Selasa, 06 November 2012

LOWER THAN THE ANGELS


MANUSIA LEBIH RENDAH DARI MALAIKAT
(Lower Than The Angels)

A.     PENDAHULUAN
Man, despite his comparatively weak physical attributes has been able to shape the world with his unique set of gifts. Manusia, meskipun relatif lemah atribut fisiknya, telah mampu membentuk dunia dengan unik. Bronowski believes that it was not so much biological evolution, but cultural evolution that has made man what he is today. Jacob Bronowski percaya bahwa hal itu tidak begitu banyak evolusi biologis, tapi evolusi budaya yang telah menciptakan manusia apa yang hari ini. Evolusi manusia berasal dari evolusi Homo sapiens. Studi tentang evolusi manusia mencakup banyak disiplin ilmiah, termasuk antropologi fisik, Primatologi, arkeologi, linguistik dan genetika. Istilah “manusia” dalam konteks evolusi manusia mengacu pada genus Homo, namun studi evolusi manusia biasanya meliputi lainnya, seperti Australopithecus. Genus Homo telah menyimpang dari australopithecus sekitar 2,3 sampai 2.4 juta tahun yang lalu di Afrika. Para ilmuwan telah memperkirakan bahwa manusia bercabang dari nenek moyang mereka yakni simpanse – yang lain hanya hominins hidup – sekitar 5-7 million tahun yang lalu. Beberapa spesies Homo berkembang dan sekarang punah.
Inilah gambaran hewan kecil  yang berdiri di atas suatu bintik di alam semesta yang luas dan sedang berusaha mengetahui kenyataan tersebut. Apakah manusia itu? Apakah ia sekedar suatu bintik ataukah lebih dari itu? Apakah dapat dikatakan melalui akalnya dengan jalan menembus waktu, ia berhasil bertamasya kemasa lampau dan ke masa depan maupun ke dalam ruang untuk menemukan pengetahuan? Manusia memang merupakan suatu obyek penyelidikan berharga, karena ia sendiri yang menyelidiki dirinya dan pikirannya dikacaukan oleh dirinya sendiri. Menurut John Gillin (The Ways of Man, New York: 1948), terdapat banyak amsal yang menyatakan bahwa manusia mempersoalkan dirinya sendiri, yaitu :
Ø  “Manusia dan binatang kedua-duanya persis sama”.
Ø  “Setiap manusia merupakan suatu kemustahilan sampai saat ia dilahirkan”.
Ø  “Manusia ialah sebuah mesin yang diberi makan dan menghasilkan pikiran”.
Ø  “Manusia merupakanhasil karya besar Tuhan”.
Ø  “Manusia hanyalah sebatang ilalang, sesuatu yang paling lemah di alam raya, namun ia adalah ilalang yang berfikir”.
Ø  “Manusia yang mulia merupakan sekadar ciptaan Tuhan”.
Amsal-amsal yang dikemukakan oleh John Gillin di atas menunjukkan pengungkapan hakekat akan manusia, meskipun amsal-amsal tersebut bersifat nisbi. Dan inilah yang menjadikan terminology tentang manusia akan sulit ditemukan, meskipun menurut M. Sherif dan H. Cantril (The Psychology of ego-involvements: New York, 1947) dinyatakan bahwa kiranya mustahil tidak ada jawaban yang memuaskan tentang pengertian manusia. Menurut kedua ahli tersebut pengertian tentang manusia tidak akan memuaskan, kecuali:
1.       Jawaban itu mengandung keruntutan, artinya tidak menimbulkan pertentangan-pertenatangan di dalam dirinya sendiri.
2.       Jawaban itu sesuai dengan bahan-bahan bukti, artinya dapat dikukuhkan oleh bahan-bahan yang menopangnya.
3.       Jawaban itu koheren dengan keyakinan-keyakinan kita yang lain, artinya cocok dengan pandangan umum dunia yang kita anut tanpa menimbulkan kontradiksi-kontradiksi.
Akan tetapi yang terpenting pembahasan tentang manusia ini dilakukan dalam frame memahamkan sebagaimana cara yang ditempuh pelbagai orang untuk menjawab pertanyaan besar tersebut. Untuk menjawab berbagai kontradiksi tentang manusia tersebut, makalah ini akan mencoba melihat dan memfokuskan pembahasan tentang manusia dalam dimensi dan perspektif komprehensif dan global, yang terfokus pada proses evolusi, sejarah, dan peradaban yang terjadi pada manusia masa lampau dan manusia masa kini. Serta  perubahan dari dimensi seni yang ini “memungkinkan” dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya, termasuk malaikat.
Dari sisi pembahasan, makalah ini bersifat summary, yang diterjemahkan secara bebas dari buku karya Jacob Bronowski yang berjudul “The Ascent of Man”, khususnya pada Chapter I : “Lower Than the Angels”. Akan tetapi secara substansial, makna content dari pembahasan pada judul dimaksud tetap didasarkan pada redaksional yang terdapat pada chapter tersebut. Pemaparan (presentasi) diawali dengan memaparkan seluruh sub-sub pembahasan yang terdapat pada chapter I ini. Selanjutnya atas dasar pemapar per sub bahasan tersebut dilakukan pembahasan secara spesifik-komprehensif. Dan untuk mendukung berbagai Summary pada Chapter I pada buku tersebut, penulis juga mengambil teori-teori pendukung lainnya termasuk sekelumit kutipan dari dalam Al-Qur’an secara umum tentang eksistensi dan posisi manusia, sebagai referensi untuk lebih memperkuat pembahasan dimaksud.


[1]Bronowski,Jacob, The Ascent Of Man, Boston/Toronto: Little, Brown and Company,1973).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar