MANUSIA LEBIH RENDAH DARI
MALAIKAT
(Lower Than The Angels)
A. PENDAHULUAN
Man, despite his
comparatively weak physical attributes has been able to shape the world with
his unique set of gifts. Manusia, meskipun relatif lemah atribut
fisiknya, telah mampu membentuk dunia dengan unik. Bronowski believes that
it was not so much biological evolution, but cultural evolution that has made
man what he is today. Jacob Bronowski percaya bahwa hal itu tidak begitu
banyak evolusi biologis, tapi evolusi budaya yang telah menciptakan manusia apa
yang hari ini. Evolusi manusia berasal dari evolusi Homo sapiens. Studi
tentang evolusi manusia mencakup banyak disiplin ilmiah, termasuk antropologi
fisik, Primatologi, arkeologi, linguistik dan genetika. Istilah “manusia” dalam
konteks evolusi manusia mengacu pada genus Homo, namun studi evolusi manusia biasanya
meliputi lainnya, seperti Australopithecus. Genus Homo telah menyimpang dari
australopithecus sekitar 2,3 sampai 2.4 juta tahun yang lalu di Afrika. Para
ilmuwan telah memperkirakan bahwa manusia bercabang dari nenek moyang mereka yakni
simpanse – yang lain hanya hominins hidup – sekitar 5-7 million tahun yang
lalu. Beberapa spesies Homo berkembang dan sekarang punah.
Inilah gambaran hewan
kecil yang berdiri di atas suatu bintik
di alam semesta yang luas dan sedang berusaha mengetahui kenyataan tersebut.
Apakah manusia itu? Apakah ia sekedar suatu bintik ataukah lebih dari itu?
Apakah dapat dikatakan melalui akalnya dengan jalan menembus waktu, ia berhasil
bertamasya kemasa lampau dan ke masa depan maupun ke dalam ruang untuk
menemukan pengetahuan? Manusia memang merupakan suatu obyek penyelidikan
berharga, karena ia sendiri yang menyelidiki dirinya dan pikirannya dikacaukan
oleh dirinya sendiri. Menurut John Gillin (The Ways of Man, New York: 1948),
terdapat banyak amsal yang menyatakan bahwa manusia mempersoalkan dirinya
sendiri, yaitu :
Ø “Manusia
dan binatang kedua-duanya persis sama”.
Ø “Setiap
manusia merupakan suatu kemustahilan sampai saat ia dilahirkan”.
Ø “Manusia
ialah sebuah mesin yang diberi makan dan menghasilkan pikiran”.
Ø “Manusia
merupakanhasil karya besar Tuhan”.
Ø “Manusia
hanyalah sebatang ilalang, sesuatu yang paling lemah di alam raya, namun ia
adalah ilalang yang berfikir”.
Ø “Manusia
yang mulia merupakan sekadar ciptaan Tuhan”.
Amsal-amsal yang dikemukakan
oleh John Gillin di atas menunjukkan pengungkapan hakekat akan manusia,
meskipun amsal-amsal tersebut bersifat nisbi. Dan inilah yang menjadikan
terminology tentang manusia akan sulit ditemukan, meskipun menurut M. Sherif
dan H. Cantril (The Psychology of ego-involvements: New York, 1947) dinyatakan
bahwa kiranya mustahil tidak ada jawaban yang memuaskan tentang pengertian
manusia. Menurut kedua ahli tersebut pengertian tentang manusia tidak akan
memuaskan, kecuali:
1. Jawaban
itu mengandung keruntutan, artinya tidak menimbulkan pertentangan-pertenatangan
di dalam dirinya sendiri.
2. Jawaban
itu sesuai dengan bahan-bahan bukti, artinya dapat dikukuhkan oleh bahan-bahan
yang menopangnya.
3. Jawaban
itu koheren dengan keyakinan-keyakinan kita yang lain, artinya cocok dengan
pandangan umum dunia yang kita anut tanpa menimbulkan kontradiksi-kontradiksi.
Akan tetapi yang terpenting
pembahasan tentang manusia ini dilakukan dalam frame memahamkan sebagaimana
cara yang ditempuh pelbagai orang untuk menjawab pertanyaan besar tersebut.
Untuk menjawab berbagai kontradiksi tentang manusia tersebut, makalah ini akan
mencoba melihat dan memfokuskan pembahasan tentang manusia dalam dimensi dan
perspektif komprehensif dan global, yang terfokus pada proses evolusi, sejarah,
dan peradaban yang terjadi pada manusia masa lampau dan manusia masa kini.
Serta perubahan dari dimensi seni yang
ini “memungkinkan” dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya,
termasuk malaikat.
Dari sisi pembahasan,
makalah ini bersifat summary, yang diterjemahkan secara bebas
dari buku karya Jacob Bronowski yang berjudul “The Ascent of Man”, khususnya
pada Chapter I : “Lower Than the Angels”. Akan tetapi secara substansial, makna
content dari pembahasan pada judul dimaksud tetap didasarkan pada
redaksional yang terdapat pada chapter tersebut. Pemaparan (presentasi) diawali
dengan memaparkan seluruh sub-sub pembahasan yang terdapat pada chapter I ini.
Selanjutnya atas dasar pemapar per sub bahasan tersebut dilakukan pembahasan
secara spesifik-komprehensif. Dan untuk mendukung berbagai Summary pada
Chapter I pada buku tersebut, penulis juga mengambil teori-teori pendukung
lainnya termasuk sekelumit kutipan dari dalam Al-Qur’an secara umum tentang
eksistensi dan posisi manusia, sebagai referensi untuk lebih memperkuat
pembahasan dimaksud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar