“TEKNIK PENGUMPULAN DATA EPIDEMIOLOGI”
2.1
Teknik Survei Kesehatan
A. Pengertian Survei Kesehatan
Survei
kesehatan dalam epidemiologi adalah suatu proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, serta
interpretasi data mengenai status kesehatan masyarakat. Survei kesehatan
bertujuan untuk memahami distribusi penyakit, faktor risiko, serta efektivitas
intervensi kesehatan dalam suatu populasi. Survei kesehatan
dapat dilakukan pada tingkat nasional,
regional, maupun komunitas, tergantung pada tujuan penelitian dan
kebutuhan data yang ingin diperoleh. Dalam epidemiologi, survei kesehatan dikategorikan ke dalam beberapa jenis
berdasarkan metode pengumpulan dan analisis datanya. Survei cross-sectional
(potong lintang) adalah survei yang mengumpulkan data pada satu titik waktu
tertentu, tanpa melihat perubahan dari waktu ke waktu. Survei longitudinal
(kohort) mengamati individu atau kelompok dalam periode waktu tertentu untuk
melihat perkembangan suatu kondisi kesehatan,
yaitu mengetahui faktor
risiko dan prognosisnya. Survei surveilans yang berfokus pada pemantauan
terus-menerus terhadap suatu penyakit atau faktor risiko kesehatan. Misalnya
sistem pemantauan kasus demam berdarah (DBD) untuk mendeteksi lanjakan kasus di
suatu wilayah. Selain itu, survei eksperimental yang digunakan untuk menguji
efektivitas intervensi kesehatan tertentu, seperti studi klinis mengenai vaksin Covid-19
sebelum disebarluaskan ke publik.
B.
Tujuan Survei Kesehatan
Survei
kesehatan memiliki beberapa tujuan utama dalam bidang epidemiologi dan
kesehatan masyarakat. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mengetahui status kesehatan masyarakat, termasuk
mengidentifikasi
prevalensi penyakit, faktor risiko, serta kasus gizi penduduk di suatu wilayah
tertentu. Sebagai contoh, SDKI secara berkala mengukur status kesehatan ibu dan
anak, yang kemudian dijadikan dasar dalam evaluasi program kesehatan reproduksi
dan gizi anak.
Selain
itu, survei kesehatan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program
kesehatan yang telah berjalan. Dengan adanya survei ini, pemerintah dapat menilai
sejauh mana program-program seperti imunisasi,
pengendalian penyakit menular, dan intervensi gizi telah memberikan dampak
positif bagi masyarakat. Data survei juga dapat digunakan untuk menyediakan
dasar dalam perencanaan kebijakan kesehatan, seperti penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan.
Selain
untuk kebijakan kesehatan, survei kesehatan juga digunakan untuk memantau tren
penyakit dan faktor risiko dalam jangka panjang. Hal ini penting dalam
mendeteksi perubahan pola penyakit serta dalam perencanaan strategi pencegahan yang lebih efektif. Terakhir,
survei kesehatan mendukung penelitian epidemiologi dalam memahami pola
penyebaran penyakit dan intervensi yang paling efektif bagi kesehatan masyarakat.
C. Metode Survei Kesehatan
1.
Teknik Pengumpulan Data
Metode
dalam survei kesehatan terdiri dari berbagai teknik pengumpulan data
epidemiologi. Teknik wawancara adalah teknik pertama yang dilakukan menggunakan
kuesioner untuk mengumpulkan informasi dan responden. Misalnya, SDKI
menggunakan wawancara langsung untuk mendapatkan data mengenai kesehatan ibu
dan anak, penggunaan kontrasepsi, serta angka
kematian bayi. Teknik
kedua adalah observasi langsung
yaitu
metode pengamatan terhadap lingkungan atau perilaku kesehatan masyarakat.
Metode ini digunakan dalam studi sanitasi lingkungan di daerah rawan penyakit
diare untuk menilai akses masyarakat terhadap air bersih dan fasilitas
sanitasi.
Selain
itu, survei kesehatan seringkali melibatkan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk memperoleh data medis yang lebih
akurat. Teknik lainnya yaitu surveilans berbasis registrasi, yang mengumpulkan
data dari sistem pencatatan rumah sakit, puskesmas, atau dinas kesehatan.
Contohnya adalah registrasi nasional untuk berkulosis yang mencatat jumlah
kasus baru dan tingkat keberhasilan pengobatan. Survei kesehatan juga sering
menggunakan data sekunder dari sumber yang sudah ada, seperti laporan kesehatan
nasional atau data dari WHO.
2.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam
survei kesehatan, teknik pengambilan sampel harus dilakukan secara sistematis
agar data yang dikumpulkan dapat mewakili populasi dengan baik. Random sampling
(acak) adalah teknik yang memberikan peluang yang sama bagi setiap individu
dalam populasi untuk terpilih sebagai sampel,
seperti dalam Riskesdas. Stratified sampling (berkelompok) membagi
populasi ke dalam kelompok
berdasarkan karakteristik tertentu, seperti usia dan jenis kelamin, sebelum
dilakukan pemilihan secara
acak dalam setiap kelompok.
Metode
lainnya adalah cluster sampling (kelompok wilayah), di mana sampel diambil
berdasarkan wilayah tertentu, seperti desa, atau kecamatan. Teknik ini sering
digunakan dalam studi penyakit berbasis lingkungan. Terakhir, purposive
sampling (bertujuan) memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu, misalnya
penelitian
pada pasien HIV/AIDS
untuk mengetahui efektivitas terapi antiretroviral
(ARV).
2.2
Sistem Pengawasan Kesehatan
A. Pengertian Surveilans Epidemiologi
Surveilans
epidemiologi adalah analisis penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
berkesinambungan dan sistematis yang mempengaruhi perkembangbiakan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan dengan tujuan untuk menerapkan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien di seluruh proses pengumpulan, pemrosesan, dan penyakit
sebaran data. Penyakit penyelenggara
program kesehatan (Imari, 2011) dalam (Robert, 2024).
Sistem
surveilans epidemiologi merupakan tata cara terpadu penyelenggaraan surveilans
epidemiologi antarorganisasi dan laboratorium,
sumber data, pusat penelitian, pusat penelitian, serta penyelenggara program
kesehatan, termasuk hubungan surveilans epidemiologi antarlembaga
pengelola/provinsi, kota.
Surveilans dapat membantu dalam beberapa hal, antara lain:
1) Mengamati tren dan memperkirakan sejauh mana permasalahan kesehatan
2) Memprediksi dan
mendeteksi wabah
3) Memantau kemajuan
program pencegahan dan pemberantasan
penyakit yang sedang berjalan.
4) Memperkirakan dampak
program intervensi yang ada
5) Memperkirakan tingkat keparahan masalah kesehatan yang penting, seperti memberi gambaran
riwayat alami penyakit
6) Mendeteksi epidemi
7) mencatat distribusi
kejadian kesehatan
8) Berguna untuk
studi epidemiologi dan laboratorium
9) Untuk tujuan evaluasi
B. Langkah-Langkah Perencanaan Surveilans
Berikut langkah-langkah perencanaan surveilans:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data
dapat dilakukan secara aktif dan pasif.
a.
Pengumpulan data aktif
dilakukan dengan cara memperoleh
data langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya melalui penyelidikan
epidemiologi, kegiatan surveilans puskesmas atau rumah sakit, dan penyelidikan
khusus.
b.
Pengumpulan data pasif dapat
dilakukan dengan menerima data dari pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber
lainnya yang berupa rekam medis, daftar pasien, laporan data kematian atau
kesakitan, laporan kegiatan, serta laporan masyarakat.
2) Pengolahan Data
Pengolahan
data dilakukan manual oleh petugas dengan bantuan komputer. Pengolahan data ini
dilakukan dengan pencatatan, validasi, pengkodean, konvensi, dan pengelompokkan
data berdasarkan lokasi/tempat, waktu, dan orang.
Terdapat berbagai
bentuk pengolahan data sesuai dengan jenis data, ada laporan bulanan dalam bentuk
tabel dan teks, situasi peningkatan jumlah kasus penyakit dan laporan tahunan
yang disajikan dalam bentuk grafik.
3) Analisis Data
Analisis
data menggunakan metode epidemiologi deskriptif dan/atau analitis guna menghasilkan informasi yang konsisten
dengan
tujuan surveilans yang telah ditetapkan. Analisis data dilakukan dengan
mengumpulkan data, memproses, dan menyebarkan informasi epidemiologi kepada
pengelola program kesehatan.
Surveilans
epidemiologi melakukan analisis penyakit atau
masalah kesehatan secara sistematis dan berkelanjutan, mendeteksi
kondisi yang memengaruhi perkembangbiakan dan penularan penyakit
atau masalah kesehatan, sehingga dapat menerapkan tindakan
penanggulangan yang efektif dan efisien di seluruh proses.
Kegiatan
surveilans ditinjau dari 2 tipe, yakni analisis dan interpretasi data. Informan
menganalisis data dengan menggunakan
variabel epidemiologi (orang, waktu dan tempat), hal ini diambil dari informan
kunci yang menyatakan bahwa analisis data menggunakan perhitungan persentase,
sedangkan interpretasi dilakukan dengan membandingkan bulanan dan data tahunan.
4) Diseminasi Informasi
Diseminasi
adalah kegiatan yang diperuntukkan kepada kelompok sasaran atau individu untuk
memperoleh informasi, meningkatkan kesadaran, menerima dan menggunakan informasi. Penyebarluasan data pemantauan merupakan penyebarluasan
informasi yang keduanya harus dapat memberikan informasi yang mudah dipahami dan digunakan untuk menentukan
arah kegiatan kebijakan, upaya pemantauan dan evaluasi program. Tujuan
diseminasi adalah:
a.
Menyampaikan informasi kepada unit
yang membutuhkan agar ditindaklanjuti.
b. Menyampaikan
informasi kepada pengelola program sebagai sumber data/laporan surveilans
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c.
Memberikan umpan balik kepada
sumber data dalam rangka perbaikan
kualitas data.
C. Jenis Surveilans Kesehatan Lingkungan
Terdapat
tujuh bagian yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans kesehatan lingkungan,
antara lain:
1)
Surveilans Sarana Air Bersih
Pemantauan
kualitas air minum merupakan upaya analisis yang dilakukan secara terus menerus
dan sistematis dengan mengumpulkan data penyakit yang berhubungan dengan air, jumlah air minum dan sarana sanitasi,
serta data pemeriksaan, memeriksa sarana air minum dan sanitasi serta parameter
mutu air minum seperti mikrobiologi, fisik. , kimia, serta menyebarkan
informasi dari hasil analisis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
konteks pengambilan keputusan, tindakan perbaikan dan/atau pengembangan kebijakan
(Kemenkes, 2011) dalam (Robert, 2024).
2) Surveilans
Tempat-Tempat Umum
Tempat
umum atau fasilitas pelayanan umum adalah tempat yang mempunyai fasilitas dan
kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Tempat umum adalah tempat
berkumpulnya banyak orang untuk melakukan kegiatan yang dilakukan secara acak
atau terus-menerus, berbayar maupun tidak berbayar, atau tempat berkumpulnya
banyak orang dan melakukan aktivitas sehari-hari, (Imam, 2017) dalam (Robert,
2024).
3) Surveilans Pemukiman
dan Lingkungan Perumahan
Permukiman
merupakan bagian dari habitat di luar hutan lindung, baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Permukiman berfungsi sebagai lingkungan pemukiman atau tempat
tinggal dan tempat kegiatan yang menunjang kehidupan dan penghidupan (UU RI No.
4/1992) dalam (Robert, 2024).
Tempat
tinggal adalah sekumpulan tempat tinggal yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau lingkungan hidup dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan seperti air
minum, pembuangan limbah, listrik, telepon, jalan, khususnya fasilitas dasar
fisik lingkungan, dan berfungsi normal menciptakan lingkungan hidup di mana manusia dapat hidup; pekerjaan
lingkungan hidup, terutama pekerjaan penunjang yang berguna bagi
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti taman bermain, olah raga,
pendidikan, pertokoan, sarana transportasi, keamanan, keselamatan dan pekerjaan
umum lainnya.
4) Surveilans Limbah
Industri dan Rumah Sakit
Limbah
Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dan kegiatan
terkait lainnya, biasanya dibagi menjadi dua kelompok utama: limbah medis dan
non medis, limbah padat dan cair (Asmadi, 2013) dalam (Robert, 2024).
Sampah
adalah sampah yang berbentuk padat, cair, atau gas. Limbah dianggap berbahaya
jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: mudah terbakar, reaktif, mudah
meledak, korosif, radioaktif, menular, mengiritasi, dan bioakumulatif. Limbah
medis termasuk dalam limbah infeksius dan berbahaya yang dihasilkan oleh rumah
sakit, klinik dan laboratorium (A. Pruss, 2013) dalam (Robert, 2024).
Limbah
tersebut meliputi jaringan atau kotoran manusia atau hewan, obat-obatan dan
produk medis, perban dan peralatan kapas, atau bahan serupa (BPPT, 2017)
dalam (Robert, 2024).
5) Surveilans Vektor
dan Binatang Pembawa
Penyakit
Vektor
merupakan spesies yang mampu menyebabkan dan menularkan agen penular dari sumber infeksi
ke inang yang rentan.
Dalam dunia kesehatan masyarakat, hewan juga termasuk kelompok vektor yang
dapat membahayakan kehidupan manusia. Selain menjadi ancaman langsung, hewan
juga merupakan vektor penularan penyakit.
Ada
pengklasifikasian hewan yang dikelompokkan menjadi 10 filum, 2 filum
diantaranya memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan manusia, yaitu:
a.
Filum Manusia seperti nyamuk yang
dapat menjadi vektor penularan malaria dan demam berdarah.
b.
Filum Chordata, khususnya tikus
yang membahayakan manusia dan juga inangnya, kutu penyebab wabah Xenopsylla cheopis.
6) Surveilans Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
Penyelenggaraan
surveilans kesehatan kerja mengikuti amanat Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014, Pasal 4 ayat (4) tentang
penyelenggaraan surveilans kesehatan kerja. Ruang lingkup pemantauan lingkungan
kerja meliputi
a.
penilaian risiko, pemantauan paparan, dan pemantauan nilai ambang batas paparan pada area khusus termasuk pabrik.
b.
Menilai risiko paparan terhadap
bahaya fisik, kimia, dan biologi menggunakan Matriks Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko.
c.
Penilaian untuk menentukan tingkat
keparahan, kemungkinan dan tingkat risiko.
d.
Penilaian risiko merupakan dokumen
acuan pengendalian risiko dan bahaya agar mampu mengendalikan atau bahkan menghilangkannya.
e.
Memantau penggunaan bahan beracun
dan berbahaya (B3) untuk mengidentifikasi risiko berbahaya yang mungkin timbul
dari penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan limbah B3.
7) Surveilans
Infeksi yang Berhubungan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Salah
satu bagian dari surveilans kesehatan adalah surveilans infeksi nosokomial
(HAI). Surveilans Infeksi Terkait Layanan Kesehatan (HAI) merupakan proses yang
dinamis, sistematis, dan berkelanjutan dengan mengumpulkan, mengidentifikasi,
menganalisis, dan menafsirkan data
kesehatan penting untuk populasi tertentu dalam praktik klinis dan secara
teratur membagikan data tersebut kepada orang lain yang membutuhkannya.
Digunakan untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi intervensi terkait
kesehatan.
2.3
Pengumpulan Data Epidemiologi
A. Pengertian, Sumber, dan Jenis Data
Data
adalah sesuatu yang tidak memiliki arti bagi penerimanya dan perlu diproses.
Data dapat berupa keadaan, gambar, suara, huruf, angka, rumus, bahasa, atau
simbol lainnya dan dapat digunakan sebagai bahan untuk memverifikasi
lingkungan, objek, peristiwa, atau konsep.
Manajemen
Data Epidemiologi adalah serangkaian kegiatan
Epidemiologi yang
berperan dalam penemuan sumber data,
perekaman data sesuai
dengan
variabel yang diperlukan, penghimpunan data dalam bank data dan diolah dalam kelompok-kelompok yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan. (Kepmenkes R.I, 2020) dalam (Robert, 2024).
Sumber
data Secara umum, data kesehatan yang dikumpulkan dapat dikategorikan menjadi
tiga sumber utama: yakni dari sektor kependudukan (berbasis masyarakat), sektor
fasilitas kesehatan (berbasis fasilitas), dan sektor non kesehatan
(kependudukan, BMKG, peternakan, dan lain-lain). Untuk yang berbasis pada masyarakat biasanya diperoleh melalui
berbagai kegiatan riset yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, ataupun
berita rumor kejadian di masyarakat (dugaan kejadian luar biasa penyakit /
keracunan). Sedangkan data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan diperoleh melalui berbagai
kegiatan program yang dikerjakan secara rutin (misalnya: hasil diagnosis,
pemberian pelayanan, dll). (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).
Data terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Data Primer
Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utama (responden).
Contohnya jika responden disurvei (sumber primer) dan seorang peneliti ingin
mengetahui karakteristik responden, peneliti dapat langsung bertanya kepada
responden tentang usia, pendidikan terakhir, pekerjaan responden, dan lain-lain menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti
akan digunakan.
2)
Data Sekunder
Data
sekunder merupakan data yang diterima dari pihak tertentu atau pihak lain dan
biasanya diproses oleh pihak tersebut. Contohnya seorang peneliti ingin
mengetahui kasus DBD (Demam
Berdarah Dengue) di suatu daerah
maka ia perlu mengumpulkan
data
kasus DBD di wilayah kerja puskesmas tempat penelitian dilakukan.
B. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Metode
Pengumpulan Data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya
melalui angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya. Sedangkan
Instrumen Pengumpul Data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen dapat berupa lembar checklist,
kuesioner (angket terbuka atau tertutup), pedoman
wawancara, camera photo, dan lainnya.
Berikut 2 metode
yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data:
1) Pengumpulan
data secara tidak langsung atau pasif. Mengumpulkan
data dari catatan medik di sarana pelayanan kesehatan. Cara ini mudah
dilakukan, waktu dan biaya yang dikeluarkan relatif kecil, tetapi data yang
dibutuhkan sering tidak ada atau tidak lengkap.
2)
Pengumpulan data secara langsung
atau aktif. Mengumpulkan data dapat dilakukan dengan survei. Data
yang diperoleh dapat berupa data primer dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tetapi
cara ini membutuhkan waktu,
biaya, dan tenaga yang cukup besar.
Adapun
metode dan instrumen pengumpulan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengukuran Fisiologis
Pengukuran
menggunakan metode fisiologis atau biologis banyak digunakan dalam pengaturan
medis kehidupan nyata, seperti klinik, rumah sakit, dan puskesmas. Metode ini
sering digunakan oleh perawat, bidan dan dokter saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Contoh
pengukuran
(data) meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan berat badan. Keuntungan metode
ini adalah objektivitas, presisi dan sensitivitas, asalkan alat pengumpulan
data dikalibrasi.
b. Observasional
Salah
satu metode yang paling umum digunakan untuk pengumpulan data adalah metode
observasi. Misalnya petugas melakukan observasi terhadap pola perilaku dan
kebiasaan masyarakat di daerah
endemis demam berdarah, pola perilaku
pedagang makanan terkait kebersihan, pemberian pengobatan untuk kasus tertentu,
dan observasi teknik pengambilan spesimen, dsb. Observasi dapat dilakukan
secara terstruktur maupun tidak
terstruktur.
c. Wawancara
Wawancara
merupakan metode pengumpulan data dalam bentuk personal yang dilaksanakan oleh pewawancara yang telah terlatih (Swarjana, 2013)
dalam (Kawatiu, 2024). Wawancara dapat dilakukan di berbagai lokasi, termasuk
ruang pemeriksaan atau perawatan pasien, lokasi wabah penyakit atau keracunan,
atau di rumah, sekolah, atau tempat kerja kontak pasien difteri. Kasus dan
kontak, atau tempat lain yang dapat membantu implementasi. Pengumpulan data
melalui wawancara biasanya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu personal interview, telephone interview, dan group
interview. Metode wawancara juga dapat dibedakan berdasarkan jenis
pertanyaannya, yaitu structured interview
dan unstructured interview.
d. Kuesioner
Kuesioner
adalah sederet pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti yang
akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian (Swajarna, 2016)
dalam (Kawatu, 2024).
Macam-macam kuesioner:
1. Kuesioner
tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban, responden
hanya memilih jawaban yang
paling sesuai.
2.
Kuesioner terbuka. Tidak terdapat
pilihan jawaban sehingga responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.
3.
Kuesioner kominasi terbuka dan
tertutup. Pertanyaan tertutup,
kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
4.
Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan
yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan
jawaban. Penggunaan kuesioner umumnya menggunakan kuesioner yang sudah baku
atau yang telah melewati uji validitas dan reliabilitas.
e.
Focus Group Discussion
Upaya
menemukan makna dari sebuah
isu oleh sekelompok orang melalui diskusi untuk
menghindari kesalahan pemaknaan oleh seorang peneliti atau petugas surveilans.
Contohnya, jika kita hendak membahas epidemi
difteri saat ini di suatu
daerah tertentu, sebuah kelompok diskusi yang terdiri dari beberapa orang akan
dibentuk untuk membahas isu tersebut dan menghasilkan interpretasi yang lebih
objektif (data).
f. Catatan atau Dokumen
Lainnya
Selain
empat metode pengumpulan data tersebut di atas, data surveilans juga dimungkinkan untuk dikumpulkan atau diperoleh melalui catatan-catatan
atau dokumen-dokumen lainnya (catatan rekam medis, kartu menuju sehat/KMS bayi,
KMS ibu hamil, catatn suhu lemari pendingin vaksin,
catatan ketersediaan vaksin, laporan program, arsip foto, jurnal, catatan
harian dll) (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).
g. Triangulasi
Menurut
Sugiyono (2020) triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Dalam teknik triangulasi peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
C. Validasi Data dan Reliabilitas
1) Validasi
Data
Validitas
merupakan kemampuan sebuah tes untuk mengukur yang seharusnya diukur. Misalnya, bila
penelitian tentang berat badan, maka alat ukur yang valid adalah alat ukur yang mampu mengukur berat badan tersebut, yaitu
timbangan berat badan. Menurut Sugiyono (2020) peneliti yang melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
2) Reliabilitas
Reliabilitas
merupakan derajat suatu alat ukur dapat memberikan nilai yang sama atau
konsisten apabila dilakukan pengukuran secara berulang-ulang atau dilakukan
beberapa kali pengukuran terhadap objek dan modalitas yang sama, sepanjang
modalitas objek tersebut tidak mengalami perubahan.
D.
Sifat Data
1) Sifat Data Kategorik
dan Numerik
a. Data Kategorik
Dalam
sebuah penelitian dan surveilans, sering ditemukan data yang bersifat kategorik
atau data kualitatif. Misalnya: baik-buruk, sehat-sakit, positif-negatif, memenuhi syarat-tidak
memenuhi syarat, diimunisai-tidak diimunisasi, ada riwayat kontak-tidak ada kontak, hunian
padat-tidak padat, hipertensi-tidak hipertensi, dll (BBPK, Ciloto, 2020) dalam
(Kawatu, 2024).
Data
Kategorik (Kualitatif) merupakan data hasil pengklasifikasian atau penggolongan
suatu data. Ciri dari data kategorik adalah Isinya berupa kata-kata. Contoh:
Sex (Jenis Kelamin), Jenis Pekerjaan, Pendidikan (Hastono, 2018) dalam (Kawatu,
2024).
b.
Data Numerik
Data
numerik merupakan data yang berupa angka. Misalnya: suhu badan, tingkat
kebisingan, tingkat pencahayaan, data berat badan, tinggi badan, dll. Data
numerik ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Data Diskrit
Data
diskrit adalah data numerik yang hanya memiliki bilangan bulat mulai dari satu
dan seterusnya Contoh: Puskesmas “X” saat ini
memiliki
tenaga kesehatan yang terdiri dari:
2 orang sanitarian, 2 orang
epidemiolog kesehatan, 2 orang dokter, dan 10 perawat.
2.
Data Kontinu
Data
kontinu merupakan data numerik hasil pengukuran yang selalu ada diantara dua
angka. Contoh: Hasil pengukuran berat badan balita pada kejadian KLB Campak di
Desa A, yaitu: Balita 1 = 15kg; Balita 2 = 17kg; Balita 3 = 15,5 kg dst (BBPK
Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).
E. Skala Pengukuran Data
Data
yang dibedakan berdasarkan skalanya merupakan salah satu data yang paling umum digunakan dalam
penelitian atau pengolahan dan analisis data.Menurut skala pengukurannya
variabel data dibagi 4 (empat) jenis, yaitu:
a. Data Nominal
Nominal
data merupakan data yang hanya dapat membedakan nilai datanya dan tidak tahu
data mana yang lebih tinggi atau rendah. Berikut adalah beberapa ciri dari data
yang berskala nominal:
1. Merupakan kualitatif
atau bukan berupa angka
2. Data
tidak dapat dikuantifisir (tidak bisa dikali, dibagi, ditambah, dikurangi)
3. Bersifat kategorikal
bukan numerik
4. Berkaitan dengan “nama”
5. Data merupakan
unordered atau tidak berjenjang
6. Data nominal
merupakan data yang berada pada level yang sama.
7. Digunakan terutama
untuk statistik non parametrik
Contoh data skala nominal:
Jenis kelamin: (laki-laki – perempuan) Agama: (Islam,
Kristen, Budha, Hindu, dll)
Golongan darah: (A, B, AB, O)
b. Data Ordinal
Data
ordinal adalah data yang dapat membedakan nilai datanya dan
juga sudah diketahui tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah, tapi belum
diketahui besar beda antarnilai datanya. Beberapa ciri dari data ordinal,
yaitu:
1. Merupakan data kualitatif.
2. Data
tidak dapat dikuantifisir (tidak bisa dikali, dibagi, ditambah, dikurangi)
3. Merujuk pada ordered
atau “rank” atau berjenjang
4. Data
yang satu dengan yang lainnya tidak selevel, yang satu lebih tinggi atau lebih rendah
dari yang lain.
5.
Jenjang dapat diurutkan dari yang
paling rendah ke yang paling tinggi
atau sebaliknya atau dikenal juga dengan “ranked
data”.
Contoh:
Tingkat pendidikan: rendah,
sedang, tinggi Tingkat pendapatan: rendah, sedang, tinggi
Tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat
vaksinasi dasar: rendah, sedang, tinggi.
c. Data Interval
Data
Interval merupakan data yang dapat dibedakan, diketahui tingkatannya, dan
diketahui juga besar beda nilainya, tetapi pada data interval belum diketahui
kelipatan suatu nilai terhadap nilai yang lain. Beberapa ciri dari data
interval, yaitu:
1.
Merupakan data kuantitatif
2.
Data dapat dikuantifisir (dikali,
dibagi, ditambah, dikurangi)
3.
Data bersifat numerik
4.
Tidak memiliki nol absolut, artinya
dimungkinkan untuk memiliki nilai nol atau bahkan di bawah nol atau minus.
Contoh
data skala interval: Suhu (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).
d.
Data Rasio
Rasio
adalah Data yang paling tinggi skalanya yaitu bias dibedakan, ada tingkatan,
ada besar beda dan ada kelipatannya serta ada nol mutlak.
Contoh:
berat badan, tinggi badan dan lain-lain. Berat 0 Kg, ini
berarti tidak ada berat (tidak ada bendanya) sehingga ada Nol Mutlak (Hastono,
2018) dalam (Kawatu, 2024).
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, G. (2024). BUNGA RAMPAI EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN (1st ed.).
Media Pustaka Indo.
Kemenkes BKPK. (2024). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 - Badan Kebijakan Pembangunan
Kesehatan | BKPK Kemenkes. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Retrieved
February 2, 2025, from https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/hasil-ski-2023/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar