Rabu, 25 Maret 2020

STRATEGI DALAM PROMOSI KESEHATAN

STRATEGI DALAM PROMOSI KESEHATAN
DR. Safrudin, SKM, M.Kes.


A.        Stategi promosi kesehatan (Advokasi)


Pengertian dan Prinsip Advokasi dalam Promosi Kesehatan
Pengertian umum dari kegiatan advokasi adalah, “strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat”. Hal tersebut menunjukkan bahwa Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau pengadilan. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu: 1) Advocacy, 2) Social support, 3) Empowerment.
Seperti dijabarkan dalam PMK no. 004 thn 2012, bahwa “Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, rumah sakit membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan rumah sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada wakil-wakil rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang mencakup di rumah sakit.” Prinsipnya hal tersebut menunjukkan bahwa strategi advokasi merupakan hal penting dan meliputi proses kerja yang tidak sederhana pula. Karenanya dibutuhkan tahapan kerja yang jelas dalam pelaksanaannya yang akan disampaikan selanjutnya.
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam,
Yaitu :
a.              Lobi politik (political lobying)
b.              Seminar/presentasi
c.               Media
d.              Perkumpulan
Ada 8 unsur dasar advokasi, yaitu :
a.               Penetapan tujuan advokasi
b.               Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
c.               Identifikasi khalayak sasaran
d.               Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
e.               Membangun koalisi
f.                Membuat presentasi yang persuasif
g.               Penggalangan dana untuk advokasi
h.              Evaluasi upaya advokasi.

Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :
a.               Melibatkan para pemimpin
b.               Bekerja dengan media massa
c.               Membangun kemitraan
d.               Memobilisasi massa
e.               Membangun kapasitas

2.       Tujuan Advokasi dalam Promosi kesehatan

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa proses Advokasi ini bertujuan untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya yang menyangkut keputusan terhadap masyarakat. Secara mendetail, tujuan dari Advokasi meliputi hal-hal berikut ini :
a.     Komitmen politik (Political commitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan, contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
b.     Mendapatkan dukungan kebiajakan (Policy support).
Adanya komitmen politik dari para eksekuti, maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
c.     Mendapatkan penerimaan sosial (Social acceptance)
artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.
d.     Mendapatkan Dukungan sistem (System support)
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung.

3.       Pelaksana Advokasi dalam Promosi kesehatan

Untuk mencapai tujuan dari penerapan promosi kesehatan tersebut di atas, dalam realisasinya membutuhkan faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilannya. Seperti telah dibahas dalam modul sebelumnya, promosi kesehatan perlu didukung oleh sumber daya yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya yang dibutuhkan seperti halnya metode dan media yang tepat, serta beberapa sarana/prasarana yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan diantaranya peralatan multimedia, komputer/laptop, dan lain- lain.
Sedangkan sumber daya yang utama dan yang akan menggunakan media maupun sarana pendukung tersebut adalah sumber daya manusia. Sumber daya utama yang diperlukan tersebut adalah pelaksana dari penerapan promosi kesehatan pada klien. Dalam hal ini pelaksana utama dari penerapan promosi kesehatan adalah:
a.              Semua petugas kesehatan yang melayani klien. Bila berada dalam tatanan klinik, maka pelaksana yang terlibat adalah petugas kesehatan yang bekerja dalam rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan, dan lain lain. Semua tenaga kesehatan di sini termasuk petugas medis maupun tenaga profesional yang terlibat dalam penanganan klien.

b.              Tenaga khusus promosi kesehatan, yaitu para pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampaimemberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi. Karenanya, sangat penting bagi pelaksana advokasi untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Peran komunikasi sangat penting, sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar dapat berjalan efektif. Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut:
1)             Jelas (clear)
2)             Benar (correct)
3)             Konkret (concrete)
4)             Lengkap (complete)
5)             Ringkas (concise)
6)             Meyakinkan (convince)
7)             Konstekstual (contexual)
8)             Berani (courage)
9)             Hati–hati (coutious)
10)         Sopan (courteous)

4.       Sasaran Advokasi dalam Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkupnya. Sasaran penerapan promosi kesehatan pada klien bisa dilihat dari tatanan yang dituju, Berdasarkan/berpatokan pada program PHBS, dikembangkan 5 setting/tatanan promosi kesehatan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).
a.              Promosi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (RS, klinik dan puskesmas). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 004 thn 2012, bahwa yang disebut penerapan promosi kesehatan di rumah sakit adalah: “upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut menunjukkan bahwa sasaran dari penerapan promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah pasien dan keluarga, klien, serta kelompok- kelompok masyarakat. Penerapannya bisa dilakukan sejak pertama kali masuk Rumah Sakit di ruang pendaftaran, pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dan pasien dalam pelayanan penunjang medik.
Berdasarkan prinsip advokasi sebagai pendekatan pada masyarakat untuk keberhasilan program pengobatan/peningkatan kesehatan melalui layanan kesehatan, maka kegiatan yang dapt dilakukan adalah:
   Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang diderita pasien
   Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan
   Menerapkan “proses belajar” di fasilitas yankes
   Mengembangkan perilaku sehat
   Memberikan pesan kesehatan terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan serangan penyakit serta proses penyembuhan dan pemulihan
Sedangkan sasarannya adalah:                                    
   Penderita pada Berbagai Tingkat Penyakit, Misalnya: Pasien penyakit akut v.s kronis; pasien rawat jalan v.s rawat inap.
   Kelompok atau Individu yang Sehat , Contoh: Keluarga pasien; tamu
   Petugas di Fasilitas Yankes: Petugas medis, paramedis, non medis; pimpinan, administrasi dan teknis
b.              Promosi kesehatan di rumah tangga/masyarakat
Menekankan pada kegiatan kampanye dan aktivitas lainnya dengan target-target sasaran tertentu di dalam masyarakat. Fasilitator masyarakat dan petugas kesehatan setempat seperti sanitarian/petugas kesehatan lingkungan, PKK, kader desa dan bidan desa secara bersama-sama dapat melakukan kegiatan promosi kesehatan. Target/sasaran kegiatan seperti ibu muda yang mempunyai anak bayi/balita, ibu hamil, remaja putri, kelompok perempuan dan kelompok laki-laki, karang taruna, kelompok miskin dan kelompok menengah ke atas
Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan dalam Promosi Kesehatan di Masyarakat, adalah:
                        Penyuluhan kelompok terbatas
                        Penyuluhan kelompok besar (masa)
                        Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group education)
                        Pemutaran film/video
                        Penyuluhan dengan metode demonstrasi
                        Pemasangan poster
                        Pembagian leaflet
                        Kunjungan/wisata kerja ke daerah lain
                        Kunjungan rumah
                        Pagelaran kesenian
                        Lomba kebersihan antar RT/RW/Desa
                        Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan tempat-tempat umum
                        Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air
                        Pelatihan kader, unit kesehatan
Materi    ini   akan  dibahas      lebih    mendalam lagi     pada    KB-3  tentang    Gerakan Pemberdayaan Masyarakat.

c.               Promosi kesehatan di sekolah. (usaha kesehatan sekolah atau unit kegiatan medis di perguruan tinggi)
Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Diharapkan setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisipatif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah tersebut. Siswa sekolah dasar terutama kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Program promosi kesehatan di tempat ibadah dilakukan untuk menggalakan kegiatan promosi kesehatan dan melibatkan tokoh agama atau pemimpin tempat ibadah (imam masjid, pendeta, pastor, pedande atau biksu). Diharapkan dengan melibatkan tokoh dan pemimpin agama, perubahan perilaku kesehatan dapat segera terwujud.

Adapun lingkup kegiatan yang termasuk dalam kegiatan Promosi Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut:
                            Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjaga kebersihan jamban sekolah
                            Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah.
                            Penggalakan cuci tangan pakai sabun (CTPS).
                                Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek  kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat.
                            Kampanye pemberantasan penyakit cacingan.
                            Pendidikan kebersihan saluran pembuangan.
                            Pelatihan guru dan murid tentang kebersihan dan kesehatan.
                            Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”.
                                Pengembangan tanggungjawab               murid,    guru    dan    pihak-pihak    lain    yang terlibat di sekolah.
Dalam kaitannya dengan kegiatan advokasi di sekolah, maka program utama promosi kesehatan di sekolah adalah:
1)             Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat
a)            Aspek Non-Fisik (mental sosial)
b)            Aspek Fisik
                                 Bangunan sekolah dan lingkungannya
                                 Pemeliharan kebersihan perorangan dan lingkungan, Misal: kebersihan kulit, rambut, kuku, mulut dan gigi; kebersihan  ruang kelas, kamar mandi
                                 Keamanan umum sekolah dan lingkungannya, Misal: ada pagar sekolah, halaman mudah dilewati,
                                 P3K
2)             PendidikanKesehatan Tahap-tahap :
a)              Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat
b)              Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
c)              Membentuk kebiasaan hidup sehat
d)              Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan di Sekolah
3)             Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan di Sekolah
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka komponen promosi kesehatan yang terkait secara langsung adalah :
a)              Penerapan Kebijakan Kesehatan
b)              Membuat peraturan-peraturan sekolah untuk mengembangkan kebiasaan
c)              sehat. Misal: pemeriksaan kebersihan diri tiap senin
d)              Tersedianya Saranan dan Prasarana Pencegahan dan Pengobatan
e)              Sederhana di Sekolah Misal tersedianya tempat cuci tangan, kotak P3K
f)               Tersedianya Lingkungan yang Sehat, Misal: penyediaan air bersih, tempat sampah dll
d.              Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Mengapa promosi kesehatan perlu juga dilakukan di tempat kerja? Karena advokasi tentang layanan kesehatan justru sangat dibutuhkan mengingat bahwa produktifitas pekerja tidak saja ditentukan oleh desain pekerjaan, namun juga oleh perilaku sehat pekerja baik di dalam atau di luar tempat kerja.
Terkait dengan advokasi, yang diperlukan di tempat kerja terutama adalah adanya kebijakan penyelenggaran program kesehatan didasarkan atas manfaat bagi pekerja atau pelayanan sukarela yang bertujuan untuk menurunkan absenteeism, kecelakaan kerja, hari sakit, biaya pelatihan, turn over, kompensasi pekerja. Selain itu dapat meningkatkan reputasi perusahaan, kepuasan pekerja, penggunaan yankes, dan nilai sosial masyarakat.
Adapun topik-topik yang dapat dibahas saat mensosialisasikan program kesehatan antara lain:
    Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
    Pendidikan kanker payudara
    Kesehatan reproduksi
    Latihan dan kebugaran
    Penggunaan fasilitas kesehatan
    Penilaian resiko kesehatan
    Tekanan darah tinggi
    Pencegahan kecelakaan dalam rumah
    Pendidikan gizi
    rencanaan pensiun
    Manajemen stres
    Pengendalian berat badan
    Berhenti merokok

5.              Langkah Advokasi dalam Promosi Kesehatan

a.     Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah: data-à informasi–à bukti yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak masalah, dampak ekonomi, dan program yang diusulkan/proposal program.
b.     Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
c.     Tahap Penilaian
Program promosi kesehatan yang menjadi prioritas di abad XXI adalah :
1)        Mendorong kepedulian masyarakat pada kesehatan
2)        Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
3)        Memperluas kemitraan dalam promosi kesehatan
4)        Meningkatkan kemampuan komunitas dan kekuatan individu
5)        Memelihara infrastruktur dalam promosi kesehatan
Melihat Prioritas Pencapaian tersebut, maka kita perlu memperhatikan langkah- langkah advokasi yang akan dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa Advokasi merupakan proses yang tidak sederhana. Sasaran advokasi hendaknya diarahkan atau dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)         Memahami atau menyadari persoalan yang diajukan
2)         tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
3)         mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
4)         menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
5)         menyampaikan langkah tindak lanjut
                                           
Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di ujung perbincangan (misalnya dengan membuat disposisi pada usulan/proposal yang diajukan) menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan dukungan.
Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah “Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik”. Artinya bahan advokasi harus dibuat:
1)             Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikannya, jabatannya, budayanya, kesukaannya, dan lain-lain).
2)             Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
3)                                   Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa (What), Mengapa (Why), Dimana (Where), Bilamana (When), Siapa yang Melakukan (Who), dan Bagaimana lakukannya (How) (5W + 1H).
4)             Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan masalah.
5)             Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.
6)             Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.
7)             Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas, sehingga perbincangan tidak bertele-tele.
                                                             



B.   Strategi Promosi Kesehatan (Bina Suasana)
1.   Pengertian Bina Suasana ( Dukungan Sosial)
     Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
     Dukungan sosial (social support) adalah strategi dukungan sosial dalam bentuk kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh -tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal
     Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti: tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).
     Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan kondisi atau situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
     Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.
2.   Tujuan Bina Suasana
      Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melaui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan social ini antara lain : pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder)
3.   Penerapan Bina Suasana pada berbagai tingkatan
Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu:
a.       Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan/dilakukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan :
1)      Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
2)      dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).
3)      dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b.      Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi Siswa atau Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak- pihak yang terkait dan melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya

c.    Pendekatan Masyarakat Umum
Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan :
1.      Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
2.     
33
 
Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut.
3.      Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu- individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
Metode bina suasana dapat berupa :
1)      Pelatihan
2)      Konferensi pers
3)      Dialog terbuka
4)      Penyuluhan
5)      Pendidikan
6)      Pertunjukkan tradisional.
7)      Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
8)      Pertemuan berkala di desa
9)      Kunjungan lapangan
10)  Studi banding
11)  Traveling seminar.
Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
1)      forum komunikasi,
2)      dokumen dan data yang up to date (selalu baru),
3)      mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat,
4)      hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra,
5)      menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan,
6)      memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat adanya umpan balik dan penghargaan.
2.    Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat
Bina suasana yang baik sangat berguna untuk petugas puskesmas dalam membina partisipasi masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat).
Melaksanakan program UKBM gampang-gampang susah. Kalau partisipasi masyarakatnya baik maka semua pekerjaan jadi mudah. Bahkan UKBM-UKBM akan menjadi semacam saluran pemasaran bagi program kesehatan yang kita tawarkan. Tetapi bila situasi yang terjadi sebaliknya, dimana partisipasi masyarakat rendah maka semuanya harus kita lakukan sendiri. Bukan saja program kesehatan tidak terbantu, tetapi UKBM-nya itu sendiri akan menjadi beban tersendiri bagi petugas lapangan untuk menghidupinya
Pada umumnya, pelaksana promkes sepakat bahwa partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan UKM (upaya kesehatan masyarakat) di puskesmas. Tetapi justru partisipasi inilah yang paling sering dikeluhkan sulit oleh orang puskesmas. Pada umumnya keluhan terjadi karena kita terpaku hanya pada satu metode tertentu, ataupun hanya terbiasa menghadapi suatu kalangan tertentu saja. Karenanya sebagai pelaksana kesehatan, tentu perlu mengembangkan wawasan dan meningkatkan ketrampilannya dalam menghadapi beragam karakter serta kondisi sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang beragam. Pelaksana kesehatan perlu pula menguasai beragam metode maupun memanfaatkan beragam multi media dengan berbasis teknologi untuk mempermudah penyampaian program secara variatif.
Adanya kecenderungan masyarakat yang tidak mau repot, tidak mau ruwet, tapi mau enak, merupakan hal yang wajar. Karenanya petugas perlu lebih memahami dan berupaya untuk melayani dan memfasilitasi mereka. Di tempat yang sekarang partisipasi masyarakatnya baik sebenarnya juga pernah memiliki masa-masa sulit di awalnya. Kemudahan tidak tiba-tiba datang dari langit dan semua orang menurut saja pada petugas. Sama saja, di tempat manapun perlu proses untuk mencapai keadaan seperti yang diinginkan. Kalau kita datang ke orang lain hanya saat butuh saja dan setelah itu tidak acuh lagi, tentunya sulit berharap terlalu banyak partisipasi dari orang tersebut.

Esensi bina suasana sebenarnya membangun opini di masyarakat dengan cara yang tepat sesuai dengan karakter masyarakat yang dituju. Jika benar-nenar mengenali masyarakat dengan segala aspeknya, maka akan lebih mudah menyampaikan suatu pesan mengenai gaya hidup sehat yang diperlukan. Untuk itu kita perlu mengenali betul cara masyarakat berpikir, terutama mengarahkan masyarakat agar memahami bahwa gaya hidup sehat merupakan hal yang baik dan akan sangat menguntungkan mereka.
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, yang kita tuju adalah kemandirian masyarakat. Kita memfasilitasi mereka untuk memahami masalah mereka sendiri, mencari dan menjalankan pemecahannya dan untuk kehidupan mereka sendiri. Hal yang penting dipahami juga adalah salah satu bagian tidak terpisahkan dalam bina suasana adalah citra diri petugas. Citra diri petugas kesehatan tentu akan berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat. Adanya personal branding yang positif tentunya akan menunjang keberhasilan bina suasana tersebut. Selanjutnya Image dan merek diri amat berpengaruh pada penerimaan masyarakat terhadap apa saja yang kita bawa untuk mereka. Jadi mereka mau atau tidak sangat tergantung kita juga. Jangan mengajak orang jadi donatur bila kita dikenal tidak terbuka masalah uang. Jangan mengajak orang lain berperilaku hidup sehat kalau kita suka merokok di tempat umum. Jangan mengajak orang optimis pada suatu hal kalau kita selalu gagal akan hal itu. Dan seterusnya.
C.    Strategi Promosi Kesehatan (Pemberdayaan Masyarakat)
1. Pengertian dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan Barat, utamanya Eropa. Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak sekitar dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an. (Pranarka & Vidhyandika,1996).
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan :
Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.

Kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya.
Yaitu :
1)       mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2)       mampu mengarahkan dirinya sendiri
3)       memiliki kekuatan untuk berunding,
4)        memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan
5)        bertanggungjawab atas tindakannya.
Pada prinsipnya, pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, ada hal-hal penting yang perlu dipahami dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat. Berkenaan dengan itu, perlu diperhatikan prinsip dari pemberdayaan masyarakat berikut  ini :
a.  Menumbuh-kembangkan potensi masyarakat.
b.  Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
c.  Menggali kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
d.  Bekerja untuk dan bersama masyarakat
e.  KIE Berbasis masyarakat (sebanyak mungkin menggunakan dan memanfaatkan potensi lokal)
f.   Menjalin kemitraan, dengan LSM dan ormas lain.
g.  Desentralisasi


Berdasarkan paparan tersebut diatas, tampak bahwa secara bertahap pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
a.  Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
b.  Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
c.  Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat.
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat tersebut ditetapkan secara bertahap, mengingat kompleksnya situasi sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya yang berlaku dalam setiap kelompok masyarakat. Masih sulit untuk menetapkan kategori yang sama mengenai tujuan dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri, namun kategori umum mengenai kemandirian masyarakat di bidang kesehatan sudah bisa ditetapkan yaitu :
a.  Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat.
b.  Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
c.  Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.



Berdasarkan pandangan tersebut, maka secara garis besar bagan dari upaya untuk pemberdayaan masyarakat memang tergantung dari beberapa faktor yang terkait seperti gambar di bawah ini.
Dalam realisasinya, untuk mencapai sasaran agar masyarakat mengetahui, kemudian bersedia dan dapat melaksanakan upaya untuk meningkatkan tingkat kesehatannya, tidak cukup hanya dengan informasi yang diterimanya saja. Masyarakat memang perlu mengetahui mengenai masalah kesehatan dalam lingkungannya, maupun mengenai masalah yang umum terjadi dalam lingkungan tempat tinggalnya. Lebih jauh lagi, agar ia bersedia untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan juga kehidupannya, ia perlu mengetahui informasi mengenai bahaya yang terkait dengan kesehatan serta bagaimana melakukan mengatasi masalah kesehatan sekaligus mencegah agar tidak terjadi lagi masalah yang sama. Karenanya agar masyarakat mampu melakukan pencegahan secara luas dalam lingkungan tempat tinggalnya, ia perlu mendapatkan informasi lebih jauh dan mendetail mengenai pencegahan masalah kesehatan tersebut.
Hanya saja, adanya informasi yang memadai tidak menjamin terjadinya pemberdayaan masyarakat yang efektif. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan secara menyeluruh, perlu adanya dukungan sarana dari pemerintahan maupun instansi yang terkait. Karenanya sangat
penting adanya dukungan peraturan maupun perundangan, maupun adanya layanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat yang kurang mampu, bahkan bila mungkin layanan gratis. Demikian pula sumber daya lain untuk mendukung tumbuh dan langgengnya kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam mengatasi dan meningkatkan taraf kesehatan mereka.
Secara praktis, latar belakang budaya timur bangsa kita sangat memungkinkan untuk terjadinya pemberdayaan masyarakat. Kesediaan masyarakan untuk saling bahu membahu saat menghadapi kesulitan merupakan potensi tersendiri bagi bangsa kita untuk memberdayakan diri sendiri dalam mengatasi kesulitan yang ada.
Meski demikian, ada pula nilai-nilai tradisi yang seringkali lebih banyak mengedepankan kepercayaan terhadap adat tanpa didasari oleh pertimbangan yang bersifat logis dan rasional. Karenanya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian informasi yang memadai mengenai kesehatan yang terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan medis pada saat ini.

1.         Aspek Pemberdayaan Masyarakat

Ditinjau dari lingkup dan obyek pemberdayaan mencakup beberapa aspek yaitu :
a.              Peningkatan kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial) serta kemampuan (secara individu & kelompok) untuk memanfaatkan aset tersebut demi untuk perbaikan kehidupan mereka.
b.              Hubungan antar individu dan kelompok, kaitannya dengan kepemilikan aset dan pemanfaatannya.
c.               Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.
d.              Pengembangan jejaring dan kemitraan–kerja, baik di tingkat lokal, regional, maupun global

2.       Unsur-unsur pemberdayaan masyarakat

Untuk merealisasikan pemberdayaan masayarakat tersebut, perlu memperhatikan 4 unsur-unsur pokok berikut ini :
a.              Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya
dengan: peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas negoisasi dan akuntabilitas.
b.              Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam kesluruhan proses pembangunan
c.               Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatas-namakan rakyat.
d.              Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerjasama, mengorganisir warga masuyarakat, serta mobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah- masalah yang mereka hadapi      

3.              Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat lebih bertujuan untuk membangun kemandirian masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka. Berkenaan dengan itu, peran petugas kesehatan dalam proses untuk pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut   :
a.              Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
b.              Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
c.               Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
d.              Memotivasi anak untuk dapat hidup sehat, melalui pamflet bergambar yang menarik. Hal tersebut menjadi tepat sasaran mengingat bahwa mendidik anak mengenai kesehatan menjadi potensi masyarakat terbesar.

4.              Ciri Pemberdayaan Masyarakat

a.              Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.
b.              Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
c.               Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
d.              Community material: setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.
e.              Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education.
f.                Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasir atau arang.
g.              Community Decision Making: Pengambilan keputusan oleh masyarakat melalui proses menemukan masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya.
Berdasarkan ciri-ciri dari pemberdayaan masyarakat tersebut, dalam konteks promosi kesehatan yang dilakukan oleh pelaksana promkes, maka secara teoritis untuk memudahkan kita dalam mengevaluasi dan membuat program pemberdayaan masyarakat yang lebih efektif dan efisien, kita perlu mengajukan beberapa pertanyaan antara lain:
Pertama, siapakah masyarakat yang menjadi konteks program?
Pengenalan karakter masyarakat ini penting dan dilatar belakangi oleh bukti-bukti bahwa masyarakat bersifat heterogen dan memiliki energi, waktu, motivasi, dan kepentingan yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, dalam sebuah kasus promosi kesehatan, terdapat lokasi-lokasi tertentu yang tidak memiliki ketua RT, misalnya di perumahan yang penghuninya baru pulang setelah jam 8 malam. Dapat diperkirakan bahwa rencana program penyuluhan secara oral kepada mereka akan sulit dilaksanakan. Dengan demikian, pendekatan lain bisa

B.        Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat

1.              Input, meliputi: SDM (pemimpin, toma, toga, kader), jumlah dana yang digunakan, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2.              Proses, meliputi: jenis dan jumlah KIE/penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, adanya siklus pengambilan keputusan di masyarakat dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
Output, meliputi: jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang   kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
a.              Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.
dilakukan misalnya melalui situs jika mereka mudah mengakses internet, atau menggunakan fasilitas mobile messaging.
Kedua, berkaitan dengan faktor-faktor apa saja yang sekiranya dapat mempengaruhi pemberdayaan masyarakat?
Berdasarkan penelitian Laverack, faktor-faktor tersebut antara lain partisipasi, kepemimpinan, analisis masalah, struktur organisasi, mobilisasi sumber daya, link (tautan) terhadap yang lain, manajemen program, dan peran dari pihak luar.
Ketiga, apakah pemberdayaan masyarakat ini merupakan proses atau merupakan outcome?. Dalam hal ini, banyak literatur yang menyebutkan bahwa jawabannya adalah bisa kedua-duanya. Hampir semua bersepakat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses yang dinamis dan melibatkan berbagai hal, seperti pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil yang bersama-sama, organisasi masyarakat, kemitraan, serta aksi sosial politik. Sebagai outcome, pemberdayaan merupakan perubahan pada individu maupun komunitas yang bersifat saling mempengaruhi.

D.   STRATEGI PROMOSI KESEHATAN (KEMITRAAN)
a.  DEFINISI
Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif  “The Prince of Wales Bussines Leader Forum” (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a formal cross sector relationship between individuals, groups or organization who :
1.    Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
2.    Agree in advance what to commint and what to expect
3.    Review the relationship regulary and revise their agreement as  necessary, and
4.    Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari defenisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu:
1. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
2. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
3. Saling menanggung resiko dan keuntungan.
Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan.    

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama.
Oleh karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:                  
a)    Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan
b)   Saling mempercayai dan menghormati
c)    Tujuan yang jelas dan terukur
d)   Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.
b.       PRINSIP KEMITRAAN
Dalam membangun Kemitraan ada tiga  prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu :
a)      Equity atau Persamaan.
Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu didalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
b)      Transparancy atau Keterbukaan.
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota.
c)      Mutual Benefit atau Saling Menguntungkan.        
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.

d.    PENGEMBANGAN DALAM LANDASAN DALAM KEMITRAAN
Tujuh landasan yaitu :
1.      Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)
2.      Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau organisasi
3.      Saling menghubungi secara proaktif (linkage)
4.      Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity)
5.      Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes)
6.      Saling mendorong  atau mendukung kegiatan (synergy)
7.      saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
KEMITRAAN
Enam langkah  pengembangan :
1.    Penjajagan atau persiapan
2.    Penyamaan persepsi
3.    Pengaturan peran
4.    Komunikasi intensif
5.    Melakukan kegiatan    
6.    Melakukan pemantauan & penilaian.
                              




DAFTAR PUSTAKA
Syafrudin & Yudhiya, Fatidhina . 2009 .promosi kesehatan. Jakarta : CV.Trans Info Media.,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar