Selasa, 04 Maret 2025

TEKNIK PENGUMPULAN DATA EPIDEMIOLOGI

 

 “TEKNIK PENGUMPULAN DATA EPIDEMIOLOGI”

 

 

2.1  Teknik Survei Kesehatan

A.    Pengertian Survei Kesehatan

Survei kesehatan dalam epidemiologi adalah suatu proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, serta interpretasi data mengenai status kesehatan masyarakat. Survei kesehatan bertujuan untuk memahami distribusi penyakit, faktor risiko, serta efektivitas intervensi kesehatan dalam suatu populasi. Survei kesehatan dapat dilakukan pada tingkat nasional, regional, maupun komunitas, tergantung pada tujuan penelitian dan kebutuhan data yang ingin diperoleh. Dalam epidemiologi, survei kesehatan dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan metode pengumpulan dan analisis datanya. Survei cross-sectional (potong lintang) adalah survei yang mengumpulkan data pada satu titik waktu tertentu, tanpa melihat perubahan dari waktu ke waktu. Survei longitudinal (kohort) mengamati individu atau kelompok dalam periode waktu tertentu untuk melihat perkembangan suatu kondisi kesehatan, yaitu mengetahui faktor risiko dan prognosisnya. Survei surveilans yang berfokus pada pemantauan terus-menerus terhadap suatu penyakit atau faktor risiko kesehatan. Misalnya sistem pemantauan kasus demam berdarah (DBD) untuk mendeteksi lanjakan kasus di suatu wilayah. Selain itu, survei eksperimental yang digunakan untuk menguji efektivitas intervensi kesehatan tertentu, seperti studi klinis mengenai vaksin Covid-19 sebelum disebarluaskan ke publik.

 

B.    Tujuan Survei Kesehatan

Survei kesehatan memiliki beberapa tujuan utama dalam bidang epidemiologi dan kesehatan masyarakat. Salah satu tujuan utamanya adalah  untuk  mengetahui  status  kesehatan  masyarakat,  termasuk


 

mengidentifikasi prevalensi penyakit, faktor risiko, serta kasus gizi penduduk di suatu wilayah tertentu. Sebagai contoh, SDKI secara berkala mengukur status kesehatan ibu dan anak, yang kemudian dijadikan dasar dalam evaluasi program kesehatan reproduksi dan gizi anak.

 

Selain itu, survei kesehatan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program kesehatan yang telah berjalan. Dengan adanya survei ini, pemerintah dapat menilai sejauh mana program-program seperti imunisasi, pengendalian penyakit menular, dan intervensi gizi telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Data survei juga dapat digunakan untuk menyediakan dasar dalam perencanaan kebijakan kesehatan, seperti penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan.

 

Selain untuk kebijakan kesehatan, survei kesehatan juga digunakan untuk memantau tren penyakit dan faktor risiko dalam jangka panjang. Hal ini penting dalam mendeteksi perubahan pola penyakit serta dalam perencanaan strategi pencegahan yang lebih efektif. Terakhir, survei kesehatan mendukung penelitian epidemiologi dalam memahami pola penyebaran penyakit dan intervensi yang paling efektif bagi kesehatan masyarakat.

 

C.    Metode Survei Kesehatan

1.     Teknik Pengumpulan Data

Metode dalam survei kesehatan terdiri dari berbagai teknik pengumpulan data epidemiologi. Teknik wawancara adalah teknik pertama yang dilakukan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi dan responden. Misalnya, SDKI menggunakan wawancara langsung untuk mendapatkan data mengenai kesehatan ibu dan anak, penggunaan kontrasepsi, serta angka kematian bayi. Teknik kedua adalah observasi langsung


 

yaitu metode pengamatan terhadap lingkungan atau perilaku kesehatan masyarakat. Metode ini digunakan dalam studi sanitasi lingkungan di daerah rawan penyakit diare untuk menilai akses masyarakat terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi.

 

Selain itu, survei kesehatan seringkali melibatkan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk memperoleh data medis yang lebih akurat. Teknik lainnya yaitu surveilans berbasis registrasi, yang mengumpulkan data dari sistem pencatatan rumah sakit, puskesmas, atau dinas kesehatan. Contohnya adalah registrasi nasional untuk berkulosis yang mencatat jumlah kasus baru dan tingkat keberhasilan pengobatan. Survei kesehatan juga sering menggunakan data sekunder dari sumber yang sudah ada, seperti laporan kesehatan nasional atau data dari WHO.

2.     Teknik Pengambilan Sampel

Dalam survei kesehatan, teknik pengambilan sampel harus dilakukan secara sistematis agar data yang dikumpulkan dapat mewakili populasi dengan baik. Random sampling (acak) adalah teknik yang memberikan peluang yang sama bagi setiap individu dalam populasi untuk terpilih sebagai sampel, seperti dalam Riskesdas. Stratified sampling (berkelompok) membagi populasi ke dalam kelompok berdasarkan karakteristik tertentu, seperti usia dan jenis kelamin, sebelum dilakukan pemilihan secara acak dalam setiap kelompok.

 

Metode lainnya adalah cluster sampling (kelompok wilayah), di mana sampel diambil berdasarkan wilayah tertentu, seperti desa, atau kecamatan. Teknik ini sering digunakan dalam studi penyakit berbasis lingkungan. Terakhir, purposive sampling (bertujuan) memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu, misalnya penelitian


 

pada pasien HIV/AIDS untuk mengetahui efektivitas terapi antiretroviral (ARV).

 

2.2  Sistem Pengawasan Kesehatan

 

A.    Pengertian Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi adalah analisis penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang berkesinambungan dan sistematis yang mempengaruhi perkembangbiakan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan dengan tujuan untuk menerapkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien di seluruh proses pengumpulan, pemrosesan, dan penyakit sebaran data. Penyakit penyelenggara program kesehatan (Imari, 2011) dalam (Robert, 2024).

 

Sistem surveilans epidemiologi merupakan tata cara terpadu penyelenggaraan surveilans epidemiologi antarorganisasi dan laboratorium, sumber data, pusat penelitian, pusat penelitian, serta penyelenggara program kesehatan, termasuk hubungan surveilans epidemiologi antarlembaga pengelola/provinsi, kota.

 

Surveilans dapat membantu dalam beberapa hal, antara lain:

1)     Mengamati tren dan memperkirakan sejauh mana permasalahan kesehatan

2)     Memprediksi dan mendeteksi wabah

3)     Memantau kemajuan program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang sedang berjalan.

4)     Memperkirakan dampak program intervensi yang ada

5)     Memperkirakan   tingkat   keparahan    masalah    kesehatan                             yang penting, seperti memberi gambaran riwayat alami penyakit

6)     Mendeteksi epidemi

7)     mencatat distribusi kejadian kesehatan


 

8)     Berguna untuk studi epidemiologi dan laboratorium

9)     Untuk tujuan evaluasi

 

B.    Langkah-Langkah Perencanaan Surveilans

Berikut langkah-langkah perencanaan surveilans:

1)     Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif.

a.      Pengumpulan data aktif dilakukan dengan cara memperoleh data langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya melalui penyelidikan epidemiologi, kegiatan surveilans puskesmas atau rumah sakit, dan penyelidikan khusus.

b.     Pengumpulan data pasif dapat dilakukan dengan menerima data dari pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber lainnya yang berupa rekam medis, daftar pasien, laporan data kematian atau kesakitan, laporan kegiatan, serta laporan masyarakat.

2)     Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan manual oleh petugas dengan bantuan komputer. Pengolahan data ini dilakukan dengan pencatatan, validasi, pengkodean, konvensi, dan pengelompokkan data berdasarkan lokasi/tempat, waktu, dan orang.

 

Terdapat berbagai bentuk pengolahan data sesuai dengan jenis data, ada laporan bulanan dalam bentuk tabel dan teks, situasi peningkatan jumlah kasus penyakit dan laporan tahunan yang disajikan dalam bentuk grafik.

3)     Analisis Data

Analisis data menggunakan metode epidemiologi deskriptif dan/atau analitis guna menghasilkan informasi yang konsisten


 

dengan tujuan surveilans yang telah ditetapkan. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data, memproses, dan menyebarkan informasi epidemiologi kepada pengelola program kesehatan.

 

Surveilans epidemiologi melakukan analisis penyakit atau masalah kesehatan secara sistematis dan berkelanjutan, mendeteksi kondisi yang memengaruhi perkembangbiakan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan, sehingga dapat menerapkan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien di seluruh proses.

 

Kegiatan surveilans ditinjau dari 2 tipe, yakni analisis dan interpretasi data. Informan menganalisis data dengan menggunakan variabel epidemiologi (orang, waktu dan tempat), hal ini diambil dari informan kunci yang menyatakan bahwa analisis data menggunakan perhitungan persentase, sedangkan interpretasi dilakukan dengan membandingkan bulanan dan data tahunan.

4)     Diseminasi Informasi

Diseminasi adalah kegiatan yang diperuntukkan kepada kelompok sasaran atau individu untuk memperoleh informasi, meningkatkan kesadaran, menerima dan menggunakan informasi. Penyebarluasan data pemantauan merupakan penyebarluasan informasi yang keduanya harus dapat memberikan informasi yang mudah dipahami dan digunakan untuk menentukan arah kegiatan kebijakan, upaya pemantauan dan evaluasi program. Tujuan diseminasi adalah:

a.      Menyampaikan informasi kepada unit yang membutuhkan agar ditindaklanjuti.


 

b.     Menyampaikan informasi kepada pengelola program sebagai sumber data/laporan surveilans sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

c.      Memberikan umpan balik kepada sumber data dalam rangka perbaikan kualitas data.

 

C.    Jenis Surveilans Kesehatan Lingkungan

Terdapat tujuh bagian yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans kesehatan lingkungan, antara lain:

1)     Surveilans Sarana Air Bersih

Pemantauan kualitas air minum merupakan upaya analisis yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis dengan mengumpulkan data penyakit yang berhubungan dengan air, jumlah air minum dan sarana sanitasi, serta data pemeriksaan, memeriksa sarana air minum dan sanitasi serta parameter mutu air minum seperti mikrobiologi, fisik. , kimia, serta menyebarkan informasi dari hasil analisis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam konteks pengambilan keputusan, tindakan perbaikan dan/atau pengembangan kebijakan (Kemenkes, 2011) dalam (Robert, 2024).

2)     Surveilans Tempat-Tempat Umum

Tempat umum atau fasilitas pelayanan umum adalah tempat yang mempunyai fasilitas dan kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Tempat umum adalah tempat berkumpulnya banyak orang untuk melakukan kegiatan yang dilakukan secara acak atau terus-menerus, berbayar maupun tidak berbayar, atau tempat berkumpulnya banyak orang dan melakukan aktivitas sehari-hari, (Imam, 2017) dalam (Robert, 2024).


 

3)     Surveilans Pemukiman dan Lingkungan Perumahan

Permukiman merupakan bagian dari habitat di luar hutan lindung, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Permukiman berfungsi sebagai lingkungan pemukiman atau tempat tinggal dan tempat kegiatan yang menunjang kehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992) dalam (Robert, 2024).

 

Tempat tinggal adalah sekumpulan tempat tinggal yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hidup dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan seperti air minum, pembuangan limbah, listrik, telepon, jalan, khususnya fasilitas dasar fisik lingkungan, dan berfungsi normal menciptakan lingkungan hidup di mana manusia dapat hidup; pekerjaan lingkungan hidup, terutama pekerjaan penunjang yang berguna bagi penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana transportasi, keamanan, keselamatan dan pekerjaan umum lainnya.

4)     Surveilans Limbah Industri dan Rumah Sakit

Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dan kegiatan terkait lainnya, biasanya dibagi menjadi dua kelompok utama: limbah medis dan non medis, limbah padat dan cair (Asmadi, 2013) dalam (Robert, 2024).

 

Sampah adalah sampah yang berbentuk padat, cair, atau gas. Limbah dianggap berbahaya jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: mudah terbakar, reaktif, mudah meledak, korosif, radioaktif, menular, mengiritasi, dan bioakumulatif. Limbah medis termasuk dalam limbah infeksius dan berbahaya yang dihasilkan oleh rumah sakit, klinik dan laboratorium (A. Pruss, 2013) dalam (Robert, 2024).


 

Limbah tersebut meliputi jaringan atau kotoran manusia atau hewan, obat-obatan dan produk medis, perban dan peralatan kapas, atau bahan serupa (BPPT, 2017) dalam (Robert, 2024).

5)     Surveilans Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Vektor merupakan spesies yang mampu menyebabkan dan menularkan agen penular dari sumber infeksi ke inang yang rentan. Dalam dunia kesehatan masyarakat, hewan juga termasuk kelompok vektor yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Selain menjadi ancaman langsung, hewan juga merupakan vektor penularan penyakit.

Ada pengklasifikasian hewan yang dikelompokkan menjadi 10 filum, 2 filum diantaranya memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan manusia, yaitu:

a.      Filum Manusia seperti nyamuk yang dapat menjadi vektor penularan malaria dan demam berdarah.

b.     Filum Chordata, khususnya tikus yang membahayakan manusia dan juga inangnya, kutu penyebab wabah Xenopsylla cheopis.

6)     Surveilans Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Penyelenggaraan surveilans kesehatan kerja mengikuti amanat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014, Pasal 4 ayat (4) tentang penyelenggaraan surveilans kesehatan kerja. Ruang lingkup pemantauan lingkungan kerja meliputi

a.      penilaian risiko, pemantauan paparan, dan pemantauan nilai ambang batas paparan pada area khusus termasuk pabrik.

b.     Menilai risiko paparan terhadap bahaya fisik, kimia, dan biologi menggunakan Matriks Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko.


 

c.      Penilaian untuk menentukan tingkat keparahan, kemungkinan dan tingkat risiko.

d.     Penilaian risiko merupakan dokumen acuan pengendalian risiko dan bahaya agar mampu mengendalikan atau bahkan menghilangkannya.

e.      Memantau penggunaan bahan beracun dan berbahaya (B3) untuk mengidentifikasi risiko berbahaya yang mungkin timbul dari penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan limbah B3.

7)     Surveilans Infeksi yang Berhubungan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Salah satu bagian dari surveilans kesehatan adalah surveilans infeksi nosokomial (HAI). Surveilans Infeksi Terkait Layanan Kesehatan (HAI) merupakan proses yang dinamis, sistematis, dan berkelanjutan dengan mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisis, dan menafsirkan data kesehatan penting untuk populasi tertentu dalam praktik klinis dan secara teratur membagikan data tersebut kepada orang lain yang membutuhkannya. Digunakan untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi intervensi terkait kesehatan.

 

2.3  Pengumpulan Data Epidemiologi

 

A.    Pengertian, Sumber, dan Jenis Data

Data adalah sesuatu yang tidak memiliki arti bagi penerimanya dan perlu diproses. Data dapat berupa keadaan, gambar, suara, huruf, angka, rumus, bahasa, atau simbol lainnya dan dapat digunakan sebagai bahan untuk memverifikasi lingkungan, objek, peristiwa, atau konsep.

 

Manajemen Data Epidemiologi adalah serangkaian kegiatan Epidemiologi yang berperan dalam penemuan sumber data, perekaman data sesuai


 

dengan variabel yang diperlukan, penghimpunan data dalam bank data dan diolah dalam kelompok-kelompok yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. (Kepmenkes R.I, 2020) dalam (Robert, 2024).

 

Sumber data Secara umum, data kesehatan yang dikumpulkan dapat dikategorikan menjadi tiga sumber utama: yakni dari sektor kependudukan (berbasis masyarakat), sektor fasilitas kesehatan (berbasis fasilitas), dan sektor non kesehatan (kependudukan, BMKG, peternakan, dan lain-lain). Untuk yang berbasis pada masyarakat biasanya diperoleh melalui berbagai kegiatan riset yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, ataupun berita rumor kejadian di masyarakat (dugaan kejadian luar biasa penyakit / keracunan). Sedangkan data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan diperoleh melalui berbagai kegiatan program yang dikerjakan secara rutin (misalnya: hasil diagnosis, pemberian pelayanan, dll). (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).

 

Data terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1)     Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utama (responden). Contohnya jika responden disurvei (sumber primer) dan seorang peneliti ingin mengetahui karakteristik responden, peneliti dapat langsung bertanya kepada responden tentang usia, pendidikan terakhir, pekerjaan responden, dan lain-lain menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti akan digunakan.

2)     Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diterima dari pihak tertentu atau pihak lain dan biasanya diproses oleh pihak tersebut. Contohnya seorang peneliti ingin mengetahui kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di suatu daerah maka ia perlu mengumpulkan


 

data kasus DBD di wilayah kerja puskesmas tempat penelitian dilakukan.

 

B.    Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

Metode Pengumpulan Data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen dapat berupa lembar checklist, kuesioner (angket terbuka atau tertutup), pedoman wawancara, camera photo, dan lainnya.

 

Berikut 2 metode yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data:

1)     Pengumpulan data secara tidak langsung atau pasif. Mengumpulkan data dari catatan medik di sarana pelayanan kesehatan. Cara ini mudah dilakukan, waktu dan biaya yang dikeluarkan relatif kecil, tetapi data yang dibutuhkan sering tidak ada atau tidak lengkap.

2)     Pengumpulan data secara langsung atau aktif. Mengumpulkan data dapat dilakukan dengan survei. Data yang diperoleh dapat berupa data primer dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tetapi cara ini membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang cukup besar.

 

Adapun metode dan instrumen pengumpulan dapat diuraikan sebagai berikut:

a.      Pengukuran Fisiologis

Pengukuran menggunakan metode fisiologis atau biologis banyak digunakan dalam pengaturan medis kehidupan nyata, seperti klinik, rumah sakit, dan puskesmas. Metode ini sering digunakan oleh perawat, bidan dan dokter saat melakukan  pemeriksaan  fisik  pada  pasien.  Contoh


 

pengukuran (data) meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan berat badan. Keuntungan metode ini adalah objektivitas, presisi dan sensitivitas, asalkan alat pengumpulan data dikalibrasi.

b.     Observasional

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk pengumpulan data adalah metode observasi. Misalnya petugas melakukan observasi terhadap pola perilaku dan kebiasaan masyarakat di daerah endemis demam berdarah, pola perilaku pedagang makanan terkait kebersihan, pemberian pengobatan untuk kasus tertentu, dan observasi teknik pengambilan spesimen, dsb. Observasi dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.

c.      Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dalam bentuk personal yang dilaksanakan oleh pewawancara yang telah terlatih (Swarjana, 2013) dalam (Kawatiu, 2024). Wawancara dapat dilakukan di berbagai lokasi, termasuk ruang pemeriksaan atau perawatan pasien, lokasi wabah penyakit atau keracunan, atau di rumah, sekolah, atau tempat kerja kontak pasien difteri. Kasus dan kontak, atau tempat lain yang dapat membantu implementasi. Pengumpulan data melalui wawancara biasanya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu personal interview, telephone interview, dan group interview. Metode wawancara juga dapat dibedakan berdasarkan jenis pertanyaannya, yaitu structured interview dan unstructured interview.

d.     Kuesioner


 

Kuesioner adalah sederet pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti yang akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian (Swajarna, 2016) dalam (Kawatu, 2024).

 

Macam-macam kuesioner:

1.     Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban, responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.

2.     Kuesioner terbuka. Tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.

3.     Kuesioner kominasi terbuka dan tertutup. Pertanyaan tertutup, kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.

4.     Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. Penggunaan kuesioner umumnya menggunakan kuesioner yang sudah baku atau yang telah melewati uji validitas dan reliabilitas.

e.      Focus Group Discussion

Upaya menemukan makna dari sebuah isu oleh sekelompok orang melalui diskusi untuk menghindari kesalahan pemaknaan oleh seorang peneliti atau petugas surveilans. Contohnya, jika kita hendak membahas epidemi difteri saat ini di suatu daerah tertentu, sebuah kelompok diskusi yang terdiri dari beberapa orang akan dibentuk untuk membahas isu tersebut dan menghasilkan interpretasi yang lebih objektif (data).


 

f.      Catatan atau Dokumen Lainnya

Selain empat metode pengumpulan data tersebut di atas, data surveilans juga dimungkinkan untuk dikumpulkan atau diperoleh melalui catatan-catatan atau dokumen-dokumen lainnya (catatan rekam medis, kartu menuju sehat/KMS bayi, KMS ibu hamil, catatn suhu lemari pendingin vaksin, catatan ketersediaan vaksin, laporan program, arsip foto, jurnal, catatan harian dll) (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).

g.     Triangulasi

Menurut Sugiyono (2020) triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam teknik triangulasi peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

 

C.    Validasi Data dan Reliabilitas

1)     Validasi Data

Validitas merupakan kemampuan sebuah tes untuk mengukur yang seharusnya diukur. Misalnya, bila penelitian tentang berat badan, maka alat ukur yang valid adalah alat ukur yang mampu mengukur berat badan tersebut, yaitu timbangan berat badan. Menurut Sugiyono (2020) peneliti yang melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

2)     Reliabilitas


 

Reliabilitas merupakan derajat suatu alat ukur dapat memberikan nilai yang sama atau konsisten apabila dilakukan pengukuran secara berulang-ulang atau dilakukan beberapa kali pengukuran terhadap objek dan modalitas yang sama, sepanjang modalitas objek tersebut tidak mengalami perubahan.

 

D.    Sifat Data

1)     Sifat Data Kategorik dan Numerik

a.      Data Kategorik

Dalam sebuah penelitian dan surveilans, sering ditemukan data yang bersifat kategorik atau data kualitatif. Misalnya: baik-buruk, sehat-sakit, positif-negatif, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat, diimunisai-tidak diimunisasi, ada riwayat kontak-tidak ada kontak, hunian padat-tidak padat, hipertensi-tidak hipertensi, dll (BBPK, Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).

Data Kategorik (Kualitatif) merupakan data hasil pengklasifikasian atau penggolongan suatu data. Ciri dari data kategorik adalah Isinya berupa kata-kata. Contoh: Sex (Jenis Kelamin), Jenis Pekerjaan, Pendidikan (Hastono, 2018) dalam (Kawatu, 2024).

b.     Data Numerik

Data numerik merupakan data yang berupa angka. Misalnya: suhu badan, tingkat kebisingan, tingkat pencahayaan, data berat badan, tinggi badan, dll. Data numerik ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1.     Data Diskrit

Data diskrit adalah data numerik yang hanya memiliki bilangan bulat mulai dari satu dan seterusnya  Contoh:  Puskesmas  “X”  saat  ini


 

memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari: 2 orang sanitarian, 2 orang epidemiolog kesehatan, 2 orang dokter, dan 10 perawat.

2.     Data Kontinu

Data kontinu merupakan data numerik hasil pengukuran yang selalu ada diantara dua angka. Contoh: Hasil pengukuran berat badan balita pada kejadian KLB Campak di Desa A, yaitu: Balita 1 = 15kg; Balita 2 = 17kg; Balita 3 = 15,5 kg dst (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).

 

E.    Skala Pengukuran Data

Data yang dibedakan berdasarkan skalanya merupakan salah satu data yang paling umum digunakan dalam penelitian atau pengolahan dan analisis data.Menurut skala pengukurannya variabel data dibagi 4 (empat) jenis, yaitu:

a.      Data Nominal

Nominal data merupakan data yang hanya dapat membedakan nilai datanya dan tidak tahu data mana yang lebih tinggi atau rendah. Berikut adalah beberapa ciri dari data yang berskala nominal:

1.     Merupakan kualitatif atau bukan berupa angka

2.     Data tidak dapat dikuantifisir (tidak bisa dikali, dibagi, ditambah, dikurangi)

3.     Bersifat kategorikal bukan numerik

4.     Berkaitan dengan “nama”

5.     Data merupakan unordered atau tidak berjenjang

6.     Data nominal merupakan data yang berada pada level yang sama.

7.     Digunakan terutama untuk statistik non parametrik


 

Contoh data skala nominal:

Jenis kelamin: (laki-laki – perempuan) Agama: (Islam, Kristen, Budha, Hindu, dll) Golongan darah: (A, B, AB, O)

b.     Data Ordinal

Data ordinal adalah data yang dapat membedakan nilai datanya dan juga sudah diketahui tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah, tapi belum diketahui besar beda antarnilai datanya. Beberapa ciri dari data ordinal, yaitu:

1.     Merupakan data kualitatif.

2.     Data tidak dapat dikuantifisir (tidak bisa dikali, dibagi, ditambah, dikurangi)

3.     Merujuk pada ordered atau “rank” atau berjenjang

4.     Data yang satu dengan yang lainnya tidak selevel, yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain.

5.     Jenjang dapat diurutkan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi atau sebaliknya atau dikenal juga dengan “ranked data”.

 

Contoh:

Tingkat pendidikan: rendah, sedang, tinggi Tingkat pendapatan: rendah, sedang, tinggi

Tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat vaksinasi dasar: rendah, sedang, tinggi.

c.      Data Interval

Data Interval merupakan data yang dapat dibedakan, diketahui tingkatannya, dan diketahui juga besar beda nilainya, tetapi pada data interval belum diketahui kelipatan suatu nilai terhadap nilai yang lain. Beberapa ciri dari data interval, yaitu:

1.     Merupakan data kuantitatif


 

2.     Data dapat dikuantifisir (dikali, dibagi, ditambah, dikurangi)

3.     Data bersifat numerik

4.     Tidak memiliki nol absolut, artinya dimungkinkan untuk memiliki nilai nol atau bahkan di bawah nol atau minus.

Contoh data skala interval: Suhu (BBPK Ciloto, 2020) dalam (Kawatu, 2024).

d.     Data Rasio

Rasio adalah Data yang paling tinggi skalanya yaitu bias dibedakan, ada tingkatan, ada besar beda dan ada kelipatannya serta ada nol mutlak.

Contoh: berat badan, tinggi badan dan lain-lain. Berat 0 Kg, ini berarti tidak ada berat (tidak ada bendanya) sehingga ada Nol Mutlak (Hastono, 2018) dalam (Kawatu, 2024).


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arsyad, G. (2024). BUNGA RAMPAI EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN (1st ed.).

 

Media Pustaka Indo.

 

Kemenkes BKPK. (2024). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 - Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan | BKPK Kemenkes. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Retrieved February 2, 2025, from https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/hasil-ski-2023/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar