Minggu, 22 Maret 2020

RESUSITASI DEWASA DAN RESUSITASI BAYI


RESUSITASI DEWASA  DAN RESUSITASI BAYI

DR. Safrudin, SKM, M.Kes.



1.      PENGERTIAN RESUSITASI DEWASA

Resusitasi merupakan sebuah upaya menydiakan oksigen ke otak, jantung dan organ-  organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).

a.       PERSIAPAN ALAT



Tidak menggunakan alat-alat.



b.      KONSEP PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN



Tahap-Tahap RJP :



1.      Periksa Kesadaran Penderita

a)      Menepuk bahu/ menggoyangkan badan penderita

b)      Jika belum merespon, panggil dengan suara keras

c)       Jika tidak merespon lakukan tahap ke-2



2.      Call For Help

a) Berteriak minta tolong dengan orang sekitar

            b) Aktifkan EMS (Emergency Medical Service) dengan menelpon 911 atau Panggilan              

    pertugas kesehatan terdekat.

            c) Saat menghubungi petugas kesehatan, informasikan tentang kejadian, jarak terdekat

menuju kejadian, nama tempat kejadian, lantai, kamar, dengan lengkap.

     3

            d) Jelaskan nama anda yang menghubungi, apa yang terjadi, jumlah korban, kondisi

korban, dan pertolongan yang sudah diberikan.

f) Sementara menunggu petugas kesehatan datang lakukan tahap ke-3





3.      Atur Posisi Korban

a)  Posisi baring telentang (agar efektif dalam melakukan pemeriksaan napas dan nadi

      b)  Baringkan ditempat datar dan  keras

4.      Ekstensikan Kepala Korban

Tehnik mengangkat dengan cara 1 tangan di dahi korban dan tangan lainnya di bawah dagu korban

5.      Periksa Mulut Korban

 Kaji adanya benda asing/ material muntahan dimulut korban. Jika terlihat ambil benda asing tersebut. Pengambilan material cair dengan kain, pengambilan material padat dengan jari



      JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK TINDAKAN INI SAJA, Lakukan Tahap 5 :

1.      Periksa Napas

a)   Lihat dada penderita apakah  normal (normalnya turun naik)

b)Dengar suara napas dengan merasakan hembusan napas di pipi

c)Jika tidak ada tanda-tanda napas, lanjut ke tahap-7

2.      Beri 2x napas buatan

a)Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat

 b) Hembuskan napas pelan dan dalam  sampai melihat dada penderita naik

      c) Batas waktu antara napas kedua 1,5 detik

3.      Periksa nadi korban

a) Pada orang dewasa terletak di arteri karotis (leher)

            b) Angkat dagu seperti tahap 4, tekan dan  rasakan nadi carotis, tahan 5-10 detik

            c) Jika nadi ADA dan napas TIDAK ADA, beri napas buatan sebanyak 10-12x/menit

            d) Jika nadi dan napas TIDAK ADA, mulai gunakan KOMPRESI DADA

4.      Kompresi Dada

a) Tekan teratur pada dinding dada. Diharapkan darah akan mengalir ke organ vital dan organ vital masih tetap berfungsi hingga EMS datang

b) Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.

c) Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang lain.

d) Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada

5

orang dewasa).

e) Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku

f) Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang

            g) Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan

            h) Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada

      i) Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya

      j) Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit

      k) Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan

5.      Kordinasikan Antara Kompresi dengan napas buatan

            a) Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan

            b) Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5 kali siklus baru

               lakukan evaluasi nadi(tahap ke-8).

            c) Lanjutkan resusitasi hingga petugas kesehatan datang





c.       TRIAGE

Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau

             penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.



            Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai

   dengan sumber daya yang ada.

A.    Macam-macam  korban :

1.Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan bencana

2. Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal

B.     Prinsip-prinsip triage :



“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :



         1.Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit

         2.Dapat mati dalam hitungan jam

         3.Trauma ringan

         4.Sudah meninggal





5

d.      PRIMARY SURVEY



Pada primary survey dikenal sisitem ABCDE(Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure/ Enviromental control) yang disusun berdasarkan urutan prioritas penanganan.



e.       PEMBERIAN BANTUAN HIDUP DASAR

A.    Prosedur Dasar CPR :


      1.    Pastikan keamanan penolong dan pasien
      2.    Nilai Respon klien

·         Segera setelah aman

·         Memeriksa korban dengan cara menepuk bahu “Are you all right ?”

·         Hati-hati kemungkinan trauma leher

·         Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila tidak perlu

                 3.  Segera Berteriak Minta Pertolongan
                 4.  Memperbaiki Posisi  Pasien

·         Posisi  Supine

·         Bila pasien tidak memberikan respon : tempatkan pd permukaan datar dan keras

·         Bila curiga cedera spinal; pindahkan pasien dengan cara: kepala, bahu dan badan  bergerak     bersamaan (log roll / in-line)

                   5. MEMPERBAIKI POSISI PENOLONG Posisi penolong : di samping

                       pasien / di atas kepala (kranial) pasien.

                B.  Survei Primer


                    1. AIRWAY (JALAN NAFAS)
                    a. Pemeriksaan jalan nafas
                        Jangan lakukan head tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas.
                     b. Membuka Jalan Nafas :
                        Head tild - Chin lif atau Jaw thrust

                   2. BREATHING
                       Terdiri dari 2 tahap :
                    -  Memastikan pasien tidak bernafas :
                    -  Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) selama 10 detik











           3. CIRCULATION
                 Pastikan tidak ada denyut jantung pada arteri karotis atau brakhialis (anak)

                 Memastikan ada  tidaknya denyut jantung < 10 detik.

             Lakukan Compresi 30 kali :

·         Pada 1/2 bawah mid sternum, diantara 2 putting susu dengan posisi tangan menggunakan metode  “rib margin”

·         Kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5 cm)

·         Kompresi Jantung Luar 30 kali ( satu atau 2 penolong) membutuhkan waktu 18 detik.



           4. EVALUASI CIRCULATION, AIRWAY & BREATHING

       1.Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudin pasien dievaluasi kembali.

       2.Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan

          rasio 30:2.

       3.Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap.

       4.Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10 x/menit

          dan monitor nadi setiap 2 menit.

       5.Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar       

           jalan nafas tetap terbuka.

               



       

































8



f.                  TINDAKAN RESUSITAS

·         Airway

Pada pasien yang tidak sadar umumnya terjadi sumbatan jalan napas oleh lidah yang menutupi dinding posterior faring karena terjadi penurunan tonus. Hal ini dapat diatasi dengan tiga cara:

 Ekstensi kepala: ekstensikan kepala korban/pasien dengan satu tangan, bila perlu ganjal bahu.

 Ekstensi kepala dan mengangkat dagu: ekstensikan kepala dan angkat dagu ke atas.

Ekstensi kepala dan mendorong mandibula: ekstensikan kepala, pegang angulus mandibula pada kedua sisi, kemudian dorong ke depan.

Ketiga hal di atas dikenal sebagai triple airway manouver dari Safar. Metode kedua atau ketiga lebih efektif dalam membuka jalan napas atas daripada metode pertama.

Bila diketahui atau dicurigai ada trauma kepala dan leher, korban hanya digerakkan/dipindahkan bila memang mutlak perlu. Pada dugaan patah tulang leher, pendorongan mandibula saja tanpa ekstensi kepala merupakan metode paling aman untuk menjaga agar jalan napas tetap terbuka. Bila belum berhasil, dapat dilakukan sedikit ekstensi kepala.

Bila terdapat pernapasan spontan dan adekuat (tidak ada sianosis), letakkan pasien dalam posisi miring mantap untuk mencegah aspirasi. Saat itu kita dapat meminta pertolongan ambulans. Sedangkan bila ventilasi adekuat tetapi napas tidak adekuat (ada sianosis), korban/pasien perlu berikan oksigen lewat kateter nasal atau sungkup muka.



·         Brithning

Setelah jalan napas terbuka, segera nilai apakah korban/pasien dapat bernapas spontan dengan merasakan aliran udara pada daun telinga atau punggung tangan penolong, mendengarkan bunyi napas dari hidung dan mulut korban/pasien, serta memperhatikan gerak napas pada dadanya. Ventilasi buatan dilakukan bila pernapasan spontan tidak ada (apnu). Ventilasi dapat dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau mulut ke stoma (trakea).

Pada saat melakukan ventilasi mulut ke mulut, penolong mempertahankan kepala dan leher korban dalam posisi jalan napas tebuka dengan menutup hidung korban/pasien dengan pipi penolong atau memencet hidung dengan satu tangan. Selanjutnya lakukan dua kali ventilasi dalam, segera raba denyut nadi karotis atau femoralis. Bila tetap henti napas tetapi masih teraba denyut nadi, diberikan ventilasi dalam setiap lima detik.

Tanda-tanda jalan napas bebas saat diberikan ventilasi buatan yang adekuat adalah bila dada terlihat naik turun dengan amplitudo cukup, ada udara yang keluar melalui hidung dan mulut selama ekspirasi, serta tidak terasa tahanan dan compliance paru selama pemberian ventilasi.Bila ventilasi mulut ke mulut atau ke hidung tidak berhasil baik walaupun jalan napas terbuka, periksa faring untuk melihat adanya sumbatan oleh benda asing atau sekresi.

Bila diduga ada sumbatan benda asing, lakukan hentakan punggung di antara dua skapula. Bila tidak berhasil, lakukan hentakan abdomen (abdominal thrust, manuver Heimlich), atau hentakan dada (chest thrust) untuk pasien anak atau ibu hamil. Urutan gerakan Heimlich adalah memberikan 6 – 10 kali hentakan abdomen, membuka mulut dan melakukan sapuan jari, reposisi korban/pasien, membuka jalan napas, dan mencoba memberikan ventilasi buatan. Urutan diulang sampai benda asing keluar dan ventilasi buatan berhasil diberikan. Teknik hentakan dada dapat dilakukan pada korban/pasien yang telentang. Teknik ini sama dengan kompresi dada luar.

Bila ada sekresi, lakukan penyapuan dengan jari. Bila gagal, lakukan hentakan abdo­men atau hentakan dada. Pada tindakan jari menyapu, gulingkan korban/pasien pada salah satu sisi. Sesudah membuka mulut korban/pasien dengan satu tangan memegang lidah dan rahangnya, masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain dari penolong ke dalam satu sisi mulut korban/pasien. Melalui bagian belakang faring kedua jari menyapu dan keluar lagi melalui sisi lain mulut korban/pasien dalam satu gerakan.

Bila sesudah dilakukan gerakan tripel (ekstensi kepala, membuka mulut, dan mendorong mandibula) serta pembersihan mulut dan faring, masih ada sumbatan, pasang pipa jalan napas (oropharyngeal airway atau nasopharyngeal airway). Bila belum berhasil, lakukan intubasi trakea. Bila tidak dapat dilakukan intubasi, sebagai alternatifnya adalah krikotirotomi atau pungsi membran krikotiroid dengan jarum berlumen besar (misalnya kanula intravena 14G). Bila masih ada sumbatan di bronkus, lakukan pengeluaran benda asing (padat, cair) dari bronkus atau terapi bronkospasme dengan aminofilin atau adrenalin



·         Circulation

Pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan henti jantung. Aliran darah selama kompresi dada luar didasari oleh dua mekanisme yang berbeda, yaitu kompresi jantung antara sternum dan tulang belakang serta perubahan tekanan intratoraks global.

Korban/pasien telentang pada permukaan yang keras saat dilakukan kompresi dada luar. Penolong berlutut di samping korban dan meletakkan pangkal sebelah tangannya di atas pertengahan 1/3 bawah sternum korban/pasien, sepanjang sumbu panjangnya dengan jarak dua jari sefalad dari persambungan sifoid-sternum. Tangan penolong yang lain diletakkan di atas tangan pertama. Dengan jari-jari terkunci, lengan lurus, dan kedua bahu tepat di atas stemum korban/pasien, berikan tekanan vertikal ke bawah yang cukup untuk menekan sternum 4 – 5 cm dengan berat badan penolong. Setelah kompresi harus ada relaksasi, tetapi kedua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban/pasien. Dianjurkan lama kompresi sama dengan lama relaksasi. Bila hanya ada satu penolong, 15 kompresi dada luar (laju: 80-100x/menit = 9 – 12 detik) harus diikuti dengan pemberian dua kali ventilasi dalam (2 – 3 detik). Dalam satu menit harus ada empat daur kompresi dan ventilasi, yaitu minimal 60 kompresi dada dan 8 ventilasi. Jadi 15 kali kompresi ditambah 2 ventilasi harus selesai maksimal dalam 15 detik. Bila 2 penolong, kompresi dada diberikan oleh satu penolong dengan laju 80 – 100 kali per menit dan 1 kali

9

ventilasi dalam (1 – 1,5 detik) diberikan oleh penolong kedua sesudah kompresi kelima. Dalam 1 menit minimal ada 60 kompresi dada dan 12 ventilasi. Jadi, 5 kompresi ditambah 1 ventilasi maksimal dalam 5 detik.



·         Drug Management

Adalah pemberian obat dan cairan tanpa menunggu  





6.      RESUSITASI BAYI ( Neonatus)

Resusitasi neonatus adalah suatu prosedur yang diterapkan untuk bayi batu lahir (neonatus) yang gagal bernafas secara spontan yan adekuat.[1]

                 

Ø  INDIKASI :

Tidak ada



Ø  KONTRA INDIKASI :

Tidak ada



Ø  PERSIAPAN ALAT :

·         Alat pemanas (radiant warmer) siap pakai/dinyalakan dan handuk hangat tersedia.

·         Cek alat penghisap lendir, oksigen,sungkup wajah dengan ukuran yang sesuai serta balon resusitasi.

·         Siapkan sebuah ETT (Pipa Endotrakeal) dengan ukuran sesuai.

·         Siapkan obat-obatan,kateter umbilikalis dan sebuah baki.[2]









10

Ø  TINDAKAN RESUSITASI PADA BAYI :

  1. Jaga bayi tetap hangat

  • Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
  • Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
  • Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.
  • Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.

  1. Atur posisi bayi

  • Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
  • Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.

  1. Isap lendir

           Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb :

  • Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
  • Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.
  • Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

            Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb :

  • Tekan bola di luar mulut.
  • Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
  • Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.

  1. Keringkan dan rangsang bayi

  • Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
  • Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:

·         Menepuk/menyentil telapak kaki atau

·         Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan

  1. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi

  • Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
  • Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias memantau pernapasan bayi.
  • Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

            Lakukan penilaian bayi :

1.Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.

2.Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.

3.Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.





[1] Nurhayati.2009.Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.Jakarta:CV.Trans Info Media.Hal 54
[2] Nurhayati.2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.Jakarta:CV.Trans Info Media.Hal 55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar