“Pengembangan Media Promosi Kesehatan Berdasarkan Model 4D, ADDIE, dan Waterfall”
A.
Pengembangan Media
Promosi Kesehatan Berdasarkan model 4D, ADDIE,
dan Waterfall Secara Sistematis dan Benar
1.
Model 4D
Model 4D, yang diperkenalkan oleh Thiagarajan, terdiri
dari empat tahap:
➔ Define
Mengidentifikasi
kebutuhan dan masalah yang harus diatasi. Ini
termasuk analisis sasaran dan tujuan dari media yang akan dikembangkan.
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi tujuan pengembangan media dan
menganalisis kebutuhan audiens. Misalnya, dalam penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tarusan, subjek penelitian
adalah ibu hamil. Peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk memahami masalah
yang dihadapi oleh audiens terkait informasi kesehatan yang kurang
memadai
➔ Design
Merancang
media promosi kesehatan berdasarkan hasil dari tahap Define. Ini meliputi
pembuatan sketsa atau prototipe. Setelah mendefinisikan kebutuhan, tahap
berikutnya adalah merancang media. Dalam studi tentang Mapala Medical Clinic,
peneliti merancang media promosi dalam bentuk video berdurasi 2,54 menit dan X-Banner sebagai media pendukung. Desain ini
bertujuan untuk memperkenalkan fasilitas kesehatan kepada masyarakat dengan
cara yang menarik dan informatif
➔ Develop
Mengembangkan
media yang telah dirancang menjadi produk akhir. Pada tahap ini, pengujian
produk dilakukan untuk memastikan kualitas dan efektivitasnya. Pada tahap ini,
media yang telah dirancang diproduksi dan diuji. Dalam pengembangan leaflet
untuk ibu hamil, peneliti menggunakan instrumen validasi dari ahli media dan
materi untuk memastikan bahwa konten yang disajikan tepat dan mudah dipahami.
Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa media tersebut layak digunakan dengan nilai validitas tinggi.
➔ Disseminate
Menyebarkan
media ke audiens target dan melakukan evaluasi untuk menilai dampak serta
efektivitas media tersebut. Tahap terakhir adalah menyebarkan media yang telah dikembangkan kepada audiens target.
Ini bisa dilakukan melalui berbagai saluran seperti distribusi langsung
di Puskesmas atau melalui platform digital untuk menjangkau lebih banyak orang.
Penyebaran yang efektif memastikan bahwa informasi kesehatan dapat diakses oleh
audiens dengan mudah
2.
Model ADDIE
Model ADDIE adalah pendekatan yang lebih luas dengan lima tahap:
●
Analysis
Menganalisis kebutuhan audiens dan konteks untuk
menentukan tujuan
pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis kebutuhan untuk
menentukan masalah yang ada dan audiens target. Misalnya, dalam pengembangan
media video animasi mengenai gizi seimbang untuk remaja putri, peneliti
melakukan survei untuk mengetahui kurangnya pemahaman remaja tentang gizi yang
seimbang dan pentingnya pola makan sehat
●
Design
Merancang
pengalaman belajar dengan mempertimbangkan berbagai elemen seperti konten,
metode, dan alat yang akan digunakan. Setelah analisis kebutuhan, peneliti
merancang media promosi. Dalam contoh pengembangan merchandise kipas mengenai
gizi seimbang, desain media mencakup pemilihan warna cerah dan gambar menarik
yang sesuai dengan karakter remaja, serta penyusunan materi yang singkat dan
jelas
●
Development
Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan desain yang telah
dibuat. Tahap ini melibatkan pembuatan media yang telah dirancang. Dalam kasus
video animasi, peneliti membuat konten video dengan informasi yang relevan dan
menarik. Uji coba dilakukan untuk
menilai kelayakan media dengan melibatkan ahli materi dan audiens
target, di mana hasil uji kelayakan menunjukkan nilai tinggi
●
Implementation
Melaksanakan
rencana pengajaran dengan menggunakan media yang telah dikembangkan. Media yang
telah dikembangkan kemudian diterapkan dalam konteks nyata. Misalnya, video
animasi tentang gizi seimbang dapat diputar di sekolah-sekolah atau diunggah ke
platform digital seperti YouTube untuk menjangkau lebih banyak audiens
●
Evaluation
Mengevaluasi efektivitas dari proses pengajaran dan media
yang digunakan, serta melakukan perbaikan jika diperlukan. Tahap evaluasi
dilakukan untuk menilai efektivitas media promosi yang telah diimplementasikan.
Peneliti mengumpulkan umpan balik dari pengguna
dan melakukan analisis terhadap dampak media tersebut terhadap pengetahuan
audiens tentang gizi. Hasil evaluasi menunjukkan
peningkatan pemahaman tentang gizi seimbang di kalangan remaja
3.
Model Waterfall
1)
Requirement (Kebutuhan)
Tahap ini merupakan langkah awal dalam pengembangan media promosi kesehatan. Pada tahap ini,
analisis dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna
dan tujuan dari media yang akan
dikembangkan. Misalnya, dalam pengembangan aplikasi atau website kesehatan, tim
pengembang melakukan wawancara dengan pengguna dan tenaga medis untuk
mengetahui informasi apa yang diperlukan.
2)
Desain (Perancangan)
Setelah kebutuhan dianalisis, tahap selanjutnya adalah
merancang struktur dan antarmuka media yang akan dikembangkan. Dalam
pengembangan website kesehatan, misalnya, perancangan mencakup sketsa layout,
pemilihan warna yang sesuai, serta penyusunan konten yang informatif dan
menarik.
3)
Implementation
(Implementasi)
Pada tahap ini, pengembangan media dilakukan berdasarkan
desain yang telah dirancang. Proses ini melibatkan pengkodean (coding) dan
pembuatan konten sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam pembuatan aplikasi
atau website kesehatan, tahap ini mencakup
penggunaan teknologi pemrograman yang sesuai agar sistem berjalan dengan baik.
4)
Verification
(Verifikasi)
Setelah implementasi selesai, dilakukan pengujian untuk
memastikan bahwa media berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Pengujian dapat dilakukan melalui metode seperti black box testing,
yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah fitur-fitur dalam media berjalan
dengan benar.
5)
Maintenance (Pemeliharaan)
Tahap terakhir dalam model
Waterfall adalah pemeliharaan dan pembaruan media setelah diluncurkan. Tim pengembang terus
memantau kinerja media, mengumpulkan umpan balik dari pengguna, serta melakukan
perbaikan atau pembaharuan agar media tetap relevan dan efektif dalam menyampaikan
informasi kesehatan.
1. Empat Level Model
Penelitian dan pengembangan terbagi
menjadi empat level,
diantaranya yaitu :
1)
Penelitian dan pengembangan pada level 1
Peneliti melakukan penelitian untuk menghasilkan rancangan,
tetapi tidak dilanjutkan dengan membuat produk dan mengujinya. Penelitian ini
dilakukan untuk menghasilkan data yang valid, reliabel, up to date objektif dan lengkap. Selanjutnya data tersebut
digunakan untuk membuat rancangan suatu produk. Contoh : penelitian
menghasilkan rancangan mobil dengan bahan bakar sinar matahari, rancangan buku
ajar, metode mengajar dan sebagainya. Penelitian ini dapat menggunakan metode
kualitatif, kuantitatif, dan kombinasi kualitatif kuantitatif.
2)
Penelitian dan pengembangan pada level 2
Peneliti tidak melakukan penelitian, tetapi langsung
menguji produk yang ada Penelitian dilakukan karena adanya keragu-raguan
terhadap efektivitas suatu produk, produk tersebut dapat berupa barang atau
bukan barang. Dengan menggunakan teori dan hasil penelitian yang relevan
peneliti mengamati dan mencatat spesifikasi produk tersebut dan selanjutnya
dapat berhipotesis (bisa juga tidak berhipotesis).
3) Penelitian dan pengembangan pada level 3
Peneliti melakukan penelitian untuk mengembangkan produk
yang telah ada, membuat produk dan menguji keefektifitasan produk tersebut
Penelitian ini mengembangkan produk yang telah ada. Seperti telah dikemukakan
bahwa R & D yang bersifat pengembangan adalah menyempurnakan yang telah
ada, baik dari segi bentuk maupun fungsinya. Tahap pertama pada level ini
adalah mengkaji produk yang telah ada, selanjutnya peneliti melakukan studi
literatur, kemudian peneliti membuat rancangan produk yang bersifat menyempurnakan
atau mengambangkan produk yang telah ada.
4) Penelitian dan pengembangan pada level 4
Peneliti melakukan penelitian untuk menciptakan produk baru
membuat produk dan menguji keefektifitasan produk tersebut Penelitian ini dapat
menciptakan produk baru yang kreatif, original dan teruji. Menciptakan produk baru yang kreatif
berarti membuat produk baru yang memiliki nilai tambah dan belum pernah ada.
Original berarti asli, belum ada yang lain yang membuatnya. Teruji berarti produk
tersebut telah terbukti secara empiris kualitasnya melalui berbagai pengujian
lapangan.
2. 3 Jenis Media
Secara umum media dibagi menjadi tiga
yaitu media visual, media audio dan gabungan dari keduanya yaitu media audio
visual. Masing-masing media memiliki karakteristik dan juga ciri khas
tersendiri. Berikut adalah jenis-jenis beserta contohnya;
1. Media Audio
Media audio dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio
berkaitan erat dengan indra pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang
diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata)
maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi).
Contoh: Podcast
kesehatan, iklan radio tentang imunisasi, rekaman edukasi.
2. Media Visual
Media visual adalah media yang
mengandalkan indra penglihatan. Biasanya memanfaatkan alat proyeksi atau
proyektor sebagai perantara. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk
visual. Jenis media
visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual
gerak. Keduanya bisa dikombinasikan atau digunakan salah satunya. Selain itu,
fungsi media visual juga berguna untuk menarik perhatian, memperjelas materi yang disajikan, menggambarkan fakta
yang mungkin dapat dengan mudah dicerna dan diingat dalam bentuk visual.
Contoh: Poster kesehatan, infografis
tentang gizi seimbang, leaflet tentang pencegahan penyakit.
3.
Media AudioVisual
Media audio visual dapat menampilkan
suara dan gambar. Jenis
media ini lebih menarik dibanding visual saja atau audio saja. Kombinasi
untuk merangsang indra pendengaran dan penglihatan. Adapun media audio visual
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu media audio visual diam dan gerak.
Contoh Media AudioVisual diam
menggabungkan elemen visual dan teks tanpa animasi atau gerakan yaitu, Poster
Digital Interaktif (poster yang menampilkan gambar dan ikon informatif yang
bisa ditelusuri secara digital.
Contoh Media AudioVisual gerak
menggabungkan visual, teks, dan audio dengan elemen
gerak yaitu, Film pendek kampanye
kesehatan (seperti
cerita pendek
yang menggambarkan dampak
gaya hidup sehat
atau bahaya rokok).
Kesimpulan
Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan secara
sistematis dengan berbagai model, seperti 4D, ADDIE, dan Waterfall. Ketiga model ini memiliki
tahapan yang berbeda, namun bertujuan untuk menciptakan media yang efektif dan
sesuai dengan kebutuhan audiens. Model 4D terdiri dari empat tahap utama, yaitu
Define, Design, Develop, dan Disseminate. Model ini menekankan pada
identifikasi kebutuhan, perancangan media, pengembangan produk yang telah
dirancang, serta penyebaran media kepada audiens target. Model ini sering
digunakan dalam pengembangan media promosi kesehatan yang berbasis penelitian
dan validasi ahli.
Model ADDIE memiliki lima tahap, yaitu Analysis, Design,
Development, Implementation, dan Evaluation. Model ini lebih luas dibandingkan model 4D karena mencakup implementasi dan evaluasi
sebagai tahapan penting dalam pengembangan media. Dengan pendekatan ini, media
yang dikembangkan dapat diuji efektivitasnya secara menyeluruh sebelum
diterapkan dalam skala yang lebih luas. Model Waterfall digunakan dalam
pengembangan perangkat lunak dan sistem informasi kesehatan. Model ini mencakup
tahapan Requirement (analisis kebutuhan), Design (perancangan), Implementation
(pengembangan), Verification (pengujian), dan Maintenance (pemeliharaan). Model
ini sangat berguna dalam pengembangan media berbasis teknologi, seperti website
dan aplikasi kesehatan.
Dari segi jenis, media promosi kesehatan dibagi menjadi
tiga, yaitu media audio, media visual, dan media audiovisual. Media audio
meliputi podcast dan rekaman edukasi, media visual meliputi poster dan
infografis, sedangkan media audiovisual mencakup film pendek dan video animasi.
Pemilihan media yang tepat sangat penting untuk
meningkatkan pemahaman audiens
terhadap informasi kesehatan yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Jatmika, Septian Dwi, editor. Pengembangan Media
Promosi Kesehatan.
Anggraeni, Ardha
Tiaz. Pengembangan Media
Promosi Kesehatan Untuk
Pencegahan Penularan Covid-19 pada Ibu Hamil di Desa Ketapang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar