kehamilan adalah. Perdarahan apada kehamilan diatas 22 minggu hingga menjelang persalinan, perdarahan intrapartum, dan prematuritas serta mortalitas perinatal.
d)     Perdarahan post partum
Adalah perdarahan yang melebihi 500 ml. Ditandai dengan perubahan tanda vital pasien mengeluh lemah, berekeringat dingin, mengigil, hiperpnea, sistolik kurang dari 90 mm hg, nadi lebih dari 100 x/menit, kadar HB kurang dari 8 gr % .
e)      Infeksi nifas
Infeksi Puerperalis, dalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
f)       Gestosis
g)      Distosia bahu
Adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manoper obstertrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.
h)      Abortus Provokatus
 yang terjadi dengan sengaja.

3.      Faktor-faktor Pelayanan Kesehatan
a)      Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b)      Asuhan medis yang kurang baik
c)      Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial

4.   Faktor-faktor sosial budaya
a)      Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
b)      Ketidaktahuan dan kebodohan
c)      Status wanita yang rendah
d)     Pantangan makan tertentu pada wanita hamil.

 Ukuran epidemiologi
Secara subtantif menurut peristiwa yang dipelajari, ukuran epidemiologi dibedakan atas ukuran fertilitas ( peristiwa kelahiran), ukuran mordibitas, dan ukuran mortalitas, sedangkan berdasarkan aspek statistik yang akan dievaluasi, ukuran epidemiologi dibedakan atas ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.
1.         Kasus insidens dan prevalens
Kasus insidens adalah jumlah kasus baru yang didapatkan selama periode tertentu, sedangkan kasus prevalens adalah jumlah kasus (lama) yang ada pada suatu titik waktu pengamatan tertentu


2.        Mortalitas
Death risk dan death rate menyatakan tingkat kematian secara umum tanpa memandang sebab kematian, biasanya digunakan untuk populasi atau kelompok berukuran besar.

Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah proses pengumpulan, analisis, interpretasi, dan penyebaran informasi deskriptif secara kontinu dan sistimatik untuk pemantauan masalah kesehatan . sistem surveilans adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan dapat berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang lokal sampai dengan internasional.

Tujuan surveilans dapat berupa :
1.    Epidemiologi deskriptif masalah kesehatan.
Sasaran utama disini adalah pemantauan trend. Adanya peningkatan kejadian kesehatan yang tak dinginkan akan mewaspadakan petugas kesehatan untuk melkukan penyelidikan lebih lanjut
2.    Kaitan dengan pelayan kesehatan:
Ditingkat komunitas, surveilans acap kali merupakan bagian integral penyampaian pelayanan preventif dan terapeutik atau pun profilaksisnya dapat diberikan. Intervensi demikian dilaksanakan berdasarkan laporan kasus dari surveilans.

3.     Kaitan dengan penelitian:
Data surveilans saja umumnya tidak cukup rinci bagi kebutuhan penelitian, namun dapat memberi arahan bagi peneliti untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut
4.      Evaluasi intervensi
Evaluasi efek intervensi bersifat kompleks, namun evaluasi berskala penuh sering tidak layak untuk dikerjakan. Pemantauan trend dengan surveilans disini dapat menghasilkan penilaian dampak intervensi yang memadai dengan biaya yang relatif murah.
5.     Proyeksi:
Data pemantauan trend dibutuhkan oleh perencana untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan kesehatan diwaktu mendatang
6.      Pendidikan dan kebijakan kesehatan
Dengan penyebarluasan secara efektif, data surveilans dapat dimanfaatkan pula oleh pablik, media, dan pemimpin politik. Informasi demikian bersifat mendidik bagi mereka yang secara langsung bertanggung jawab atas pemberian pelayan kesehatan dan mereka yang mengendalikan atau  mempengaruhi alokasi sumberdaya kesehatan.


Daftar Pustaka

http://noormaawaddahworld.blogspot.com/2011/04/epidemiologi-dalam-layanan-kebidanan.html
Varney, Helen. et all, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ed 4. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar