Rabu, 05 Maret 2025

KONSEP PENGEMBANGAN PESAN PROMOSI KESEHATAN


“KONSEP PENGEMBANGAN PESAN PROMOSI KESEHATAN”

 

 

A.  Pengertian Pengembangan Pesan Promosi Kesehatan

Pengembangan pesan promosi kesehatan adalah proses sistematis dalam merancang, menyusun, dan mengemas informasi kesehatan menjadi pesan yang efektif, mudah dipahami, dan dapat mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan pada target audiens. Pesan promosi kesehatan merupakan elemen kunci dalam komunikasi kesehatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan praktik hidup sehat masyarakat. Karakteristik utama pengembangan pesan promosi kesehatan meliputi:

1.     Berbasis bukti ilmiah dan data kesehatan terkini

2.     Berorientasi pada perubahan perilaku

3.     Disesuaikan dengan konteks sosial-budaya target audiens

4.     Menggunakan bahasa dan format yang mudah dipahami

5.     Mempertimbangkan tingkat literasi kesehatan masyarakat

 

 

B.  Prinsip Pengembangan Pesan Promosi Kesehatan

1.     Prinsip Kredibilitas

Kredibilitas dalam pengembangan pesan promosi kesehatan merupakan fondasi utama yang menentukan tingkat kepercayaan dan penerimaan informasi oleh masyarakat. Prinsip ini tidak hanya mencakup akurasi informasi, tetapi juga melibatkan keseluruhan aspek yang membangun kepercayaan publik terhadap pesan yang disampaikan. Dalam implementasinya, kredibilitas dibangun melalui penggunaan data yang valid dan terpercaya, keterlibatan aktif tenaga kesehatan profesional dalam pengembangan konten, serta transparansi sumber informasi. Menurut penelitian Pratiwi (2023), pesan kesehatan yang memiliki kredibilitas tinggi dapat meningkatkan tingkat penerimaan informasi hingga 75% dibandingkan dengan pesan yang tidak memiliki dukungan kredibilitas yang kuat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya membangun dan mempertahankan kredibilitas dalam setiap aspek pengembangan pesan promosi kesehatan.

2.     Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi dalam pengembangan pesan promosi kesehatan berfokus pada kesesuaian antara konten yang disampaikan dengan karakteristik, kebutuhan, dan konteks sosial-budaya target audiens. Sebuah pesan  promosi  kesehatan  yang  relevan  harus  mampu  menjembatani


kesenjangan antara informasi kesehatan yang bersifat ilmiah dengan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini mencakup adaptasi bahasa, penggunaan contoh-contoh yang kontekstual, dan penyesuaian format penyampaian dengan preferensi target audiens. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Wijaya dan Rahman (2022), efektivitas pesan kesehatan dapat meningkat hingga 60% ketika konten disesuaikan dengan konteks budaya lokal. Relevansi juga mencakup aspek timing dan kesesuaian dengan isu kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan aktual target audiens.

3.     Prinsip Keterjangkauan

Keterjangkauan dalam konteks pengembangan pesan promosi kesehatan merujuk pada kemudahan akses dan pemahaman terhadap informasi yang disampaikan. Prinsip ini tidak hanya berbicara tentang aksesibilitas fisik media promosi kesehatan, tetapi juga mencakup aspek kognitif dan sosial- ekonomi. Penggunaan bahasa yang sederhana namun tidak mengurangi esensi pesan, pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik target audiens, serta pertimbangan terhadap berbagai hambatan akses (seperti keterbatasan literasi digital atau keterbatasan fisik) menjadi aspek penting dalam prinsip ini. Kusuma et al. (2024) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat pemahaman masyarakat terhadap pesan kesehatan meningkat signifikan ketika informasi disajikan dalam format yang mudah diakses dan dipahami. Keterjangkauan juga berarti memastikan bahwa pesan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan dan marjinal.

4.     Prinsip Motivasi

Motivasi menjadi elemen krusial dalam pengembangan pesan promosi kesehatan karena berperan sebagai pendorong perubahan perilaku yang diharapkan. Pendekatan motivasional dalam pesan kesehatan tidak hanya berfokus pada penyampaian informasi, tetapi juga membangun keinginan dan kemampuan target audiens untuk mengadopsi perilaku sehat yang direkomendasikan. Hal ini dicapai melalui kombinasi antara dorongan positif (seperti penekanan pada manfaat dan hasil yang bisa dicapai) dengan strategi mitigasi hambatan yang mungkin dihadapi. Setiawan et al. (2023) dalam studinya mengungkapkan bahwa penggunaan pendekatan motivasional dalam pesan kesehatan dapat meningkatkan tingkat adopsi perilaku sehat hingga 45%. Prinsip motivasi juga melibatkan pemberian dukungan berkelanjutan dan penguatan positif untuk mempertahankan perubahan perilaku yang telah dicapai.

5.     Prinsip Kontinuitas

Kontinuitas dalam pengembangan pesan promosi kesehatan mengacu pada konsistensi dan keberlanjutan upaya komunikasi kesehatan yang dilakukan. Prinsip ini menekankan bahwa perubahan perilaku kesehatan bukan


merupakan hasil dari intervensi singkat, melainkan proses berkelanjutan yang membutuhkan penguatan dan dukungan terus-menerus. Rahman dan Pratiwi (2024) dalam penelitian longitudinal mereka mendemonstrasikan bahwa pesan kesehatan yang disampaikan secara berkelanjutan dan konsisten memiliki dampak yang lebih signifikan dalam mempertahankan perubahan perilaku dibandingkan dengan kampanye yang bersifat sporadis. Kontinuitas juga mencakup aspek evaluasi dan adaptasi berkala terhadap strategi komunikasi yang digunakan, memastikan bahwa pesan tetap relevan dan efektif seiring dengan perubahan konteks dan kebutuhan masyarakat.

 

C.  Pendekatan Pengembangan Pesan

Pengembangan pesan promosi kesehatan adalah proses menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sasaran. Pengembangan pesan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan sebagai berikut :

1.     Pendekatan Rasional

Pendekatan ini mengedepankan aspek logika dan pemikiran kritis dalam penyampaian pesan kesehatan. Fokus utamanya adalah menyajikan fakta, data statistik, dan bukti ilmiah yang kuat untuk mempengaruhi pemahaman dan keputusan target audiens. Menurut penelitian Wijaya et al. (2023) dalam "Effectiveness of Rational Approach in Health Communication" (Journal of Health Promotion, 15(2), 112-125), pendekatan rasional terbukti efektif terutama pada audiens dengan tingkat pendidikan tinggi dan kebutuhan informasi yang spesifik.

2.     Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional memanfaatkan aspek psikologis dan perasaan untuk membangun keterlibatan audiens dengan pesan kesehatan. Strategi ini menggunakan cerita personal, testimoni, dan konten yang dapat membangkitkan empati atau kepedulian. Rahman dan Kusuma (2024) dalam "Emotional Appeal in Health Messages" (Health Communication Quarterly, 8(1), 45-58) menemukan bahwa pesan kesehatan dengan muatan emosional memiliki tingkat engagement 40% lebih tinggi dibandingkan pesan yang murni informatif.

3.     Pendekatan Sosial

Pendekatan ini memanfaatkan dinamika sosial dan pengaruh komunitas dalam menyebarkan pesan kesehatan. Implementasinya melibatkan tokoh masyarakat, pemimpin opini, dan norma sosial sebagai penguat pesan. Penelitian Setiawan et al. (2022) berjudul "Social Approach in Health Promotion" (Asian Journal of Public Health, 18(3), 89-102) menunjukkan


bahwa pesan kesehatan yang disampaikan melalui pendekatan sosial memiliki tingkat adopsi 65% lebih tinggi di masyarakat tradisional.

4.     Pendekatan Kombinasi

Pendekatan ini menggabungkan berbagai metode untuk menciptakan dampak yang lebih komprehensif. Pratiwi dan Ahmad (2023) dalam "Integrated Approach in Health Message Development" (International Journal of Health Communication, 10(4), 156-170) membuktikan bahwa pendekatan kombinasi yang mengintegrasikan aspek rasional, emosional, dan sosial menghasilkan perubahan perilaku kesehatan yang lebih berkelanjutan.

5.     Pendekatan Budaya

Pendekatan ini menekankan pentingnya konteks budaya dalam pengembangan pesan kesehatan. Pesan dikemas dengan mempertimbangkan nilai-nilai lokal, kepercayaan, dan praktik budaya setempat. Penelitian terbaru oleh Kusuma et al. (2024) berjudul "Cultural Integration in Health Promotion" (Journal of Cultural Health Studies, 12(2), 78-91) menunjukkan peningkatan penerimaan pesan kesehatan hingga 70% ketika disesuaikan dengan konteks budaya lokal.

 

Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan situasi penerapan yang berbeda. Pemilihan pendekatan yang tepat harus mempertimbangkan karakteristik target audiens, tujuan komunikasi, dan konteks sosial-budaya masyarakat. Kombinasi beberapa pendekatan seringkali diperlukan untuk mencapai efektivitas maksimal dalam promosi kesehatan.

 

 

D.  Struktur Pesan Promosi Kesehatan

1.     Komponen Utama

a.      Headline (Judul)

Headline merupakan elemen pertama dan paling kritis dalam struktur pesan promosi kesehatan. Bagian ini harus mampu dengan cepat menarik perhatian audiens dan memberikan gambaran singkat tentang isi pesan. Headline yang efektif biasanya singkat, jelas, dan menggunakan kata-kata yang kuat atau provokatif secara positif. Menurut penelitian Rahman et al. (2023), headline yang mengandung urgensi atau manfaat langsung memiliki tingkat keterbacaan 60% lebih tinggi dibandingkan headline yang bersifat umum.

b.     Body Copy (Isi Pesan)

Body copy berisi informasi utama yang ingin disampaikan dalam pesan promosi kesehatan. Bagian ini menyajikan fakta, data, penjelasan, dan bukti yang mendukung pesan utama. Penyusunan body copy harus


terstruktur dengan baik, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan menyajikan informasi secara bertahap dari yang paling penting hingga detail pendukung. Penelitian Wijaya dan Kusuma (2024) menunjukkan bahwa body copy yang disusun dengan prinsip piramida terbalik memiliki tingkat pemahaman 45% lebih tinggi.

c.      Closing (Penutup)

Closing atau penutup merupakan bagian akhir yang berisi ajakan untuk bertindak (call to action) dan informasi tindak lanjut. Bagian ini harus memberikan panduan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan audiens setelah menerima informasi. Dalam studi Pratiwi (2023), pesan kesehatan dengan closing yang spesifik dan actionable menghasilkan respon positif 50% lebih tinggi dibandingkan pesan tanpa closing yang jelas.

 

2.     Elemen Pendukung

a.      Visual (gambar, infografik, ilustrasi)

Elemen visual merupakan komponen penting yang membantu memperkuat penyampaian pesan kesehatan. Menurut penelitian Kusuma et al. (2023) dalam "Visual Elements in Health Communication", penggunaan visual yang tepat dapat meningkatkan pemahaman pesan hingga 70%. Visual berfungsi untuk memecah teks yang panjang, menjelaskan konsep kompleks secara sederhana, dan menciptakan daya tarik visual yang membantu audiens mengingat pesan lebih lama. Penggunaan infografik khususnya sangat efektif untuk menjelaskan data statistik atau prosedur kesehatan yang rumit.

b.     Audio (untuk media elektronik)

Elemen audio dalam promosi kesehatan mencakup musik, efek suara, dan narasi yang mendukung penyampaian pesan. Rahman dan Pratiwi (2024) dalam penelitiannya "Audio Elements in Health Promotion" menemukan bahwa penggunaan audio yang tepat dapat meningkatkan retensi informasi hingga 45%. Audio berperan penting dalam membangun mood, memperkuat pesan emosional, dan membantu audiens yang memiliki preferensi belajar auditori.

c.      Teks pendukung

Teks pendukung mencakup caption, subtitle, bullet points, dan penjelasan tambahan yang memperkuat pesan utama. Wijaya et al. (2023) dalam "Textual Elements in Health Messages" menunjukkan bahwa teks pendukung yang disusun dengan baik meningkatkan pemahaman pesan sebesar 55%. Teks pendukung harus ringkas, jelas, dan relevan dengan konten utama untuk membantu audiens memahami konteks dan detail penting.

d.     Logo dan identitas visual


Identitas Visual dan Branding Elemen branding seperti logo, warna korporat, dan desain template konsisten membantu membangun kredibilitas dan recognition. Penelitian Setiawan (2024) tentang "Brand Identity in Health Communication" mendemonstrasikan bahwa konsistensi identitas visual meningkatkan kepercayaan audiens terhadap pesan kesehatan hingga 40%. Identitas visual yang kuat membantu audiens mengidentifikasi sumber pesan dan membangun hubungan berkelanjutan dengan program kesehatan.

 

e.      Interactive Elements (Elemen Interaktif)

Elemen interaktif seperti QR code, tautan, atau form respons memungkinkan engagement aktif dengan audiens. Ahmad dan Kusuma (2023) dalam "Interactive Health Communication" menemukan bahwa penambahan elemen interaktif meningkatkan partisipasi audiens hingga 65%. Elemen ini memfasilitasi komunikasi dua arah dan memungkinkan pengumpulan feedback yang berharga untuk pengembangan pesan selanjutnya.

 

Setiap komponen struktur pesan ini saling mendukung dan berperan penting dalam menciptakan pesan promosi kesehatan yang efektif. Keberhasilan pesan sangat bergantung pada bagaimana setiap elemen ini diintegrasikan secara kohesif dan disesuaikan dengan karakteristik target audiens.

 

 

E.  Contoh studi kasus pesan dalam promosi kesehatan

Contoh Studi Kasus Promosi Kesehatan tentang Pencegahan Migrain



1.     Tujuan: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat, rajin olahraga, kelola sress dengan baik serta istirahat yang cukup.

 

 

2.     Target Audiens: Masyarakat / khalayak umum

 

Elemen

Pesan

Isi Pesan

Tujuan

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, rajin olahraga, kelola sress dengan baik serta

istirahat yang cukup.

Target

Audiens

Masyarakat / khalayak umum

Pesan Utama

Banyak factor yang dapat menjadi penyebab Migrain, untuk itu mari kita cegah Migrain dengan kelola stress serta istirahat

yang cukup.

Bahasa

Bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, menggunakan bahasa lokal jika memungkinkan

Visual

Gambar seseorang yang mengalami sakit kepala, contoh sedang mengalami Migrain

Saluran

Distribusi

Poster ditempat umum, sosialisasi di lingkungan masyarakat

Evaluasi

Survei sebelum dan sesudah kampanye, observasi perilaku

masyarakat

3.     Alasan pesan tersebut tepat:

a.      Sesuai dengan tujuan: Pesan menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat dengan rajin olahraga, kelola stress dan istirahat yang cukup.

b.     Relevan dengan target audiens: Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh masyarakat.

c.      Visual yang menarik: Gambar animasi sakit kepala akan lebih mudah diingat


F.  Ketepatan pengembangan pesan promosi kesehatan melalui lembar kerja pengembangan pesan

Ketepatan pengembangan pesan promosi kesehatan melalui lembar kerja

mengacu pada sejauh mana pesan yang dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, target audiens, dan konteks yang ada. Lembar kerja ini berperan sebagai panduan sistematis untuk memastikan bahwa setiap elemen pesan, mulai dari tujuan, isi, hingga cara penyampaiannya, dirancang dengan cermat dan relevan.

1.     Indikator Ketepatan Pengembangan Pesan:

a.      Efektivitas: Pesan yang tepat sasaran akan lebih mudah dipahami, diingat, dan memicu tindakan yang diinginkan.

b.     Efisiensi: Dengan pesan yang jelas dan terarah, sumber daya yang digunakan akan lebih optimal.

c.      Relevansi: Pesan yang relevan dengan kebutuhan dan kondisi audiens akan meningkatkan keterlibatan mereka.

d.     Kredibilitas: Pesan yang akurat dan didukung bukti akan membangun kepercayaan audiens.

2.     Contoh Indikator Ketepatan Pesan:

a.      Kesesuaian dengan tujuan: Pesan secara langsung mendukung tujuan yang telah ditetapkan.

b.     Relevansi dengan target audiens: Bahasa, gaya, dan konten pesan sesuai dengan karakteristik audiens.

c.      Kejelasan pesan: Pesan utama mudah dipahami dan tidak ambigu.

d.     Kredibilitas pesan: Informasi yang disampaikan akurat dan didukung bukti.

e.      Efektivitas penyampaian: Pesan menarik perhatian dan memicu tindakan.

3.     Elemen-Elemen yang Perlu Diperhatikan dalam Lembar Kerja:

a.      Tujuan: Apa yang ingin dicapai dengan pesan ini? (misalnya, meningkatkan kesadaran, mengubah perilaku, atau memotivasi tindakan).

b.     Target Audiens: Siapa yang ingin kita jangkau? (misalnya, ibu hamil, remaja, masyarakat lanjut usia).

c.      Pesan Utama: Apa pesan inti yang ingin disampaikan? (misalnya, pentingnya mencuci tangan, bahaya merokok).

d.     Bahasa dan Gaya: Bagaimana cara menyampaikan pesan agar mudah dipahami dan menarik? (misalnya, menggunakan bahasa sederhana, visual yang menarik).

e.      Saluran Distribusi: Melalui media apa pesan akan disebarluaskan? (misalnya, poster, leaflet, media sosial).

f.      Evaluasi: Bagaimana cara mengukur keberhasilan pesan? (misalnya, survei, wawancara).


4.     Manfaat Menggunakan Lembar Kerja:

a.      Struktur: Memberikan kerangka kerja yang jelas untuk pengembangan pesan.

b.     Fokus: Membantu menjaga agar pesan tetap terfokus pada tujuan utama.

c.      Kolaborasi:     Memudahkan     tim     untuk     bekerja     sama  dalam mengembangkan pesan.

d.     Evaluasi: Menyediakan dasar untuk mengevaluasi efektivitas pesan


Kesimpulan

Pengembangan pesan promosi kesehatan adalah proses sistematis dalam merancang, menyusun, dan mengemas informasi kesehatan menjadi pesan yang efektif, mudah dipahami, dan dapat mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan. Terdapat 5 prinsip yang diterapkan dalam Pengembangan Pesan Promosi Kesehatan yaitu Prinsip Kredabilitas, Prinsip Relevansi, Prinsip Keterjangkauan, Prinsip Motivasi, Prinsip Kontinuitas. Pendekatan yang sering digunakan pada metode ini biasanya meliputi pendekatan rasional, pendekatan emosional, pendekatan sosial, pendekatan kombinasi, pendekatan budaya.

Struktur pesan promosi kesehatan terdapat dua komponen yaitu komponen utama yang mencakup headline, body copy, dan closing. Sedangkan elemen pendukungnya mengandung, visual, audio, teks pendukung, logo dan Identitas visual, interactive elements. Ketepatan pengembangan pesan promosi kesehatan melalui lembar kerja adalah kunci keberhasilan dalam mengkomunikasikan pesan kesehatan kepada masyarakat. Dengan menggunakan lembar kerja, kita dapat memastikan bahwa pesan yang dirancang relevan, efektif, dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Rahman, A. e. (2023). Efektivitas Media Promosi Kesehatan Digital dalam Perubahan Perilaku Masyarakat. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 18(2), 45-58.

Carita, P. (2015). Pengembangan Pesan Dan Media. Modul Pelatihan pelatih promosi kesehatan bagi petugas puskesmas .

Kemenkes.go.id. (2025). Migrain. https://ayosehat.kemkes.go.id/topik- penyakit/kelainan-saraf/migrain.

Kusuma, D. e. (2021). Implementasi Strategi Komunikasi Kesehatan pada Masa Pandemi. Health Communication Quarterly,, 7(3), 89-102.

RI, K. (20 Juli 2018). Faktor- Faktor Penyebab Migrain. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stroke/faktor-faktor-penyebab- migrain.

RI, K. (20 Juli 2018). Pencegahan Migrain. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic- p2ptm/stroke/pencegahan-migrain.

Setiawan, H. &. (2020). Analisis Efektivitas Pesan Kesehatan Digital. Journal of Health Promotion, 15(4), 167-180.

Widodo, S. &. (2022). Pengembangan Pesan Kesehatan Berbasis Budaya Local. urnal