Rabu, 05 Maret 2025

Pengembangan Media Promosi Kesehatan Berdasarkan Model 4D, ADDIE, dan Waterfall

  

Pengembangan Media Promosi Kesehatan Berdasarkan Model 4D, ADDIE, dan Waterfall

 

 

A.     Pengembangan Media Promosi Kesehatan Berdasarkan model 4D, ADDIE, dan Waterfall Secara Sistematis dan Benar

1.        Model 4D

Model 4D, yang diperkenalkan oleh Thiagarajan, terdiri dari empat tahap:

  Define

Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang harus diatasi. Ini termasuk analisis sasaran dan tujuan dari media yang akan dikembangkan. Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi tujuan pengembangan media dan menganalisis kebutuhan audiens. Misalnya, dalam penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tarusan, subjek penelitian adalah ibu hamil. Peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk memahami masalah yang dihadapi oleh audiens terkait informasi kesehatan yang kurang memadai

  Design

Merancang media promosi kesehatan berdasarkan hasil dari tahap Define. Ini meliputi pembuatan sketsa atau prototipe. Setelah mendefinisikan kebutuhan, tahap berikutnya adalah merancang media. Dalam studi tentang Mapala Medical Clinic, peneliti merancang media promosi dalam bentuk video berdurasi 2,54 menit dan X-Banner sebagai media pendukung. Desain ini bertujuan untuk memperkenalkan fasilitas kesehatan kepada masyarakat dengan cara yang menarik dan informatif

  Develop

Mengembangkan media yang telah dirancang menjadi produk akhir. Pada tahap ini, pengujian produk dilakukan untuk memastikan kualitas dan efektivitasnya. Pada tahap ini, media yang telah dirancang diproduksi dan diuji. Dalam pengembangan leaflet untuk ibu hamil, peneliti menggunakan instrumen validasi dari ahli media dan materi untuk memastikan bahwa konten yang disajikan tepat dan mudah dipahami. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa media tersebut layak digunakan dengan nilai validitas tinggi.


  Disseminate

Menyebarkan media ke audiens target dan melakukan evaluasi untuk menilai dampak serta efektivitas media tersebut. Tahap terakhir adalah menyebarkan media yang telah dikembangkan kepada audiens target. Ini bisa dilakukan melalui berbagai saluran seperti distribusi langsung di Puskesmas atau melalui platform digital untuk menjangkau lebih banyak orang. Penyebaran yang efektif memastikan bahwa informasi kesehatan dapat diakses oleh audiens dengan mudah

 

2.       Model ADDIE

Model ADDIE adalah pendekatan yang lebih luas dengan lima tahap:

                Analysis

Menganalisis kebutuhan audiens dan konteks untuk menentukan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan masalah yang ada dan audiens target. Misalnya, dalam pengembangan media video animasi mengenai gizi seimbang untuk remaja putri, peneliti melakukan survei untuk mengetahui kurangnya pemahaman remaja tentang gizi yang seimbang dan pentingnya pola makan sehat

                Design

Merancang pengalaman belajar dengan mempertimbangkan berbagai elemen seperti konten, metode, dan alat yang akan digunakan. Setelah analisis kebutuhan, peneliti merancang media promosi. Dalam contoh pengembangan merchandise kipas mengenai gizi seimbang, desain media mencakup pemilihan warna cerah dan gambar menarik yang sesuai dengan karakter remaja, serta penyusunan materi yang singkat dan jelas

                Development

Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan desain yang telah dibuat. Tahap ini melibatkan pembuatan media yang telah dirancang. Dalam kasus video animasi, peneliti membuat konten video dengan informasi yang relevan dan menarik. Uji coba dilakukan untuk menilai kelayakan media dengan melibatkan ahli materi dan audiens target, di mana hasil uji kelayakan menunjukkan nilai tinggi


                Implementation

Melaksanakan rencana pengajaran dengan menggunakan media yang telah dikembangkan. Media yang telah dikembangkan kemudian diterapkan dalam konteks nyata. Misalnya, video animasi tentang gizi seimbang dapat diputar di sekolah-sekolah atau diunggah ke platform digital seperti YouTube untuk menjangkau lebih banyak audiens

                Evaluation

Mengevaluasi efektivitas dari proses pengajaran dan media yang digunakan, serta melakukan perbaikan jika diperlukan. Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas media promosi yang telah diimplementasikan. Peneliti mengumpulkan umpan balik dari pengguna dan melakukan analisis terhadap dampak media tersebut terhadap pengetahuan audiens tentang gizi. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pemahaman tentang gizi seimbang di kalangan remaja

3.       Model Waterfall

1)       Requirement (Kebutuhan)

Tahap ini merupakan langkah awal dalam pengembangan media promosi kesehatan. Pada tahap ini, analisis dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan tujuan dari media yang akan dikembangkan. Misalnya, dalam pengembangan aplikasi atau website kesehatan, tim pengembang melakukan wawancara dengan pengguna dan tenaga medis untuk mengetahui informasi apa yang diperlukan.

 

2)       Desain (Perancangan)

Setelah kebutuhan dianalisis, tahap selanjutnya adalah merancang struktur dan antarmuka media yang akan dikembangkan. Dalam pengembangan website kesehatan, misalnya, perancangan mencakup sketsa layout, pemilihan warna yang sesuai, serta penyusunan konten yang informatif dan menarik.


3)       Implementation (Implementasi)

Pada tahap ini, pengembangan media dilakukan berdasarkan desain yang telah dirancang. Proses ini melibatkan pengkodean (coding) dan pembuatan konten sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam pembuatan aplikasi atau website kesehatan, tahap ini mencakup penggunaan teknologi pemrograman yang sesuai agar sistem berjalan dengan baik.

 

4)       Verification (Verifikasi)

Setelah implementasi selesai, dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa media berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengujian dapat dilakukan melalui metode seperti black box testing, yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah fitur-fitur dalam media berjalan dengan benar.

 

5)       Maintenance (Pemeliharaan)

Tahap terakhir dalam model Waterfall adalah pemeliharaan dan pembaruan media setelah diluncurkan. Tim pengembang terus memantau kinerja media, mengumpulkan umpan balik dari pengguna, serta melakukan perbaikan atau pembaharuan agar media tetap relevan dan efektif dalam menyampaikan informasi kesehatan.

 

1.       Empat Level Model

Penelitian dan pengembangan terbagi menjadi empat level, diantaranya yaitu :

1)      Penelitian dan pengembangan pada level 1

Peneliti melakukan penelitian untuk menghasilkan rancangan, tetapi tidak dilanjutkan dengan membuat produk dan mengujinya. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan data yang valid, reliabel, up to date objektif dan lengkap. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk membuat rancangan suatu produk. Contoh : penelitian menghasilkan rancangan mobil dengan bahan bakar sinar matahari, rancangan buku ajar, metode mengajar dan sebagainya. Penelitian ini dapat menggunakan metode kualitatif, kuantitatif, dan kombinasi kualitatif kuantitatif.


2)      Penelitian dan pengembangan pada level 2

Peneliti tidak melakukan penelitian, tetapi langsung menguji produk yang ada Penelitian dilakukan karena adanya keragu-raguan terhadap efektivitas suatu produk, produk tersebut dapat berupa barang atau bukan barang. Dengan menggunakan teori dan hasil penelitian yang relevan peneliti mengamati dan mencatat spesifikasi produk tersebut dan selanjutnya dapat berhipotesis (bisa juga tidak berhipotesis).

3)      Penelitian dan pengembangan pada level 3

Peneliti melakukan penelitian untuk mengembangkan produk yang telah ada, membuat produk dan menguji keefektifitasan produk tersebut Penelitian ini mengembangkan produk yang telah ada. Seperti telah dikemukakan bahwa R & D yang bersifat pengembangan adalah menyempurnakan yang telah ada, baik dari segi bentuk maupun fungsinya. Tahap pertama pada level ini adalah mengkaji produk yang telah ada, selanjutnya peneliti melakukan studi literatur, kemudian peneliti membuat rancangan produk yang bersifat menyempurnakan atau mengambangkan produk yang telah ada.

4)      Penelitian dan pengembangan pada level 4

Peneliti melakukan penelitian untuk menciptakan produk baru membuat produk dan menguji keefektifitasan produk tersebut Penelitian ini dapat menciptakan produk baru yang kreatif, original dan teruji. Menciptakan produk baru yang kreatif berarti membuat produk baru yang memiliki nilai tambah dan belum pernah ada. Original berarti asli, belum ada yang lain yang membuatnya. Teruji berarti produk tersebut telah terbukti secara empiris kualitasnya melalui berbagai pengujian lapangan.

 

2.       3 Jenis Media

Secara umum media dibagi menjadi tiga yaitu media visual, media audio dan gabungan dari keduanya yaitu media audio visual. Masing-masing media memiliki karakteristik dan juga ciri khas tersendiri. Berikut adalah jenis-jenis beserta contohnya;


1.       Media Audio

 

Media audio dapat digunakan untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi).

Contoh: Podcast kesehatan, iklan radio tentang imunisasi, rekaman edukasi.

 

2.       Media Visual

 

Media visual adalah media yang mengandalkan indra penglihatan. Biasanya memanfaatkan alat proyeksi atau proyektor sebagai perantara. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk visual. Jenis media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak. Keduanya bisa dikombinasikan atau digunakan salah satunya. Selain itu, fungsi media visual juga berguna untuk menarik perhatian, memperjelas materi yang disajikan, menggambarkan fakta yang mungkin dapat dengan mudah dicerna dan diingat dalam bentuk visual.

Contoh: Poster kesehatan, infografis tentang gizi seimbang, leaflet tentang pencegahan penyakit.

3.       Media AudioVisual

 

Media audio visual dapat menampilkan suara dan gambar. Jenis media ini lebih menarik dibanding visual saja atau audio saja. Kombinasi untuk merangsang indra pendengaran dan penglihatan. Adapun media audio visual dibedakan menjadi dua jenis, yaitu media audio visual diam dan gerak.

Contoh Media AudioVisual diam menggabungkan elemen visual dan teks tanpa animasi atau gerakan yaitu, Poster Digital Interaktif (poster yang menampilkan gambar dan ikon informatif yang bisa ditelusuri secara digital.

Contoh Media AudioVisual gerak menggabungkan visual, teks, dan audio dengan elemen gerak yaitu, Film pendek kampanye kesehatan (seperti


cerita pendek yang menggambarkan dampak gaya hidup sehat atau bahaya rokok).

 

Kesimpulan

 

Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan secara sistematis dengan berbagai model, seperti 4D, ADDIE, dan Waterfall. Ketiga model ini memiliki tahapan yang berbeda, namun bertujuan untuk menciptakan media yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan audiens. Model 4D terdiri dari empat tahap utama, yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Model ini menekankan pada identifikasi kebutuhan, perancangan media, pengembangan produk yang telah dirancang, serta penyebaran media kepada audiens target. Model ini sering digunakan dalam pengembangan media promosi kesehatan yang berbasis penelitian dan validasi ahli.

Model ADDIE memiliki lima tahap, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Model ini lebih luas dibandingkan model 4D karena mencakup implementasi dan evaluasi sebagai tahapan penting dalam pengembangan media. Dengan pendekatan ini, media yang dikembangkan dapat diuji efektivitasnya secara menyeluruh sebelum diterapkan dalam skala yang lebih luas. Model Waterfall digunakan dalam pengembangan perangkat lunak dan sistem informasi kesehatan. Model ini mencakup tahapan Requirement (analisis kebutuhan), Design (perancangan), Implementation (pengembangan), Verification (pengujian), dan Maintenance (pemeliharaan). Model ini sangat berguna dalam pengembangan media berbasis teknologi, seperti website dan aplikasi kesehatan.

Dari segi jenis, media promosi kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu media audio, media visual, dan media audiovisual. Media audio meliputi podcast dan rekaman edukasi, media visual meliputi poster dan infografis, sedangkan media audiovisual mencakup film pendek dan video animasi. Pemilihan media yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pemahaman audiens terhadap informasi kesehatan yang disampaikan.


DAFTAR PUSTAKA

 

Jatmika, Septian Dwi, editor. Pengembangan Media Promosi Kesehatan.

Anggraeni, Ardha Tiaz. Pengembangan Media Promosi Kesehatan Untuk Pencegahan Penularan Covid-19 pada Ibu Hamil di Desa Ketapang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar