“Peran Gizi Terhadap
Kesehatan Ibu Dan Anak
Melalui Kesehatan Masyarakat”
A.
Konsep Dasar Gizi Masyarakat
Gizi masyarakat membahas
berbagai masalah pangan dan gizi yang berkaitan dengan individu, keluarga, dan kelompok khusus yang memiliki
hubungan umum dalam hal wilayah, bahasa, budaya, atau masalah kesehatan
tertentu. Segmen ini mencakup gizi kesehatan masyarakat, pendidikan gizi, dan
terapi gizi medis . Gizi masyarakat semakin penting dalam promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, karena perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan
tempat tinggal, norma, dan kepercayaan setempat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan komunitas sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas
geografis dan/atau nilai atau minat yang sama. Komunitas juga dapat
didefinisikan berdasarkan minat atau tujuan yang sama. Banyak upaya peningkatan
kesadaran kesehatan dan pencegahan penyakit yang berhasil seperti peningkatan
layanan dan kesadaran akan masalah khusus komunitas tertentu telah dimungkinkan
dalam komunitas yang memiliki kepentingan bersama. Inisiatif gizi komunitas
bertujuan untuk melibatkan profesional gizi dan dietetika komunitas untuk
menyediakan layanan gizi sesuai dengan kebutuhan individu melalui pencegahan
primer, sekunder, dan tersier:
b.
Pencegahan primer
Melibatkan perancangan kegiatan
untuk mencegah penyakit
atau kondisi sebelum terjadi. Gizi kesehatan masyarakat juga berfokus pada peningkatan
kesehatan melalui
gizi, pencegahan primer penyakit terkait
gizi, dan pemeliharaan kesehatan gizi masyarakat.
b.
Pencegahan sekunder
Melibatkan
kegiatan perencanaan yang berkaitan
dengan diagnosis dan pengobatan dini termasuk skrining penyakit.
c. Pencegahan tersier
Terdiri dari merancang kegiatan
untuk mengobati penyakit
atau kondisi seperti
kekurangan gizi atau cedera untuk mencegahnya berkembang lebih lanjut.
Dalam gizi masyarakat, keberlanjutan
mengacu pada kemampuan program atau intervensi untuk terus berlanjut seiring
waktu sejalan dengan sumber daya ekonomi, manusia, dan lingkungan, serta
kebijakan gizi dan peternakan setempat dan global yang berkenaan dengan
lingkungan. Produksi pangan memberikan dampak yang berbeda pada lingkungan
geofisika, seperti degradasi spesies, emisi racun, polusi udara, dan konsumsi
air. Perubahan pola makan yang terkait dengan pengurangan produk hewani dan
peningkatan konsumsi sayur tidak hanya memberikan manfaat bagi kesehatan
manusia dan pemanfaatan lahan secara keseluruhan, tetapi juga dapat memainkan
peran yang menentukan dalam kebijakan mitigasi perubahan iklim .
Mediterania, yang dipahami tidak hanya sebagai
sekumpulan makanan konkret tetapi juga sebagai budaya yang menggabungkan cara
makanan diproduksi dan diproses, merupakan contoh keberlanjutan, yang di dalamnya keanekaragaman hayati
juga menjadi kunci. Keberlanjutan harus dipertimbangkan sebagai elemen mendasar ketika
merencanakan dan mendefinisikan intervensi gizi masyarakat dan harus menjadi
isu utama dalam agenda mitigasi perubahan iklim.
B.
Kebutuhan Gizi bagi Ibu dan Anak
Memenuhi kebutuhan gizi anak tidak hanya ketika ia mulai MPASI, tetapi juga
ketika sudah masuk usia balita. Semakin besar, balita sudah mulai mengerti
makanan yang ia sukai dan tidak. Di masa ini, ibu perlu mencari cara agar anak
tetap mau makan dengan gizi dan nutrisi yang baik untuk balita. Berikut panduan
kebutuhan gizi seimbang pada balita agar perkembangan anak berjalan dengan
optimal.
1.
Kebutuhan gizi balita usia 1-3
tahun:
Sebagai acuan,
menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013, status
kebutuhan gizi makro harian balita usia satu sampai tiga tahun meliputi:
a.
Energi: 1125 kilo kalori (kkal)
b. Protein: 26 gram
c. Karbohidrat: 155 gram
d. Lemak: 44 gram
e.
Air: 1200
milimeter (ml)
f.
Serat: 16 gram
2. Kebutuhan zat gizi mikro harian anak,
meliputi:
a.
Vitamin
Jenis vitamin yang perlu
didapatkan oleh anak usia 1-3 tahun yaitu:
1) Vitamin A: 400 mikrogram (mcg)
2) Vitamin D: 15 mcg
3) Vitamin E: 6 miligram
(mg)
4) Vitamin K: 15 mcg
3.
Takaran dan jenis mineral yang diberikan pada usia 1-3 tahun:
a.
Mineral
1) Kalsium: 650 gram
2) Fosfor: 500 gram
3) Magnesium: 60 mg
4) Natrium: 1000 mg
5) Besi: 8 mg
Berbagai mineral di atas merupakan kebutuhan gizi makro dan
mikro pada balita usia 1 tahun
sampai balita usia 3 tahun yang perlu dipenuhi agar kesehatan si kecil
tetap terjaga.
C. Masalah Gizi pada Ibu dan Anak
Banyak hal yang menjadi
penyebab adanya masalah
gizi pada ibu dan anak, sebagai
berikut.
1.
Kurang vitamin A
Masalah gizi ini umum terjadi
pada anak-anak dan ibu hamil. Pada anak,
kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan masalah penglihatan hingga kebutaan. Pada ibu hamil, kekurangan vitamin A dapat
meningkatkan risiko kebutaan hingga kematian saat persalinan.
2.
Stunting
Kondisi pertumbuhan tinggi badan anak yang terhambat atau
perawakan pendek. Stunting merupakan manifestasi kronis dari kekurangan gizi.
3.
Anemia
Kondisi kekurangan sel darah merah yang dapat terjadi pada
ibu menyusui. Anemia pada ibu menyusui dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan
produksi ASI menjadi kurang.
4.
Marasmus
Kondisi kekurangan asupan kalori (energi) seperti
karbohidrat dan protein. Marasmus
sering dialami balita usia 0-2 tahun.
5. Kwashiorkor
Kondisi kekurangan protein yang sering menimpa
anak usia 1-3 tahun.
6.
Marasmus-Kwashiorkor
Masalah kesehatanan ini mengakibatkan gizi buruk pada anak
yang menggabungkan kondisi dan gejala marasmus dan kwashiorkor.
7.
Skorbut
Dimana kondisi ini di akibatkan karena kekurangan vitamin C.
8. Keguguran
Ibu hamil yang kekurangan gizi rentan mengalami keguguran.
Kebutuhan gizi ibu dan anak yang baik dapat membantu
menjaga kesehatan ibu dan bayi. Berikut beberapa kebutuhan gizi yang perlu
diperhatikan:
1.
Ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan nutrisi seperti asam folat, kalsium,
protein, zat besi, vitamin, lemak, dan omega-3. Asam folat membantu pertumbuhan
sel dan organ janin, serta mengontrol tekanan darah ibu hamil. Kalsium
dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan
gigi janin, serta menjaga kesehatan tulang ibu
hamil. Zat besi dibutuhkan untuk membuat hemoglobin, protein dalam sel darah
merah yang membawa oksigen ke jaringan.
2. Ibu menyusui
Ibu menyusui membutuhkan kebutuhan energi, protein, dan
lemak yang berbeda- beda pada setiap 6 bulan. Pada 6 bulan pertama, kebutuhan
energi ibu menyusui adalah 330 kalori, dan proteinnya 20 gram. Pada 6 bulan
kedua, kebutuhan energi ibu menyusui adalah
400 kalori, dan proteinnya 15 gram. Ibu menyusui
juga perlu meningkatkan asupan
lemak, terutama asam lemak esensial, omega-3, dan omega
3. Bayi
Bayi usia 6–11 bulan membutuhkan kebutuhan gizi seperti
energi, protein, lemak total, air, vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K,
folat, kalsium, fosfor, dan zat besi.
D.
Masalah Gizi di Indonesia
Masalah gizi di Indonesia menjadi
persoalan krusial mengingat masa depan bangsa yang dipertaruhkan. Tidak dapat
dipungkiri, terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat merupakan indikator penting
terhadap kemajuan suatu negara. Survei Studi Status Gizi menyebutkan prevalensi
gizi buruk di Indonesia masih di angka 20% hingga 25%. Padahal target pembangunan jangka menengah Indonesia sebesar 14%. Sejumlah
penelitian mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki masalah
gizi yang beragam dan cenderung meningkat dibandingkan beberapa negara ASEAN
lainnya. Ini artinya masalah gizi di
Indonesia masih tinggi dan membutuhkan penanganan segera.
Kementerian Kesehatan RI
mengidentifikasi setidaknya ada 5 masalah gizi di Indonesia, antara lain Kurang
Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), kekurangan zat besi atau Anemia Gizi Besi (AGB), dan Gizi Lebih
penyebab Berikut adalah masalah gizi di Indonesia.
1.
Kurang Energi Protein
(KEP)
Kurang Energi Protein adalah kondisi kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
serta adanya gangguan kesehatan. Kondisi ini merupakan salah satu tanda
terjadinya masalah gizi buruk dan defisiensi gizi yang paling berat
terutama pada anak dan balita. Anak disebut Kurang Energi Protein (KEP) jika
berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO
NCHS. Ciri-ciri KEP antara lain:
1) Pertumbuhan
terhambat: Anak-anak yang mengalami KEP mungkin memiliki pertumbuhan yang
terhambat, baik dalam hal tinggi badan maupun berat badan.
2) Kekurangan berat badan: KEP dapat menyebabkan kekurangan berat badan yang
signifikan. Seseorang dengan KEP mungkin tampak kurus atau memiliki indeks
massa tubuh (BMI) yang rendah.
3) Kelemahan
dan kelelahan: Kurangnya asupan protein dan energi dapat menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan yang persisten. Penderita KEP
sering kali
merasa lemah dan kurang bertenaga
dalam menjalani aktivitas sehari- hari.
4) Penurunan
daya tahan tubuh: KEP dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat individu
rentan terhadap infeksi dan penyakit. Penderita KEP mungkin lebih sering mengalami penyakit dan kesulitan pulih
dari sakit.
5) Penurunan
massa otot: KEP dapat menyebabkan penurunan massa otot, yang dapat terlihat
dalam bentuk otot yang tampak lebih kecil atau mengecil. Kekurangan protein
menyebabkan tubuh mengambil protein dari jaringan otot untuk digunakan sebagai
sumber energi.
6) Untuk
mengatasi Kurang Energi Protein (KEP), sebaiknya kita meningkatkan asupan
protein dan energi yang cukup dalam diet sehari-hari. Misalnya dengan
mengonsumsi makanan yang kaya protein seperti daging, ikan, telur, kacang-
kacangan, dan produk susu. Jika diperlukan, bantuan
medis dan pengawasan dari profesional kesehatan dapat memberikan dukungan dan
penanganan yang tepat.
2.
Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah kondisi di mana tubuh
mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin A. Akibatnya bisa berbahaya jika
tidak segera ditangani. Pada anak-anak kondisi KVA dapat menyebabkan masalah
penglihatan dan meningkatkan risiko penyakit diare dan campak. Berikut adalah
ciri-ciri Kekurangan Vitamin A (KVA) yang perlu diwaspadai:
1) Masalah
dengan penglihatan malam: Salah satu ciri khas KVA adalah kesulitan dalam
melihat dengan jelas pada kondisi cahaya yang rendah, seperti saat senja
atau malam hari. Penglihatan malam yang terganggu dapat
berupa kesulitan melihat objek dengan jelas atau pandangan kabur.
2) Gangguan mata: KVA dapat menyebabkan masalah
pada mata, seperti
keringnya mata dan peradangan konjungtiva (konjungtivitis).
Gejala-gejala ini dapat mencakup mata kemerahan, gatal, berair, dan rasa
terbakar.
3) Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan: Kekurangan vitamin A dapat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak. Anak-anak dengan KVA mungkin
mengalami pertumbuhan terhambat, pertambahan berat badan yang lambat, dan
keterlambatan perkembangan fisik dan kognitif.
4) Xerosis
dan keratinisasi: KVA dapat menyebabkan kekeringan dan kulit kasar (xerosis)
serta keratinisasi yang berlebihan pada jaringan tubuh, termasuk kulit dan
membran mukosa. Hal ini dapat menyebabkan kulit kering, pecah-pecah, dan kerontokan rambut.
Untuk mengatasi Kekurangan Vitamin A (KVA), diperlukan
suplementasi vitamin A dan perbaikan dalam pola makan. Asupan makanan yang kaya
akan vitamin A seperti hati, telur,
ikan, wortel, labu, dan sayuran hijau dapat membantu mengatasi kekurangan ini.
Guna mencegah KVA, Indonesia menerapkan pemberian kapsul vitamin A di Puskesmas
setiap Februari dan Agustus. Dosis yang diberikan yaitu
100.000 IU untuk bayi usia 6-11 bulan dan 200.000 IU untuk anak usia 12-59 bulan.
3.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah kondisi
yang terjadi ketika tubuh
mengalami defisiensi atau kekurangan yodium. Yodium adalah mineral
penting yang diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormon tiroid yang penting bagi fungsi normal tubuh. Kekurangan
yodium dapat menyebabkan gangguan
pada kelenjar tiroid dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Ciri-ciri Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) antara lain.
1) Pembesaran
kelenjar tiroid (gondok): Kekurangan yodium dapat menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang terlihat sebagai gondok di leher.
2) Gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental: Kekurangan yodium pada anak-anak
dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, termasuk rendahnya
IQ dan gangguan pembelajaran.
3) Gangguan
pada kehamilan dan perkembangan janin: Kekurangan yodium pada ibu hamil dapat
berdampak serius pada perkembangan janin, seperti kerusakan otak dan kelainan
kognitif.
4) Gangguan
pada fungsi tiroid: Kekurangan yodium dapat mengganggu fungsi normal kelenjar
tiroid, mempengaruhi metabolisme tubuh, energi, dan regulasi suhu tubuh.
5) Gangguan
reproduksi: Kekurangan yodium dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada wanita
dan pria, termasuk gangguan menstruasi, kesulitan kehamilan, dan masalah
kesuburan.
6) Cara
mengatasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) antara lain dengan
mengonsumsi makanan yang kaya yodium dan menggunakan garam beryodium dalam
masakan. Jika diperlukan, penggunaan suplemen yodium sesuai anjuran dokter atau
ahli gizi dapat dilakukan.
4.
Anemia Gizi Besi (AGB)
Kekurangan zat besi ditandai dengan kadar hemoglobin yang
rendah dalam sel darah merah, yang pada akhirnya mengurangi kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Kondisi Anemia Gizi Besi (AGB) ini
merupakan masalah gizi di Indonesia yang cukup sering terjadi. Kekurangan zat
besi dapat disebabkan oleh diet yang tidak mencukupi zat besi, masalah
penyerapan zat besi dalam tubuh, atau kehilangan darah yang berlebihan. Gejala
Anemia Gizi Besi (AGB) di antaranya:
1) Kelelahan
dan kelemahan: Penderitanya sering mengalami kelelahan yang berlebihan dan
kelemahan fisik yang persisten.
2) Pucat:
Anemia Gizi Besi dapat menyebabkan kulit, bibir, dan kuku menjadi pucat, karena
kurangnya jumlah sel darah merah yang sehat.
3) Sesak
napas: Kekurangan zat besi dapat mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen, sehingga menyebabkan sesak napas dan sesak saat melakukan aktivitas
fisik.
4) Penurunan
daya tahan tubuh: Penderita AGB cenderung lebih rentan terhadap infeksi dan
sering mengalami penurunan daya tahan tubuh.
5) Gangguan
kognitif: Anemia Gizi Besi dapat mempengaruhi konsentrasi dan fungsi kognitif,
termasuk masalah fokus, kebingungan, dan penurunan performa kognitif.
Cara mengatasi kekurangan zat besi yakni dengan
meningkatkan asupan zat besi melalui makanan yang kaya zat besi seperti
daging merah, hati, ikan, sayuran
berdaun hijau, dan kacang-kacangan. Penggunaan suplemen zat
besi yang diresepkan oleh dokter juga dapat membantu mengatasi AGB.
5.
Gizi Lebih (Obesitas)
Tidak sedikit orang tua yang menganggap anak dengan berat
badan berlebihan itu menggemaskan. Sehingga anak terus-menerus diberikan
makanan melebihi kebutuhannya. Padahal, gizi lebih penyebab obesitas termasuk
salah satu masalah gizi di Indonesia
yang harus segera ditangani. Ciri-ciri gizi lebih atau obesitas antara lain:
1) Kelebihan
berat badan: Obesitas ditandai oleh akumulasi lemak berlebih dalam tubuh, yang
menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan.
2) Lingkar
pinggang yang besar: Obesitas sering kali menyebabkan peningkatan lingkar
pinggang, di mana lemak terkumpul di sekitar area perut.
3) Kehilangan
kebugaran fisik: Penderita obesitas sering mengalami kehilangan kebugaran
fisik, seperti sulit bernapas, cepat lelah, dan sulit melakukan aktivitas fisik.
4) Gangguan
tidur: Obesitas dapat menyebabkan gangguan tidur, termasuk sleep apnea,
insomnia, dan gangguan pernapasan selama tidur.
5) Masalah
kesehatan terkait: Obesitas meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes tipe
2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan metabolisme, dan masalah
sendi.
Cara mencegah obesitas bisa dilakukan dengan mengontrol
jumlah kalori dan porsi
makan, menghindari makanan olahan dan camilan tidak sehat, serta
mengelola stres juga membantu dalam menurunkan berat badan
dan menjaga keseimbangan tubuh. Dianjurkan juga untuk melakukan aktivitas fisik
teratur, seperti berjalan kaki, berlari, atau berenang, minimal 150 menit per
minggu.
E. Defisiensi Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral merupakan nutrisi
atau zat yang sangat berperan penting bagi tubuh dan merupakan salah satu
indikator penentu kesehatan pada tubuh manusia. Vitamin adalah suatu zat
senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang sangat berperan penting
untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan pada tubuh manusia sedangkan
mineral merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk proses pertumbuhan,
pengaturan, dan perbaikan fungsi tubuh.
Kekurangan atau defisiensi terhadap
vitamin dan mineral
dapat menjadi masalah
bagi kesehatan manusia sehingga menimbulkan berbagai penyakit pada
tubuh. Banyak yang tidak mengetahui bahwa gejala yang dirasakan pada tubuh
merupakan akibat dari defisiensi suatu vitamin atau mineral tertentu sehingga
seringkali terlambat untuk diketahui dan mengakibatkan perlunya kunjungan ke
dokter. Terdapat bidang ilmu kecerdasan buatan yang mampu membantu untuk
mengetahui secara dini defisiensi vitamin dan mineral dan dapat pula membantu
para
Sistem pakar merupakan suatu program
komputer yang dirancang untuk memodelkan
kemampuan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang pakar profesional
kedokteran dalam menentukan defisiensi vitamin dan mineral yaitu sistem
pakar. Dengan dibangunnya sistem pakar,
selain calon pasien, dokter muda atau dokter yang baru lulus serta dokter
magang dapat melihat kondisi pasien tersebut berdasarkan gejala yang dimiliki
apakah sesuai dengan analisa dari dokter spesialis.
1. Defisiensi vitamin
Defisiensi vitamin umumnya disebabkan oleh pola makan yang
kurang tepat atau tidak mengandung gizi seimbang. Kondisi ini dapat dialami
oleh siapa saja, namun umumnya lebih berisiko pada ibu hamil, ibu menyusui,
serta anak-anak. Pasalnya, kelompok tersebut memiliki kebutuhan gizi lebih
besar. Selain pola makan yang kurang tepat, beberapa kondisi lain yang dapat
menyebabkan defisiensi vitamin adalah sebagai berikut:
a. Penyakit autoimun
b. Penyakit Crohn
c. Penyakit celiac
d. Gastritis
e. Operasi lambung
atau operasi pemotongan sebagian usus
f. Ketidakseimbangan bakteri
di usus
g. Kanker usus besar
h.
Penyakit hati alkoholik
i. Gagal hati
j. Penyakit ginjal
k. Diare kronis
l. Sindrom malabsorpsi
m. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat antikejang.
Defisiensi vitamin juga berkaitan dengan operasi bariatrik.
Pasalnya, prosedur bedah ini dapat memengaruhi asupan makanan yang masuk ke
dalam tubuh dan proses pencernaan, sehingga dapat meningkatkan risiko
kekurangan gizi tertentu.
2.
Defisiensi
mineral
Kekurangan mineral atau defisiensi mineral adalah kondisi
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan mineral yang cukup. Mineral sendiri
merupakan salah satu jenis
nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar bisa menjalankan fungsi-fungsinya dengan
baik. Manusia bisa mendapatkan asupan mineral dari mengonsumsi
sumber makanan yang mengandung berbagai mineral, suplemen, atau produk makanan
lain yang diperkaya dengan mineral tambahan. Penyebab kekurangan mineral dapat
terjadi secara perlahan dari waktu ke waktu dan disebabkan oleh berbagai hal,
seperti kebutuhan mineral yang meningkat tapi tidak terpenuhi (misalnya pada
wanita hamil), kekurangan mineral dalam makanan, atau kesulitan menyerap
mineral dari makanan. Selain itu, kekurangan mineral juga bisa dipicu oleh:
a.
Pola makan yang buruk, misalnya
bergantung pada junk food atau kurang mengonsumsi buah dan sayur.
b. Menjalani diet yang sangat
rendah kalori.
c.
Menderita gangguan makan,
seperti anoreksia dan bulimia.
d.
Orang yang memiliki nafsu makan
buruk, sehingga tidak mendapatkan cukup kalori dan nutrisi lainnya dalam
makanan yang dikonsumsi.
e.
Menderita kondisi medis tertentu, seperti penyakit hati,
kantung empedu, usus, pankreas, dan ginjal.
f. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antasida, antibiotik, obat pencahar, dan diuretik.
F. Masalah Gizi Lebih
Gejala gizi lebih pada anak dimana
kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan nutrisi yang untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Kondisi ini terjadi ketika anak mengonsumsi terlalu
banyak makanan dengan kalori, gula, atau lemak yang berlebihan. Gejalanya
bervariasi tergantung pada jenis nutrisi yang berlebihan dan tingkat keparahan
kondisinya. Berikut adalah beberapa gejala yang dapat terjadi.
1.
Kenaikan berat badan berlebihan
Anak-anak dengan gizi lebih cenderung mengalami kenaikan
berat badan yang berlebihan untuk usia dan tinggi badan mereka. Kenaikan berat
badan ini dapat mempengaruhi kesehatan anak dan meningkatkan risiko obesitas,
penyakit gula, dan penyakit lainnya.
2.
Lemahnya tulang
Anak-anak dengan asupan nutrisi yang lebih mungkin
mengalami lemahnya tulang atau kerapuhan tulang. Kondisi ini terjadi karena
kelebihan nutrisi tertentu, yaitu vitamin A dan D, yang dapat menyebabkan
penyerapan kalsium yang buruk dan menyebabkan kepadatan tulang menurun.
3.
Masalah dengan sistem
pencernaan
Kelebihan gizi pada anak juga dapat mempengaruhi sistem
pencernaan mereka. Anak-anak dengan kondisi ini mungkin mengalami gangguan
pencernaan, yaitu diare, sembelit, dan perut kembung. Mereka juga dapat
mengalami masalah dengan hati dan pankreas.
4. Tekanan darah
tinggi
Anak-anak dengan gizi lebih mungkin mengalami tekanan darah
tinggi, yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung mereka. Tekanan darah tinggi
dapat meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, dan penyakit jantung
lainnya.
5.
Masalah dengan gigi
Kelebihan nutrisi pada anak dapat mempengaruhi kesehatan
gigi mereka. Anak-anak dengan kondisi ini mungkin mengalami karies gigi dan
masalah dengan gigi susu mereka.
G. Stunting
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Stunting bisa
disebabkan oleh malnutrisi yang dialami ibu saat
hamil, atau anak pada masa pertumbuhannya. Stunting ditandai dengan tinggi anak
yang lebih pendek daripada standar usianya. Jumlah kasus stunting di Indonesia
masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 3 dari 10 anak. Oleh karena itu, stunting
masih menjadi masalah yang harus segera ditangani dan dicegah. Meski begitu,
perlu diketahui bahwa anak yang tinggi
badannya di bawah rata-rata belum tentu mengalami kekurangan gizi.
Hal
ini karena tinggi badan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi bila kedua
orang tua berpostur tubuh pendek, anak juga bisa memiliki kondisi yang sama.
Selain itu, perkembangan anak yang
stunting biasanya terlambat secara signifikan. Sementara di sisi lain, anak
yang sehat umumnya tidak mengalami keterlambatan perkembangan meski
perawakannya pendek. Gejala atau ciri-ciri stunting umumnya bisa terlihat saat
anak berusia 2 tahun. Namun, hal ini sering tidak disadari, atau malah
disalahartikan sebagai perawakan pendek yang normal.
1.
Gejala dan tanda-tanda yang bisa menunjukkan anak mengalami stunting
1) Tinggi badan anak lebih pendek daripada
tinggi badan anak seusianya.
2) Berat badan tidak meningkat
secara konsisten.
3) Tahap perkembangan yang terlambat dibandingkan anak seusianya.
4) Tidak aktif bermain.
5) Sering lemas.
6) Mudah terserang
penyakit, terutama infeksi.
2. Penyebab Stunting
Penyebab
utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Beberapa
kondisi yang bisa menyebabkan anak kekurangan nutrisi adalah:
1) Ibu mengalami
malnutrisi atau terserang infeksi selama hamil.
2) Anak tidak
mendapatkan ASI eksklusif.
3) Kualitas gizi MPASI yang kurang.
4) Anak menderita
penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti
alergi susu sapi atau sindrom malabsorbsi.
5) Anak menderita infeksi kronis, seperti
tuberkulosis atau cacingan.
6) Anak
memiliki penyakit bawaan, seperti penyakit jantung bawaan atau thalasemia.
3.
Faktor risiko stunting
Ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko anak
mengalami stunting, antara lain:
1) Terlahir prematur
2) Terlahir dengan
berat badan rendah.
3) Mengalami intrauterine growth restriction (IUGR).
4) Tidak mendapatkan vaksin yang lengkap.
5) Hidup di tengah kemiskinan.
6)
Tinggal di lingkungan dengan
sanitasi buruk dan tidak
mendapatkan akses untuk air bersih.
4.
Pengobatan Stunting
Pengobatan stunting adalah dengan mengatasi penyakit
penyebabnya, memperbaiki asupan nutrisi, memberikan suplemen, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Berikut adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter:
1) Mengobati
penyakit yang mendasarinya, misalnya memberikan obat-obatan antituberkulosis
bila anak menderita TBC.
2) Memberikan suplemen
vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, dan yodium.
3) Memberikan
penyuluhan kepada orang tua agar memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Keberhasilan pengobatan stunting pada anak juga sangat bergantung pada upaya
orang tua dan keluarga. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
1) Memberikan
nutrisi yang tepat dan lengkap lewat MPASI atau makanan pokok, berupa makanan
yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori.
2) Membawa anak untuk kontrol rutin ke dokter
jika ia menderita penyakit kronis.
3) Memeriksakan tinggi
dan berat badan anak secara berkala.
4) Memperbaiki
sanitasi di rumah dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna
mencapai keluarga yang sehat.
H. Konsep Windows Of Opportunity
Masa 1000 hari pertama kehidupan disebut
juga sebagai masa emas atau “window of opportunity”.Status gizi dan kesehatan
ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber
daya manusia semakin nyata, dan terlihat bahwa status gizi dan kesehatan
ibu sebelum hamil, selama hamil dan selama menyusui merupakan masa yang sangat
kritis. Masa 1000 hari, yaitu 270
hari pada masa kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama setelah
melahirkan, merupakan masa sensitif karena akibatnya bagi anak bersifat
permanen dan tidak dapat diperbaiki.
Efeknya tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan mental dan kecerdasan, yang
tercermin dari ukuran fisik yang tidak optimal dan tidak kompetitifnya
pekerjaan di masa dewasa, yang mengakibatkan rendahnya produktivitas ekonomi.
Para ahli telah menemukan bahwa
setidaknya ada 50 zat yang mempengaruhi fungsi otak dan dipengaruhi oleh
makanan dan zat gizi mikro dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Kegagalan untuk
menerima nutrisi penting selama ini akan memiliki efek jangka panjang dan tidak
dapat diubah. Nutrisi yang optimal selama ini tidak hanya memungkinkan anak
untuk hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih produktif, tetapi juga mengurangi
risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes, stroke dan
obesitas. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan di masa kritis ini, yaitu:
1.
Siklus rahim (280 hari)
1) Pastikan
ibu bergizi baik sebelum dan selama hamil serta tidak mengalami kekurangan
energi kronis (IBD) atau anemia. Selama
hamil, ibu makan makanan
bergizi sesuai kebutuhannya dalam
porsi kecil, namun seringkali jauh lebih baik,
perbanyak konsumsi sayur dan buah.
2) Konsumsi
Suplemen tablet besi (Fe), asam folat dan vitamin C diperlukan untuk mencegah
ibu dari anemia.
3) Ibu sebaiknya
melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin.
4) Ibu
dan suami harus mendapat informasi tentang menyusui di awal trimester
kehamilan, bagaimana tidak keluar, dll).
2. Periode 0-6 bulan (180 hari)
1) Semua anak yang lahir harus disusui
sejak dini.
2) Unique
Breastfeeding membantu ibu mengatasi masalah saat menyusui dengan menyediakan
hotline atau nomor telepon yang dapat dihubungi ibu 24/7 jika ibu mengalami
masalah dan membutuhkan bantuan.
3) Dukung ibu dalam
menyelenggarakan ASI eksklusif.
3.
Periode 6-24 bulan
(540 hari)
1) Pastikan ibu mengetahui jenis
dan bentuk makanan
(dikte) serta frekuensi pemberian makan yang benar
selama periode ini.
2) Ajarkan
peralihan ke makanan cair atau bubur (6-8 bulan), makanan lunak dan lunak/semi-padat (8-12 bulan), dan makanan
padat (12-24 bulan).
3) Dukung ibu untuk terus menyusui hingga
sekarang.
4) Ajari ibu cara mengolah dan memilih makanan yang murah
dan bergizi tinggi.
5) Pantau pertumbuhan dan pantau kesehatan anak secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
admin. “Window of Opportunity Dalam
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) - Orang Tua Hebat.” Orang Tua Hebat, November
22, 2022. https://www.orangtuahebat.id/window-
of-opportunity-dalam-1000-hari-pertama-kehidupan-hpk/.
Alodokter.
“Stunting,” July 11, 2022. https://www.alodokter.com/stunting.
Redaksi Halodoc. “Penting
Memahami Gejala Dan Perbedaan Antara Kekurangan Dan Kelebihan Nutrisi
Pada Anak Agar Dapat Mengenali
K.” halodoc, August 21, 2023. https://www.halodoc.com/artikel/perbedaan-gejala-gizi-kurang-dan-gizi-lebih-pada-
anak?srsltid=AfmBOoo4sS6cdgmT4H7EulSgAF43AAy9ZK57WXlH5lPY3VA_Pwp2M op6.
Siloamhospitals.com. “Rumah Sakit Dengan Pelayanan
Berkualitas - Siloam Hospitals,”
2025. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/kekurangan-mineral.
Superadmin. “Kementerian Kesehatan
Rilis Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022.” upk.kemkes.go.id,
January 25, 2023. https://upk.kemkes.go.id/new/kementerian- kesehatan-rilis-hasil-survei-status-gizi-indonesia-ssgi-tahun-2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar