Minggu, 22 Maret 2020

PEMBERIAN OBAT


PEMBERIAN OBAT

DR. Safrudin, SKM, M.Kes.



Teknik pemberian obat kepada klien dapat dilakukan melalui beberapa cara, pemberian obat dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama klien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian dan tepat waktu pemberian.

2.1. Pemberian Obat Melalui Oral

            Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Persiapan alat dan bahan:

1.      Daftra Buku Obat/Catatan, jadwal pemberian obat

2.      Obat dan tempatnya

3.      Air minum dalam tempatnya

Prosedur kerja:

1.      Cuci tangan

2.      Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3.      Baca obat,dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat

4.      Bantu untuk meminumkannya dengan cara :

a)      Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam  tutup botol dan  pindahkan ke tempat  obat. Jangan sentuh obat dengan  tangan.Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.

b)      Kaji kesulitan menelan, Bila ada, jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campuran dengan  meminum

c)      Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat  yang  membutuhkan pengkajian

1

5.      Catat perubahan dan

6.       reaksi terhadap pemberian.Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.

7.      Cuci tangan.

2.2  Pemberian Obat Oral Sublingual

1.      Persiapan alat

a)      Spuit

b)     Kasa antiseptic / kapas alkohol

c)      Ampul

d)     Formulir obat

e)      Sarung tangan bersih

2.      Persiapan lingkungan

                                Jaga privasi klien

3.      Persiapan klien

a)        Jelaskan tujuan dan prosedur

b)       Berikan klien posisi senyaman mungkin

4.      Langkah – langkah

a)        Cuci tangan

b)       Gunakan sarung tangan bersih

c)        Cek instruksi obat pasien

d)       Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan

e)        Pilih tempat penyuntikan yang tepat.Palpasi tempat tersebut terhadap edemen,massa,atau nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jarinagn parut,memar,lecet,atau infeksi.Jangan gunakan tempat penyuntikan berulang kali.Rotasikan didalam satu region anatomi kemudian pindah ke lokasi anatomi lainnya. Jangan gunakan kembali tempat suntikan yang sama didalam periode 3 minggu.

a.       Ekspose bagian lengan atau tungkai klien (tempat di mana suntikan

akan diberikan)

2

b.      Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan swab di tengah tempat suntikan dan putar ke arah melingkar sekitar 5 cm

c.       Lepaskan cap jarum dari spuit dengan menarik cap lurus.

d.      Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang dominan

e.       Lakukan penyuntikan:

f.       Untuk klien ukuran sedang; dengan tangan nondominan perawat regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan kuat atau cubit kulit yang akan menjadi tempat suntikan.

g.      Untuk klien obesitas, cubit kulit pada tempat suntikan jarum di bawah lipatan kulit.

h.      Suntikan jarum dengan cdpat dan kuat pada sudut 45 derajat (kemudian lepaskan cubitan kulit bila dilakukan).

i.        Lakukan aspirasi

j.        Cabut jarum dengan cepat sambil meletakan swab antiseptic tepat dibawah suntikan. Jika menggunakan metode Z-track,tahan agar jarum tetap ditempat setelah nenyuntikan obat selama 10 detik.Kemudian lepaskan kulit setelah menarik jarum.

k.      Massae tempat suntikan dengan perlahan kecuali merupakan kontraindikasi seperti pada penyuntikan heparin

l.        Bantu klien mendapatkan posisi yang nyama.

m.    Buang jarum tidak berpenutup dan letakkan spuit ke dalam tempat yang sudah diberi label.

n.      Rapihkan alat dan klien

o.      Lepaskan sarung tangan

p.      Cuci baju

q.      Dokumentasi

r.        Kembali untuk mengevaluasi respons klien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit.

s.       Melakukan tindakan dengan sistematis

3

t.        Komunikatif dengan klien

u.      Percaya diri



2.3  Memberikan obat parenteral IC/SC/IM

Definisi INTRACUTAN (IC)

       Menyuntikan obat (dalam jumlah kecil, umumnya hanya 0,01 sampai sengan 0,1 cc) ke dalam kulit bagian dermis dimana suplai darah di bagian tersebut sangat minimal dan absorpi obat lambat. Jarum dimasukkan ke dalam dermis dengan sudut 5-15 derajat sampai terbentuk gelembung kecil.

Tujuan

1.      Mengetahui adanya aleri obat.Hal ini bisa dilihat dari perubahan warna kulit,besarnya kerusakan integritas kulit

Indikasi

Klien yang akan dilakukan skin test,mislnya teberkulin atau tes terhadap reaksi alergi obat tertetu

 Kontraindikasi                                   

            Tidak ada

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.      Daerah dermis yang dipilih untuk pemberian obat adalah daerah yang tidak ada lesi,hiperoigmentasi,dan relatif mempunyai sedikit bulu.Lokasi penusukan yang umumnya dipaki adalah lengan bagian dalam.

2.      Gunakan spuit hipodetmic atau spuit tubercullin dengan jarum berukuran 26-27

3.      Jika tidak terjadi gelembung kecil setelah obat dimasukkan,maka berarti obat tersebut masuk ke dalam jaringan subkutan.jika hal ini terjadi maka ulangi tindakan karena jika tidak diulangi,hasilnya akan menjadi tidak valid.

4

Pengkajian

1.      Kaji catatan medis dokter tentang terapi obat yang akan diberikan kepada klien

2.      Kaji informasi yang diharapakan dari reaksi pemberian obat intarmal

3.      Kaji riwayat alergi klien dan reaksi yang timbul

4.      Kaji tanggal kedaluarsa obat

5.      Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap tujuan dan reaksi skin test

Prosedur        

1.    Persiapan alat

2.    Persiapan privack klien

3.    Persiapan klien

4.    Cuci tangan

5.    Pakai sarung tangan bersih

6.    Cek instruksi obat pasien

7.    Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan

8.    Periksa nama pasien, kaji terhadap elergi

9.    Pasang penggalas

10.    Pilih tempat penyuntikan yang tepat hindari area lecet,memar

11.    Bersihkan tempat suntikan swab kassa antisepik dengan arah melingkar (dalam keluar) sekitar 5cm

12.    Lepaskan penutupan jarum dari spuit

13.    Pegang spuit diantara ibu jari dari jari telunjuk tangan yang dominan.

14.    Rengangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan tangan non dominam didaerah yang akan menjadi tempat suntikan.

15.    Suntikan obat dalam spuit pada sudut 15 derajat sampai membuat gelembung kecil

16.    Abut jarum dengan cepat dan jangan memberikan penekanan pada area suntikan

17.    Beri tanda lingkaran paada area suntikan apabila obat yang diberiakan berupa antibiotic

18.    Ambil pengalas

19.    Rapihkan alat dan klien

20.    Lepaskan sarung tangan

5

21.    Cuci tangan

22.    Dokumentasi

23.    Evaluasi respons klien terhadap obat yang akan diberikan setelah 15 sampai 30 menit setelah penyuntikan

24.    Melakukan tindakan dengan sistematis

25.    Komunikatif dengan klien

26.    Percaya diri

Definisi SUBCUTAN (SC)

Menyuntikan obat (umumnya dalam jumlah kecil,sekitar0,5-0,1 cc)kedalam kulit bagian jaringan konektiv(subkutan)yang terletak dibawah dermis .sudut penusukan dianjurkan dalah 45 derjat.obat-obat yang dapat dimasukan isotonik, tidak mengiritasi (karena jaringan ini sangat senistif)tidak kental dan larut dalam air, misalnya Epineprin, insulin,tetanus toxoid,obat alergi,narkotik dan vitamin B12

Tujuan

Memberika medikasi sesuai kolaborasi dokter

Indikasi

1.      Klien yang diberikan suntikan insulin dengan penyakit diabetes melitus.

2.      Klien yang diberikan suntikan epineprin dengan reaksi alergi (tingkat sedang sampai berat).

3.      Klien yang diberikan suntikan heparin dengan penyakit jantung.

Kontraindikasi

1.      Klien dengan shock

2.      Klien dengan penyakit  pembulih darah

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.      Hindari penyuntikan diarea yang terdapat lesi dan skar,adanya luka infeksi,dibawah otot

6

2.       yang besar atau bagian tubuh yang banayak syaraf

3.      Jika klien takut terhadap penyuntikan ,alihkan perhatikan klien dan jangan biarkan klien melihat jarum

4.      Jika klien sangat kurus,jangan lakukan penyuntiikan di bagaian abdomen



Pengakajian

1.      Kaji catatan mredis dokter tentang nama obat,dosis,waktu dan cara pemberian obat

2.      Kaji informasi obat ,cara kerja,tujuan ,efek samping,dosis yang dianjurkan,lama kerja obat dan implikasi keperawatannya

3.      Kaji faktor-faktor kontraindikasi pemberian obat secara subkutan,seperti adanya shock yang berhungan dengan perfusi darah

4.      Kaji indikasi pemberian obat,dengan penuruan kesadaran,gelisah,klien dengan masalah menelan

5.      Kaji riwayat pemakaian obat,adanya alergi,dan kesehatan masa lalu.

Prosedur

1.      Persiapan alat

2.      Persiapan lingkungan

3.      Persiapan klien

4.      Cuci tangan

5.      Gunakan sarung tangan bersih

6.      Cek instruksi obat pasien

7.      Menyiapakan obat pasien dengan benar sesuai instruksi

8.      Pilih tempat penyuntikan yang tepat.palpasi terhadap endema,massa,atau nyeri tekan.hindari area jaringan perut, memar,lecet,atau infeksi jangan gunakan tempat penyuntiakn berulang kali.

9.      Ekpose bagian lengan atau tungkai klien (tempat di mana suntikan akan diberikan ).

10.  Bersikan tempat suntikan yang dipilih dengan swab kasa antiseptik.pasang swab putar ke arah melingkar sekitar 5cm

11.  Lepaskan cap jarum dari spuit dengan menarik capa lurus

12.  Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang dominan.

13.  Lakukan penyuntikan

14.  Untuk klien ukuran sedang : dengan tangan nondominan perawat regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan kuat atau cubit kulit yang akan menjadi tempat suntikan.

15.  Lakukan aspirasi

16.  Cabut jarum dengan cepat sambil meletakan swab antiseptic tepat dibawah suntikan.Jika menggunakan metode Z-track,tahan agar jarum tetap ditempat setelah menyuntikan obat selam 10detik. Kemudian lepaskan kulit setelah menarik jarum.

17.  Massae tempat suntikan dengan perlahan kecuali merupakan kontraindikasi seperti pad penyuntikan heparin

18.  Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.

19.  Buang jarum tidak berpenutup dan letakkan spuit ke dalam tempat yang sudah diberi label.

20.  Rapihkan alat dan klien

21.  Lepaskan sarung tangan

22.  Cuci tangan

23.  Dokumentasi

24.  Kembali untuk mengevaluasi respons klien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit.

25.  Melakukan tindakan dengan sistematis

26.  Komunikatif dengan klien

27.  Percaya diri

Definisi INTRAMUSCULAR (IM)

Menyuntikan obat ke dalam kulit bagian muskular (jaringan otot).jarun suntikan yang digunakan untuk klien dewasa biasanya berukuran 19-23 dan ukuran untuk anak-anak adalah 25-27 dengan arah penusukan 90.pemberian obat ke bagaian otot biasannya tidak menyebabkan iritas walaupun dengan obat yang relatif kental.

Tujuan

Memberikan medikasi sesuai kolaborasi dokter

Indikasi

1.      Klien tidak dapat bertoleransi terhadap pemberian obat oral

2.      Ketika menginginkan reaksi obat yang lebih cepat daripada pemberian via subkutan





Kontraindikasi

Tidak efektif jika dilakukan klien dengan:

1.      Atrofi otot, misalnya pada klien dengan ,injuri spina cord/ tulang belakang

2.      Penurunan aliran darah shock

Hal-hal yang perlu diperhatiakan

1.      Yakinkan bahwa klien tidak mengalami alergi obat yang akan disuntikan

2.      Perkirankan dengan benar lokasi penyuntikan

3.      Pada klien yang mendapatkan obat secara regule/terus menerus (vitamin B12) maka lakukan rotansi penyuntikan.

4.      Jika klien yang akan disuntikan adalah anak-anak,maka perawat dapat meminta bantuan orang tua dalam menurunkan ketegangan/kecemasan anak tersebut. Suntikan pula dengan menggunakan ukuran spuit dan jarum yang sesuai.

Pengkajian

1.      kaji catatan medis dokter tentang nama obat,dosis,waktu dan cara pemberian obat

2.      kaji informasi obat cara kerja obat, tujuan efek samping,dosis yang dianjurkan, lama kerja obat implikasi keperawatanya.

3.      Kaji faktor-faktor yang meupakan kontraindikasi pemberian obat secara intramuskular, atrofi otot,penurunan aliran darah atau klien dengan shock.

4.      Kaji indikasi pemberian obat

5.      Kaji riwayat pemakain obat

6.      Kaji usia klien

7.      Kaji tingkat pengetahuan klien tentang terapi obat.

8.      Kaji reaksi verbal dan non verbal karena bisa rasa sangat cemas meningkatkan ambang nyeri terhadap penyuntikan obat.

Prosedur

1.      Persiapan alat

2.      Persiapan lingkungan

3.      Persiapan klien

4.      Cuci tangan

5.      Gunakan sarung tangan bersih

6.      Cek instruksi obat pasien

7.      Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruki pengobatan

8.      Pasang perlak pengalas dan dekatkan bengkok

9.      Memilih lokasi penyuntikan yang tepat

10.  Meminta klien untuk melemaskan lengan atau tungkai yang akan dilakukan penyuntikan

11.  Mendesinfeksi area yang diplih dengan kapas alkohol dengan cara memutar ke arah luar sekitar 5cm

12.  Membuka tutup jarum dari spuit

13.  Memegangkan spuit diantara ibu jari dari jari telunjuk dari tangan yang dominan seperti memegang anak panah

14.  Meregangkan kulit yang akan disuntik dengan tangan kiri

15.  Tusukan jarum dengan sudut 90 derajat

16.  Aspirasi spuit dengan cara menarik plunger ke belakang

17.  Jika tidak terdapat udara, masukan obat dengan perlahan (bila terdapat darah maka jarum segera dicabut dan obat diganti)

18.  Mencabut jarum dengan cepat sambil meletakan kapas alcohol tepat dbawah suntikan

19.  Massase tempat penyuntikan dengan perlahan

20.  Membantu klien dengan mendapatkan posisi yang nyaman

21.  Meletakan spuit kedalam bengkok

22.  Merapikan alat dan klien

23.  Lepaskan sarung tangan

24.  Perawat mencuci tangan

25.  Dokumentasi

26.  Mengevaluasi kembali respon klien terhadap obat 15 sampai 30 menit setelah penyuntikan

27.  Melakukan tindakan dengan sistematis

28.  Komunikatif dengan klien

29.  Percaya diri

2.4 Prinsip pemberian obat analgesia inhalasin(Entonox)

Entonox (salah satu nama dagang)berisi 50% oksigen dan 50% dinitrogen monoksida,konsentrasi tersebut bertindak sebagai analgesia yang efektif ketika diinhalasi.obat tersebut digunakan dalam tatanan maternitas,berpotensi,untuk semua kal persalin ketika efek analgesik memilik beberapa manfaat dengan hanya memberi efek samping minimall untuk ibu dan janin.jika dilakukan dengan benar,Entonox sangat efektif dalam 40 detik hingga 1 menit.Efek obat dimulai setelah lima kali napas dalam (kira-kira 20 detik).obat dieksresi dari tubuh dalam 2-5 menit.

2.5 Prinsip pemberian obat per vagina

Secara umum  rute pemberian  medikasi melalui rute ini akan membuat ibu merasa malu. Asuhan harus dilakukan dengan jaminan dan usaha dibuat untuk melindungi martabat dan privasi.Beberapa medikasi yang diberikan melalui rute pv sering kali dilakukan oleh ibu sendiri. Kebutuhannya meningkat terkadang mungkin untuk mengeluarkan tablet vagina atau supositoria vagina tetapi tindakan ini merupakan tindakan yang tidak dapat diandalkan sehingga bukan merupakan tindakan yang diperbolehkan.

Bidan harus mempertahankan asepsi,terutama jika ketuban telah pecah ,dan penggunaan perlengkapan pelindungan personal diindikasikan.

Prosedur : Pemberian obat PV

1.      Dapatkan persetujuan tindakan dan pastikan privasi.

2.      Cuci tangan

3.      Kumpulkan peralatan

a.       Sarung tangan steril dan hand rub

b.      Perlak sekali pakai

c.       Lubrikan sekali pakai steril,miss.,Ky dan jelly

d.      Kassa/penyeka sekali pakai

e.       obat dan kartu pemberian obat

4.      Minta ibu anak berada pada posisi semi rekumben (penggunan bantal untuk menghindari oklusi jika diperlukan), dengan   bengkok, pergelangankaki menyatu dan lutut terpisah, tempatkan perlak sekali pakai di bawah bokong.

5.      Lepaskan pembalut atau celana dalam,pertahankan area genital tertutup

6.      Buka sarung tangan

7.      Cuci tangan kemudian pasang sarung tangan

8.      Minta ibu untuk menyingkapkan selimut

9.      Untuk pemberian, pegang labia dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan.

10.  Keluarkan jari,usap vulva dengan penyeka.

11.  Untuk pemberian susurkan aplikator di sepanjang dinding posterior vagina hingga pesarium mencapai posisi yang tinggi didalam vagina

12.  Tekan plunger dan tarik aplikator

13.  Lepaskan sarung tangan,gunakan hand scoon dan bantu ibu pada posisi semi rekumben yang nyaman.

14.  Rapikan peralatan secara tepat dan cuci tangan.

15.  Dokumentasikan pemberian dan temuan serta tindakan yang dilakukan.

2.6 Prinsip pemberian obat per rektum

Prosedur rektum

1.      Dapat kan persetujuan tindakan dan pastikan privasi. Cuci tangan .(jika obat untuk penggunaan sistemik,ibu harus dimotivasi untuk membuka ussnya sebelum pemberian).

2.      Kempulkan peralatan

3.      Setelah meepas celana dalam, ibu diminta berbaring pada posisi lateral kiri dengan satu atau kedua lutut fleksi.Tempatkan perlak sekali pakai di bawah bokong.

4.      Gunakan hand scoon dan pasang sarung tangan.

5.      Lumasi bagian ujung lancip dan lumasi ujung tumpul enema terbentuk  tabung; ujungnya dari lubrikan di swab kassa.keluarkan udara enem berbentuk tabung dengan menekan larutan melalui ujung enem.

6.      Minta ibu untuk menarik napas dalam (tindakan ini merelakskan ibu)

7.      Angkat bokong kanan ibu tangan non dominan

8.      Masukkan enem berbentuk tabung, tinggikan secara perlahan 10-12cm untuk memastikan bahwa enem masuk ke kolom sigmoid dan cairan

9.      Seka perium dengan kassa,lepas sarung tangan,gunakan hand scoon dan bantu ibu kembali ke posisi nyaman

10.  Cuci tangan

11.  Anjurkan ibu untuk menahan obatnya selama mungkin,Tujuan agar laksatif tertahan minimal selam 10-20 menit.

12.  Kemudian bantu ke toilet, jika diperlukan.

13.  Rapikan peralatan secara tepat dan cuci tangan.

14.  Dokumentasikan pemberian ,efek,dan tindakan yang dilakukan.

2.7 Memberikan obat topical untuk kulit

Definisi

Memberikan obat yang mempunyai efek lokal jika diabsorpsikedalam kulit.bentuk obat umumnya digunakan dengan cara lation,pasta,jelly,bubuk,minyak ataupun dalam bentuk yang langsung ditempelkan di kulit.

Tujuan

1.      Mengurangi pruritas dan gatal-gatal

2.      Melubrikasi dan melembutkan kulit

3.      Menambah atau mengurangi kulit atau keringat

4.      Melindungi kulit

5.      Memberikan obat antibiotik atau antiseptik untuk mencegah atau mengatasi inflamasi

Indikasi

Efektif diberikan pada klien dengan penyakit kulit dengan tujuan mengurangi tanda gejala yang variatif (seperti gatal-gatal,kemerahan,kulit kasar dan lainnya)

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap komposisi obat

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.      Gunakan sarung tangan atau lidi kapas untuk mengoleskan obat sehingga tangan perawat tidak kontak langsung ke luka ataupun obat yang akan diberikan

2.      Jika tidak ada luka terbuka,bersihkan terlebih dahulu area yang akan diberikan pengobatan dengan menggunakan air hangat dan sabun.

3.      Untuk obat yang ditempelkan langsung ke kulit (mislanya anti angina Nitrogliserin) maka hindari penempelan diarea yang sama lakukan rotasi

4.      Perawat perlu mengajari klien dan keluarga cara memberikan obat dengan cara ini.pencahayaan yang baik dan area yang akan dipakaikan obat terekspose

Pengkajian

1.      Kaji catatan medis dokter tentang medikasi seperti nama obat,konsentrasi,waktu dan lokasi pemberian.

2.      Kaji informasi tentang obat seperti cara kerja ,tujuan,dan efek samping

3.      Kaji kondisi kulit klien

4.      Kaji adanya alergi terhadap jenis obat topikal

5.      Kaji tingkat pengetahuan klien tentang medikasi

6.      Kaji kemampuan klien dalam menggunakan obat secara mandiri

 Prosedur

1.      Persiapan alat

2.      Persiapan lingkungan

3.      Persiapan klien

4.      Cuci tangan

5.      Menyiapkan obat dengan instruksi obat pasien

6.      Ekspose daerah yang akan diberikan obat

7.      Oleskan krim

8.      Cuci daerah kulit yang terdapat luka .singkirkan semua bekas jaringan yang mati dan siisa pengobatan agar penetrasi obat ke dalam kulit akan lebih efektif

9.      Ganti sarung tangan dengan yang baru agar tidak ada perpindahan atau kontaminasi bakteri

10.  Bantu klien mendapatkan posisi yang nyama

11.  Rapihkan alat dan klien

12.  Lepaskan sarung tangan

13.  Cuci tangan

14.  Dokumentasi

15.  Kembali untuk mengevaluasi respon s klien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit.

16.  Melakukan tindakan dengan sistematis

17.  Komunikatif dengan klien

18.  Percaya diri

2.8 Memberikan obat Mata

Definisi

Memberikan obat dengan dosis tertentu ke dalam konjungtiva mata.Terdapat 2 bentuk obat mata yang diberikan ,yaitu berupa tetes mata dan salep mata

 Tujuan

Memberikan pengobatan pada klien yang membutuhkan (misalnya obat antibotik)untuk melawan infeksi virus ataupun dengan alasan yang lain (misalnya membersihkan mata dengan cairan steril).

Indikasi

1.      Penyakit infeksi mata, seperti konjungtivitis,ulkus korea

2.      Penyakit glaukoma

3.      Post operasi ekstraksi katarak

Kontraindikasi

Tidak ada

Hal –hal yang perlu diperhatikan

1.      Kocok terlebih dahulu obat yang akan digunakan sehingga obat tercampur optimal (jika obat dalam bentuk cair).

2.      Perawat harus memberikan obat dengan hati-hati karena kornea mata merupakan bagan mata yang sangat kaya dengan serabut-serabut syaraf

3.      Perawat juga perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan

Pengkajian

1.      Kaji catatan medis dokter tentang medikasi seperti nama obat ,konsentrasi,jumlah tetesan (jika dalam bentuk cairan)waktu, mata yang diberikan (misalnya mata kanan atau mata kiri bahkan kedua-duannya)

2.      Kaji informasi tentang obat seperti cara kerja,tujuan,dan efek samping

3.      Kaji kondisi mata bagaian luar

4.      Kaji adanya alergi terhadap jenis obat mata

5.      Kaji apakah klien mempunyai gejala penurunan penglihatan

6.      Kaji tingkat kesadaran dan kempampuan mengikuti perawat

7.      Kaji tingkat pengetahuan klien tentang medikasi

8.      Kaji kemampuan klien dalam memegang obat mata secara mandiri

Memberikan obat topikal salep mata

1.    Persiapan alat

2.    Persiapan lingkungan

3.    Persiapan klien

4.    Cuci tangan

5.    Gunakan sarung tangan

6.    Cek instruksi obat pasien

7.    Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan

8.    Aturan posisi klien berbaring atau duduk dengan kepala hiperekstensi

9.    Bila terdapat kotoran mata disepanjang kelopak mata, basuh dengan perlahan.Basahi kotoran mata yang telah mongering dan sulit dibuang dengan memakai lap basah atau bola kapas basah.

10.    Bersihkan mata dari bagian dalam ke luar kantus

11.    Pegang bola kapas atau tissue yang bersih pada tangan non dominan diatas tulang pipi klien tepat di bawah kelopak mata bawah

12.    Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah,perlahan tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telinjuk diatas tulang orbita

13.    Minta klien untuk meliat pada langit-langit

14.    Pegang salep di atas pinggir kelopak mata sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak maa bawah pada konjunctiva

15.    Minta klien untuk meliat ke bawah

16.    Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjunctiva dalam

17.    Biarkan klien memejamkan mata dan menggosokan kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkular menggunakan bola kapas

18.    Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus

19.    Bila klien mempunyai penutup mata,pasang penutup mata yang bersih diatas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata

20.    Rapihkan alat

21.    Lepaskan sarung tangan

22.    Cuci tangan

23.    Dokumentasi

24.    Kembali untuk mengevaluasi respons klkien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit

25.    Melakukan tindakan dengan sistematis

26.    Percaya diri

Memberikan obat tetes mata

1.        Persiapan alat

2.        Persiapan lingkungan

3.        Persiapan klien

4.        Cuci tangan

5.        Gunakan sarung tangan

6.        Cek instruksi obat pasien

7.        Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan

8.        Bersihkan mata dari bagian dalam ke luar kantus

9.        Pegang bola kapas atau tissue yang bersih pada tangan non dominan diatas tulang pipi klien tepat di bawah kelopak mata bawah

10.    Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah,perlahan tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telinjuk diatas tulang orbita

11.    Minta klien untuk meliat pada langit-langit

12.    Teteskan obat tetes mata dengan tangan dominan anda di dahi klien,pegang tetes mata yang telah terisi obat kurang lebih 1-2 cm di atas sakus konjunctiva

13.    Teteskan sejumlah obat sesui instruksi ke dalam sakus konjunctiva

14.    Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggiran kelopak mata, ulangi prosedur

15.    Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik,lindungi jari anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan lembut pada klien selama 30 sampai 60 detik

16.    Minta klien untuk menutup mata dengan perlahan

17.    Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata,dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus

18.    Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus

19.    Bila klien mempunyai penutup mata,pasang penutup mata yang bersih diatas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata

20.    Rapihkan alat

21.    Lepaskan sarung tangan

22.    Cuci tangan

23.    Dokumentasi

24.    Kembali untuk mengevaluasi respons klkien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit

25.    Melakukan tindakan dengan sistematis

26.    Percaya diri

2.9 Memberikan Obat Secara Epidural

Definisi

Analgesia epidural melibatkan memasukan anestesi lokal, seringkali dikombinasikan dengen opioid, kedalam ruang epidural. Obat dapat menembus araknoid dan dura serta masuk kecairan serebrospinal(CSS). Hal tersebut memungkinkan beberapa obat dapat menembus kedalam medulla spinalis dan berikatan dengan reseptor opiod, beberapa obat masuk kedalam sirkulasi sistemik sedangkan sisanya menumpuk pada lemak epidural (tanpa member efek analgesik)

Tujuan

Untuk mengatasi rasa sakit tanpa menggangu persalinan alami dan juga bisa untuk pasien yang akan melakukan pembedahan dibagian bawah untuk mengurangi rasa sakit

Indikasi

1.        Pereda nyeri/permintaan ibu.

2.        Berguna ketika terdapat kemungkinan pelahiran dengan bantuan atau dengan operasi, mis., malposisi, malpersentasi, kehamilan multiple, persalinan yang lama.

3.        Hipertensi, terdapat efek samping potensial yaitu hipotensi yang dapat membantu.

4.        Persalinan premature, ketika terdapat keinginan mengejan lebih dini.

5.        Analgesia pascabedah.

Kontraindikasi

1.        Defek koagulasi akibat meningkatnya resiko pembentukan hematoma.

2.        Sepsis local

3.        Beberapa gangguan neurologis, mis,. Sklerosis multiple

4.        Alergi yang diketahui terkait obat yang digunakan

5.        Peningkatan tekanan intracranial

6.        Ketidaksediaan staf terlatih yang tepat dalam tatanan dan asuhan berkelanjutan epidural

7.        Ketidakadakuatan staf bidan untuk memberikan asuhan 1:1(satu bidan untuk satu pasien)untuk durasi epidural

8.        Deformitas spina

2.10 Terapi panas dingin kompres

1.  kompres hangat

Merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyama, mengurangi, atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat.

Pesiapan alat dan bahan:

1.      Botol bersih air panas (suhu 46-51,5֩)/air hangat

2.      Thermometer air

3.      Kain pembungkus

Cara kerja

1.      Cuci tangan

2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3.      Isi botol dengan air panas

4.      Tutup botol yang telah di isi air panas kemudian keringkan

5.      Masukan botol kedalam kantung kain. Bila menggunakan kain, masukan kain kedalam air hangat lalu diperas

6.      Tempelkan botol/kain yang sudah diperas pada daerah yang akan di kompres

7.      Angkat botol/kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/masukkan lagi kain ke dalam air hangat lalu peras. Taruh lagi botol/kain pada daerah yang akan dikomprres.

8.      Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.

9.      Cuci tangan.





2. Terapi kompres dingin

Merupakan tindakan dengan memberikan kompres dingin untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi.

Persiapan alat dan bahan:

1.      Thermometer

2.      Air dingin

3.      Kain/kantong pelindung

4.      Kantong es atau sejenisnya.

Cara kerja:

1.    Cuci tangan

2.    Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3.    Ukur suhu tubuh

4.    Masukkan air dingin pada kantong es,bila menggunakan kain, masukkan kain pada air dingin lalu diperas

5.    Letakkan kantong/kain pada daerah yang akan dikompres seperti didaerah aksila, di daerah yang sakit

6.    Catat perubahan yang terjadi selama tindakan

7.    Cuci tangan.

2.11 Pemberian cairan infus dan transfuse

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.



2.12 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.

1. Ginjal.

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.



2. Kulit.

Merupakan  bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.





3. Paru.

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.


4. Gastrointestinal.

Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:


a). ADH.

Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.

Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.

c.) Prostaglandin.

Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d.) Glukokortikoid.

Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

e.) Mekanisme rasa haus.

Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.



2.13 Cara Menghitung Tetesan Cairan Infus



Untuk memahami lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui rumus dasar menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan jam:

Rumus dasar dalam satuan menit

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMMmS-RHZkaV08Fb2nlV1BP2R_Z62uzW_rrS1uNVre78_GQ96ycTjEW4XE8q4Y5ImS0EyQEWmzVX1tdQEgRxaq3Iw9jWaLEl_j61kno7toT3eClj02QBV04A7wwnGv926cZFYcB7kt3tuQ/s1600/Rumus+Infus+Dalam+Menit1.png


Rumus dasar dalam satuan jam

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb2WROPQSgIZ3WA4RY4W4SXaKwFPdUwT58O9F27swiRYmsNCs2903nFQV-p-5BongDuyIPHGXOBigl7c1B9tOfCT16TyPSxnyhTrl2IM-QZqQ0LRdPpB7-iCFz1M0zZqTuqRw8TfdmlH2U/s1600/Rumus+Infus1.png

Dewasa(macrodrip)
Infus set macro drip memiliki banyak jenis berdasarkan faktor tetesnya. Infus set yang paling sering digunakan di instalasi kesehatan Indonesia hanya 2 jenis saja. Berdasarkan merek dan factortetesnya: 


§  Merek Otsuka

faktor tetes = 15 tetes/ml

§  Merek Terumo

faktor tetes = 20 tetes/ml


Infus Blood set untuk tranfusi memiliki faktor tetes yang sama dengan merek otsuka, 15 tetes/menit.

Infus set macro drip dengan faktor tetes 10 tetes/menit jarang ditemui di Indonesia. Biasanya hanya terdapat di rumah sakit rujukan pusat, rumah sakit pendidikan, atau rumah sakit internasional.





2.12.1    Cara Perpindahan Cairan

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu : 

1. Fase I :                              

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

2. Fase II :

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

3. Fase III :

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.



Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.



a). Difusi.

Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.


b). Osmosis.

Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.


c). Transport aktif.

Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:

Tekanan cairan.

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.

Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.



2.14 Keseimbangan Asam Basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.

Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.12.2    Gangguan Masalah Dalam Pemberian Cairan dan Elektrolit



maslah-masalah kebutuhan cairan :

1. Asidosis respiratorik,

Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.

2. Asidosis metabolic

 Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.

3. Alkalosis respiratorik

 Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.

4. Alkalosis metabolic

Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.



Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :

1) Hiponatremia

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.

2) Hipernatremia

Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.

3) Hipokalemia

M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.

4) Hiperkalemia

Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.

5)  Hipokalsemia

Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.

6) Hiperkalsemia

Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.

7) Hipomagnesia

Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

8) Hipermagnesia

Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

9) Keseimbangan Asam Basa

Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan  bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein.



2.16 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit



A.Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.



B.Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

C.Diet

Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.



D.Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah



E.Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :

a.       Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

b.      Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

c.       Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.



F. Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.



G.Pengobatan :

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.



H.Pembedahan :

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.



2.17 Tindakan Untuk mengatasi masalah cairan elektrolit



Pemberian cairan melalui infus

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.



Persiapan Bahan dan Alat :

  1. Standar infuse
  2. Perangkat infuse
  3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
  4. Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
  5. Pengalas
  6. Tourniquet/pembendung
  7. kapas alkohol 70%
  8. Plester
  9. Gunting
  10.  Kasa steril
  11. Betadine
  12. Sarung tangan

Prosedur Kerja :

  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
  3. Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)
  4. Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
  5. Letakkan pengalas
  6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
  7. Gunakan sarung tangan
  8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
  9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
  10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
  11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
  12. Buka tetesan
  13. Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
  14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
  15. Catat respons yang terjadi
  16. Cuci tangan

Transfusi Darah

Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

Persiapan Alat dan Bahan :

  1. Standar infus
  2. Perangkat transfusi
  3. NaCl 0,9%
  4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
  5. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
  6. Pengalas
  7. Tourniquet/ pembendung
  8. Kapas alcohol 70%
  9. Plester
  10. Gunting
  11. Kasa steril
  12. Betadine™
  13. Sarung tangan

Prosedur Kerja :

  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan
  3. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya
  4. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
  5. Letakkan pengalas
  6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
  7. Gunakan sarung tangan
  8. Desinfeksi daerah yang akan disuntik
  9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
  10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
  11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi
  12. Buka tetesan
  13. Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
  14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
  15. Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
  16. Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa
  17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi
  18. Catat respons terjadi
  19. Cuci tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar