REFRAMING
CHANGE & BRINGING IT ALL TOGETHER
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan internal
dan eksternal organisasi terus terjadi. Perubahan internal terjadi karena
anggota-anggota organisasi berubah. Anggota organisasi yang masuk berasal dari
latar belakang yang bermacam-macam. Perubahan eksternal organisasi terjadi
karena perkembangan social, budaya, politik dan ilmu pengetahuan serta
teknologi. Keadaan tersebut menuntut para manajer dan pimpinan organisasi untuk
terus menerus melakukan adaptasi dan inovasi dengan lingkungan yang berubah.
Salah satu upaya manajer dan pimpinan organisasi dalam beradapatasi dengan
perubahan lingkungan adalah dengan
melakukan perubahan dalam organisasi.
Manajer dan
pimpinan organisasi dalam melakukan perubahan perlu memiliki kemampuan yang
memadai. Apalagi lingkungan perubahan saat ini penuh dengan ambiguitas dan
paradok. Oleh sebab itu, manajer dan pimpinan organisasi memerlukan
keterampilan dalam berpikir sehingga fleksibel dalam mengambil keputusan. Para
manajer memerlukan kemampuan untuk bertindak inkonsisten ketika keseragaman
terbukti gagal, melakukan diplomasi ketika emosi tidak terkendali, melakukan
tindakan irasional ketika rasio sudah macet, berpolitik dengan wajah ustad demi
tercapainya tujuan organisasi, dan bertindak cepat untuk menyelesaikan masalah
ketika semua orang tidak mau menyelesaikannya.
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka manajer dan pimpinan organisasi dalam melakukan
perubahan memerlukan pengetahuan yang komprehensip mengenai reframing change.
Bolman dan Deal dalam buku Reframing Organization bab 18 dan 20
menawarkan kepada pembaca cara memandang perubahan berdasarkan
teori–teori manajemen, pengalaman, ulasan-ulasan hasil studi
atas kasus-kasus di berbagai organisasi, baik dalam bagaimana pengelolaan
struktur, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan politis
maupun pengelolaan simbol dan budaya organisasi.
Pembahasan Reframing
Change akan diawali dengan menggambarkan kesalahan- kesalahan umum
yang terjadi dalam upaya mengubah organisasi. Dilanjutkan dengan bahasan
tentang rintangan, peluang , dan analisa multi bingkai atas proses
perubahan. Selanjutnya akan dibahas mengenai bagaimana pelatihan, mempersatukan
arah tujuan, negosiasi politis, dan
penggunaan atau penciptaan ritual simbolis untuk mencapai tujuan organisasi.
Kemudian akan digambarkan model proses perubahan terpadu dan studi
kasus yang menggambarkan suatu perubahan yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reframing Change
Amerika Serikat
pada tahun 2002 merupakan hampir satu satunya negara yang
belum resmi mengkonversikan sistim ukur nasional ke sistim metrik. Padahal
sejak Juli 1958 Lembaran Negara AS sudah
memuat ketentuan bahwa sistem timbangan dan alat ukur didasarkan pada standar
metric. Lebih janggal lagi karena di tahun 1996 ada perintah kepada
Badan-badan Federal agar menerapkan sistim metrik. Bertahun-tahun Amerika
Serikat dihimbau untuk menyamakan sistim timbang dan ukur dengan
negara-negara lain. Perubahan terjadi hanya sedikit. Amerika Serikat
mempertahankan sistim ukur Inggris yang berusia lebih seribu tahun, yang oleh
Inggris sendiri sudah ditinggalkan.
Keengganan untuk
berubah merupakan aspek dari dinamika perubahan. Suatu organisasi dapat
menghabiskan biaya jutaan dollar untuk perubahan, namun yang didapatkan bukan
keadaan yang lebih baik melainkan lebih buruk seperti merger organisasi yang
gagal, penggunaan teknologi yang tidak maksimal, sampai penggunaan strategi
yang akhirnya gagal diterapkan. Mengapa perubahan gagal? Salah satunya karena
perubahan tidak menggunakan kerangka yang utuh dan menyeluruh.
B. Skenario Perubahan
Bank DDB merupakan
bank besar di Asia Tenggara yang telah berdiri lebih dari limapuluh
tahun. Memiliki lebih dari enam puluh cabang, dengan tiga belas ribu karyawan.
Jaringan bank koresponden terdapat di seluruh dunia. Keuntungan diraih merata
setiap tahun. Portofolio Pinjaman baik. Basis deposan baik. Para pemegang
saham, pasar modal, dan regulator pemerintah secara umum memberi
penilaian tinggi atas Bank tersebut.
Bertahun tahun
bahkan dari generasi ke generasi strategi Bank DDB sangat konservatif.
Cabang-cabangnya membentuk suatu basis deposan yang besar. Terutama di wilayah
luar perkotaan, deposan setia bersama DDB sepanjang mereka merasa uangnya aman
dan mudah ditarik. Basis deposito dengan biaya rendah memungkinkan DDB untuk
memberikan pinjaman dengan tingkat suku bunga wajar, namun tetap menguntungkan
merupakan kunci dari tingkat keuntungan bank yang mapan. Hubungan jangka panjang
bank dengan peminjam maupun deposan stabil. Dalam Pengambilan Keputusan
para manajer dapat mengacu pada kebijakan dan prosedur yang jelas.
Kebijakan
kepegawaian terhadap staf dan karyawan mencerminkan juga ketergantungan DDB
pada stabilitas dan sistem. Pekerjaan dan grade didefinisikan secara rinci
dengan alur karir yang jelas sejak mulai jadi karyawan sampai
dengan tingkat manajer cabang. Ada 2 (dua) persyaratan utama untuk memperoleh
promosi : (1) menjalani masa kerja minimum, dan (2) mengikuti peraturan dan
prosedur yang telah ditetapkan. Apabila 2 (dua) kriteria tersebut dipenuhi
maka peningkatan karir terjamin.
Pada suatu saat
bank DBB merekrut Thomas Lo dan mengangkatnya sebagai General Manajer dari
cabang utama DBB. Thomas Lo adalah mantan
karyawan City Bank yang selama 14 tahun berpengalaman di berbagai belahan
dunia. Dia terlatih untuk berfikir strategis dan nyaman dalam suasana
organisasi yang dinamis dan bergerak cepat. Ketika diangkat menjadi General
Manajer, dia langsung berkelompok dengan kelompok kecil manajer yang merasa
tidak puas dengan kinerja bank DBB. Dari awal keputusan merekrut Thomas Lo
meninmbulkan kontroversi, dan memecah belah manajemen. Sekelompok yang
dipimpin oleh William Tun Eksekutif Vice Presiden sebagai Kepala seluruh
cabang-cabang domestik menganut prinsip “jika tidak rusak jangan dibetulkan”
kelompok ini cenderung untuk tidak mengotak atik organisasi. Kelompok
yang bertentangan dipimpin oleh Philip Neo Eksekutif Vice Presiden Kepala
Corporate Banking, kelompok ini berpendapat bahwa bank harus mengantisipasi
perubahan yang pasti terjadi, kelompok yang lebih progresif ini menekankan
bahwa industri perbankan semakin
bersaing akibat pengendoran regulasi pemerintah, kelompok ini merasa
bahwa basis deposan tidak lama lagi dapat diandalkan. Untuk tetap dapat
bersaing mereka mempertahankan pendapat bahwa DDB harus fokus pada
layanan unggulan kepada customer dan strategi inovatif untuk
mempertahankan dan memperluas basis deposan. Thomas Lo direkrut untuk memimpin
Cabang utama sebagai model bagi cabang-cabang DDB lainnya.
Thomas Lo
bertindak cepat dalam waktu 3 bulan dia berhasil menyusun rencana
lima tahun yang segera diimplementasikan. Para pemimpin cabang
diberi target atas jumlah pinjaman, deposito dan tingkat keuntungan yang
harus dicapai. Pencapaian tingkat keuntungan adalah prioritas utama.
Sistem informasi diubah untuk dapat memantau pencapaian target secara
terus menerus. Cabang utama yang dipimpin Thomas Lo direorganisasi, dengan
menciptakan posisi-posisi baru yaitu manajer pemasaran dan manajer perencanaan.
Untuk internal Thomas Lo menjelaskan bahwa posisi-posisi baru itu sesuai dengan
kebijakan yang berlaku, namun tujuan dibalik itu dia ingin merekrut
tenaga baru dari luar organisasi kedalam organisasi cabang utama. Thomas
Lo juga menuntut perubahan lainnya, dia menginginkan agar sistem penilaian
terhadap kinerja diubah yaitu: yang berprestasi baik mendapatkan
promosi lebih cepat. Dia menghendaki perubahan skala gaji yang lebih
flesibel. Dia mendorong departemen sumber daya manusia untuk
mengembangkan alur –alur pengembangan karir baru; pemutasian staf
karyawan dari cabang ke cabang yang lain dan untuk dapat melakukan mutasi
lateral antara cabang dengan kantor pusat. Sebagian besar staf memiliki ijasah
sarjana dibidang akuntansi dan ekonomi namun Thomas Lo menghendaki tenaga
baru yang mampu untuk menggerakan pembaharuan walaupun latar belakang
pendidikan bukan di bidang perbankan.
Setelah 6 bulan
kemudian Thomas Lo menyadari inovasi yang diterapkannya tidak berdampak
pada kegiatan sehari-hari. Permasalahan bukan pada perlawanan terbuka
tetapi adanya keengganan untuk melangkah dengan kesamaan irama. Sebagian
manajer mengaku mereka bekerja untuk mengupayakan perubahan namun dengan
berbagai alasan mereka lamban dalam mencapai perubahan yang telah
dijadwalkan. Sebagian lain menganggukan kepala setuju pada waktu di depan
public tetapi secara diam-diam mereka menjalankan tugas pekerjaan tetap dengan
cara lama. Thomas Lo mulai mempertimbangkan untuk meninggalkan DDB dan
bergabung dengan perusahaan Bank Investasi yang lebih kecil dan dinamis. Kisah
serupa seperti Thomas Lo sering kita temukan; awal yang menjanjikan
harapan, pelaksanaan yang banyak gejolak, berakhir dengan kekecewaan.
Kisah Thomas Lo memiliki
kemiripan dengan kasus Helen de Marco. Karyawan bawahan Thomas Lo mungkin
merasakan apa yang dialami Helen de Marco: mereka tidak bermaksud menghambat
perubahan melainkan bermaksud melindungi organisasi. Demikian pula antara
Paul Osborne dengan Thomas Lo keduanya memiliki kesamaan: keduanya
mendatangkan ide baru dan penyegaran untuk organisasi yang telah melempem
dan keduanya frustasi menghadapi kesulitan menggerakan
perubahan pada organisasinya. Kisah-kisah tersebut menggambarkan suatu
hukum yang tidak tergoyahkan: perubahan yang tercipta atas dasar
rasionalitas semata seringkali gagal. Orang-orang yang hendak membawa
perubahan salah membaca atau lupa memperhatikan konsekwensi yang tidak
diperhitungkan akibat dari tindakan mereka. Mereka bertindak berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan sendiri tanpa memperhatikan tanda-tanda peringatan
bahwa mereka bertindak menuju kearah yang salah. Dari bermacam-macam
kasus upaya untuk mengadakan perubahan kita dapat melihat strategi para manajer
yang terbatas karena cara mereka memandang perubahan hanya melalui satu
atau dua bingkai perubahan saja. Untuk perubahan yang berhasil, memerlukan
multi bingkai yang terintegrasi.
Table 1 Bingkai
Perubahan Organisasi
Bingkai
|
Rintangan terhadap Perubahan
|
Strategi Utama
|
Sumber Daya Manusia
Struktural
Politik
Simbolik
|
Gelisah, ketidak pastian; orang rasa tidak mampu dan
rasa kurang
Hilang kejelasan dan stabilitas; kebingungan, kekacauan
Hilangnya kekuasaan; konflik antara pemenang dan yang
kalah
Hilangnya arti dan tujuan; enggan melepas masa
lalu
|
Pelatihan untuk mengembangkan keahlian baru,
meningkatkan partisipasi dan keterlibatan, dukungan phisikologis
Komunikasi, penetapan arah, negosiasi ulang, pola dan
kebijakan formal
Ciptakan forum dimana permasalahan dapat dinegosiasikan
dan koalisi baru dapat dibentuk
Ciptakan ritual transisi, berduka melepaskan masa lalu,
rayakan masa depan
|
Bingkai sumber daya
manusia terfokus pada kebutuhan dan keahlian, bingkai structural terfokus pada kesatuan
dan kejelasan arah, bingkai politis terfokus pada konflik yang terjadi
dan arena untuk menyelesaikan konflik, dan terakhir bingkai simbolik yang
terfokus pada masalah hilangnya jiwa organisasi dan pentingnya membangun jiwa
baru dan symbol baru. Setiap bingkai menggambarkan juga rintangan maupun
tonggak pegangan agar perubahan dapat terjadi secara permanen.
C.
Perubahan dan Pelatihan
Bersamaan
dengan investasi dalam mengadakan perubahan dibutuhkan
investasi untuk pelatihan yang memadai, namun tidak terbilang inisiatif
perubahan yang goyah karena manajer lalai untuk meluangkan waktu dan
biaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian baru. Dalam kebanyakan
organisasi, departemen sumber daya manusia dianggap kurang penting.
Pada sebuah perusahaan besar sebagai contoh, Top Manajemen
memutuskan untuk membeli teknologi mutakhir, dengan investasi itu mereka
yakin dapat mempercepat waktu proses pengolahan separuh dari yang
biasanya dibutuhkan mulai dari diterimanya pesanan hingga pengiriman
sampai diterima. Percepatan penyelesaian pesanan akan menghasilkan dan
menentukan keuntungan dalam persaingan. Strategi tersebut disusun dengan
ketelitian analisa, penggunaan teknologi baru itu diresmikan dengan upacara
meriah. Pimpinan tertinggi menjamin para tenaga sales bahwa
mereka akan memiliki keunggulan teknologi dalam bersaing. Setelah
evoria awal berlalu dan walaupun para sales menyadari bahwa metode
lama itu sudah usang, pengalaman yang diperoleh bertahun-tahun menjadi tidak
berguna. Para sales merasa kurang berarti seperti
seorang pemula lagi. Ketika Pimpinan tertinggi mendengar bahwa tenaga sales
goyah dengan teknologi baru itu dia memerintahkan agar ada dari bagian sumber
daya manusia melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu.
Setahun kemudian
terbukti bahwa teknologi baru gagal untuk mengahasilkan perubahan yang
dikehendaki. Pelatihan yang memadai tidak pernah terwujud, investasi perusahaan
akhirnya hanya menjadi biaya tinggi, teknologi yang tidak efisien dan semangat
para sales merosot. Kesempatan itu telah lepas dan beralih kepada genggaman
pesaingnya.
Sangat kontras
hasil perubahan yang terjadi pada sebuah rumah sakit besar yang
meninvestasikan jutaan dolar dam suatu sistim informasi baru yang terpadu.
Tujuan sistim informasi terpadu yang baru adalah untuk meningkatkan perawatan
pasien dengan tersedianya informasi terkini mengenai pasien bagi semua
yang terlibat dalam rencana pengobatannya. Terminal menghubungkan
peralatan yang memantau keadaan pasien diruangan rawat pasien terhubung
dengan ruang perawat, dokter jaga, farmasi dan bagian jasa lainnya. Untuk
memastikan sistim baru bekerja dengan baik, administrator rumah sakit
menciptakan laboratorium simulasi, personil yang mewakili setiap bagian
dikumpulkan di ruang simulasi tersebut dan mereka duduk di terminal
masing-masing. Berbagai scenario hipotetik disimulasikan dan mereka dilatih dan
berlatih untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Ternyata
ditemukan terutama para dokter perlu untuk meningkatkan kemampuan
mengoperasikan komputernya. Pelatih hadir di ruangan itu untuk membantu, setiap
kelompok menjadi sistim pendukung untuk dirinya sendiri.
Keahlian dan rasa
percaya diri meningkat pada waktu sesi pelatihan, hubungan yang terbentuk
diantara berbagai fungsi rumah sakit sangat berharga karena sistim
tersebut diterapkan dan berjalan dengan baik. Dipandang dari perspektif
sumber daya manusia ada alasan orang untuk menghambat perubahan,
tidak ada orang yang nyaman dengan perasaan gelisah dan dengan perasaan tidak
kompeten. Perubahan dalam praktek rutinitas dan prosedur melemahkan pengetahuan
dan keahlian yang ada saat itu, dan juga melemahkan dan kemampuan orang untuk
bekerja dengan percaya diri. Ketika diminta melakukan sesuatu yang tidak
dimengerti, tidak mengetahui cara melaksanakannya, atau tidak meyakininya maka
orang akan merasa bingung, gelisah dan tidak aman.
Kurang keahlian dan
kurang percaya diri untuk mengimplementasikan cara-cara baru, orang cenderung
menghambat /melawan bahkan melakukan sabotase, sambil menunggu
diberlakukannya kembali cara-cara lama atau seperti
karyawannya Thomas Lo, di depan kelihatannya penurut tetapi dibelakang
mereka menghambat. Seandainya mereka berusaha untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan hasilnya tetap tidak baik. Kadangkala resistensi itu masuk akal;
karena menghasilkan pekerjaan lebih baik daripada metode baru. Pelatihan,
dukungan pshikologis, dan partisipasi semuanya itu meningkatkan kemungkinan
orang akan mengerti dan merasa nyaman dengan metode baru.
Didalam lingkaran
pelatihan yang seringkali terlewatkan adalah orang-orang yang bertanggung
jawab untuk mengarahkan perubahan. Kotter memberikan contoh nyata bagaimana
pelatihan dapat mempersiapkan orang untuk melakukan komunikasi rasional
dan kebutuhan adanya pembaharuan. Sebuah perusahaan dalam proses
perubahan menuju suatu struktur berdasarkan struktur tim yang dikembangkan oleh
20 Top Manajers sangat khawatir tentang bagaimana para pekerja dan persatuan
buruh akan bereaksi terhadap perubahan itu. Untuk memastikan orang-orang untuk
menerima perubahan, para manajers terlebih dulu dilatih secara intensif.
20 orang yang ditugasi untuk menjadi komunikator selalu berlatih terus menerus.
Mereka mempelajari
tanggapan dan reaksi, mereka mencoba mensimulasikan peran dari pekerja
hingga mereka yakin akan bisa menjawab dan menanggapi reaksi apapun yang
muncul. Mereka dapat mengatasi 200 macam permasalahan yang muncul ke permukaan,
para komunikator yakin bahwa apa yang mereka capai dapat
diaplikasikan pada setiap organisasi , permasalhannya adalah,
kebanyakan manajers memilih menghindar daripada menghadapi reaksi dari
para pekerja.
D. Perubahan dan Penetapan Arah Baru
Keahlian individu
dan keyakinan semata tidak dapat menjamin berhasilnya suatu perubahan jika
struktur organisasi tidak diarahkan selaras inisiatif pembaharuan.
Sebagai contoh, suatu sistem sekolah menetapkan kebijakan baru dimana Kepala
Sekolah harus lebih berperan aktif dalam mengawasi kegiatan guru dan pengajaran
di kelas. Kepala Sekolah dilatih cara mengamati dan memberi saran
perbaikan mengajar kepada guru. Permasalahan moral dan pengaduan
mulai mencuat. Tidak pernah dipertanyakan apa dampak dari perubahan peran
Kepala Sekolah terhadap para guru. Tidak ada kajian atas peraturan
yang berlaku mengenai wewenang otoritas Kepala Sekolah melakukan pengawasan
kegiatan pengajaran dikelas dan untuk memberi saran perbaikan cara mengajar
guru, para guru mempertanyakan legitimasi atas waktu yang
dihabiskan oleh Kepala Sekolah diruang ruang kelas mengamati proses
pengajaran dan memberi saran perbaikan cara mengajar. Tugas administrasi
Kepala Sekolah terbengkalai karena tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk
melaksanakannya. Akibatnya, pengadaan peralatan sering lambat, orang tua murid
merasa diabaikan, dan disipilin merosot. Dipertengahan tahun para Kepala
Sekolah menghentikan kegiatan pengamatan proses pengajaran dikelas, mengembalikan
sepenuhnya peran mengajar kepada para guru dan kembali memusatkan
perhatian dan waktu pada tugas tugas administrasinya.
Struktur
memberi kejelasan, memungkinkan untuk melakukan prediksi , dan
menciptakan rasa aman. Peran formil menentukan tugas dan memberi pedoman
bagaimana pekerjaan harus dilaksanakan. Kebijakan dan standar operating
procedure dapat mempersatukan berbagai macam upaya menjadi program
yang ter koordinasi dengan baik. Otorisasi resmi memberi kejelasan atas
siapa yang berkuasa, kapan, dan atas apa ia berkuasa. Perubahan cenderung
menggoyahkan aturan-aturan yang ada, menciptakan ketidakjelasan, kebingungan
dan suasana saling tidak percaya. Orang tidak lagi faham apa yang diharapkan
darinya dan apa yang dia harapkan dari orang lain. Setiap orang berfikir orang
lain yang memegang kendali sedang dalam kenyataannya tidak satupun yang
memegang kendali.
Sebagai contoh pada
saat proses perubahan dibidang kesehatan, sebuah rumah sakit mengalami
permasalahan kepegawaian, perputaran masuk dan berhentinya pegawai baru sangat
cepat, kehadiran/absen pegawai buruk, kekurangan perawat , komunikasi buruk dan
semangat kerja rendah.
Berkembang rumor
upaya akan mendirikan serikat buruh. Laporan Konsultan menunjuk adanya
masalah structural: Permasalahan menyangkut Top Manajemen. Anggota Panitia
Eksekutif seperti bingung atas peran dan Otoritas mereka. Kebanyakan dari
mereka yang meyakini bahwa keputusan-keputusan penting telah lebih dulu
ditetapkan oleh Rettew, administrator rumah sakit sebelum rapat panitia
berlangsung untuk memutuskan. Kebanyakan berpersespsi bahwa keputusan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan pribadi Rettew dengan individu-individu yang
dijanjikan perlakuan istimewa atau penghargaan sebagai imbalan atas dukungan
yang akan diberikan mereka didalam rapat panitia resmi. Orang pada kedudukan
yang tinggi itu merasa dimanipulasi, bingung, dan tidak puas.
Permasalahan besar
juga berkembang pada bagian jasa perawat. Direktur perawat sepertinya meniru
pola dan gaya manajemen yang diperlihatkan Rettew. Perawat-perawat
supervisi dan kepala-kepala perawat merasa tidak memiliki otoritas, dan staf
perawat mengeluh kurangnya pengarahan dan keterbukaan dari administrasi
keperawatan. Struktur organisasi tidak jelas, para perawat tidak
faham apa tugas mereka, kepada siapa mereka harus lapor dan bagaimana keputusan
ditetapkan.
Contoh kasus
Sekolah dan Rumah Sakit tersebut menggambarkan ketika keadaan mulai berubah,
orang menjadi tidak yakin atas tugasnya, bagaimana dia harus berinteraksi
dengan yang lainnya dan siapa yang memiliki otoritas untuk memberikan
suatu keputusan. Kejelasan, prediksi, dan rasionalitas berubah menjadi
kebingungan, hilang kendali dan perasaan bahwa politik berkuasa dan bukan
kebijakan. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan seperti tersebut
diatas, upaya dalam proses perubahan harus mengantisipasi aspek struktural dan
harus menyelaraskan peran dan tugas, garis hubungan antara manusia. Dalam
situasi tertentu upaya penyelarasan dapat dilakukan secara informal, dalam
situasi lainnya dibutuhkan negosiasi dan pengaturan ulang secara formal.
E. Perubahan dan Konflik
Perubahan dalam
suatu organisasi sering menimbulkan konflik diantara kelompok-kelompok yang
masing-masingnya memiliki kepentingan atau pemikiran atau kekhawatiran
tertentu yang berbeda. Kasus yang dibahas adalah sebuah Sekolah Menengah
Atas yang sedang dalam proses perubahan di inisiasi pemerintah Amerika pada
wilayah pedesaan. Program perbaikan ini dicanangkan lima tahun. Tahun
pertama adalah tahun perencanaan, pada tahun pertama tidak pernah muncul
konflik. Munculnya konflik pada tahun-tahun pelaksanaan, tarik menarik pengaruh
antara kelompok yang berbeda pendapat harus ada yang menengahi. Kekuasaan dapat
menengahi konflik dan menentukan siapa yang menang dan yang kalah, namun
sebenarnya penggunaan kekuasaan semata tidak menyelesaikan masalah karena
permasalahannya masih bergolak dan penentuan menang - kalah oleh
kekuasaan tidak mencerminkan putusan adil yang seyogiyanya
berdasarkan benar - salah.
Setiap kelompok ada
sisi benar, ada tujuan baik yang difikirkan mereka untuk
keseluruhan komunitas. Perubahan dapat dilaksanakan dengan baik bila ada
kemampuan untuk membingkai permasalahan itu, membangun koalisi berdasarkan
kepentingan dan menyediakan forum atau arena dimana perbedaan pendapat dapat
dikemukakan untuk kemudian dipersatukan menjadi kesepakatan yang dapat
diimplementasikan. Konflik harus dihadapi jangan dihindari, perbedaan
pendapat dan perbedaan kepentingan harus ditampung harus dicari solusi
penyelesaiannya yang dapat diterima oleh semua pihak yang bertentangan agar
tidak menjadi konflik berkepanjangan dan tidak terkendali.
F. Perubahan dan Hilangnya Identitas
Pada awal tahun
1980 persaingan antara coca cola dan pepsi cola mencapai puncaknya. Selama
puluhan tahun Coca cola memegang supremasi, karena Coca cola
menjadi icon masyarakat Amerika
dan membanggakannya. Pepsi cola menantang Coca cola untuk melakukan uji
rasa diberbagai kota di Amerika dimana para pencicip minuman ditutup matanya
dan diminta pendapatnya untuk memilih minuman mana yang disukai oleh pencicip
itu. Dari uji rasa yang diselenggarakan itu, ternyata minuman Pepsi cola lebih
disukai. Dalam perang iklan, pepsi cola berhasil menggaet Michael Jackson
untuk mempromosikan minuman itu, dengan hasil penjualan pepsi cola meningkat
diatas penjualan coca cola. Dibawah tekanan keberhasilan pepsi cola
dan saran untuk merubah rasa coca cola maka Pimpinan coca cola
mengumumkan kepada publik bahwa coca cola akan meluncurkan produk coca cola
dengan rasa baru menggantikan produk rasa coca cola lama.
Diluar dugaan,
public Amerika yang setia terhadap coca cola dan telah menganggap coca
cola adalah bagian dari sejarah Amerika tidak menghendaki perubahan
pada produk coca cola. Bahkan mereka marah dengan keputusan peluncuran
produk coca cola baru, penjualan coca cola dengan produk yang baru langsung
menurun tajam. Publik dan tokoh masyarakat pendukung coca cola
dikecewakan.
Pimpinan coca cola
terkejut dengan reaksi public ini kemudian mereka meralat keputusan untuk
menghilangkan rasa coca cola lama, dan segera memutuskan dan mengumumkan
untuk kembali memproduksi coca cola rasa lama dengan memberi nama produk
tersebut Coca Cola Classic.
Dari pemberitaan
media yang begitu luas tentang reaksi public, coca cola memperoleh iklan gratis
yang sangat berhasil meningkatkan kembali penjualan produk coca cola.
Seandainya saja pemberitaan media itu bukan merupakan suatu kebetulan,
maka iklan gratis itu strategi sangat cemerlang.
Dari pengalaman
coca cola dapat dipetik pelajaran betapa pentingnya symbol bersejarah ketika
sesuatu yang telah menjadi symbol hendak dihilangkan maka public akan merasa
sangat kehilangan.
Perubahan
signifikan suatu organisasi memicu dua macam reaksi yang bertentangan, reaksi
agar mempertahankan yang ada dan ulangi keberhasilan masa lalu bertentangan
dengan reaksi agar abaikan segala rasa kehilangan masa lalu dan
segera membangun masa depan.
Ritual dan kegiatan
seremonial diciptakan dan bermanfaat untuk mengantarkan suatu
organisasi melalui masa transisi dari yang lama kepada yang baru.
Perubahan apa saja dalam organisasi, penggantian pimpinan lama dengan yang
baru, perpindahan dari lokasi lama ke lokasi baru, perombakan struktur
organisasi dari struktur lama ke struktur baru, segala sesuatu yang
berubah akan lebih lancar perubahannya bila ada ritual untuk mengenang,
menghargai bahkan mempertahankan dan memanfaatkan segala yang baik
dari masa lalu, dan ritual untuk merayakan kedatangan masa depan dengan
pembaharuan apa saja yang diyakini lebih baik.
Kenangan individu
orang atau individu kelompok, gagasan individu orang atau gagasan individu
kelompok, harapan individu orang atau harapan individu kelompok dari
suatu organisasi yang sedang dalam proses perubahan atau proses pembaharuan
harus dapat dilebur menjadi kenangan, gagasan dan harapan kolektif seluruh
anggota organisasi agar perubahan dan pembaharuan menjadi upaya kolektif.
G. Strategi Perubahan
Bingkai-bingkai
organisasi merupakan acuan komprehensif untuk digunakan oleh pembawa perubahan
agar segala aspek perubahan tidak ada yang luput dari perhatiannya. Bagaimana
bingkai-bingkai itu dapat dikombinasikan dalam suatu model terpadu?
Bagaimana proses perubahan berlangsung dalam dimensi waktu?
John Kotter seorang
yang sangat berpengaruh karena pengamatannya yang luas atas masalah
kepemimpinan dan perubahan , ia telah mempelajari upaya upaya perubahan
baik yang berhasil maupun yang gagal pada organisasi organisasi di
seluruh dunia. Dalam buku nya The Heart of Change (
2002) Kotter menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya. Ia menyimpulkan bahwa
kebanyakan inisiatif perubahan gagal karena terlalu mengandalkan pada hasil
pengumpulan data, analisa , laporan tertulis, dan pemaparan. Sedangkan yang
seharusnya dicari dan diandalkan adalah pemahaman tentang
perasaan apa yang dapat memotivasi aksi bermanfaat. Dengan kata lain,
pembawa perubahan akan gagal jika sepenuhnya mengandalkan akal dan struktrur
dan mengabaikan aspek manusia, politik ,dan unsur unsur simbolis.
Kotter menjelaskan
delapan tahap proses perubahan yang ia temui ada pada semua inisiatif perubahan
yang berhasil :
1. Ciptakan sense of urgency (Perasaan
penting)
2. Bentuk tim pembimbing/pengarah
terdiri atas orang orang yang memiliki keahlian, kredibilitas, koneksi, dan
otoritas untuk menggerakan.
3. Ciptakan visi dan strategi yang
inspiratif
4. Mengkomunisasikan visi dan strategi
melalui kombinasi kata-kata, tindakan dan symbol.
5. Hilangkan rintangan atau beri
kuasaan orang untuk dapat melangkah maju.
6. Tunjukan tanda-tanda kemajuan yang
jelas melalui capaian kemenangan jangka pendek.
7. Teguh terhadap proses dan jangan
menyerah terhadap kesulitan
8. Asuh dan bentuk kultur baru untuk
mendukung kemunculan metode inovatif.
Tahapan tahapan
Kotter adalah model proses perubahan yang bergerak dalam dimensi waktu, dan
tahapan tersebut tidak mutlak terjadi runtun berurutan seperti yang tertulis.
H. Tim Zebra
Kisah Tim Zebra
adalah kisah kasus di perusahaan Kodak, pada Divisi Film Hitam Putih nya.
Divisi ini mengalami permasalahan: persediaan inventori yang menumpuk,
pemborosan material, besarnya volume produk rusak jadi sampah terbuang,
hubungan buruk dengan supplier, kelambanan pengiriman barang, tingkat
kerugian usaha tinggi.
Perubahan
structural dan program perbaikan organisasi dipimpin dan diarahkan
oleh Tim Zebra yang akhirnya berhasil
mengurangi tingkat persediaan, menghentikan pemborosan material,
mengurangi produk rusak terbuang, memperbaiki hubungan dengan supplier,
mempercepat pengiriman barang, dan akhirnya meningkat kembali keuntungan
usaha.
Rancangan
Struktural, Top down, Botom up.
Perubahan dilaksanakan dengan baik, rencana akan perubahan diumumkan secara
luas, masalah dan tujuan perubahan dikomunikasikan secara jelas, kesempatan dan
waktu diberikan untuk menyusun rencana perbaikan yang melibatkan partisipasi
Pimpinan dan seluruh karyawan.
Belajar dan Pelatihan.
Berbagai macam pelatihan disediakan. Pelatihan tehnis untuk
memperoleh ketrampilan baru yang dibutuhkan untuk mengubah pola kerja. Para
Supervisor yang sering kali terlupakan pada transisi proses perubahan,
mendapat keleluasaan untuk ikut pelatihan, bertemu dan belajar dari
pengalaman sesama supervisor. Pelatihan diselenggarakan dalam suasana yang
nyaman, belajar dari sesama sangat efectif.
Forum arena
untuk penyelesaian konflik.
Forum arena untuk mengemukakan pendapat, kritik, pertanyaan, dan
kontra perubahan, diadakan dalam bentuk pertemuan Pimpinan dengan karyawan,
yang diselenggarakan berulang kali hingga diperoleh dukungan kolektif yang
dibutuhkan untuk menggerkan proses perubahan secara baik.
Melepas Masa Lalu dan Merayakan Masa Depan, Mempertahankan Nilai-nilai Inti, Membangun Ritual, Menanamkan Visi
pada Simbol, Menciptakan Acara Seremonial untuk Mempertahankan Semangat
Tinggi merupakan pencapaian Divisi
B&W Kodak dengan Tim Zebra nya.
I.
Change and Leadership In Action
Tantangan hidup
yang dihadapi sehari hari seringkali terdiri atas berbagai masalah yang
berkaitan dan bercampur baur. Seni membingkai pandangan terhadap suatu keadaan
yang bermasalah perlu mengandalkan pengetahuan dan intuisi untuk dapat mengurai
dan mengatasi masalah tersebut.
Aksi kepemimpinan
seorang Kepala Sekolah baru untuk mengadakan perubahan, perbaikan, dan
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi Sekolah Menengah Atas; Robert F.
Kennedy High School, menjadi kasus ulasan Bab 20 dan merupakan
sintesa dalam Membingkai Ulang Organisasi.
Robert F. Kennedy High School
Robert F. Kennedy
High School adalah sekolah terbaru dari enam Sekolah Menengah Atas yang
ada di Great Ridge, Illinois. Sekolah ini baru berusia dua tahun dan merupakan
sekolah pertama di Amerika yang dirancang dan dibangun dengan konsep “House
System ”. Sekolah terdiri dari empat house yang masing masing mempunyai tiga
ratus siswa, delapan belas guru fakultas, dan seorang “House Master”. Setiap
House menempati gedung terpisah yang dihubungkan melalui
lorong terkurung diluar gedung sebagai jalur akses
menuju House lainnya dan fasilitas bersama antara lain: cafeteria , ruang
perawat , kantor pembimbing, bangsal olah raga untuk lelaki dan
perempuan, perkantoran sekolah, toko-toko, dan Aula Pertemuan. Setiap
House mempunyai pintu masuk, ruang-ruang kelas, toilet, ruang rapat dan
ruang kantor House Master tersendiri.
Sekolah itu
digembar-gemborkan sebagai suatu inovasi dalam pendidikan untuk wilayah pusat
kota. Staf pengajar terdiri atas guru-guru yang diseleksi dengan ketat dan
pilihan dari sekolah lain di kota Great Ridge, banyak diantaranya adalah
sarjana lulusan universitas ternama seperti Yale, Princeton dan Stanford.
Penerimaan murid
dilakukan dengan pertimbangan menjaga keseimbangan ras: kulit hitam,
kulit putih dan turunan latin, masing masing sepertiga dari jumlah murid
keseluruhan. Bangunan sekolah dikagumi luas karena keindahan dan
fungsionalitasnya, dan telah memenangkan beberapa penghargaan Arsitektur
nasional.
Walau segala sarana
pendidikan telah dirancang dan dipersiapkan secara teliti, Robert F.
Kennedy High School dihadapkan permasalahan berat: tindak kekerasan,
penutupan sekolah terjadi dua kali akibat gangguan siswa, satu kali
penutupan karena walk out guru, prestasi siswa menurun. Dua tahun sejak
pendidiriannya, keadaan sekolah berkembang jauh dibawah harapan para
perancangnya.
David King
David King
lahir dan dibesarkan di Great Ridge, Illinois. Ayahnya adalah salah satu dari
kulit hitam pertama yang diangkat sebagai Kepala Sekolah di kota Great Ridge.
King sangat mengenal seluk beluk kota dan system pendidikan. Usai menjalani dua
tahun dinas militer, David King mengikuti jejak ayahnya, masuk Great Ridge
State Teachers Colledge dan meraih Sarjana Muda Pendidikan, kemudian Master
Pendidikan. Bertahun-tahun King mengajar sastra Inggris, dan menjadi pelatih di
sekolah yang sebagian besar murid berkulit hitam, sampai Ia diminta untuk jadi
Asisten Kepala Sekolah. Penugasan sebagai Asisten Kepala Sekolah, Ia jalani
lima tahun. Kemudian ia diangkat menjadi Kepala dari sekolah menengah
yang memiliki Sembilan ratus murid, dan yang pada saat itu dianggap
sebagai sekolah paling sulit untuk di pimpin. David King berhasil memimpin
sekolah menengah tersebut. Mengangkat kinerja dan prestasi sekolah dari yang
terburuk menjadi salah satu terbaik di kota Great Ridge. Reputasi baik meluas,
ia berhasil menggalang dukungan komunitas, merekrut guru-guru fakultas baru,
meningkatkan standar akademis. Ia juga berhasil mengangkat prestasi olahraga,
regu basket dan regu baseball meraih kejuaraan Country dan Negara Bagian.
Penilik dari dinas
pendidikan kota memberi tau dan menegaskan bahwa King terpilih
diatas beberapa calon yang lebih senior untuk menjadi Kepala Sekolah dari
Robert F. Kennedy High School karena kemampuannya untuk menangani
keadaan sulit. Penilik menyatakan bahwa dia harus memanfaatkan semua
keahlian yang dimilikinya ditambah dengan keberuntungan .
David King
sadar akan latar belakang mengesankan dari Jack Weis Kepala Sekolah
Robert F. Kennedy High School pendahulunya. Jack Weis, kulit putih,
pernah menjadi penilik dinas pendidikan di suatu system sekolah kota
kecil sebelum diangkat sebagai Kepala Sekolah pertama dari Robert F. Kennedy
High School. Weis pernah menulis sebuah buku tentang konsep House System
dan satu buku lagi mengenai pendidikan untuk pusat kota. Weis memiliki gelar
Ph.D. dari University of Chicago dan suatu diploma dari Harvard. Namun , walau
dengan latar belakang dan kemampuan mengagumkan yang dimiliki Jack Weis,
ia akhirnya undur diri dalam kekecewaan, patah arang atas kegagalannya di
Robert F. Kennedy High.
David King ingat,
menyaksikan perubahan fisik pada diri Weis selama dua tahun Weis
memimpin Robert F. Kennedy High School. Weis tampil dari hari ke hari
semangkin lelah, timbul kantong dibawah matanya dan postur
pundaknya yang kemudian membungkuk. King iba melihat Weis dan bertanya
pada diri, apa arti dan nilai dari pekerjaan itu bagi Weis untuk
pengorbanan pribadi yang
dialaminya?
Tahun Pertama
Berbagai masalah
berkembang dan kian menjadi-jadi di tahun pertama pendiriannya. Terjadi
perseteruan antara Kepala-Kepala House dengan enam orang Kepala departemen
bidang mata pelajaran. Pertentangan dipicu oleh perbedaan interpretasi
atas kebijakan kurikulum tentang pelajaran yang dipersyaratkan dan isi
bahan pelajaran. Jack Weis, Kepala Sekolah saat itu menetapkan kebijakan “pasar
bebas”, Kepala departemen bidang mata pelajaran harus bisa meyakinkan para
House Master kenapa kursus tertentu perlu diadakan, dan sebaliknya, House
Master harus bisa meyakinkan Kepala Departemen alasan mereka
memilih dan meminta guru tertentu untuk mengajar di House-nya. Banyak yang
berpendapat bahwa kebijakan “pasar bebas” yang diterapkan Jack Weis justru
mendorong terjadinya perseteruan.
Ketegangan
bertambah dengan terjadinya pemukulan terhadap guru wanita di ruang kelas
pada bulan Februari. Peristiwa pemukulan tersebut menimbulkan rasa takut
dilingkungan staf terutama pada guru-guru yang berusia lebih tua. Seminggu
kemudian 8 orang guru meminta kepada Jack Weis agar diadakan penjaga security.
Tuntutan ini menimbulkan perdebatan diantara anggota fakultas. Satu kelompok berpendapat
bahwa dengan penempatan petugas security akan tercipta suasana aman dan kondisi
yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
Kelompok lain
menentang ditempatkannya petugas security karena mereka merasa hal itu
akan membawa suasana represif dan akan merusak rasa komunitas yang sedang
dibangun. Jack Weis menolak untuk menempatkan petugas security karena ia
meyakini bahwa petugas security akan menjadi symbol yang bertentangan
dengan segala perubahan dan perbaikan yang sedang diupayakan sekolah itu.
Pada bulan April seorang guru wanita lain dirampok dan dipukuli didalam ruang
kelasnya setelah jam pelajaran usai, perdebatan mengenai keamanan memanas lagi.
Saat ini sekelompok orang-orang tua keturunan latin mengancam untuk
memboikot sekolah apabila tidak ada tindakan yang diambil untuk memperbaiki
keamanan. Sekali lagi Jack Weis menolak tuntutan untuk mengadakan petugas keamanan.
Tahun Kedua
Keadaan
sekolah pada tahun kedua lebih buruk dari tahun
pertama. Pemotongan anggaran yang dilakukan oleh dinas
pendidikan tidak memungkinkan Jack Weis untuk merekrut 8 orang guru
pengganti untuk menggantikan guru-guru yang telah mengundurkan
diri. Dengan keadaan kekurangan guru, setiap House tidak bisa mengisi pelajaran
dengan guru-guru fakultasnya sendiri. Kemudian Jack Weis menerapkan
kebijakan staffing fleksibel. Beberapa guru diminta untuk mengajar
pelajaraan pada house lainnya, dan murid-murid kelas 11 dan kelas
12 dari suatu house diperkenankan untuk mengikuti pelajaran pilihan dan
pelajaran wajib pada house lainnya. Chauncey Carver, salah satu Housemaster
menentang secara terbuka kebijakan itu, dia berpendapat bahwa
kebijakan tersebut adalah langkah menuju kehancuran sistim house. Dia mengirim
surat kepada Koran Great Ridge Times, dia menuduh Dewan Sekolah berusaha
untuk menggagalkan konsep House melalui pemotongan anggaran. Perdebatan
mengenai kebijakan fleksibel staffing meningkat ketika dua House
master lainnya bergabung dengan kepala-kepala departemen fakultas
menentang kritikan Carver. Kelompok ini berpendapat bahwa pendaftaran
murid lintas House perlu didukung karena sejumlah 15 sd 18 guru
yang ada disetiap House tidak mungkin dapat memberikan berbagai ragam
pelajaran bila dibandingkan seluruh potensi dari 65 guru yang ada pada sekolah
tersebut. Kebijakan fleksibel staffing ternyata tidak juga dapat dikembangkan
karena kesulitan penjadwalan pada musim gugur. Kekeliruan didalam menyusun
jadwal induk muncul. Masalah jadwal tidak dapat diatasi hingga bulan Nopember
ketika Wakil Kepala Sekolah yang ditugasi untuk menyusun jadwal mengundurkan
diri. Burtram Perkins, seorang Housemaster yang pernah berpengalaman untuk menyusun
jadwal pelajaran di sekolah lain, ditugasi untuk membenahi jadwal sebagai
tugas tambahan diluar tugasnya sebagai Housemaster. Tugas membenahi jadwal
menyita waktu dan perhatian Burtram Perkins hingga bulan Februari.
Masalah keamanan
muncul kembali pada tahun kedua ketika tiga orang murid baru dipukuli
karena menolak memberikan uang sakunya dalam suatu peristiwa pemalakan. Para
pemalak diduga berasal dari luar lingkungan sekolah. Beberapa orang guru
melakukan pendekatan kepada Jack Weis agar dia meminta dari dinas pendidikan
untuk menyediakan petugas security. Jack Weis kembali menolak, namun dia
menugaskan Bill Smith seorang wakil kepala sekolah untuk mengunci semua pintu
keluar masuk sekolah kecuali pintu masuk masing-masing house,
pintu gerbang utama, dan pintu masuk cafeteria yang masih dibiarkan
terbuka.Tindakan ini dapat mengurangi masuk dan berkeliarannya
orang orang luar .
Pada bulan
Mei tahun kedua, terjadi perkelahian di kafeteria yang meluas
menjadi keributan masal, mengakibatkan kerusakan pada jendela dan bangku
pelajaran ruang kelas. Kerusuhan sangat parah sehingga Jack Weis memutuskan
untuk menutup sekolah. Beberapa orang guru dan siswa melaporkan bahwa ada
orang-orang luar yang terlibat pekelahian dan pengrusakan ruang kelas. Beberapa
siswa dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan dan diperkenankan
pulang. Kerusuhan terjadi lagi 2 minggu setelah itu dan sekolah ditutup
lagi. Bertentangan dengan saran yang diusulkan Jack Weis, Dewan Sekolah
menugaskan regu polisi kota untuk melakukan pengamanan di dalam
lingkungan sekolah .
Tiga puluh dari
enam puluh delapan guru dan setengah dari jumlah siswa sekolah
bergabung melakukan walkout sebagai protes atas penempatan
polisi di dalam lingkungan sekolah. Regu polisi kemudian ditarik keluar dari
dalam lingkungan sekolah, dan suatu perjanjian disusun oleh panitya ad
Hoc yang terdiri atas anggota anggota Dewan Sekolah dan
wakil tidak formil dari guru guru yamg menentang maupun yang
mendukung keberadaan polisi didalam sekolah, sepakat dengan
kompromi untuk menempatkan satu mobil patroli polisi diluar namun dekat
sekolah.
Minggu Pertama David King
David King tiba di
Robert F. Kennedy High School pada hari Senin tanggal 15 Juli, untuk memulai
tugasnya sebagai Kepala Sekolah baru. Sekolah masih libur musim panas, dan akan
memulai tahun pelajaran baru bulan September mendatang. David King memanfaatkan
minggu pertamanya untuk mewawancarai satu per satu administrator-administrator
utama. Pada hari Jumaat ia mengadakan rapat pertemuan dihadiri semua
administrator dan kepala kepala departemen. Tujuan King mengadakan
wawancara dan rapat pertemuan adalah untuk lebih mengenal keadaan Sekolah,
masalah-masalah yang ada, dan tokoh- tokoh utamanya.
Wawancara pertama
dengan Bill Smith; Wakil Kepala Sekolah. Bill Smith, kulit hitam, pernah
menjadi Counselor dan Wakil Kepala Sekolah dari suatu sekolah menengah lain
sebelum gabung di Kennedy High. Smith dikenal sebagai orang yang menerapkan
disiplin keras. Banyak guru muda dan siswa yang tidak suka kepada
dia. Namun, dari beberapa guru terpercaya David King mendapat gambaran
bahwa Bill Smith sangat berperan dalam memelihara keutuhan sekolah ketika
terancam kehancuran di tahun sebelumnya. Dari awal wawancara jelas bahwa Bill
Smith mengehendaki tindakan pengamanan yang lebih ketat untuk menjaga agar
orang-orang luar tidak berkeliaran kedalam gedung-gedung sekolah. Bill
Smith menyarankan dengan keras agar David King mengunci semua
pintu (30 buah) kecuali pintu masuk utama, setiap orang akan masuk
dan keluar hanya melalui satu pintu. Bill Smith juga
mengatakan bahwa banyak guru dan siswa yang ketakutan, dia berpendapat proses belajar dan mengajar tidak akan
berlangsung dengan baik kecuali bila orang tidak takut lagi. Pada akhir wawancaranya, Bill Smith
mengatakan bahwa ia pernah ditawarkan posisi sebagai Direktur Conseling pada
sebuah sekolah lain namun dia belum memutuskan. Dia mengatakan bahwa dia
mempunyai komitmen untuk tetap di Kennedy High, dia tidak ingin meninggalkan
Kennedy High, akan tetapi keputusan akhir tergantung kepada sejauh mana dia
merasa Kennedy High mempunyai harapan dan masa depan.
Dari wawancara
dengan yang lain, David King menemukan bahwa masalah pintu sangat controversial
dikalangan fakultas, emosi tinggi menyertai masing-masing pendapat yang
bertentangan. Dua orang Housemaster yaitu: Chaunsey Carver, kulit hitam dan
Frank Czepak, kulit putih, keduanya sangat keras menentang penutupan
pintu-pintu masuk House. Kedua orang itu berpendapat bahwa tindakan
menutup pintu House akan mengurangi Otonomi dan menghilangkan ciri khas,
yang merupakan aspek utama konsep House Sistem.
Carver, Kepala dari
House C, sangat emosional dalam menentang kebijakan yang
mengizinkan siswa dari dari suatu House untuk mendaftar dan mengikuti kursus/pelajaran
di House lain. Carter mengemukakan bahwa program flexible staffing hampir saja
menghancurkan konsep House. Ia mengancam akan mengundurkan diri bila King
bermaksud untuk memperluas program pendaftaran siswa lintas House. Carver
juga mengeluhkan campur tangan para Kepala Departemen Fakultas, yang ia
rasakan sebagai melangkahi otonomi guru-gurunya.
Carver adalah
seorang Housemaster yang menonjol, kesan ini diperoleh King dari keterangan
banyak orang, termasuk dari lawan lawan Carver sendiri. Carver memiliki
kepribadian kasar, akan tetapi, House yang dipimpinnya
merupakan House dengan kinerja terbaik. Carver sangat disenangi
oleh guru-guru dan siswa siswanya. Program yang
tawarkan Carver nampak paling inovatif, tetapi programnya itu
justru paling sering di kritik oleh para Kepala Departemen karena kurang
bersubstansi dan mengabaikan pedoman sistem kurikulum. Walau banyak krikik yang
dilontarkan terhadap Carter, King berandai: kalau saja ia punya empat
Housemaster seperti Chauncey Carver pekerjaannya sebagai Kepala Sekolah
akan lebih mudah. Dari wawancara dengan tiga Housemaster lainnya, King
memperoleh gambaran bahwa semua Housemaster merasa otoritas mereka terusik oleh
Para Kepala Departemen.
Tentang dua masalah
yaitu pintu dan pendaftaran siswa lintas House, King mencatat ada dua kubu
Housemaster berbeda pendapat. Carver dan Czepak sangat menentang
penguncian pintu pintu. Sedangkan Burtram Perkins dan John Bonavota sangat
mendukung pendaftaran siswa lintas House.
Wawancara keempat
yang dilakukan King adalah dengan Burtram Perkins. Perkins pernah menjadi
asisten Kepala Sekolah di Central High sebelum pindah dan menjadi
Housemaster di Robert F. Kennedy High School. Perkins mengajukan cara
untuk membenahi jadwal, dan mengurangi tekanan akibat masalah penjadwalan
tersebut. Perkins sedang menyusun jadwal untuk tahun pelajaran mendatang sampai
ada seorang Wakil Kepala baru yang diangkat untuk pekerjaan itu. Kennedy
High punya alokasi untuk dua Wakil Kepala Sekolah, satu telah diisi Bill Smith,
satu masih lowong. Juga ada alokasi untuk dua Asisten Kepala Sekolah, kedua
posisi tersebut masih lowong.
King mendapat dua
macam informasi perihal Perkins; ada sekelompok guru yang sedang mengedarkan
surat petisi agar Perkins diberhentikan sebagai Housemaster. Mereka merasa
bahwa Perkins tidak mampu mengendalikan House atau memimpin guru guru fakultas
nya. Dua potong informasi ini mengejutkan, karena sebelumnya, King mendengar
bahwa Perkins dihormati oleh kalangan fakultas, ia memiliki
reputasi sebagai orang yang mendukung standar akademis yang tinggi dan
bekerja tanpa lelah bersama guru guru baru. Lebih jauh, King
melihat bahwa Perkins sebenarnya disukai secara umum, namun umum menganggapnya
sebagai Housemaster yang buruk. Informasi kedua yang sampai kepada King adalah
bahwa House yang dipimpin Perkins mengalami tingkat murid bolos tertinggi dan
masalah disiplin paling banyak. Bill Smith menunjukan bahwa House yang dipimpin
Perkins mengalami tingkat siswa dropout tiga kali lebih tinggi dari House
dengan peringkat dropout tertinggi kedua.
Ketika sedang
mewawancara staf, tiba-tiba King ditelpon oleh David Crimmins, Kepala
Departemen Sejarah, yang meminta segera ketemu. Jadwal wawancara dengan
Crimmins adalah di minggu kedua, namun Crimmins mendengar bahwa hal surat
petisi sudah sampai kepada King, maka ia merasa perlu untuk segera menyampaikan
pendapat lain tentang Perkins sebagai pembelaan. Dengan penuh emosi, Crimmins
mengatakan bahwa banyak diantara guru-guru dan Kepala
Departemen memandang Perkins sebagai satu satunya Housemaster yang
berupaya untuk mempertahankan standar akademis tinggi, penghentian Perkins
bakal dirasakan bagai pukulan bagi kalangan yang peduli akan mutu
pendidikan. Crimmins menjelaskan rinci pengabdian dan komitmen Perkins terhadap
sekolah. Crimmins menekankan bahwa Perkins adalah satu satunya administrator
dengan kemampuan untuk membenahi jadwal kurikulum, pekerjaan tambahan
yang dilaksanakan disamping tugas-tugas lainnya. Crimmins mengakhiri
pertemuan dengan ancaman bila Perkins dipindahkan, Crimmins akan menyurati
Dewan Akreditasi Wilayah dan membeberkan keterangan tentang kemerosotan tingkat
standar pelajaran di Kennedy High. King menyatakan bahwa Crimmins tidak perlu
untuk bertindak sejauh itu, ia menjamin bahwa suatu solusi yang
diupayakan bersama dapat ditemukan. King menyadari bahwa Kennedy High akan
menghadapi evaluasi oleh Dewan Akreditasi di bulan April mendatang dan Ia tidak
menginginkan proses terganggu oleh komplikasi yang tidak perlu
terjadi.
Duapuluh menit usai
pertemuan dengan Crimmins, King didatangi Tim Shea, seorang guru muda kulit
putih, Shea memperkenalkan diri sebagai salah satu dari guru guru yang
mengorganisir gerakan untuk menyingkirkan Perkins. Dia menyatakan bahwa dia
menyukai dan mengagumi Perkins atas pengabdiannya namun House yang dipimpin
Perkins sangat tidak terorganisir, dan disiplin di House itu sangat buruk
sehingga proses belajar dan mengajar tidak mungkin terlaksana
dengan baik. Shea mengatakan akan sangat disesali bila sampai harus menutup
sekolah, padahal yang dibutuhkan hanyalah seorang yang pimpinan yang kuat.
Kesan yang King
dapatkan setelah mewawancarai para administrator di sekolahnya, sesuai
dengan apa yang pernah ia dengar sebelumnya. Carver nampak cerdas, inovatif,
dan berkarisma, kehadirannya saja sudah cukup membangkitkan semangat gairah.
Czepak nampak memiliki kompensi tinggi, walau bukan administrator
yang kreatif, ia dihormati oleh fakultas dan murid muridnya. Bonavota, usia
duapuluh enam, nampak cerdas, bersungguh, namun kurang matang dan kurang
percaya diri. King merasa bahwa dengan sedikit pengarahan dan latihan, Bonavota
memiliki potensi paling menjanjikan diantara semua administrator yang ada,
namun saat ini, Housemaster muda ini nampak bingung dan kewalahan. Perkins
mengesankan sebagai orang yang tulus, pengabdi , mampu memikirkan hal
administrasi secara rinci, namun ia tidak mampu memimpin.
King punya
kesempatan untuk mengangkat administrator, karena ada tiga posisi lowong.
Bahkan, bila Smith mengundurkan diri sebagai wakil Kepala Sekolah, King dapat
mengangkat dua orang untuk mengisi posisi Wakil Kepala Sekolah. King tau bahwa
rekomendasi yang datang dari dirinya untuk pengisian posisi posisi itu
cukup berbobot di kantor pusat. Yang menjadi kendala dan harus
dipikirkannya adalah keseimbangan ras dalam administrasi Kennedy High.
Setelah pengangkatan dirinya sebagai Kepala Sekolah. Jumlah
administrator kulit hitam melebihi administrator kulit putih dengan ratio
dua banding satu dan tidak ada satupun administrator keturunan Latin,
padahal sepertiga murid Kennedy High adalah turunan Spanyol.
Rapat Pertemuan Jum’at
Siang
Hari Jum’at, King
mengadakan rapat pertemuan dengan seluruh staf sekolah. Berbeda dengan
suasana ketika wawancara, rapat pertemuan hari Jumaat awalnya
berlangsung tenang, bahkan hening, bebas dari pertentangan. King tidak
menyangka betapa lembut, sopan dan akrab diskusi dapat berlangsung
diantara orang orang yang ketika diwawancarai secara
tertutup, menyuarakan dengan emosi pendapat pendapat
negatif satu terhadap lainnya. Setelah empat puluh lima menit rapat
membahas mengenai evaluasi akreditasi yang akan dihadapi, King menyinggung
masalah hubungan antara Housemaster dengan Kepala Departemen. Keheningan
yang hanya sejenak pecah ketika Czepak membuat gurauan dengan pernyataan
bahwa masalah tersebut sia-sia untuk dibicarakan. King menggoda dengan
pertanyaan “ apakah itu berarti semua sudah puas dengan tata
cara hubungan yang ada? “Crimmins menyarankan agar lebih baik hal
tersebut dibahas dalam kelompok yang lebih kecil. Semua tampak setuju
dengan saran itu, kecuali Betsi Dula, wanita kulit putih berusia mendekati
tigapuluh. Betsi Dula adalah Kepala Departemen Sastra/Bahasa
Inggris. Dia mengatakan bahwa kelemahan di sekolah ini adalah tidak
adanya orang yang bersedia menghadapi persoalan-persoalan sulit sampai
persoalan itu meledak jadi masalah besar. Dia mengatakan bahwa hubungan
antara housemaster dengan kepala departemen buruk, dan keadaan yang demikian
sangat menyulitkan pekerjaannya. Kemudian Betsi Dula menyerang Chauncey Carver
karena menghambat proses evaluasi terhadap seorang guru yang tidak
berpengalaman dan mengajar di House yang dipimpin Chauncey Carver. Keduanya
berdebat sengit tentang guru tersebut dan mutu dari kursus bahasa Inggris
yang masih eksperimen diberikan kepada siswa tahun kedua. Akhirnya,
Carver yang sudah sangat marah, dengan ekpresi dingin mengingatkan Dula
bahwa ia akan “mematahkan leher Dula“ bila berani melangkah ke
Housenya lagi. King menengahi untuk meredakan amarah keduanya, rapat
pertemuan berakhir.
Hari berikutnya,
Sabtu, Dula menelpon King dirumahnya dan mengatakan bahwa bila Carver tidak
meminta maaf secara terbuka atas ancamannya, Dula akan mengajukan pengaduan
resmi ke PERSATUAN GURU KOTA, dan jika perlu membawa perkara ini ke pengadilan.
King janji untuk berbicara dengan Carver Senin mendatang. King kemudian
menghubungi Eleanor Debbs, guru matematika di Kennedy High, kenalan lama
yang pertimbangannya sangat King hargai. Debbs adalah wakil
presiden dari PERSATUAN GURU KOTA dan bersahabat akrab dengan
Carver dan Dula. Debbs memberitau King bahwa Carver dan Dula sudah lama
berseteru, namun keduanya sangat professional. Debbs menjelaskan bahwa
Dula bisa menjadi lawan yang tangguh, dan mampu untuk menggalang dukungan dari
fakultas. Debbs berkulit hitam, khawatir konfrontasi antara Dula dan Carver
akan meningkatkan ketegangan rasial di sekolah, walaupun Carver dan
Dula keduanya disukai oleh kalangan siswa dari semua ras. Debbs menghimbau agar
King tidak membiarkan masalah tersebut berlalu tanpa penyelesaian. Debbs
menceriterakan bahwa di sebuah pesta yang ia hadiri semalam sebelumnya, ia tak
sengaja mendengar pembicaraan Bill Smith, wakil Kepala Sekolah,
mengatakan ia tidak yakin King punya nyali atau ketegasan untuk
dapat bertahan di Kennedy High. Smith mengatakan bahwa satu satunya alasan
mengapa ia masih di Kennedy adalah perkiraannya: King tidak akan bertahan satu
tahun, dan Smith kemudian akan berada dalam posisi kuat untuk diangkat sebagai
Kepala Sekolah.
David King menerima
warisan pekerjaan yang telah mematahkan pendahulunya, dan yang mudah
dapat menghancurkan dirinya juga. King disambut staf barunya dengan setumpuk
permasalahan, tuntutan, gerakan intrik, dan ancaman. Rapat pertemuan pertama
dengan stafnya diawali suasana tegang dan berakhir dengan konfik terbuka. Suatu
saat setiap manager akan menemui dan berhadapan dengan situasi buruk atau
lebih buruk lagi dari yang dihadapi King. Seringkali berakhir dengan
kehancuran, manager bingung, kewalahan, dan tidak tertolong. Dalam keadaan
seperti itu tidak ada yang masuk akal, tidak ada yang berfungsi. Apakah
King bisa menyelamatkan diri dari nasib buruk serupa?
Masalah
Struktural dan
Opsi
King duduk didapur siap
dengan secangkir kopi, sebuah pena, dan buku catatan. Ia mulai mengkaji
masalah structural di Kennedy. Ia mengingat keadaan dimana orang saling
menyalahkan atas segala yang terjadi. Ia mengingat pelajaran dari Bingkai
Struktural: Ketika suatu system gagal atau tidak berfungsi, maka individu
dipersalahkan. Masalah structural apa yang terdapat di Kennedy High? King
berfikir tentang dua dua unsur pijakan dari suatu organisasi yaitu,
diferensiasi dan integrasi. Terlintas dalam pikiran bahwa di Kennedy High
School, pembagian pekerjaan (diferensiasi) cukup memadai, namun
koordinasi ( integrasi ) sangat buruk. Ia membuat oret-oretan di buku
catatan, mencoba untuk menggambar bagan organisasi sekolah. Bertahap,
muncul kesadaran King bahwa struktur organisasi Kennedy
High berbentuk matriks, kedudukan
guru tidak jelas, kewajiban mendua karena hubungan pelaporan
kepada Kepala Departemen dan kepada
Housemaster.
King ingat
kelemahan dari struktur matriks: struktur matriks mengundang konflik
(guru-guru bingung kepada siapa mereka harus setia, dan
administrator berselisih mengenai kewenangan). Tidak ada pengaturan terpadu
untuk menyambung kepentingan Housemaster seperti Chauncey Carver
(menginginkan program yang efektif, jelas dan mudah dicerna siswa
siswanya) dengan kepentingan Kepala Departemen seperti Betsy Dula (menginginkan
standar mutu kurikulum bahasa Inggris dicapai merata oleh seluruh sekolah dan
pelajaran yang disajikan tidak menyimpang dari pedoman yang ditetapkan oleh
dinas pendidikan wilayah/district). Bukan saja ketidak cocokan watak,
melainkan struktur itulah yang memicu perseteruan antara Carver dan Dula.
Sasaran, peran, dan tanggung jawab tidak diatur secara jelas. Juga tidak ada
perangkat (satuan tugas, atau komite tetap) untuk mengdiagnosa dan
menyelesaikan masalah masalah seperti itu. Seandainya saja King sudah lebih
lama duduk sebagai Kepala Sekolah, mungkin ia dapat memanfaatkan
bobot dari kekuasaan seorang Kepala Sekolah. Penilik telah menguasakan
King sepenuhnya untuk membenahi sekolah, namun sejauh yang dapat King rasa,
masih sedikit bukti dukungan bersemangat terhadap otoritanya dari
staf Kennedy High. King merenung dan mengkaji, semua masuk akal, tetapi
masih tidak jelas apa yang harus diperbuat untuk membenahi struktur.
Apakah sekolah dapat dikendalikan selagi tertatih di tepi
kekacauan. Terlebih ketika otoritasnya sedang goyah? Ia kesulitan
mengendalikan stafnya, dan mereka kesulitan mengendali murid-muridnya. Sekolah
ini merupakan sistem cacat, yang sangat membutuhkan penyempurnaan
struktur dan batasan-batasan. King mencatat, dengan rasa sesal, ia telah
memperburuk suasana pertemuan hari Jumaat. ”Saya sudah tahu bagaimana perasaan
mereka satu terhadap lainnya“ ia berfikir, “mengapa saya memaksa mereka untuk
membahas sesuatu yang mereka sendiri ingin hindari? Kita belum
mempersiapkan pertemuan itu dengan baik. Saya tidak memberi kejelasan
sasaran diskusi. Saya tidak menetapkan aturan dasar tata tertib
pembicaraan. Ketika suasana mulai memanas, saya hanya menonton, mengapa saya
tidak intervensi sebelum meledak? “King berhenti menanya diri seraya menggeleng
kepala. “Hidup dan belajar, barangkali, tetapi pelajaran ini sudah lama saya
dapatkan, dan ketika itu, sangat berguna untuk membenahi keadaan sekolah
menengah. Ditengah kekalutan, saya lupa bahwa orang orang baik sekalipun tak
akan dapat berfungsi dengan bagus tanpa struktur. Apa tindakan saya ketika
itu?”
King mulai
menimbang-nimbang opsi. Salah satu kemungkinan adalah membuat peta
tanggung jawab: Kumpulkan orang untuk bersama-sama mendefinisikan tugas dan
tanggung jawab. Dulu berhasil, apakah disini bisa? King mengingat kembali hal
yang harus dipertanyakan dalam melakukan pemetaan tanggung jawab. Siapa yang
bertanggung jawab? Siapa yang memberi persetujuan? Siapa yang harus
dikonsultasi? Siapa yang harus diinformasikan? Ketika ia menerapkan pertanyaan
pertanyaan itu terhadap keadaan di Kennedy High, tumpang tindih Housemaster
dengan Kepala Departemen merupakan masalah nyata. Tanpa definisi yang jelas
dari peran dan hubungan, konflik dan kacau pasti terjadi. Ia
mempertimbangkan perombakan struktur secara menyeluruh.” Apakah
sistem house layak dan dapat bertahan dalam bentuknya saat ini? Jika tidak,
apakah masih dapat diperbaiki? Barangkali kita perlu proses untuk mengkaji
struktur. Bagaimana kalau saya memimpin satuan tugas guna menelaah dan
menyususn rekomendasi? Saya bisa menunjuk Dula dan Carver untuk duduk didalam
Satgas, agar mereka dapat menemukan sendiri apa penyebab konflik diantara
mereka. Libatkan mereka dalam merancang struktur baru. Tetapkan kewenangan
mereka atas bidang tertentu. Kembangkan kebijakan dan prosedur.
Setelah
direnungkan, walau hanya beberapa menit, nyata jelas bahwa Kennedy High
mempunyai masalah berat pada struktur yang harus dihadapi. Tindakan apa
yang segera harus harus dilakukan untuk mengatasi krisis Dula dan Carver?
Pembenahan struktur dapat mencegah konflik serupa dimasa datang. Namun,
tuntutan Dula agar Carver meminta maaf didepan umum, sulit bakal terpenuhi bila
hanya mengandalkan pendekatan rasionil. King lebih cenderung untuk mengupayakan
pendekatan melalui perasaan hati, ia memandang melalui bingkai
sumber daya manusia.
Sumber Daya Manusia dan Opsi
“Betapa ironis“,
gumam King ”Gagasan awal dari pendirian sekolah itu adalah menciptakan sistem
yang lebih tanggap terhadap kepentingan siswa. Sederhanakan birokrasi dari
sebuah sekolah besar. Jadikan House sebagai suatu kumunitas, bahkan jadikan
house bagaikan keluarga dimana semua saling mengenal dan peduli. Tetapi
nampak sekolah tidak berjalan searah tujuannya. Semua terpaku di tingkat
paling dasar dari Hiearki Kebutuhan Maslow: tidak ada yang
merasa aman. Hanya bila merasa aman, manusia bisa focus pada
keperdulian.
Masalahnya bukan
masalah kepribadian/watak, orang frustasi karena kebutuhan tidak terpenuhi.
Kebutuhan saya tidak terpenuhi, Carver tidak, Dula juga
tidak. Terpaku oleh keinginan, kita tidak sadar akan keinginan orang lain.
”King mengalihkan pandangannya dari hal kebutuhan individu ke hubungan antar
pribadi. Betapa tidak, ia dihadapkan dengan masalah Dula-Carver. Terasa
ada ketegangan dalam hubungan antar pribadi di sekolah ini. Orang
berbicara hanya dengan yang sependapat. Segala sesuatu disini adalah
menang-kalah. Tidak ada perembukan yang terbuka, dan seandainya ada, orang
hanya akan saling menyerang. Setiap ada persoalan, kita menyalahkan orang dan
kita berusaha untuk membenahi orang bukan membenahi persoalan. Ketika yang
dipersalahkan berusaha membela diri, kita menganggap itu sebagai bukti
kebenaran kita. Kita tidak bertanya. Kita memendam curiga namun menunggu
orang lain untuk membuktikan kecurigaan kita. Kita harus menemukan cara yang
lebih baik dalam berurusan dengan sesama.
Bagaimana
memperbaiki pengelolaan sumber daya manusia? King berfikir: “ Organisasi yang
berhasil memulai dengan falsafah jelas tentang sumber daya manusi. Kita tidak
memiliki falsafah, seandainya ada tentu akan bermanfaat. Investasi terhadap
orang? Orang-orang kita adalah orang dengan pendidikan baik, orang-orang
pilihan. Gaji mereka baik. Mereka aman dengan pekerjaannya. Meningkatkan nilai
pekerjaan? Tidak, pekerjaan disini cukup menantang. Meningkatkan
pemberdayaan? Disitu ada masalah: semua merasa tidak berdaya, mereka ingin
kuasa lebih, tetapi mengharap saya untuk membenahi segalanya. Apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan partisipasi orang? Tumbuhkan rasa memiliki?
Yakinkan mereka untuk bekerjasama memperbaiki keadaan. Persoalannya
adalah kemungikinan orang tidak memiliki ketrampilan kerja kelompok yang
mereka dibutuhkan. Meningkatkan kemampuan staf? Mengingat
adanya berbagai macam konflik, maka yang pertama harus ditingkatkan
adalah kemampuan staf untuk melakukan mediasi.” Konflik. Politik.
Berpolitik itu biasa dalam organisasi. Ia telah membaca tentang itu dan hal
tersebut benar nyata. “ Namun kita belum memiliki rambu pemisah untuk
membedakan antara kerjasama dengan persekongkolan dan
balas
dendam.
Dengan rasa enggan
King mengalihkan perhatiannya ke bingkai politik. Tidak mudah bagi dia.
Dia tahu relevansinya, belum pernah dia berada dalam sekolah yang sarat dengan
intrik politik seperti di Kennedy High. Sekolahnya yang lama mulai
terlihat jinak jika dibandingkan dengan Kennedy High; persoalan di
sekolah lama dapat dia labrak langsung, tetapi di Kennedy High dia harus lebih
berhati hati karena mudah tersulut dan punya sejarah kerusuhan. Nampaknya King
harus menggunakan kekuatan memaksa, taktik kekuasaan
pilihannya.
Keadaan dapat
menjadi lebih buruk lagi jika dia melabrak konflik secara terbuka. Dia
memikirkan unsur-unsur dasar dari bingkai politik: kekalnya perbedaan,
kelangkaan sumber daya, konflik, kekuasaan. ”Semua unsur itu
terdapat berlipat ganda disini. Ada faksi yang pro ada yang kontra
terhadap konsep house. Housemaster ingin otorita mutlak untuk
mengatur dan mempertahankan kewenangan atas housenya. Kepala
departemen ingin otorita mutlak untuk mengatur fakultas dan memperluas
kewenangannya. Satu kelompok ingin agar pintu ditutup dan mendatangkan
penjaga keamanan. Kelompok lain tidak menghendaki keberadaan penjaga
keamanan dan menuntut agar pintu dibuka. Kita punya masalah rasial mendidih
dibawah permukaan. Tidak ada administrator berdarah latin.
Masalah Carver –
Dula dapat menghancurkan sekolah. Lelaki kulit hitam mengancam akan mematahkan
leher wanita kulit putih. Resep untuk bencana. Kita harus bertindak untuk
mengendalikan keadaan dan membenahi yang telah rusak. “Kita sedang
disorot oleh berbagai pihak di luar sekolah. Orang tua murid menghawatirkan
keamanan. Dewan sekolah tidak percaya kepada kita. Media masa mencari cari
berita. Kita harus menghadapi akreditasi di musim semi mendatang. Kalau saja
ada cara untuk mengalihkan perhatian orang-orang terhadap lawan-lawan ekstern
daripada ribut didalam. Iya, mungkin itulah jawabannya saya harus menciptakan
satu musuh bersama untuk menggalang orang-orang agar bersatu, setidaknya
untuk sementara.”
“Kelangkaan sumber
daya? Sumber daya memang semakin kekurangan. Kita kehilangan sepuluh persen
dari jumlah guru-guru, gara-gara itu kita terjebak dalam masalah fleksibel
staffing. Housemaster dan kepala departemen berselisih tentang kewenangan.
Bill Smith mengincar kedudukan saya. Kita benar-benar berada di wilayah
konflik. Kita harus mengupayakan perdamaian, akan tetapi siapa yang dapat
memimpin inisiatif diplomasi? Nampaknya tidak ada pihak yang netral. Eleanor
Debbs mungkin bersedia, orang-orang menghormati dia, akan tetapi dia bukan
seorang administrator.”
Perhatian David
King mengarah ke dua sisi kekuasaan. “Kekuasaan dapat merusak orang
itulah yang sedang terjadi, akan tetapi kekuasaan juga dapat dimanfaatkan
untuk menuntaskan masalah. Itu sisi konstruktif dari politik. Kalau saya ingin
sebagai politisi yang konstruktif apa yang akan saya lakukan? Pertama, saya harus
punya agenda, tanpa agenda saya berjalan ditempat. Pada dasarnya, saya ingin
agar semua bekerja dengan irama dan tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan
sekolah yang baik untuk murid. Sebagian besar orang-orang pasti mendukung
tujuan itu. Saya perlu strategi membangun jaringan, saya harus membangun
hubungan baik dengan tokoh-tokoh utama seperti Bill Smith, Chauncey
Carver dan Betsy Dula. Dari hasil wawancara saya mendapatkan pemahaman
tentang apa yang diinginkan orang-orang itu. Rapat pertemuan jum’at
adalah suatu kesalahan, bentrok kepentingan tidak berpijak pada kepentingan
bersama. Kita membutuhkan kesepakatan antara housemaster dan kepala departemen,
dan saya sangat membutuhkan sekutu.”
King tersenyum
sendiri mengingat ketka dia mengalami kelumpuhan analisa. Namun sekarang dia
mulai mendapatkan titik terang, di buku catatannya dia mebuat tiga
kolom berjudul : sekutu, penonton, lawan. Disudut kiri atas dia menulis
berkuasa, di sudut kiri bawah dia menulis tidak berkuasa. Dia mulai
membuat peta politik, dia mencatatkan nama individu dan
kelompok-kelompok didalam kolom sesuai kepentingan dan wewenang
mereka. Ketika peta selesai dia terperangah melihat bahwa dia
berhadapan dengan terlalu banyak lawan yang berkuasa dan sedikit sekutu
pendukung. Dia memperhatikan kelompok orang-orang yang masih belum menentukan
sikap (penonton). Kemudian dia berfikir bagaimana membangun koalisi dan
mengubah peta politik. “Tidak dapat diragukan saya harus berada di atas
kekisruhan politik ini, kalau tidak saya akan bernasib sama dengan Jack
Weis. Keadaan ini memang merisaukan hati.” King tersenyum lagi dan mulai
memikirkan symbol dan kultur. Dia teringat Dr. Martin Luther King dan
ucapannnya yang sangat terkenal pada tahun 1963 : “Walau kita menghadapi
kesulitan hari ini dan hari esok, namun aku teguh dengan impianku.” Apa yang
telah terjadi terhadap cita cita/impian Kennedy High?
King memutuskan
untuk istirahat sebentar, dia keluar rumah untuk menghirup udara segar. Malam
bercahaya rembulan, orang memenuhi trotoar, muda and tua, miskin dan berada,
kulit hitam, kulit putih, dan latino. Dagangan tumpah ruah dari bak pinggir
jalan: pakaian, mainan, barang elektronik, buah buahan, sayuran, apa saja
ada. King berpapasan dengan mantan anak murid dari sekolahnya yang lama,
mereka sekarang sekolah di Kennedy High, mereka menyapa dan berkata “
kami beritahu teman-teman kami bahwa sekarang kita punya seorang Kepala
Sekolah yang bagus “ King mengucapkan terima kasih, dan berharap semoga mereka
benar.
Simbol dan opsi
Kembali di dapur
dengan buku catatannya. Disegarkan setelah jalan-jalan dan
secangkir kopi lagi, dia mempelajari kembali sejarah sekolah. “menarik”, dia
amati“ Salah satu masalah: sekolah ini baru, belum punya sejarah panjang,
sejarah yang ada sebahagian besar buruk. Kita punya sejarah campur aduk
yaitu sejarah pribadi-pribadi yang dibawa dari lain tempat. Setiap orang
menceriterakan kisah yang berbeda. Itulah sebab Carver sangat rekat dengan
housenya dan Dula dengan departemen Inggrisnya. Tidak ada sejarah yang
merekatkan mereka kepada sekolah keseluruhan. Nilai dan arti merekat pada
sepotong-sepotong bagian dari sekolah. Dia mulai memikirkan mengenai simbol apa
yang dapat diadopsi untuk mencipta rasa kebersamaan. Robert Kennedy, nama
yang berikan untuk sekolah. Dia ingat samar samar pidato-pidato Kennedy. Apakah
ada hal yang dapat dia gunakan dari pidato-pidato itu? Dia ingat manusianya,
tetapi seperti apakah Kennedy? Apa prinsip yang diperjuangkannya? Apa yang
dipikirkan pendiri sekolah ketika mereka memilih namanya untuk sekolah? Pesan
apa yang hendak disampaikan? Apakah ada tema pemersatu? Kemudian dia
teringat kata penghormatan terakhir yang diucapkan Robert Kennedy
saat melepas jenazah kakaknya John F. Kennedy, “ Sebagian orang melihat
sesuatu sebagaimana adanya dan bertanya mengapa? Saya mengimpikan
yang belum pernah ada, dan berkata mengapa tidak
“.
“Pemikiran seperti
ini yang kita butuhkan di Kennedy High. Kita harus berada diatas semua faksi
dan kelompok. Kita butuh bendera yang bisa kita usung dan kibarkan bersama.
Adakah yang bisa kita rayakan di Kennedy, mungkinkah kita mengadakan
acara seremoni ditengah kekacauan. Bisa-bisa berbalik memburuk. Kelihatannya
disekolah ini tidak pernah ada saat-saat istimewa untuk dirayakan, bahkan di
awal pun tidak. Tidak ada ritual, tidak ada tradisi. Kita harus kembali kepada
nilai-nilai tujuan pendirian sekolah. Nyalakan kembali api semangat. Bagaimana
jika saya kumpulkan beberapa orang untuk memulai dari awal, namun kali
ini dengan kepekaan terhadap simbol dan seremoni. Kita butuh perekat.
“
Arti dan nilai.
Keyakinan. Kata-kata berputar di pikirannya. Ide mulai bermunculan. “Seharusnya
kita ini perintis, tetapi kita kesasar tak tau arah. Menara suar yang padam
lampu, bukan mercusuar lagi. Kita sendiri kandas. Impian indah menjadi
mimpi buruk. Keyakinan orang goyah. Ada skisme, orang terpecah pada dua
keyakinan, bagaikan perang suci antara yang yakin atas houses system dan yang
yakin atas mutu akademis. Kita membutuhkan sesuatu yang dapat menyatukan kedua
keyakinan itu. Apa tujuan awal orang bergabung dengan Kennedy High?
Mengapa mereka besedia untuk menetap-memperbaharui janji suci? Dia tersenyum
dengan fikirannya yang bernuansa religi. Orang tuanya pasti bangga.
Dia menyadarkan
diri. ”Kita bukan gereja, kita ini sekolah, dinegeri yang memisahkan agama dari
Negara.Tetapi mungkin bingkai simbolik dapat menjembatani nya. Organisasi
adalah tempat orang berkeyakinan. Sebagian besar menyangkut arti dan nilai. Apa
arti dan nilai dari Kennedy school? Kita ini siapa? Apa yang terjadi dengan
sukma kita? Apa roh dan jiwa, nilai nilai kita? Hal itulah yang menjadi bahan
perselisihan. Kepala Departemen memperjuangkan mutu, Housemaster membangun
keperdulian. Kita butuh dua duanya. Itu cita cita awal, satukan mutu dan
keperdulian. Tidak satupun yang akan diperoleh bila selalu berselisih.
“
Dia mengingat-ingat
mengapa dia memilih pendidikan umum. Panggilan hidup. Mengapa ? Dibesarkan
ditengah masyarakat rasis memang berat, tetapi
kehidupan yang dialami ayahnya lebih berat lagi – Ayahnya menjadi kepala
sekolah pada zaman dimana jabatan kepala sekolah bukan jabatan untuk orang
kulit hitam. King selalu kagum pada keberanian dan disiplinnya. Lebih dari segalanya
King ingat betapa besar kecintaan ayahnya terhadap pendidikan. Orang itu
benar-benar pembela kepentingan anak-anak, standar tinggi, penyayang tulus.
Dibesarkan dalam asuhan ayah teladan, sejauh ingatan, King
sudah bercita cita ingin menjadi kepala sekolah juga. Suatu
cara untuk memberi kepada masyararakat, dan membantu anak-anak muda yang butuh
dibantu. Untuk memberi kesempatan pada semua. Ditengah pergolakan, hal cita
cita terlupakan, hati senang mengenangnya.
King merasa saatnya
untuk meninjau kembali catatannya. Mengalir kesadaran dan ingatan, dia
ingat waktu kuliah dia menentang segala teori, “Jangan berfikir; kerjakan,
jadilah seorang pemimpin. “ Kini disini, dia berfikir, merenung, berusaha untuk
menyatukan ide-ide yang terurai.”
Ide-idenya disusun
dalam tabel. Dia mendapat perasaan lebih yakin atas masalah yang dihadapi. Agak
menenangkan setelah melihat bahwa dia punya banyak pilihan. Dia tahu bahwa dia
tidak dapat melakukan semuanya serentak, dia harus menentukan prioritas.
Dia perlu rencana aksi, agenda yang berjangkar pada nilai-nilai dasar.
Darimana memulai?
King sudah
menentukan dua nilai: mutu dan kepedulian. Selain itu dia melihat kepemimpinan
sebagai sumber pemberian.” Apabila saya ingin mutu, maka saya harus memberi
peluang, keleluasaan dan pengakuan kepada yang mampu untuk mencipta dan
menjaga mutu. Keleluasaan, peluang dan pengakuan, itu yang diinginkan
orang. Mereka tidak ingin diperintah-perintah untuk melakukan sesuatu. Mereka
ingin membubuhkan nama mereka di sekolah ini. Beri kontribusi. Mereka ingin
menjadi bagian dari sesuatu yang lebih baik. Ciptakan sesuatu yang istimewa.
Semua ingin bekerja sebaik-baiknya, bagaimana saya bisa bantu agar tidak saling
tersandung?”
“Mengenai
kepedulian? Pemimpin memberi rasa cinta.Tidak ada cinta yang diberikan ditempat
ini. “ King teringat sepotong lagu “ Mencari cinta di tempat-tempat yang
salah. “Saya menunggu orang lain untuk menunjukan kepedulian dan simpati“. King
menyadari: “Saya banyak menahan diri”
Dia tergerak untuk
menelpon Betsy Dula. Betsy tidak ditempat, King meninggalkan pesan
dimesin. ”Betsy, disini Dave King. Saya
banyak memikirkan pembicaraan kita. Satu hal yang saya ingin agar anda tahu
adalah saya sungguh senang anda adalah bahagian dari tim Kennedy High. Sumbangsih
anda besar, saya harap saya bisa mengandalkan pertolongan dari anda. Kita tidak
dapat berjalan tanpa anda. Kita harus selesaikan apa yang telah kita mulai.
Saya peduli. Saya tahu anda juga seorang yang perduli. Sampai jumpa
Senin. “King merasakan inisiatifnya mulai bergulir, namun dia sadar beda
berbicara langsung lewat telpon dengan meninggalkan pesan di mesin perekam.
Bingkai Apa Yang
Terjadi Opsi Yang Ada
Struktural
|
Integrasi-sasaran lemah, peran, tanggung jawab,
pengaturan hubungan tidak jelas; struktur matriks tidak jelas; otoritas
lemah’ struktur tanpa batas
|
Pemetaan tanggung jawab; satuan tugas untuk mempelajari
struktur
|
Sumber Daya Manusia
|
Kebutuhan dasar tidak terpenuhi (keamanan, dlsb);
menang-kalah dinamika anatar personil; manajemen konflik tidak efektif;
kurang pemberdayaan
|
Perbaiki keamanan dan keselamatan; latihan komunikasi’
manajemen konflik, partisipasi, kerja kelompok
|
Politik
|
Konflik, House-Departemen; masalah pintu dan penjaga
keamanan; Carver-Dula dan ketegangan rasial; konstituante ekstern-orang tua,
dewan, media, dlsb.
|
Arena untuk negosiasi; pengendalian kerusakan; bersatu
terhadap ancaman ekstern; membangun jaringan, membangun koalisi; negosiasi
|
Simbol
|
Tidak ada symbol pemersatu (sejarah, seremoni, ritual);
hilang kepercayaan; perpecahan religi; tidak memiliki identitas (apa roh dari
RFK High School)
|
Usung bendera (symbol bersama: RFK?), ciptakan symbol,
seremoni, cerita; pemberian
|
Telepon berikutnya,
dia memanggil Chauncey Carver. “Chauncey? Dave King sini. Maaf
mengganggumu di rumah, tapi Betsy Dula menelponku pagi ini, dia gusar
dengan ucapanmu kemarin. Terutama bagian mengenai mematahkan leher
dia.”King mendengarkan dengan sabar perkataan Chauncey bahwa dia
hanya membela diri terhadap serangan Dula yang tidak pantas dimuka umum.
” Chauncey, saya dengar anda,…..ya, saya tahu anda marah, Betsy juga. ”King
mendengarkan sampai selesai serangan searah berakhir.
“ Ya , Chauncey, Saya mengerti . Tapi coba pikirkan, anda adalah kunci
dari keberhasilan sekolah ini. Saya tahu betapa anda sayang terhadap House
anda dan juga sekolah ini. Orang orang jelas menganggap anda sebagai
housemaster yang hebat. Anda juga tahu itu. Saya butuh bantuan, kalau masalah
dengan Betsy Dula ini meledak dan tersebar di publik, apa akan terjadi dengan
sekolah? ........betul kita tidak
butuh itu. Coba pertimbangkan. Betsy menuntut permintaan maaf. “King
kuatir kata permintaan maaf akan memicu Carver lagi, dan memang.
Ini benar benar berat. Tapi dia mengingatkan diri apa tujuan dia menelpon
Carver. King kembali ke mode pendengar. Setelah Chauncey puas dengan
pelampiasan, ia berhenti. Perlahan lahan King berusaha untuk
menyampaikan maksudnya. “Chauncey, saya tidak memerintahkan apa yang anda
harus lakukan, Saya hanya minta anda memikirkannya. Saya tidak tahu jawabannya,
barangkali pemikiran dua orang lebih baik dari satu. Tolong kasih tahu saya
pertimbangan anda. Apa kita bisa ketemu Senin sepaginya? ….Terima kasih
atas waktu nya ..selamat berakhir pekan. “
King menutup
telpon. Ini lebih sulit dari yang diperkirakan. Keadaan masih tegang, tapi
mungkin ini adalah permulaan. Chauncey Carver adalah meriam liar sumbunya pendek.Tetapi
dia juga cerdas, dan dia sangat peduli terhadap sekolah. Biarkan dia berfikir.
King memperkirakan bahwa Chauncey akan menyadari betapa besar resiko dari
komentarnya kepada Betsy Dula. Jika Chauncey ditekan dia akan melawan
seperti bajing yang tersudut.
Kasih dia ruang,
dia bisa menemukan penyelesaiannya sendiri. Pemberdayaan: apakah Chauncey akan
menggigit umpan? Atau permasalahan itu balik kembali dipintu kepala sekolah?
Setelah pembicaraan
telepon dengan Chauncey, King rehat dia kembali ke buku catatan itu yang
memberi pandangan dia tentang keadaan. Dia telah banyak mencatat tentang mutu
dan kepedulian. Apakah dia lebih maju atau sekedar menghibur diri? Tidak jadi
soal. Dia merasa lebih enak dan keadaan nampak lebih jelas.
Pikiran King bergeser
ke masalah keadilan. “Apakah orang-orang disini merasa sekolah adil?” “Saya
tidak banyak mendengar keluhan tentang ketidakadilan. Perkara Chauncey-Betsy
mengerikan. Seorang lelaki secara fisik mengancam seorang wanita itu
benar-benar berkesan buruk. Sudah terlalu banyak tindakan kekerasan oleh lelaki
di masyarakat. Apalagi lelaki berkulit hitam dan wanitanya berkulit putih,
perkaranya akan sungguh berat. Bahwa Chauncey dan saya berkulit hitam itu
menguntungkan tapi sekaligus juga merugikan. Saya dapat dukungan Chauncey
lebih mudah. Namun benar-benar dapat menghancurkan apabila orang-orang
menganggap saya berpihak kepada Chauncey melawan Betsy. Seperti berjalan di
atas tali: Satu saja salah langkah habislah saya, demikian juga sekolah –
prospek yang menyedihkan. Oleh karena itu saya harus lebih memotivasi Chauncey
Carver dan Betsy Dula untuk menyelesaikan masalah mereka. Jika saya bisa
mempersatukan mereka hal itu bisa menjadi symbol persatuan. Langkah
positip.”
”Akhirnya David
King memikirkan tentang etika keyakinan dan pemberian makna. Lagi-lagi symbol.
Bagaimana Kennedy High bisa jatuh dari pengharapan tinggi ke tidak ada harapan
hanya dalam dua tahun? Bagaimana kita bisa menghidupkan kembali
keyakinan? Bagaimana bisa meraih kembali impian awal pendirian sekolah ?
“Saya pernah
mengalami ini sebelumnya, sekolah saya yang lama tidak seburuk Kennedy High
akan tetapi cukup buruk. Kita berhasil membalikan keadaan, dan saya belajar
beberapa hal dalam proses itu-sabar tetapi teguh saya tahu bahwa akan
sulit akan tetapi mungkin menyenangkan juga dan perubahan itu pasti akan
terjadi, itulah sebabnya saya bersedia menerima pekerjaan ini. Apa yang haru
saya keluhkan? Saya tahu sebelumnya akan apa yang saya hadapi, mengetahui
dengan rasio berbeda meyakini dengan perasaan.”
Sampai minggu malam
David King sudah mempunyai duapuluh lima catatan, dan catatan itu bermanfaat
akan tetapi lebih bermanfaat lagi pembicaraan dengan dirinya sendiri pada ruang
dapur kosong, pergi ke balkon mendapat pandangan baru, merenung daripada mondar
mandir dengan perasaan gelisah. Dialog dengan diri sendiri meungkinkan dia
untuk berdialog dengan orang lain. Dia telah banyak menelepon orang, berbicara
dengan hampir semua administrator. Mereka heran-ada kepala sekolah yang
menghubungi mereka di akhir pekan itu adalah sesuatu hal yang baru.
Dia merasa ada
kemajuan. Dia perlu untuk mendengar dari Betsy Dula akan tetapi dia sudah
memilih beberapa sukarelawan dari satuan tugas untuk membicarakan masalah
structural. Dia sudah membangun hubungan, telepon kedua kali kepada Chauncey
Carver dia lakukan untuk memujinya atas pengabdianya. Dia juga menelpon Frank
Czepak untuk mengucapkan terima kasih atas nasehatnya yang baik.
Pembicaraan telepon lainnya murni politik.
King bernegosiasi
dengan Bill Smith “Saya bisa membantumu bila lain kali distrik
membutuhkan kepala sekolah, tetapi hanya kalau anda membantu saya. “ King
menelpon Burt Perkins dan membujuk secara halus agar
penyusunan jadwal jadi fokusnya. Penjadwalan adalah panggilannya,
bukan memimpin house. Telpon Dave Crimmins untuk memberitahukan bahwa Burt
Perkins memutuskan untuk beralih tugas. Suatu percakapan telpon dengan Luz
Hernandez, seorang sekutu di sekolah lama, memberi King harapan,
Hernandez bersedia umtuk mempertimbangkan pindah ke Kennedy High sebagai
housemaster. Pada semua percakapan telpon, King menyinggung masalah pintu dan
membahas berbagai cara penyelesaiannya.
King telah berupaya
untuk menciptakan perekat simbolik, memperbaharui harapan dan impian yang
dirasa ketika sekolah pertamma berdiri. Satu kelompok yang kompak
membangun sekolah yang dapat dibanggakan oleh semua. Daftar pekerjaan untuk
dilaksanakan sangat ambisius. Tetapi dia punya banyak opsi. Satu bulan setengah
menjelang awal tahun pelajaran baru, banyak yang harus dicapai. Dia tidak tahu
apa yang akan terjadi dimasa mendatang, tetapi dia merasa masa depan
sedikit ada harapan. Mulas yang dirasakan di perut hampir lenyap. Bayangan
kegagalan pendahulunya lenyap juga.
Telepon berdering.
Betsy Dula menelepon, dia memang pergi selama akhir pekan akan tetapi dia ingin
mengucapkan terima kasih atas pesan yang ditinggalkan David King. Memang
penting untuk mengetahui bahwa David King peduli. “Oya, Chauncey Carver
menelepon saya. Dia menyatakan penyesalannya, dia memang lepas kendali
dan tidak bermaksud mengatakan apa yang dia ucapkan. Dia mengundang saya
besok untuk sarapan bersama.”
David King
menanyakan dengan datar “apakah anda akan datang?” David King menahan nafas,
berfikir kalau Betsy Dula menolak undangan Chauncey Carver kita akan kembali
pada keadaan sebelumnya. “Ya” Betsy Dula menjawab. “ Untuk
menelepon bagi Chauncey Carver itu adalah langkah besar dia bangga dan keras
kepala tetapi kita berdua adalah professional tidak ada salahnya untuk
mencoba.”
David King melepas
nafas lega. “Satu pertanyaan lagi, ketika anda bergabung dengan sekolah ini
anda tahu tidak akan mudah mengapa anda memutuskan untuk bergabung?” Agak
lama hening David King membayangkan Betsy Dula sedang berfikir. “Saya cinta
bahasa Inggris dan saya cinta anak-anak dan saya ingin anak-anak mencintai
bahasa Inggris. Kemudian David King bertanya “Sekarang bagaimana?”
Jawaban Betsy Dula “Apakah kita tidak bisa meninggalkan perselisihan ini? Itu
bukan tujuan kita ketika meluncurkan eksperimen mulia ini, mari kita kembali ke
tujuan semula. Bekerjasama untuk menjadikan sekolah ini sekolah yang bagus bagi
anak-anak karena mereka membutuhkan
kita”
“Kemudian David
King bertanya bagaimana kalau kita jadikan sekolah ini sekolah yang hebat?” “Kedengarannya
itu lebih bagus lagi kata Betsy Dula” Pada akhir pekan yang sangat
sibuk masih banyak masalah yang harus dibenahi oleh David King. “Tetapi” Dia
berkata pada dirinya sendiri “Saya telah melewati keadaan yang kacau dan
sekarang sudah merasa seperti diri saya sendiri lagi. Gambaran akan apa yang
saya hadapi lebih jelas. Saya melihat lebih banyak kemungkinan-kemungkinan
dibandingkan dengan apa yang saya lihat pada hari jum’at lalu, banyak hal-hal
menantang untuk saya coba sebagian mungkin berhasil, sebagian mungkin gagal.
Sekarang saya tahu apa yang sedang terjadi disekitar saya dan saya tahu arah
dan kita semua bergerak menuju arah itu” Dia tidak sabar menanti hari senin
pagi.
BAB III
KESIMPULAN
Perubahan besar
pada suatu organisasi pasti akan menimbulkan empat kategori masalah yaitu:
Pertama, individu merasa tidak lagi efektif, tidak lagi dihargai dan
tidak lagi pegang kendali. Bila tidak diberi dukungan, pelatihan, dan
kesempatan untuk berperan serta dalam proses perubahan, maka orang
tersebut akan menjadi beban bagaikan jangkar yang tidak mungkin digerak
majukan. Kedua, perubahan menggoyahkan pola, peran dan hubungan,
menghasilkan kebingungan dan ketidak pastian. Pola structural perlu
direvisi selaras arah tujuan pembaharuan.
Ketiga, perubahan
menimbulkan konflik antara yang menang dengan yang kalah. Harus di
sediakan forum dan ruang untuk berunding dan susun ulang peta politis.
Keempat, perubahan mengakibatkan hilangnya makna dan arti. Ritual transisi,
menangisi masa lalu dan merayakan masa depan dapat membantu untuk melepas
keterikatan pada masa lalu.
Membingkai ulang
perubahan yang dilakukan manajemen dan
pimpinan oragnisasi lebih banyak seni daripada ilmu pengetahuan, setiap seniman
membawa serta pandangan khas dan menghasilkan karya unik. Proses
membingkai ulang yang dilakukan David King berdasarkan keahlian,
pengetahuan, intuisi, dan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman hidup.
Pembingkaian menjadi pedoman bagi dia untuk mengakses segala sesuatu yang
sebetulnya sudah dia ketahui.
Pembingkaian
membantu King mengurangi kebingungan dan menghindarkan dia dari kewalahan
yang disebabkan ketidakpastian, ketidakteraturan lingkungan. Beragam
kesan menumpuk dan campur baur juga macam-macam pengalaman menjadi suatu
pemandangan yang dapat dia pahami. Renungan membawa harapan dan dia dapat
memperoleh berbagai pilihan, tindakan apa yang akan diambil. Dia menemukan
kembali suatu kebenaran: Merenung adalah suatu disiplin spiritual, seperti
meditasi atau do’a. Merenung adalah jalan menuju keyakinan hati bahwa jalan
dihadapan masih panjang, sulit, dan tidak ada jaminan berhasil. Tetapi melalui
renungan kepercayaan diri dan energi akan muncul sehingga mulai punya impian
dan berkata: Mengapa tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar