Minggu, 22 Maret 2020

PERAWATAN LUKA


PERAWATAN LUKA



2.1  Persiapan Alat

Persiapan alat dan bahan yang dilakukan dalam perawatan luka, terdiri dari :

-          Pinset anatomi

-          Pinset cirurghi

-          Gunting steril

-          Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya

-          Larutan H2O2

-          Larutan boorwater

-          NaCl 0,9%

-          Gunting perban (gunting tidak steril)

-          Plester/pembalut

-          Bengkok

-          Kasa steril

-          Mangkok steril

-          Handskon steril

(Sumber: panduan lengkap keterampilan dasar kebidanan II)



2.2  Perawatan luka



2.2.1        Episiotomi dan Laserasi Perinium

Penatalaksanaa jahitan episiotomi

1.      Tindakan supportif. Daerah luka dijaga kebersihannya dan dijaga agar bebas dari cairan yang iritarif serta debris dengan pencucian memakai air hangat dua kali sehari selama 20 menit. Setelah itu, perineum disinari dengan lampu selama 30 menit. Fifalam luka akan terbentuk jaringan granulasi dan kesembuhan berlangsung dari lapisan sebelah dalam ke luar. Pasien boleh pulang sebagaimana biasanya dan perawatan dilanjutkan di rumah. Tindakan seperti ini selalu berhasil dengan baik kalau tidak ada kerusakan rectum. Kesembuhan luka terjadi dengan baik, efek lanjut tidak dijumpai, dan perawatan rumah sakt yang lama dapat dihindari.

2.      Perbaikan sekunder. Tindakan supportif dilaksanakan sampai daerah luka bersih. Lamanya tindakan 5 hingga 6 hari. Kemudian pasien di anesthesi, jaringan yang mati menjalani debridement, dan luka episiotomy diperbaiki.

3.      Terapi supportif sudah memberikan hasil-hasil yang paling baik dan merupakan tindakan yang paling mudah untuk dilaksanakan.

Komplikasi lanjut suatu luka episiotomi yang terinfeksi adalah fistula rectovaginalis. Fistula ini terjadi akibat robekan rectum yang tidak diketahui atau akibat jahitan yang menembus dinding rectum dan dibiarkan di sana.

Laserasi perineum

Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama. Pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat.

Penyebab maternal mencakup:

1.      Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)

2.      Pasien tidak mampu berhenti mengejan

3.      Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan

4.      Edema dan kerapuhan pada prenieum

5.      Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum

6.      Arus pubis sempit dengan pintu bawah panggl yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi kearah posterior



Asuhan keperawatan perineum meliputi:

Perawatan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan cara menjaga kebersihan perineum caranya sebagai berikut:

1)            Persiapan :

a)        Siapkan air hangat

b)        Sabun dan washlap

c)        Handuk kering dan bersih

d)       Pembalut ganti yang secukupnya

e)        Celana dalam yang bersih



2)            Cara merawatnya :

a)        Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang

b)        Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.

c)        Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.

d)       Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air hangat.

e)        Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.

f)         Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering.

g)        Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali  bila ada riwayat alergi.

h)        Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan.

3)            Lamanya jahitan mengering

Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu minggu. Bila keluar darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka jahitan bernanah.

Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:

a)            Luka jahitan terasa sedikit nyeri

Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot , namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.

b)            Luka terlihat sedikit bengkak dan merah

Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat – zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini bersifat sementara.

Beberapa keluarga masih ada yang menganjurkan untuk mengurangi minum air putih agar jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak dibenarkan. Justru ibu harus minum yang banyak, minimal 8 gelas sehari untuk memperlancar buang air kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang dan memperlancar proses pengeluaran ASI. 

                        (Sumber: Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan)

2.2.2        Abses Payudara

Abses payudara merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh.  peluang kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista

Penanganan dan pengobatan

      Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar :

1.    Teknik menyusui yang benar.

2.    Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

3.    Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

4.    Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

5.    Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.

6.    Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.

7.    Rujuk apabila keadaan tidak membaik.



Terapi: Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum. Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal dalam payudara.

Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.

Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.

Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :

Pengeluaran susu terhambat  dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa, dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.

Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.

Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena.

Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui.

Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya



2.2.3        Seksio Caesarea



a.       Pengertian Seksio Caesarea

Seksio sesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (Laparatomi) untuk mengeluarkan bayi, atau suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina.



b.      Indikasi dilakukan Seksio Sesarea

Seksio sesarea dilakukan atas indikasi sebagai berikut :

1.      Panggul sempit

2.      Disproporsi sefalo pelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul.

3.      Ruptur uteri mengancam.

4.      Partus lama (prolonged labor)

5.      Partus tidak maju (Obstructed labor)

6.      Distosia serviks

7.      Pre-eklamasi dan hipertensi.

8.      Sang ibu menderita herpes.

9.      Sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping.

10.  Putusnya tali pusar.

11.  Bayi besar (Makrosomia-berat badan lahir lebih dari 4,3 kg)

12.  Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (Hidrosefalus)

13.  CPD atau  cephalo pelvic disproportion (proposi panggul dan kepala bayi yang tidak pas,sehingga persalinan terhambat)

c.       Komplikasi Operasi Seksio Sesarea

Infeksi puerperal (Nifas)

1.      Ringan   : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

2.      Sedang   : Dengan kenaikan suhu tinggi,disertai dehidrasi dan

 perut sedikit kembung.

3.      Berat      : Dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik.



Penangannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit, dan antibiotika yang adekuat dan tepat.

1.      Perdarahan

2.      Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

3.      Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

d.   Prinsip perawatan luka seksio sesarea

Pada prinsipnya dalam merawat luka dibutuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentan terhadap masuknya mikroorganisme dan adanya disintegritas, dalam melakukan perawatan luka.

e.       Prosedur perawatan luka seksio sesarea

Persiapan alat yang digunakan untuk melakukan perawatan luka seksio sesarea yaitu:

1.      Dressing pack steril (set ganti pembalut)

2.      Korentang steril

3.      Pengalas

4.      Handscoon bersih 1 pasang

5.      Piala ginjal, verband

6.      Depper / lidi waten

7.      Pinset on steril (2)



Prosedur kerja :

1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.      Cuci tangan

3.      Gunakan sarung tangan steril

4.      Plester pinset apabila luka tertutup oleh balutan

5.      Lakukan pembersihan luka dimulai dengan :

1)      Kaji / observasi status luka, apakah luka bersih atau kotor serta sejenisnya.

2)      Gunakan kassa steril yang dipegang dengan pinset, dicelupkan diberi larutan savlon dan lakukan pembersihan pada luka, bila perlu berikan H2O2. celupkan atau diberi larutan Nacl 0,9% kemudian bersihkan luka sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan bethadine atau sejenisnya.

3)      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

4)      Catat : Tindakan, respon pasien dan kondisi luka pasien.

2.2.4        Infeksi Luka Operasi

a.       Definisi

        Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh. Menurut sistem CDC’s terdapat stpasienrisasi pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu :

1.             Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi.

2.             Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi.

3.             Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena manipulasi yang terjadi.



b.      Penyebab

Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak adalah Staphylococcus.



c.       Patogenesis

Pada akhir operasi, bakteri dan mikroorganisme lain mengkontaminasi seluruh luka operasi, tapi hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi (Fry 2003). Infeksi tidak berkembang pada kebanyakan pasien karena pertahanan tubuhnya yang efektif untuk menghilangkan organisme yang mengkontaminasi luka operasi. Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah :

· Jumlah bakteri yang memasuki luka

· Tipe dan virulensi bakteri

· Pertahanan tubuh host

· Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahahn dan operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.

Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu :

1.        Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang digunakan hampir tidak ada bedanya.

2.        Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga sterilitasnya.

3.        Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas karena berhubungan langsung dengan daerah lapang operasi. Orang-orang yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah lapang operasi dan menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi nantinya.



d.      Penatalaksanaan

1.      Pembersihan luka

Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat penyemprot yang besar. Solusi pembunuhan kuman dapat digunakan unuk membersihkan luka.

2.      Debridement

Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati dan jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka atau sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan mengering. Dokter juga bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus.

3.      Penutup luka

Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan tekanan untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa mengandung beberapa substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan.

4.      Obat-obatan

Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau demam.

5.      Terapi oksigen hyperbarik

Juga disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke dalam tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya sampai ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk seperti tabung yang disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa melihat dokter dan berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien mungkin mebutuhkan terapi ini lebih dari sekali.

6.      Terapi tekanan negatif

Juga sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial dengan melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup dengan ketat. Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong menyedot keluar cairan berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin menolong untuk meningkatkan aliran darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka.

7.      Pengobatan lain

Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan luka yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu minum obat untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Dokter mungkin memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial untuk meningkatkan nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan untuk meningkatkan aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh darah.



2.2.5        Ganti Balutan

a.       Pengertian Mengganti Balutan

Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.



b.        Tujuan

·      Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersiha luka

·      Melindungi luka dari kontaminasi

·      Dapat menolong hemostatis (bila menggunakan elastis verband)

·      Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna

·      Menurunkan pergerakan dan trauma

·      Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan



c.         Indikasi

Pada balutan yang sudah kotor



d.        Kontra Indikasi

·         Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme   dapat   hidup

·         Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.



e.         Persiapan Alat & Bahan.

·      Sarung tangan (handscoon) steril.

·      Satu set alat (gunting, pinset, klem).

·      Kassa.

·      Kom.

·      Salep antiseptik.

·      Larutan antiseptik.

·      Larutan pembersih.

·      Nacl / aquabides.

·      Plester.

·      Alas.

·      Kantong plaktik (untuk tempat sampah).

·      Sufratul (jika diperlukan).



f.         Langkah-langkah.

4.        Jelaskan tujuan & prosedur tindakan, agar pasien tidak cemas serta meningkatkan pemahaman proses penyembuhan.

5.        Siapkan alat yang diperlukan (jangan dibuka), agar kesterilan tetap terjaga.

6.        Dekatkan kantong tempat sampah, mencegah kontaminasi.

7.        Tutup tirai / jendela yang terbuka,  untuk menjaga privasi pasien.

8.        Atur posisi pasien (senyaman mungkin), agar tidak terjadi gerakan tiba2 dari pasien yang dapat menyebabkan kontaminasi luka & peralatan.

9.        Cuci tangan 7 langkah, untuk menghilangkan kuman, bakteri, maupun virus yang menempel di permukaan kulit.

10.    Pakai handscoon bersih (sekali pakai), hanscoon dapat mencegah perpindahan kuman, bakteri, maupun virus dari balutan kotor ke tangan.

11.    Lepaskan plester secara perlahan lalu bersihkan bekas plester menggunakan kapas bersih, untuk mengurangi tegangan pada tepi luka.

12.    Angkat balutan, bila terdapat drainase angkat balutan satu persatu, agar dapat mencegah penarikan drainase.

13.    Jika balutan lengket, maka lepaskan dengan memberikan larutan steril, untuk mencegah kerusakan pada permukaan epidermal.

14.     Jika terdapat drainase maka lakukan observasi karakter serta jumlah drainase pada balutan, agar dapat mengkaji luka.

15.    Buang balutan kotor ke kantong plastik (sampah) yang telah disediakan, untuk mengurangi perpindahan kuman, bakteri , mauapun virus untuk orang lain.

16.    Tuangkan larutan antiseptik ke dalam kom steril / di atas kassa steril, agar dapat mempermudah pekerjaan selama ganti balutan.

17.    Pakai hanscoon steril, agar ketika memegang balutan steril, larutan maupun alat tidak menyebabkan kontaminasi.

18.    Observasi kondisi luka serta drainase, untuk menentukan status penyembuhan luka.

19.    Bersihkan luka dengan larutan Nacl / antiseptik dengan cara pegang kassa yang dibasahi dalam larutan dengan pinset (gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan ketika membersihkan luka serta bersihkan dari dalam ke luar luka), dengan menggunakan pinset steril dapat mencegah kontaminasi jari yang memakai handscoon.

20.    Pakai kassa baru untuk mengeringkan luka dengan cara mengusapkan secara perlahan, agar dapat mengurangi kelembatan pada luka.

21.    Pasang balutan kering pada luka, untuk melindungi luka dari masuknya kuman, bakteri maupun virus ke dalam luka.

22.    Plester di atas balutan luka / pengikat, agar menjamin penutupan luka lengkap.

23.    Lepaskan handscon & buang di tempat yang sudah disediakan.

24.    Buang semua bahan yang kotor & tidak perlu serta bantu pasien kembali posisi yang nyaman menurut pasien, agar dapat meningkatkan kenyamanan pasien.

25.    Cuci tangan.



2.2.6        Angkat Jahitan

Mengangkat atau mengambil jahitan pada luka bedah dilakukan dengan memotong simpul jahitan. Tujuannya untuk mencegah infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan luka.

Persiapan alat dan bahan:

1.        Pinset anatomi.

2.        Pinset cirurghi.

3.        Arteri klem.

4.        Gunting angkat jahitan steril.

5.        Lidi kapas (lidi yang diberi/dilapisi kapas pada ujungnya).

6.        Kasa steril.

7.        Mangkok steril.

8.        Gunting pembalut.

9.        Plester.

10.    Alkohol 70%.

11.    Larutan H2O2, savlon/lisol atau larutan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

12.    Obat luka.

13.    Gunting perban.

14.    Bengkok.

15.    Handskon steril.



Prosedur kerja:

2.      Cuci tangan.

3.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

4.      Gunakan sarung tangan steril.

5.      Buka plester dan balutan dengan pinset.

6.      Bersihkan luka dengan sublimat/savlon, H2O2, Boorwater, NaCl, atau bahan lainnya yang telah disesuaikan dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.

7.      Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati. Lalu benang dibuang pada kasa yang disediakan.

8.      Tekan daerah sekitar luka hingga pus/nanah tidak ada.

9.      Berikan obat luka.

10.  Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.

11.  Lakukan pembalut.

12.  Catat perubahan keadaan luka.

13.  Cuci tangan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar