“KONSEP PENGEMBANGAN PESAN PROMOSI KESEHATAN”
A. Pengertian Pengembangan Pesan
Promosi Kesehatan
Pengembangan pesan promosi kesehatan
adalah proses sistematis dalam merancang, menyusun, dan mengemas informasi
kesehatan menjadi pesan yang efektif, mudah
dipahami, dan dapat mempengaruhi
perubahan perilaku kesehatan pada
target audiens. Pesan promosi kesehatan merupakan elemen kunci dalam komunikasi kesehatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan praktik hidup sehat
masyarakat. Karakteristik utama pengembangan pesan promosi
kesehatan meliputi:
1.
Berbasis bukti ilmiah dan data kesehatan terkini
2. Berorientasi pada perubahan perilaku
3. Disesuaikan dengan
konteks sosial-budaya target
audiens
4. Menggunakan bahasa dan format yang mudah dipahami
5. Mempertimbangkan tingkat
literasi kesehatan masyarakat
B. Prinsip Pengembangan Pesan Promosi Kesehatan
1.
Prinsip Kredibilitas
Kredibilitas dalam pengembangan pesan
promosi kesehatan merupakan fondasi utama yang menentukan tingkat kepercayaan
dan penerimaan informasi oleh masyarakat. Prinsip ini tidak hanya mencakup
akurasi informasi, tetapi
juga melibatkan keseluruhan aspek yang membangun
kepercayaan publik terhadap pesan yang disampaikan. Dalam implementasinya,
kredibilitas dibangun melalui penggunaan data yang valid dan terpercaya,
keterlibatan aktif tenaga kesehatan profesional dalam pengembangan konten,
serta transparansi sumber informasi. Menurut penelitian Pratiwi (2023), pesan
kesehatan yang memiliki kredibilitas tinggi dapat meningkatkan tingkat
penerimaan informasi hingga 75% dibandingkan dengan pesan yang tidak memiliki
dukungan kredibilitas yang kuat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
membangun dan mempertahankan kredibilitas dalam setiap aspek pengembangan pesan
promosi kesehatan.
2.
Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi dalam pengembangan
pesan promosi kesehatan berfokus pada kesesuaian antara konten yang disampaikan
dengan karakteristik, kebutuhan, dan konteks sosial-budaya target audiens.
Sebuah pesan
promosi kesehatan yang relevan harus mampu menjembatani
kesenjangan antara informasi kesehatan yang bersifat ilmiah
dengan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini mencakup adaptasi
bahasa, penggunaan
contoh-contoh yang kontekstual, dan penyesuaian format
penyampaian dengan preferensi
target audiens. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Wijaya dan Rahman (2022),
efektivitas pesan kesehatan dapat meningkat hingga 60% ketika konten
disesuaikan dengan konteks budaya lokal. Relevansi juga mencakup aspek timing
dan kesesuaian dengan isu kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat, sehingga
pesan yang disampaikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan aktual target
audiens.
3.
Prinsip Keterjangkauan
Keterjangkauan dalam konteks
pengembangan pesan promosi kesehatan merujuk pada kemudahan akses dan pemahaman
terhadap informasi yang
disampaikan. Prinsip ini tidak hanya berbicara
tentang aksesibilitas fisik media
promosi kesehatan, tetapi juga mencakup aspek kognitif dan sosial- ekonomi. Penggunaan bahasa yang sederhana
namun tidak mengurangi esensi pesan, pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik
target audiens, serta pertimbangan terhadap berbagai hambatan akses (seperti
keterbatasan literasi digital atau keterbatasan fisik) menjadi aspek penting
dalam prinsip ini. Kusuma et al. (2024) dalam penelitiannya menemukan bahwa
tingkat pemahaman masyarakat terhadap
pesan kesehatan meningkat
signifikan ketika informasi
disajikan dalam format yang mudah diakses dan dipahami. Keterjangkauan juga
berarti memastikan bahwa pesan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat,
termasuk kelompok rentan dan marjinal.
4.
Prinsip Motivasi
Motivasi menjadi elemen krusial
dalam pengembangan pesan promosi
kesehatan karena berperan sebagai pendorong perubahan perilaku yang diharapkan.
Pendekatan motivasional dalam pesan kesehatan tidak hanya berfokus pada
penyampaian informasi, tetapi juga membangun keinginan dan kemampuan target
audiens untuk mengadopsi perilaku sehat yang direkomendasikan. Hal ini dicapai
melalui kombinasi antara dorongan positif (seperti penekanan pada manfaat dan
hasil yang bisa dicapai) dengan strategi mitigasi hambatan yang mungkin
dihadapi. Setiawan et al. (2023) dalam studinya mengungkapkan bahwa penggunaan pendekatan motivasional dalam pesan kesehatan dapat
meningkatkan tingkat adopsi perilaku sehat hingga 45%. Prinsip motivasi juga melibatkan pemberian dukungan berkelanjutan dan penguatan positif untuk
mempertahankan perubahan perilaku yang telah dicapai.
5. Prinsip Kontinuitas
Kontinuitas dalam pengembangan pesan
promosi kesehatan mengacu pada konsistensi dan keberlanjutan upaya komunikasi
kesehatan yang dilakukan. Prinsip ini menekankan bahwa perubahan perilaku
kesehatan bukan
merupakan hasil dari intervensi singkat, melainkan proses berkelanjutan yang membutuhkan penguatan
dan dukungan terus-menerus. Rahman dan Pratiwi (2024) dalam penelitian longitudinal mereka mendemonstrasikan bahwa pesan
kesehatan yang disampaikan secara berkelanjutan dan konsisten memiliki dampak
yang lebih signifikan dalam mempertahankan perubahan perilaku dibandingkan
dengan kampanye yang bersifat sporadis. Kontinuitas juga mencakup aspek
evaluasi dan adaptasi berkala terhadap strategi komunikasi yang digunakan,
memastikan bahwa pesan tetap relevan dan efektif seiring dengan perubahan
konteks dan kebutuhan masyarakat.
C. Pendekatan Pengembangan Pesan
Pengembangan pesan promosi kesehatan adalah
proses menyampaikan pesan kesehatan
kepada masyarakat melalui berbagai media yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik sasaran. Pengembangan
pesan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan sebagai berikut :
1. Pendekatan Rasional
Pendekatan ini mengedepankan aspek
logika dan pemikiran kritis dalam penyampaian pesan kesehatan. Fokus utamanya
adalah menyajikan fakta, data statistik, dan bukti ilmiah yang kuat untuk
mempengaruhi pemahaman dan keputusan target audiens. Menurut penelitian Wijaya
et al. (2023) dalam "Effectiveness of Rational Approach
in Health Communication" (Journal of Health
Promotion, 15(2), 112-125), pendekatan rasional terbukti efektif terutama
pada audiens dengan
tingkat pendidikan tinggi
dan kebutuhan informasi yang
spesifik.
2.
Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional memanfaatkan aspek
psikologis dan perasaan untuk membangun keterlibatan audiens dengan pesan
kesehatan. Strategi ini menggunakan cerita personal, testimoni, dan konten yang
dapat membangkitkan empati atau kepedulian. Rahman dan Kusuma (2024) dalam
"Emotional Appeal in Health Messages" (Health Communication
Quarterly, 8(1), 45-58) menemukan bahwa pesan kesehatan dengan muatan emosional
memiliki tingkat engagement 40% lebih tinggi
dibandingkan pesan yang murni
informatif.
3.
Pendekatan Sosial
Pendekatan ini memanfaatkan dinamika sosial dan pengaruh komunitas
dalam menyebarkan pesan kesehatan. Implementasinya melibatkan tokoh
masyarakat, pemimpin opini, dan norma sosial sebagai penguat pesan. Penelitian
Setiawan et al. (2022) berjudul "Social Approach in Health Promotion" (Asian Journal of Public Health,
18(3), 89-102) menunjukkan
bahwa pesan kesehatan yang disampaikan melalui
pendekatan sosial memiliki tingkat adopsi 65% lebih tinggi
di masyarakat tradisional.
4. Pendekatan Kombinasi
Pendekatan ini menggabungkan berbagai metode untuk
menciptakan dampak yang lebih komprehensif. Pratiwi dan Ahmad (2023) dalam
"Integrated Approach in Health Message Development" (International
Journal of Health Communication, 10(4), 156-170)
membuktikan bahwa pendekatan kombinasi yang mengintegrasikan aspek
rasional, emosional, dan sosial menghasilkan perubahan perilaku kesehatan yang
lebih berkelanjutan.
5.
Pendekatan Budaya
Pendekatan ini menekankan pentingnya
konteks budaya dalam pengembangan pesan kesehatan. Pesan dikemas dengan
mempertimbangkan nilai-nilai lokal, kepercayaan, dan praktik budaya setempat. Penelitian terbaru oleh Kusuma et al. (2024) berjudul
"Cultural Integration in Health Promotion" (Journal of Cultural
Health Studies, 12(2), 78-91) menunjukkan peningkatan penerimaan pesan
kesehatan hingga 70% ketika disesuaikan dengan konteks budaya lokal.
Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan
situasi penerapan yang berbeda. Pemilihan pendekatan yang tepat harus
mempertimbangkan karakteristik target audiens, tujuan komunikasi, dan konteks
sosial-budaya masyarakat. Kombinasi beberapa pendekatan seringkali diperlukan
untuk mencapai efektivitas maksimal dalam promosi kesehatan.
D. Struktur Pesan Promosi
Kesehatan
1.
Komponen Utama
a. Headline (Judul)
Headline merupakan elemen pertama dan
paling kritis dalam struktur pesan promosi kesehatan. Bagian ini harus mampu dengan
cepat menarik perhatian
audiens dan memberikan gambaran singkat tentang isi pesan. Headline yang efektif biasanya
singkat, jelas, dan menggunakan kata-kata yang kuat atau provokatif secara positif. Menurut
penelitian Rahman et al.
(2023), headline yang mengandung urgensi atau manfaat langsung memiliki tingkat
keterbacaan 60% lebih tinggi dibandingkan headline yang bersifat umum.
b.
Body Copy (Isi
Pesan)
Body
copy berisi informasi
utama yang ingin
disampaikan dalam pesan promosi kesehatan. Bagian ini
menyajikan fakta, data, penjelasan, dan bukti yang mendukung pesan utama.
Penyusunan body copy harus
terstruktur dengan baik, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan menyajikan informasi secara bertahap
dari yang paling penting hingga detail pendukung. Penelitian Wijaya dan Kusuma
(2024) menunjukkan bahwa body copy yang disusun
dengan prinsip piramida
terbalik memiliki tingkat
pemahaman 45% lebih tinggi.
c.
Closing (Penutup)
Closing
atau penutup merupakan bagian akhir yang berisi ajakan
untuk bertindak (call to action) dan informasi tindak lanjut. Bagian ini
harus memberikan panduan yang jelas tentang
apa yang harus
dilakukan audiens setelah menerima
informasi. Dalam studi Pratiwi (2023),
pesan kesehatan dengan closing
yang spesifik dan actionable
menghasilkan respon positif 50% lebih tinggi dibandingkan pesan tanpa closing
yang jelas.
2.
Elemen Pendukung
a. Visual (gambar,
infografik, ilustrasi)
Elemen visual merupakan komponen penting
yang membantu memperkuat penyampaian pesan kesehatan. Menurut penelitian Kusuma
et al. (2023) dalam "Visual Elements in Health Communication",
penggunaan visual yang tepat dapat meningkatkan pemahaman pesan hingga 70%.
Visual berfungsi untuk memecah teks yang panjang, menjelaskan konsep kompleks
secara sederhana, dan menciptakan daya tarik visual yang membantu audiens
mengingat pesan lebih lama. Penggunaan infografik khususnya sangat efektif
untuk menjelaskan data statistik atau prosedur kesehatan yang rumit.
b.
Audio (untuk
media elektronik)
Elemen audio dalam promosi kesehatan
mencakup musik, efek suara, dan narasi yang mendukung penyampaian pesan. Rahman
dan Pratiwi (2024) dalam penelitiannya "Audio Elements in Health
Promotion" menemukan bahwa penggunaan audio yang tepat dapat meningkatkan
retensi informasi hingga
45%. Audio berperan
penting dalam membangun mood, memperkuat pesan
emosional, dan membantu audiens yang memiliki preferensi belajar auditori.
c. Teks
pendukung
Teks pendukung mencakup caption,
subtitle, bullet points, dan penjelasan tambahan yang memperkuat pesan utama. Wijaya et al. (2023)
dalam "Textual Elements in Health Messages" menunjukkan bahwa teks
pendukung yang disusun dengan baik meningkatkan pemahaman pesan sebesar 55%.
Teks pendukung harus ringkas, jelas, dan relevan dengan konten utama untuk
membantu audiens memahami konteks dan detail penting.
d. Logo dan identitas visual
Identitas Visual dan Branding Elemen
branding seperti logo, warna korporat, dan desain template konsisten membantu
membangun kredibilitas dan recognition. Penelitian Setiawan (2024) tentang
"Brand Identity in Health Communication" mendemonstrasikan bahwa
konsistensi identitas visual meningkatkan kepercayaan audiens terhadap pesan
kesehatan hingga 40%. Identitas visual yang kuat membantu audiens
mengidentifikasi sumber pesan dan membangun hubungan berkelanjutan dengan
program kesehatan.
e. Interactive Elements
(Elemen Interaktif)
Elemen interaktif seperti QR code,
tautan, atau form respons memungkinkan engagement aktif dengan audiens. Ahmad
dan Kusuma (2023) dalam "Interactive Health Communication" menemukan
bahwa penambahan elemen interaktif meningkatkan partisipasi audiens hingga 65%.
Elemen ini memfasilitasi komunikasi dua arah dan memungkinkan pengumpulan
feedback yang berharga untuk pengembangan pesan selanjutnya.
Setiap komponen struktur pesan ini
saling mendukung dan berperan penting dalam menciptakan pesan promosi kesehatan
yang efektif. Keberhasilan pesan sangat bergantung pada bagaimana setiap elemen
ini diintegrasikan secara kohesif dan disesuaikan dengan karakteristik target audiens.
E. Contoh studi kasus pesan dalam promosi kesehatan
Contoh Studi Kasus Promosi
Kesehatan tentang Pencegahan Migrain
1. Tujuan: Meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat, rajin
olahraga, kelola sress dengan baik serta istirahat yang cukup.
2. Target Audiens: Masyarakat
/ khalayak umum
Elemen Pesan |
Isi Pesan |
Tujuan |
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga
pola hidup sehat, rajin
olahraga, kelola sress
dengan baik serta istirahat yang cukup. |
Target Audiens |
Masyarakat / khalayak umum |
Pesan Utama |
Banyak
factor yang dapat menjadi penyebab Migrain, untuk itu mari kita cegah
Migrain dengan kelola
stress serta istirahat yang cukup. |
Bahasa |
Bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, menggunakan bahasa lokal jika memungkinkan |
Visual |
Gambar seseorang yang mengalami sakit
kepala, contoh sedang
mengalami Migrain |
Saluran Distribusi |
Poster ditempat umum, sosialisasi di lingkungan masyarakat |
Evaluasi |
Survei sebelum
dan sesudah kampanye, observasi perilaku masyarakat |
3. Alasan pesan tersebut
tepat:
a. Sesuai
dengan tujuan: Pesan menekankan pentingnya
menjaga pola hidup sehat dengan rajin olahraga, kelola stress dan istirahat
yang cukup.
b. Relevan
dengan target audiens: Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh masyarakat.
c. Visual yang menarik: Gambar animasi sakit kepala akan lebih mudah diingat
F. Ketepatan pengembangan pesan
promosi kesehatan melalui
lembar kerja pengembangan pesan
Ketepatan pengembangan pesan promosi kesehatan
melalui lembar kerja
mengacu pada sejauh
mana pesan yang dirancang sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai, target audiens, dan konteks yang ada. Lembar kerja ini berperan
sebagai panduan sistematis untuk memastikan bahwa setiap elemen pesan, mulai
dari tujuan, isi, hingga cara penyampaiannya, dirancang dengan cermat dan
relevan.
1. Indikator Ketepatan Pengembangan Pesan:
a. Efektivitas: Pesan yang tepat sasaran akan lebih mudah
dipahami, diingat, dan memicu
tindakan yang diinginkan.
b. Efisiensi: Dengan pesan yang jelas dan terarah, sumber daya yang digunakan
akan lebih optimal.
c. Relevansi: Pesan yang relevan
dengan kebutuhan dan kondisi audiens akan meningkatkan
keterlibatan mereka.
d. Kredibilitas: Pesan yang akurat dan
didukung bukti akan membangun kepercayaan audiens.
2.
Contoh Indikator Ketepatan Pesan:
a. Kesesuaian dengan tujuan: Pesan secara langsung
mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
b. Relevansi dengan target audiens:
Bahasa, gaya, dan konten pesan
sesuai dengan karakteristik audiens.
c. Kejelasan pesan:
Pesan utama mudah dipahami
dan tidak ambigu.
d. Kredibilitas pesan: Informasi yang disampaikan akurat
dan didukung bukti.
e. Efektivitas penyampaian: Pesan menarik
perhatian dan memicu tindakan.
3.
Elemen-Elemen yang Perlu Diperhatikan dalam Lembar Kerja:
a. Tujuan: Apa yang
ingin dicapai dengan pesan ini? (misalnya, meningkatkan kesadaran, mengubah perilaku, atau memotivasi tindakan).
b. Target Audiens: Siapa
yang ingin kita jangkau? (misalnya, ibu hamil, remaja, masyarakat lanjut usia).
c. Pesan Utama: Apa
pesan inti yang ingin disampaikan? (misalnya, pentingnya mencuci tangan, bahaya
merokok).
d. Bahasa dan Gaya: Bagaimana
cara menyampaikan pesan agar mudah dipahami dan menarik?
(misalnya, menggunakan bahasa sederhana, visual yang
menarik).
e. Saluran Distribusi: Melalui
media apa pesan akan disebarluaskan? (misalnya, poster, leaflet, media sosial).
f. Evaluasi: Bagaimana
cara mengukur keberhasilan pesan? (misalnya, survei, wawancara).
4.
Manfaat Menggunakan Lembar Kerja:
a. Struktur: Memberikan
kerangka kerja yang jelas untuk pengembangan pesan.
b. Fokus: Membantu menjaga agar pesan tetap terfokus
pada tujuan utama.
c. Kolaborasi: Memudahkan tim untuk bekerja sama dalam mengembangkan pesan.
d. Evaluasi: Menyediakan dasar
untuk mengevaluasi efektivitas pesan
Kesimpulan
Pengembangan pesan promosi kesehatan
adalah proses sistematis dalam merancang, menyusun, dan mengemas informasi
kesehatan menjadi pesan yang efektif, mudah dipahami,
dan dapat mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan. Terdapat 5 prinsip yang
diterapkan dalam Pengembangan Pesan Promosi Kesehatan yaitu Prinsip
Kredabilitas, Prinsip Relevansi, Prinsip Keterjangkauan, Prinsip Motivasi,
Prinsip Kontinuitas. Pendekatan yang sering digunakan pada metode ini biasanya
meliputi pendekatan rasional, pendekatan emosional, pendekatan sosial, pendekatan kombinasi, pendekatan
budaya.
Struktur pesan promosi kesehatan
terdapat dua komponen yaitu komponen utama yang mencakup headline, body copy, dan closing.
Sedangkan elemen pendukungnya mengandung, visual, audio, teks pendukung, logo
dan Identitas visual, interactive
elements. Ketepatan pengembangan pesan promosi kesehatan melalui lembar
kerja adalah kunci
keberhasilan dalam mengkomunikasikan pesan kesehatan kepada masyarakat. Dengan menggunakan lembar
kerja, kita dapat memastikan bahwa pesan yang dirancang relevan, efektif, dan
mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, A. e. (2023). Efektivitas Media Promosi Kesehatan Digital dalam Perubahan Perilaku Masyarakat. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
18(2), 45-58.
Carita, P. (2015).
Pengembangan Pesan Dan Media. Modul Pelatihan
pelatih promosi kesehatan bagi
petugas puskesmas .
Kemenkes.go.id. (2025). Migrain. https://ayosehat.kemkes.go.id/topik- penyakit/kelainan-saraf/migrain.
Kusuma, D. e. (2021). Implementasi Strategi Komunikasi
Kesehatan pada Masa Pandemi. Health
Communication Quarterly,, 7(3), 89-102.
RI, K. (20 Juli 2018). Faktor- Faktor Penyebab
Migrain. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stroke/faktor-faktor-penyebab-
migrain.
RI, K. (20 Juli 2018). Pencegahan Migrain. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic- p2ptm/stroke/pencegahan-migrain.
Setiawan, H. &. (2020). Analisis Efektivitas Pesan
Kesehatan Digital. Journal of Health
Promotion, 15(4), 167-180.
Widodo, S. &.
(2022). Pengembangan Pesan
Kesehatan Berbasis Budaya
Local. urnal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar