PERAWATAN LUKA
2.1 Persiapan
Alat
Persiapan
alat dan bahan yang dilakukan dalam perawatan luka, terdiri dari :
-
Pinset anatomi
-
Pinset cirurghi
-
Gunting steril
-
Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya
-
Larutan H2O2
-
Larutan boorwater
-
NaCl 0,9%
-
Gunting perban (gunting tidak steril)
-
Plester/pembalut
-
Bengkok
-
Kasa steril
-
Mangkok steril
-
Handskon steril
(Sumber:
panduan lengkap keterampilan dasar kebidanan II)
2.2 Perawatan
luka
2.2.1
Episiotomi dan Laserasi Perinium
Penatalaksanaa jahitan episiotomi
1. Tindakan
supportif. Daerah luka dijaga kebersihannya dan dijaga agar bebas dari cairan
yang iritarif serta debris dengan pencucian memakai air hangat dua kali sehari
selama 20 menit. Setelah itu, perineum disinari dengan lampu selama 30 menit.
Fifalam luka akan terbentuk jaringan granulasi dan kesembuhan berlangsung dari
lapisan sebelah dalam ke luar. Pasien boleh pulang sebagaimana biasanya dan
perawatan dilanjutkan di rumah. Tindakan seperti ini selalu berhasil dengan
baik kalau tidak ada kerusakan rectum. Kesembuhan luka terjadi dengan baik,
efek lanjut tidak dijumpai, dan perawatan rumah sakt yang lama dapat dihindari.
2. Perbaikan
sekunder. Tindakan supportif dilaksanakan sampai daerah luka bersih. Lamanya
tindakan 5 hingga 6 hari. Kemudian pasien di anesthesi, jaringan yang mati
menjalani debridement, dan luka episiotomy diperbaiki.
3. Terapi
supportif sudah memberikan hasil-hasil yang paling baik dan merupakan tindakan
yang paling mudah untuk dilaksanakan.
Komplikasi
lanjut suatu luka episiotomi yang terinfeksi adalah fistula rectovaginalis.
Fistula ini terjadi akibat robekan rectum yang tidak diketahui atau akibat
jahitan yang menembus dinding rectum dan dibiarkan di sana.
Laserasi
perineum
Banyak
wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama. Pada
sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini amat luas. Laserasi
harus diperbaiki dengan cermat.
Penyebab
maternal mencakup:
1. Partus
presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)
2. Pasien
tidak mampu berhenti mengejan
3. Partus
diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
4. Edema
dan kerapuhan pada prenieum
5. Varikositas
vulva yang melemahkan jaringan perineum
6. Arus
pubis sempit dengan pintu bawah panggl yang sempit pula sehingga menekan kepala
bayi kearah posterior
Asuhan
keperawatan perineum meliputi:
Perawatan perineum dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi dengan cara menjaga kebersihan perineum caranya sebagai
berikut:
1)
Persiapan :
a)
Siapkan air hangat
b)
Sabun dan washlap
c)
Handuk kering dan bersih
d) Pembalut ganti
yang secukupnya
e)
Celana dalam yang bersih
2)
Cara merawatnya :
a)
Lepas semua pembalut dan cebok dari
arah depan ke belakang
b)
Washlap dibasahi dan
buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa sabun
tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila
tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka
jahittan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.
c)
Bilas dengan air hangat dan ulangi
sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat
dengan cermin kecil.
d) Setelah luka
bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus.
Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram
dengan air hangat.
e)
Kenakan pembalut baru yang bersih dan
nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana
dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
f)
Segera mengganti pembalut jika terasa
darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan
kering.
g)
Konsumsi makanan bergizi dan berprotein
tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh
dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh
makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi.
h)
Luka tidak perlu dikompres obat
antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan.
3)
Lamanya jahitan mengering
Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu
minggu. Bila keluar darah
kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan
terasa sangat nyeri atau luka jahitan bernanah.
Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:
a)
Luka jahitan terasa sedikit nyeri
Jangan cemas,
rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot , namun
semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring
terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses
penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.
b)
Luka terlihat sedikit bengkak dan merah
Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan
memproduksi zat – zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga
dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan
kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini
bersifat sementara.
Beberapa keluarga masih ada yang menganjurkan untuk
mengurangi minum air putih agar jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak
dibenarkan. Justru ibu harus minum yang banyak, minimal 8 gelas sehari untuk
memperlancar buang air kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang dan
memperlancar proses pengeluaran ASI.
(Sumber: Ilmu Kebidanan Patologi dan
Fisiologi Persalinan)
2.2.2
Abses Payudara
Abses
payudara merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk
kambuh. peluang kekambuhan bagi yang
pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.
Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus
aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa
masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan
komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu
ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara
akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
Abses
payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Breast
abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat
menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada
payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista
Penanganan dan
pengobatan
Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang
benar :
1. Teknik
menyusui yang benar.
2. Kompres
payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Meskipun
dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4. Mulailah
menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan
menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
6. Apabila
abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk
apabila keadaan tidak membaik.
Terapi: Evakuasi abses
dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum. Setelah
diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih
tertinggal dalam payudara.
Abses
/ nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika
abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang
drain juga dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam
tindakan, pasien kontrol kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat
antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.
Penanganan yang dapat
dilakukan antara lain :
Pengeluaran susu
terhambat dilakukan untuk mastitis
adalah pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara
berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa, dan terapi antibiotika oral.
Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena, aspirasi,
atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan
pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.
Dilakukan pengompresan
hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik
dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan
air susu pada payudara yang terkena.
Jika terjadi abses,
biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk
berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri
bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua
obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
2.2.3
Seksio Caesarea
a. Pengertian
Seksio Caesarea
Seksio sesarea adalah proses
persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (Laparatomi)
untuk mengeluarkan bayi, atau suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina.
b.
Indikasi dilakukan Seksio Sesarea
Seksio
sesarea dilakukan atas indikasi sebagai berikut :
1. Panggul sempit
2. Disproporsi sefalo pelvik yaitu
ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul.
3. Ruptur uteri mengancam.
4. Partus lama (prolonged labor)
5. Partus tidak maju (Obstructed labor)
6. Distosia serviks
7. Pre-eklamasi dan hipertensi.
8. Sang ibu menderita herpes.
9. Sang bayi dalam posisi sungsang atau
menyamping.
10. Putusnya tali pusar.
11. Bayi besar (Makrosomia-berat badan
lahir lebih dari 4,3 kg)
12. Kepala bayi jauh lebih besar dari
ukuran normal (Hidrosefalus)
13. CPD atau cephalo pelvic
disproportion (proposi panggul dan kepala bayi yang tidak pas,sehingga
persalinan terhambat)
c.
Komplikasi Operasi Seksio Sesarea
Infeksi puerperal (Nifas)
1.
Ringan
: Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2. Sedang : Dengan kenaikan
suhu tinggi,disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3.
Berat
: Dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik.
Penangannya
adalah dengan pemberian cairan, elektrolit, dan antibiotika yang adekuat dan
tepat.
1. Perdarahan
2. Luka kandung kemih, emboli paru dan
keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
3. Kemungkinan ruptur uteri spontan
pada kehamilan mendatang.
d.
Prinsip perawatan luka seksio sesarea
Pada prinsipnya dalam merawat luka dibutuhkan sterilitas
mengingat luka sangat rentan terhadap masuknya mikroorganisme dan adanya
disintegritas, dalam melakukan perawatan luka.
e.
Prosedur perawatan luka seksio sesarea
Persiapan
alat yang digunakan untuk melakukan perawatan luka seksio sesarea yaitu:
1.
Dressing
pack steril (set ganti pembalut)
2.
Korentang
steril
3.
Pengalas
4.
Handscoon
bersih 1 pasang
5.
Piala
ginjal, verband
6.
Depper
/ lidi waten
7.
Pinset
on steril (2)
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan steril
4. Plester pinset apabila luka tertutup
oleh balutan
5. Lakukan pembersihan luka dimulai
dengan :
1) Kaji / observasi status luka, apakah
luka bersih atau kotor serta sejenisnya.
2) Gunakan kassa steril yang dipegang
dengan pinset, dicelupkan diberi larutan savlon dan lakukan pembersihan pada
luka, bila perlu berikan H2O2. celupkan atau diberi larutan Nacl 0,9% kemudian
bersihkan luka sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan
bethadine atau sejenisnya.
3) Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
4) Catat : Tindakan, respon pasien dan
kondisi luka pasien.
2.2.4
Infeksi Luka Operasi
a.
Definisi
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari
luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah
operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka
operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang
terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada
jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada
jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih
dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh. Menurut sistem CDC’s
terdapat stpasienrisasi pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka
operasi, yaitu :
1.
Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang
terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit
atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi.
2.
Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang
terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat-alat
yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka
infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan
luka operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang dalam dari luka bekas
insisi.
3.
Organ atau ruang, yaitu infeksi yang
terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat yang
ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi
terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka
operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada
daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena manipulasi yang
terjadi.
b.
Penyebab
Infeksi
yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram
negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob
dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka
dan operasi. Bakteri yang paling banyak adalah Staphylococcus.
c.
Patogenesis
Pada
akhir operasi, bakteri dan mikroorganisme lain mengkontaminasi seluruh luka
operasi, tapi hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi (Fry
2003). Infeksi tidak berkembang pada kebanyakan pasien karena pertahanan
tubuhnya yang efektif untuk menghilangkan organisme yang mengkontaminasi luka
operasi. Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
yang terpenting adalah :
·
Jumlah bakteri yang memasuki luka
·
Tipe dan virulensi bakteri
·
Pertahanan tubuh host
·
Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum
pembedahahn dan operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.
Selain
itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu :
1.
Operating suite, yaitu tidak adanya
batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan ruang untuk mempersiapkan
pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang digunakan hampir tidak ada
bedanya.
2.
Operating room, ruangan yang digunakan
untuk operasi harus dijaga sterilitasnya.
3.
Tim operasi, yaitu harus ada orang yang
merawat pasien dari sebelum, saat dan setelah operasi. Operator, asisten dan
instrumen harus menjaga sterilitas karena berhubungan langsung dengan daerah
lapang operasi. Orang-orang yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi
daerah lapang operasi dan menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan
pasien bisa terinfeksi nantinya.
d.
Penatalaksanaan
1.
Pembersihan luka
Hal
ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat
penyemprot yang besar. Solusi pembunuhan kuman dapat digunakan unuk
membersihkan luka.
2.
Debridement
Hal
ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati dan
jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka
atau sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan
mengering. Dokter juga bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus.
3.
Penutup luka
Hal
ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi luka dari
kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan tekanan
untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa
mengandung beberapa substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan.
4.
Obat-obatan
Dokter
mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga mungkin
diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau demam.
5.
Terapi oksigen hyperbarik
Juga
disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke dalam
tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya sampai
ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk seperti
tabung yang disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa
melihat dokter dan berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien
mungkin mebutuhkan terapi ini lebih dari sekali.
6.
Terapi tekanan negatif
Juga
sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial dengan
melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup dengan
ketat. Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong menyedot keluar
cairan berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin menolong untuk
meningkatkan aliran darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka.
7.
Pengobatan lain
Mengontrol
atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan luka yang buruk
menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu minum obat untuk
mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Dokter mungkin
memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial untuk meningkatkan
nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan untuk meningkatkan
aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh darah.
2.2.5
Ganti Balutan
a.
Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan
pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian balutan
(ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti
balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
b.
Tujuan
·
Meningkatkan penyembuhan luka dengan
mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersiha luka
·
Melindungi luka dari kontaminasi
·
Dapat menolong hemostatis (bila
menggunakan elastis verband)
·
Membantu menutupnya tepi luka secara
sempurna
·
Menurunkan pergerakan dan trauma
·
Menutupi keadaan luka yang tidak
menyenangkan
c.
Indikasi
Pada balutan yang sudah
kotor
d.
Kontra Indikasi
·
Pembalut dapat menimbulkan situasi
gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme dapat
hidup
·
Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada
luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
e.
Persiapan Alat & Bahan.
·
Sarung tangan (handscoon) steril.
·
Satu set alat (gunting, pinset, klem).
·
Kassa.
·
Kom.
·
Salep antiseptik.
·
Larutan antiseptik.
·
Larutan pembersih.
·
Nacl / aquabides.
·
Plester.
·
Alas.
·
Kantong plaktik (untuk tempat sampah).
·
Sufratul (jika diperlukan).
f.
Langkah-langkah.
4.
Jelaskan tujuan & prosedur tindakan,
agar pasien tidak cemas serta meningkatkan pemahaman proses penyembuhan.
5.
Siapkan alat yang diperlukan (jangan
dibuka), agar kesterilan tetap terjaga.
6.
Dekatkan kantong tempat sampah, mencegah
kontaminasi.
7.
Tutup tirai / jendela yang terbuka, untuk menjaga privasi pasien.
8.
Atur posisi pasien (senyaman mungkin),
agar tidak terjadi gerakan tiba2 dari pasien yang dapat menyebabkan kontaminasi
luka & peralatan.
9.
Cuci tangan 7 langkah, untuk menghilangkan
kuman, bakteri, maupun virus yang menempel di permukaan kulit.
10.
Pakai handscoon bersih (sekali pakai),
hanscoon dapat mencegah perpindahan kuman, bakteri, maupun virus dari balutan
kotor ke tangan.
11.
Lepaskan plester secara perlahan lalu
bersihkan bekas plester menggunakan kapas bersih, untuk mengurangi tegangan
pada tepi luka.
12.
Angkat balutan, bila terdapat drainase
angkat balutan satu persatu, agar dapat mencegah penarikan drainase.
13.
Jika balutan lengket, maka lepaskan
dengan memberikan larutan steril, untuk mencegah kerusakan pada permukaan
epidermal.
14.
Jika terdapat drainase maka lakukan observasi
karakter serta jumlah drainase pada balutan, agar dapat mengkaji luka.
15.
Buang balutan kotor ke kantong plastik
(sampah) yang telah disediakan, untuk mengurangi perpindahan kuman, bakteri ,
mauapun virus untuk orang lain.
16.
Tuangkan larutan antiseptik ke dalam kom
steril / di atas kassa steril, agar dapat mempermudah pekerjaan selama ganti
balutan.
17.
Pakai hanscoon steril, agar ketika
memegang balutan steril, larutan maupun alat tidak menyebabkan kontaminasi.
18.
Observasi kondisi luka serta drainase,
untuk menentukan status penyembuhan luka.
19.
Bersihkan luka dengan larutan Nacl /
antiseptik dengan cara pegang kassa yang dibasahi dalam larutan dengan pinset
(gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan ketika membersihkan luka serta
bersihkan dari dalam ke luar luka), dengan menggunakan pinset steril dapat
mencegah kontaminasi jari yang memakai handscoon.
20.
Pakai kassa baru untuk mengeringkan luka
dengan cara mengusapkan secara perlahan, agar dapat mengurangi kelembatan pada
luka.
21.
Pasang balutan kering pada luka, untuk
melindungi luka dari masuknya kuman, bakteri maupun virus ke dalam luka.
22.
Plester di atas balutan luka / pengikat,
agar menjamin penutupan luka lengkap.
23.
Lepaskan handscon & buang di tempat
yang sudah disediakan.
24.
Buang semua bahan yang kotor & tidak
perlu serta bantu pasien kembali posisi yang nyaman menurut pasien, agar dapat
meningkatkan kenyamanan pasien.
25.
Cuci tangan.
2.2.6
Angkat Jahitan
Mengangkat
atau mengambil jahitan pada luka bedah dilakukan dengan memotong simpul
jahitan. Tujuannya untuk mencegah infeksi silang dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Persiapan
alat dan bahan:
1.
Pinset anatomi.
2.
Pinset cirurghi.
3.
Arteri klem.
4.
Gunting angkat jahitan steril.
5.
Lidi kapas (lidi yang diberi/dilapisi
kapas pada ujungnya).
6.
Kasa steril.
7.
Mangkok steril.
8.
Gunting pembalut.
9.
Plester.
10.
Alkohol 70%.
11.
Larutan H2O2, savlon/lisol atau larutan
lainnya sesuai dengan kebutuhan.
12.
Obat luka.
13.
Gunting perban.
14.
Bengkok.
15.
Handskon steril.
Prosedur
kerja:
2.
Cuci tangan.
3.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur
yang akan dilaksanakan.
4.
Gunakan sarung tangan steril.
5.
Buka plester dan balutan dengan pinset.
6.
Bersihkan luka dengan sublimat/savlon, H2O2,
Boorwater, NaCl, atau bahan lainnya yang telah disesuaikan dengan keadaan luka.
Lakukan hingga bersih.
7.
Angkat jahitan dengan menarik simpul
jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati.
Lalu benang dibuang pada kasa yang disediakan.
8.
Tekan daerah sekitar luka hingga
pus/nanah tidak ada.
9.
Berikan obat luka.
10.
Tutup luka dengan menggunakan kasa
steril.
11.
Lakukan pembalut.
12.
Catat perubahan keadaan luka.
13.
Cuci tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar