PENDEKATAN
MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM)
DALAM
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Abstract :
Total
Quality Management is a phylosopy of management that is oriented to quality.
Everthougt, nowdays TQM can be a technique for developing organization,
inclusing education organization. TQM has goal to fulfill the organization’s
needs enen more and in the other hand to fulfill the customer’s needs to
organization.
Although
TQM is usually used for business management, nowdays the education organization
using TQM for increasing the public service. Of course, the education
organization has product too, it is a public service, it is a best service for
its customer. TQM is used for incerasing its product service. Even, not only
icreasing but developing the rganization so it can make the best service
more than customer’s desire. TQM organize the organizaton’s stakeholders
to increase their works and service. So that can result the best services for
the customers.
Key word: Total Quality
Management, education
I. Pendahuluan
Perkembangan
masyarakat yang semakin kompetitif menuntut setiap orang untuk berkompetisi
secara sehat. Demikian halnya dengan sebuah lembaga – termasuk lembaga
pendidikan – kompetisi untuk merebut pasar menuntut setiap lembaga untuk
mengedepankan kualitas dalam proses manajerialnya dan pembelajarannya. Dalam
kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang telah berkembang sebuah
pendekatan, khususnya dalam proses menejerial, yaitu apa yang disebut
Total Quality Manajemen (TQM).
TQM
dapat digunakan untuk menggambarkan dua gagasan yang agak berbeda tetapi
saling berkaitan. Pertama, adalah filsafat perbaikan terus
menerus. Kedua, arti yang saling berkaitan menggunakan TQM untuk
menggambarkan alat dan teknik, seperti brainstorming dan analisis
lapangan, dimana digunakan untuk meletakkan perbaikan kualitas ke dalam
tindakan. TQM baik dalam konteks pikiran ataupun aktivitas praktis – merupakan
sikap dari pikiran dan metode perbaikan terus menerus1.
Tulisan
ini akan memaparkan seputar pendekatan Total Quality Management (TQM) dalam
pendidikan. Secara sistematis, pemaparan akan difokuskan pada beberapa
aspek, atara lain; pengertian dan beberapa pandangan mengenai Total Quality
Management (TQM), TQM dalam pendidikan, implementasi TQM dalam pendidikan.
II.
Pengertian dan Beberapa Pandangan Tentang TQM
Untuk
memahami Total Quality Management, terlebih dahulu perlu dijabarkan
pengertian kualitas (quality), kualitas terpadu (Total Quality)
dan manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management).
A.
Kualitas (Quality)
Istilah
kualitas menjadi menderita karena sering digunakan untuk menggambarkan
lambang-lambang seperti; kecantikan, kebaikan, kemahalan, kesegaran dan di atas
semua itu, kemewahan. Karena itu, kualitas menjadi konsep yang sulit dimengerti
dan hampir tidak mungkin ditangani. Bagaimana mungkin menangani sesuatu yang
tidak jelas dan mempunyai arti demikian banyak2.
Kualitas
(quality) sering disama artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sampai sekarang, baik
di dunia industri barang atau industri jasa, belum ada definisi yang sama
tentang kualitas. Goetsch dan Davis mengibaratkan bahwa kualitas merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan3.
Setiap
orang dan organisasi memiliki pengertian kualitas yang berbeda-beda. Misalnya
Fred Smith, CEO General Expres mengartikan kualitas adalah kinerja standar yang
diharapkan oleh pemakai produk atau jasa (customer). Menurut General
Servis Administration (GSA) kualitas adalah pertemuan kebutuhan customer
pada awal mula dan setiap saat. Sementara menurut W. Edward Deming, salah
seorang pioner kualitas menyatakan bahwa kualitas itu memiliki banyak
kriteria yang selalu berubah. Namun demikian, definisi kualitas yang
diterima secara umum mencakup elemen-elemen berikut : 1)
mempertemukan harapan pelanggan (customer), 2) menyangkut aspek
produk, servis, orang, proses dan lingkungan, dan 3) kriteria yang selalu
berkembang yang berarti bahwa sebuah produk sekarang termasuk
berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas. Jadi,
kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan produk,
servis, orang, proses, dan lingkungan4.
Menurut
Edward Sallis, kualitas itu memang sesuatu yang tarik menarik antara sebagai
konsep yang absolut dan relatif. Namun, ia menegaskan bahwa kualitas
sekarang ini lebih digunakan sebagai konsep yang absolut. Karena itu,
kualitas mempunyai kesamaan arti dengan kebaikan, keindahan, dan kebenaran;
atau keserasian yang tidak ada kompromi. Standar kualitas itu
meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan pada standar produk/jasa;
dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer). Kualitas yang
didasarkan pada produk/jasa, memiliki beberapa kualifikasi5: 1)
sesuai dengan spesifikasi, 2) sesuai dengan maksud dan kegunaannya, 3) tidak
salah atau cacat, dan 4) benar pada saat awal dan selamanya. Sementara itu,
kualitas yang didasarkan pada customer, mempunyai kualifikasi; 1)
memuaskan pelanggan (costomer satisfaction), 2 melebihi harapan
pelanggan, dan 3) mencerahkan pelanggan6.
Menurut
Crosby, kemutlakan bagi kualitas adalah: 1) kualitas harus disesuaian sebagai
kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan, bukan sebagai kebaikan, juga bukan
keistimewaan, 2) sistem untuk menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan
penilaian, 3) standar kerja harus tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa
cacat”, 4) pengukuran kualitas merupakan harga ketidaksesuaian, bukan pedoman.
Karena itu, menurut tokoh yang sangat terkemuka dengan gagasan kualitas
ini, bahwa manajemen adalah penyebab setidak-tidaknya 80 %
masalah-masalah kualitas di dalam organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan
memperbaikinya adalah melalui kepemimpinan manajemen. Crosby memberikan “vaksin
kualitas” (Quality vaccine), yaitu: 1) Tujuan:
manajemen merupakan satu-satunya alat yang akan mengubah citra organisasi, 2)
pendidikan: membantu semua komponen organisasi mengembangkan satu pengertian
umum tentang kualitas dan memahami peran mereka masing-masing di dalam proses
perbaikan kualitas, 3) penerapan: membimbing dan mengarahkan program perbaikan8.
B.
Kualitas Terpadu (Total Quality)
Tidak
berbeda dengan definisi kualitas, bahwa definisi kualitas terpadu (total) juga
memiliki pengertian yang bermacam-macam. Menurut Departemen Pertahanan Amerika,
kualitas terpadu itu mencakup aktivitas perbaikan secara terus menerus yang
melibatkan semua orang di dalam organisasi, baik manajer maupun semua staf-stafnya
dalam berusaha secara terintegrasi mencapai kinerja yang terus meningkat
pada setiap tingkatan9.
Jadi,
kualitas terpadu pada dasarnya adalah sebuah pendekatan untuk melakukan sesuatu
yang berusaha untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif organisasi
melalui perbaikan terus menerus dalam hal produk, servis, orang, proses dan
lingkungannya. Secara sistematis, kualitas total memiliki karakteristik berikut
sebagai berikut10: 1) dasar-dasar yang strategis, 2) fokus pada
pelanggan (internal dan eksternal), 3) obsesi dengan kualitas, 4) pendekatan
ilmiah dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, 5) komitmen jangka
panjang, 6) kerja tim, 7) perbaikan proses secara kontinyu, pendidikan
dan pelatihan, 9) kebebasan yang terkontrol, 10) kesatuan tujuan, dan 11)
pelibatan dan pemberdayaan tenaga.
C.
Total Quality Management (TQM)
Pengertian
kualitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka yang jelas bahwa hakekat
Total Quality Management (TQM) atau manajemen kualitas terpadu sebenarnya
adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management)
yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam
organisasi dengan budaya TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi apa
yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire)
oleh pelanggan11.
Dengan
demikian, TQM dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas semua komponen (stakehorder)
yang berkepentingan dengan visi dan misi organisasi. Jadi, pada
dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan ataupun pemeriksaan. Tetapi, TQM
adalah lebih dari usaha untuk melakukan sesuatu yang benar
setiap waktu, daripada melakukan pemeriksaan (cheking) pada waktu
tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM bukan bekerja untuk agenda orang lain,
walaupun agenda itu dikhususkan untuk pelanggan (customer) dan
klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang diperuntukkan bagi menajer
senior dan kemudian melewatkan tujuan yang telah dirumuskan12.
“Total”
dalam TQM adalah pelibatan semua komponen organisasi yang berlangsung
secara terus-menerus. Sementara “manajemen” di dalam TQM berarti
pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi
atau perannya. Mereka semua adalah manajer dari tanggung jawab yang
dimilikinya13. Senada dengan pengertian ini, Lesley dan Malcolm
menyatakan bahwa dalam TQM, maka semua fungsionaris organisasi, tanpa kecuali
dituntut memiliki tiga kemampuan, yaitu : Pertama, mengerjakan
hal-hal yang benar. Ini berarti bahwa hanya kegiatan yang menunjang
bisnis demi memuaskan kebutuhan pelanggan yang dapat diterima. Kegiatan yang
tidak perlu maka jangan dilanjutkan lagi. Kedua, mengerjakan
hal-hal dengan benar. Ini berarti bahwa semua kegiatan harus dijalankan
dengan benar, sehingga hasil kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Ketiga, mengerjakan hal-hal dengan benar sejak
pertama kali setiap waktu. Hal ini dilandasi dengan dasar pemikiran untuk
mencegah kesalahan yang timbul. Prinsipnya, menurut Lesley dan Malcolm, TQM itu
merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan manajemen
aktivitas, yang memiliki motto: Do the right think, first time, every
time, yaitu “kerjakan sesuatu yang benar dengan benar, sejak pertama kali,
setiap waktu”14
Goetsch
dan Davis memberikan beberapa karakteristik manajemen kualitas : 1)
komitmen total pada peningkatan nilai secara kontinyu terhadap customer,
investor dan tenaga (staf), 2) lembaga memahami dorongan pasar yang mengartikan
kualitas bukan atas dasar kepentingan organisasi tetapi kepentingan customer,
dan 3) komitmen untuk memimpin orang dengan perbaikan dan komunikasi
terus-menerus15.
Prinsipnya,
TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus
atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Karena itu, TQM memiliki
beberapa karakteristik: 1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun
eksternal, 2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, 3) mengggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, 4)
memiliki komitmen jangka panjang, 5) membutuhkan kerja sama tim (teamwork), 6)
memperbaiki proses secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan,
10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan16.
Lebih
lanjut, Fandy Ciptono dan Anastasia menjelaskan bahwa prinsip dan unsur pokok
dalam TQM , sebagai berikut17: Pertama, kepuasan
pelanggan. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan
spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu ditentukan oleh pelanggan
(internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam segala
aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
Kedua, respek terhadap setiap orang.
Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreatifitas tersendiri yang unik. Dengan begitu, setiap karyawan
dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Karena itu,
setiap karyawan dalam organisasi diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan
untuk mengembangkan diri, berbartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Organisasi
berorientasi pada fakta. Artinya bahwa setiap keputusan organisasi harus
didasarkan pada data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep pokok
berkait dengan fakta; 1) prioritisasi (prioritization), yaitu
konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakaukan pada semua aspek pada saat yang
bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan demikian, dengan
menggunakan data, maka manajemen dan tim dapat memfokuskan usahanya pada
situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau variabilitas
kinerja manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang
merupakan bagian yang wajar dari setiap system organisasi. Dengan
demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan.
Keempat, perbaikan berkesinambungan.
Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi setiap
lembaga. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan, do,
check, act).
III.
TQM Dalam Pendidikan
Bersamaan
dengan perkembangan masyarakat yang kian kompetitif, maa organisasi pendidikan
dituntut mampu memberikan atau mengasilkan produk yang berkualitas. Produk di
organisasi pendidikan utamanya berbentuk jasa. Dalam konteks
ini, jasa sebagai produk layanan dalam organisasi pendidikan yang memenuhi
kualitas atau mutu dapat dilihat dari beberapa aspek berikut; 1)
komunikasi (communication, yaitu komunikasi antara penerima jasa dengan
pemberi jasa, 2) kredibilitas (credibility), yaitu kepercayaan pihak penerima
jasa terhadap pemberi jasa, 3) keamanan (security), yaitu keamanan
terhadap jasa yang ditawarkan, 4) pengetahuan kustomer (knowing the
customer), yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau
pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa, 5) standar (tangibles,
yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada kustomer harus dapat
diukur atau dibuat standarnya, 6) reliabilitas (realiability), yaitu
konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi janji
para penerima jasa, 7) tanggapan (responsivenerss), yaitu tanggapan
pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa, kompetensi (competence),
yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang
dalam organisasi untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa, 9) akses (access),
yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh pihak penerima jasa. 10) tata
krama (courtesy), yaitu kesopanan, espek, perhatian, dan kesamaan dalam
hubungan personel. Sementara itu, kualitas jasa juga memiliki beberapa sifat
atau karakteristik, antara lain; 1) subyektif, 2) umumnya berukuran
afektif, 3) mengutamakan kepemerhatian, 4) terdiri dari non-materi – bisa
berupa reputasi, sikap, tata krama, dan lain-lain, 5) tidak dapat
dihitung secara kuantitatif, tetapi hanya bisa diyakini, dipercaya dan
sebagainya18.
Menurut
Sallis produk berupa jasa memiliki perbedaan dengan barang. Produk jasa
memiliki beberapa persyaratan, antara lain19:
1.
Kontak langsung antara pemberi dan penerima jasa. Jasa biasanya diberikan
secara langsung dari orang ke orang. Kualitas jasa juga ditentukan oleh orang
yang mengirim dan menerima jasa tersebut.
2.
Waktu merupakan elemen dari kualitas jasa. Jasa harus tepat waktu. Karena
jasa selalu digunakan pada saat jasa itu diberikan, maka pengawasan kualitas
dengan cara pengawasan selalu dinilai terlambat. Dalam konteks ini, interaksi
personal merupakan hal yang memungkinkan adanya kesempatan untuk memberikan
umpan balik dan evaluasi secara langsung. Hal ini adalah alat utama untuk
menilai apakah konsumen itu puas atau tidak.
3.
Bila terjadi “cacat” tidak dapat diperbaiki, karena jasa diterima langsung oleh
pelanggan.
4.
Tidak kasat mata (intangible), baik bentuk maupun kualitasnya. Dalam
pemenuhan jasa, proses dinilai lebih penting daripada produk. Biasanya jasa
langsung diberikan oleh pekerja yunior (pemula) kepada pelanggan. Karena itu,
kualitas jasa sangat ditentukan oleh kualitas tenaga yunior itu. Di sinilah
urgensi pengembangan dan pelatihan sebagai faktor yang penting untuk tetap mempertahankan
kualitas.
5.
Sulit diukur dengan keberhasilan (output dan produktifitasnya).
6.
Kepuasan yang bisa menjadi indikator.
7.
Karena itu, jasa yang diberikan oleh institusi pendidikan adalah
pengajaran (tuition), penilaian atau pengujian (assessment)
dan bimbingan (guidance) yang diberikan kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, sponsor dan lain-lain18.
IV.
Implementasi TQM Dalam Pendidikan
Insitusi
yang efektif memerlukan strategi yang kuat dan maksud
tertentu untuk menghadapi suasana kompetitif dan orientasi di
masa depan. Untuk menjadi efektif di dalam masa sekarang, intitusi
memerlukan proses pengembangan strategi kualitas, antara lain20;
1) misi yang jelas dan tertentu, 2) menfokuskan kustomer secara jelas, 3) strategi
untuk pencapaian missi, 4) pelibatan semua kustomer, baik internal maupun
eksternal, di dalam pengembangan strategi, 5) penguatan staff dengan
menggerakkan penghalang dan bantuan untukmembuat konstribusi
maksimal terhadap institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang
efektif, 6) penilaian dan evaluasi ke-efektifan insitusi menghadapi tujuan yang
diharapkan oleh kustomer.
Untuk
memulai mengimplementasikan manajemen kualitas total adalah sebuah tugas yang
sulit. Terdapat sejumlah langkah yang simple dan penting untuk
mengimplementasikan TQM dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut21:
1.
Kepemimpinan dan komitmen terhadap kualitas harus datang dari atas
“Hukum besi” dari kualitas.
Semua model kualitas menekankan bahwa tanpa dorongan dari manajer senior
inisiatif kualitas tidak akan berlangsung lama. Pendidikan tidak
terkecuali belaku juga hukum besi. Pimpinan sekolah harus menunjukkan
komitmen yang kuat dan terus-menerus dan memimpin jalan sambil
mendorong kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan supervisor lain untuk
melakukan usaha secara serius.
2.
Menyenangkan kustomer
Ini dicapai dengan kerja keras
secara kontinyu untuk memenuhi kebutuhan dan harapan kustomer. Kebutuhan
kustomer diditentukan oleh pencarian secara reguler pandangan mereka.
Terdapat bermacam-macam metode dari pekerjaan ini, seperti – memfokuskan
kelompok, kuesioner, kelompok penasehat, hari yang terbuka dan percakapan
informal dengan orang-orang.
3.
Menunjuk fasilitator berkualitas
Pengabaian terhadap posisi aktual dari
seseorang di dalam hirarki adalah penting bahwa fasilitator yang
ditunjuk harus melaporkan secara langsung kepada kepala
sekolah. Ini adalah pertangung jawaban dari fasilitator untuk
mempublikasikan program dan mengarahkan kelompok pengarah yang
berkualitas di dalam pengembangan program yang berkualitas.
4.
Membentuk kelompok pengarah yang berkualitas
Kelompok ini harus
mewakili kepentingan dan harus memiliki perwakilan dari tim nanajer senior.
Peranannya adalah untuk mendorong dan membantu proses
perbaikan kualitas. Baik sebagai pusat gagasan ataupun inisiator proyek.
5.
Mengangkat koordinator yang berkualitas
Ini berguna di dalam banyak
inisiatif untuk memiliki orang-orang yang punya waktu untuk melatih
dan penasehat orang lain.
6.
Mengadakan seminar manajemen senior
Untuk mengevaluasi perkembangan. Tim
manajemen senior tidak akan komit terhadap proses kalau mereka
mengatakan dengan baik tentang filsafat dan metode. Ini penting untuk
membangun tim manajemen senior yang sehat dan teritegrasi secara
baik.
7.
Menganalisa dan mendiagnosis situasi terkini
Alat untuk melakukan analisa telah
dibicarakan dalam bab 11 tentang perencanaan strategis untuk kualitas. Ini
penting dan tidak harus disepelekan karena memberikan arah dari proses
secara keseluruhan. Semua institusi perlu menjadi jelas kemana
mereka akan berjalan.
8.
Menggunakan model di tempat lain yang telah berkembang
Ini dapat diadaptasi dari
pekerjaan dari seorang “guru” berkualitas, model pendidikan secara
khusus, atau satu perusahaan lokal yang bisa diadaptasi.
9.
Menempatkan konsultan eksternal
Ini mulai sangat popular pada
perusahaan industri, khususnya yang menerapkan BS5750 atau ISO9000. Ini tidak
mungkin menjadi jalan popular di dunia pendidikan karena konsultansi itu
mahal dan hadiah dari Departemen Perdagangan dan Industri tidak
memungkinkan untuk pendidikan. Tetapi banyak institusi dengan partner
industri bisa memperoleh nasehat tanpa biaya. Konsultan dapat digunakan
di dalam satu dari empat jalan utama: Pertama, mereka dapat
memberikan pertimbangan dan petunjuk tim manajemen senior. Kedua,
berperan di dalam pelatihan. Uang perlu untuk melaksanakan sebuah
training. Trainers eksternal yang telah ahli dapat mencapai syarat-syarat
yang besar dari instruksi dan peningkatan kesadaran di dalam melakukan
audit formal, penilaian dan evaluasi.
10.
Memulai training staf tentang kualitas
Pengembangan staf dapat
dilihat sebagai jalan penting untuk membangun kesadaran dan
pengetahuan yang berkualitas. Hal ini dapat menjadi kunci agen perubahan
strategis untuk pengembangan budaya berkualitas. Ini juga penting di
dalam tahap awal implementasi bahwa setiap orang di latih di
dalam dasar-dasar TQM. Staf perlu pengetahuan banyak mengenai alat-alat kunci
termasuk pembentukan teamwork, metode evaluasi, problem solving dan eknik
pemecahan masalah. Menurut Tom Peter, di dalam Thriving on Chaos,
menyatakan bahwa manajemen di masa depan akan mengalir melalui penguatan
visi dan nilai-nilai yang saling bertemu. Karena itu, training adalah
kesempatan besar untuk menanamkan dan menegaskan nilai-nilai
organisasi. (lihat Peter, 1987, hal. 324-8)
11.
Mengkomunikasikan pesan-pesan kualitas
Strategi, relevansi dan kegunaan
dari TQM perlu terkomunikasikan secara efektif. Terdapat banyak sekali
kesalahpahaman seputar tujuan dari kualitas. Sifat alamiah jangka panjang
dari program perlu dibuat jelas. Pengembangan staf, training dan
pembangunan tim adalah beberapa dari jalan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.
12.
Menerapkan peralatan dan teknik berkualitas melalui pengembangan kelompok kerja
secara efektif
Pendekatan ini memfokuskan pada
upaya mendapatkan sesuatu yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan sejak
awal. Ini memfokuskan pada sesuatu bahwa institusi mengetahui
harus melakukan perbaikan, dan menyeleksi alat-alat yang benar untuk
mengontrolnya. Memulai proses TQM dengan menangani pokok problem dengan
menghindari kelumpuhan TQM. Tatkala menata tim aksi perbaikan atau kelompok
tugas adalah penting untuk mengenal bahwa banyak isu daapat
hanya dikontrol dengan tim perbaikan lintas organisasi. Ada beberapa
kemungkinan baik menata seperti kelompok ad hoc, memberikan
ringkasan untuk menangani problem khusus menurut skala waktu yang
baik. Mereka memiliki keuntungan tambahan dari membantu untuk melahirkan
kolaborasi organisasi yang lebih besar.
13. Mengevaluasi program
secara regular
Program TQM yang keluar
dari inti TQm atau menjadi keluar rel. Pandangan dan evaluasi reguler
perlu menjadi bagian integral dari program. Kelompok pengarah harus
menangani pandangan per semester dan tim manajemen senior harus
mempertimbangkan laporan mereka dan melakukan monitoring.
V. Mendesain Sistem
Kualitas Dalam Pendidikan
Untuk
mendesain sistem kualitas dalam pendidikan, perlu melibatkan sejumlah
langkah-langkah penting berikut: 1) mengetahui apa yang kamu akan kerjakan, 2)
mempertanyakan prosedur dan metode yang kamu gunakan, 3) mendokumentasi apa
yang kamu maksudkan, 4) memberikan bukti bahwa kamu menyelesaikan apa
yang kamu telah lakukan22.
Sementara
itu, sistem jaminan kualitas pendidikan harus berisi elemen-elemen
berikut 23:
1.
Pengembangan institusi atau rencana strategis
Ini memberikan visi jangka panjang
dari institusi dan memberi konteks dimana program dapat
dilaksanakan. Ini mendefinisikan pasar dan budaya yang diharapkan. Ini adalah
penting untuk mengembangakn pelayanan yang berkualitas karena hanya perencanaan
yang dapat memberikan perspektif jangka panjang sehingga penting di dalam
pemberian layanan kualitas secara terpadu.
2.
Kebijakan kualitas
Ini mempersiapkan standard untuk
program-program utama dan bisa berisi statemen dari penamaan pembelajar.
Kebijakan ini adalah statemen umum dari komitmen insitusi kepada
kustomernya, baik internal maupun eksternal.
3.
Tanggungjawab manajemen
Ini menyusun peran dari lembaga yang
memerintah, dan tim manajemen senior dan tanggung jawabnya. Ini
mendefinisikan dimana anggota dari tim senior memikul jabatan
kualitas.
4.
Pengorganisasian kualitas
Garis besar ini meliputi tanggung
jawab dari kelompok pengarah kualitas, representasi dan pertanggung
jawaabannya. Badan ini diperlukan untuk mengarahkan permulaan kualitas,
mengatur transformasi budaya, mendukung inisiatif di dalam
departemen dan untuk memonitor perkembangan inisiatif.
5.
Pemasaran dan publisitas
Sebuah institusi harus memberikan
potensi yang dimiliki kustomer dengan informasi tentang apakah itu
memajukan program-program belajar. Informasi ini perlu untuk menjadi
terdokumentasikan secara jelas dan pasti. Cara pemasaran bisa menggunakan
leaflet, brosur, dan sebagainya, harus jelas dan akurat dan diperbaharui secara
reguler.
6.
Penyelidikan dan pendaftaran
Ini adalaha tahap kunci di dalam
karir banyak pembelajar. Advis yang benar pada tahap ini adalah vital,
sebagai tahap selamat datang dan memberi kepercayaan pada pelamar.
Prosedur masuk organisasi harus diatur secara baik. Sistem yang perlu
terdokumentasikan, antara lain: inisial pelamar, wawancara dan seleksi,
petunjuk, akreditasi belajar sebelumnya yanglayak, dan hasil dari rencana
tindakan individual.
7.
Wisuda/pelantikan
Program wisuda/pelantikan murid yang
baik dan terstruktur dengan maksud komunikasi yang jelas adalah penting
untuk memperkenalkan pembelajar pada institusi, yang meliputi etos,
gaya dan metode belajarnya
8.
Pelahiran kurikulum
Ini adalah tingkatan dimana
sistem adalah vital. Metode belajar perlu diatur sedemikian rupa sehingga
dan diikuti untuk setip aspek program. Jenis informasi yangperlu menjadi
bagian dari ini, antaralain: silabus, kepatuhan, skema kerja,
pencatatan kerja, pencatatan penilaian, rencana tindakan, dan pencatatan
prestasi. Pencatatan kesalahan dan kinerja rata-rata berikutnya dan
tindakan yang benar harus didokumentasikan.
9.
Bimbingan dan konseling
Ini dapat mengambil bentuk
aspek yang integra dari kurikulum atau layanan tambahan. Apa saja layanan perlu
dikomunikasikan. Ini bisa menjadi petuntuk tentang kakrir atau pendidikan
yang lebih tinggi, atau transfer insitusi lain atau program studi lain.
10.
Manajemen pembelajaran
Proses aktual dari kurikulum dan
manajemen program perlu dispesifikasi, termasuk rancangan
untuk teamwork. Aturan di dalam tim, tanggung jawab dan tingkat
otoritasnya juga dapat jabarkan. Laporan dari penguji
eksternal, moderator dan pemverivikasi akan memberikan
bukti-bukti penting, dimana terdapat kualitas manajemen belajar.
11.
Desain kurikulum
Termasuk dokumentasi maksud
dan tujuan setiap program, dan spesifikasi program. Spesifikasi program
dapat mengambil bentuk silabus atau dokumen kurikulum yang valid.
Apa yang perlu di dalamnya, dimana yang relevan, adalah keterangan
yang diperlukan dari program dan sunber-sumber dapat diberikan.
12.
Staffing, training dan pengembangan
Staf dari banyak lembaga perlu
dipandang berkompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Sistem kualitas akan
perlu secara detail proses seleksi dan rekruitmen, induksi dan syarat-syarat
dimana kompetensi dan motivasi dinilai dan kebijakan untuk pengembangan karir.
Pengembangan staf memerlukan perencanaan institusi dan proses analisis
dan sistem monitoring dan evaluasi efektivitas program training dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
13.
Kesempatan yang seimbang
Institusi akan memerlukan kebijakan
kesempatan seimbang dan metode serta prosedur untuk mencapai tujuan yang ada
termasuk kebijakan. Kebijakan kesempatan yang ada perlu penerapan secara
seimbang untuk staf dan murid.
14.
Monitoring dan evaluasi
Putaran umpan balik adalah
vital untuk penilaian dan penegasan kualitas. Sistemn kualitas perlu dokumen
mekanisme evaluasi bahwa institusi memiliki tempat untuk memonitor
prestasi individual dan kesuksesan program-programnya. Partisipasi
pembelajar di dalam penilaian perkembangan dan pengalamannya dari program
adalah elemen penting di dalam evaluasi. Metode yang dipakai
harus termasuk pencatatan prestasi, review pertemuan, kuesioner dan audit
internal. Apasaja metode yangdipakai harus cocok dengan proses.
15.
Perancangan administrasi
Insitusi memerlukan dokumen prosedur
administrative termasuk pendaftaran, rekaman pembelajar, jadwal, kesehatan dan
prosedur keselamatan, masuk ujian dan hasilnya, dan sistem keuangan. Proses
dokumentasi adalah penting, walaupun ini perlu untuk menspesifikasi
dikumen-dokumen pokok dan statusnya agar dapat menjaga perkembangan
birokrasi.
16.
Review organisasi
Institusi harus memiliki alat-alat
evaluasi kinerja secara total. Ini bisa ditangani oleh penilai eksternal.
Tetapi, institusi juga bisa menentukan untuk menangani audit
organisiasi. Staf dapat menlai area lain daripada diri mereka sendiri. Orang
luar dapat dilibatkan dalam audit. Sistem review pembanding dapat membangun
kepercayaan diri dan trust, dan dapat sebagai pengembangan staf yang
signifikan. Mekanisme perlu dikembangkan untuk mendapatkan hasil auditing
kembali ke dalam proses perencanaan strategis.
VI.
Penutup
Pendekatan
kualitas terpadu, apakah memakai TQM atau tidak, memilki
urgensi untuk mengembangkan kesehatan organisasi di masa depan dan untuk
keberlanjutan institusi-termasuk di institusi pendidikan. Identitas
yang jelas, standar yang baik dan penangan kustomer yang baik
adalah ciri-ciri penting dari institusi yang baik.
Institusi
perlu untuk menghasilkan pendekatan yang integrative dan
koheren terhadap manajemen kualitas yang menggunakan komitmen dan
kemauan baik dari staf. Motivasi, keahlian dan antusiasme merupakan tiga hal
yang dapat menjamin kualitas, bukan penilaian dan pengawasan.
Program perbaikan kualitas harus melibatkan semua komponen yang
bekerja di dalam organisasi. Setiap orang bertanggung jawab terhadap
kualitas pelayanan, apakah mereka manajer, guru atau staf di dalam mendukung
peran.
Komitmen
dari staf dan semua stakeholder ke dalam perbaikan
adalah aspek utama dari TQM. Sistem kualitas harus menjadi
kendaraan untuk membantu staf menyelesaikan problem yang dimilikinya,
bukan alat untuk mengontrol mereka. Memang cukup mudah menjadikan sistem
kualitas sebagai alat untuk mengontrol daripada menjadikannya
sebagai media untuk perbaikan. Penting diingat bahwa orang
mengembangkan kualitas dan untuk menjaminnya adalah ada alat-alat praktis
untuk memberikan pencapaian prestasi mereka. Karean itu, para ahli
pendidikan perlu menjaga pemahaman bahwa pesan kualitas sebenarnya adalah
sangat sederhana. Kulitas adalah memperlakukan sesuatu yang tertata secara baik.
Tidak
ada insitusi yang dapat membeli TQM. Organisasi harus membiasakan diri
sehingga ia menjadi harmonis dan mengembangkan budaya yang telah eksis. TQM
harus dikembangkan dari praktek budaya yang baik di dalam institusi. Dengan
begitu, maka kualitas akan berkembang di dalam institusi pendidikan.
Perlu
dicatat bahwa TQM bukanlah sesuatu yang bisa diperkenalkan satu malam. Tidak
ada penyembuhan yang tiba-tiba atau dengan kekuatan gaib. TQM bukan
sesuatu yang akan memberikan kesuksesan secara instan, dan bukan penyelesaian
semua problem. Penerapan TQM harus melalui kesulitas-kesulitan dan
tantangan-tantangan baru. TQM adalah proses yang pelan-pelan dan
kemanfaatan jangka panjang. Dengan pendekatan TQM, iklim organisasi memang
tidak akan terbentuk secara langsung, tetapi akan establish dalam proses
waktu yang lama, ia akan memiliki kekuatan otomatis untuk survival.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar