Jumat, 04 April 2014

KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENYAKIT

KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENYAKIT


1.1  PENGERTIAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial.dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi angka kesakitan anak merupakan tugas pokok seorang bidan. Sebelumnya kita harus ketahui terlebih dahulu hal hal yang menghalangi kesejahteraan ibu dan penyebab kesakitan pada anak
Dimana penyebab kematian ibu, rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil. Menjadi faktor penentu angka kematian meskipun masih banyak faktor yang harus di perhatikan untuk menangani masalah ini.persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul.yakni pendarahan,keracunan kehamilan yang di sertai kejang kejang, aborsi,dan infeksi.namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting.misalnya pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga , lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga ikut berpengaruh.kaum laki laki pun di tuntun harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab.
Selain masalah medis , tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidak setaraan gender , nilai budaya, perekonomian dan serta rendahnya perhatian laki laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu di ubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat di perlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah,swasta,maupun masyarakat terutama suami.
Penyebab terbesar kematian ibu:
pendarahan
pendarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%),anemia dan kekurangan energi kronis  (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian ibu di berbagai Negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu di sebabkan oleh pendarahan . proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai 60% walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan ,namun dia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan .
Eklamsia
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklamsia (24%),kejang bias terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi , hipertensi, yang tidak terkontrol sat persalina. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan,dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir .namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah di derita ibu sebelum hamil. (profil kesehatan Indonesia ,2007)


Infeksi
Sedangkan persentase tertinggi ke tiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%)
Tiga penyebab diatas sebagai seorang bidan harus mengatasinya , dimana merupakan suatu upaya pencegahan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.dari itu ada beberapa program kesehatan yang terkait dalam peningkatan status kesehatan ibu dan anak.

IBU HAMIL
·         Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan .
Jika seorang wanita mengidap penyakit bawaan atau pun penyakit tertentu yang cukup serius, harus waspada dan berhati hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan perawatan dan pengobatan yang  teratur,umumnya kehamilan dapat berjalan dengan lancar.walaupun demikian , resiko munculnya sesuatu yang tidak di inginkan dapat saja terjadi. Beberapa penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus jika di idap oleh wanita hamil di antara lain :
a.    Penyakit jantung pada kehamilan
b.    Tekanan darah tinggi (hipertensi ) pada kehamilan 
c.    Penyakit paru paru pada kehamilan
d.    Penyakit saluran pencernaan pada kehamilan
e.    Penyakit hati pada kehamilan (hepatitis A atau B )
f.     Penyakit infeksi pada kehamilan (Syphilis,Gonorrhoe,HIV/AIDS)



·         Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
a.    Memperhatikan nutrisi gizi ibu hamil
Nutrisi yang yang sehat dan bergizi bagi seorang ibu hamil adalah hal pertama yang menjadi perhatian kita. Karena pasokan gizi yang baik dan sehat akan sangat berpengaruh kepada ibu hamil sendiri dan juga kesehatan sang janin.
b.    Menjaga kebersihan lingkungan ibu hamil
c.    Mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan
d.    Melakukan vaksinasi dalam masa kehamilan
e.    Pemeriksaan kesehatan kehamilan secara rutin

1.2  MACAM-MACAM TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Lima pola untuk mencegah penyakit:
1.    Pola olah raga yang teratur sesuai berat badan dan jenjang usia . yoga sangat disarankan bagi orang-orang yang berusia di atas 30 tahun
2.    Pola pikiran positif (manejemen pikiran) agar terhindar dari stress
3.    Pola hidup sehat dan seimbang
4.    Pola istirahat yang cukup
5.    Pola bernapas dalam yang benar dan teratur

1.3  TAHAP-TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT
Lima tingkat pencegahan penyakit menurut leavel and clack
1.    Peningkatan kesehatan  (health promotion )
2.    Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit penyakit tertentu (general and spesifik protection )
3.    Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan tang cepat dan tepat (early diagonis and prompt treatment )
4.    Pembatasan kecacatan (disabillity limitation)
5.    Penyembuhan kesehatan (rehabilition )

2.4 UPAYA PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN IBU DAN ANAK

Komponen yang terkait antara lain:
1.    Upaya KB
2.    Upaya perbaikan gizi
Melaksanakan program:
§  Program perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan terpadu.
§  Memberikan makanan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan pada ibu yang menyusui.
§  Memberikan vitamin A kepada anak-anak dibawah 5 tahun.
Pada tahun 1952 pengembangan upaya usaha kesehatan ibudan anak mulai dirintis dengan didirikannya diktorat KIA dilingkungan kementerian kesehatan .
Jumlah anak di Indonesia 77,8 juta jiwa (UNICEP,2000) terdiri dari:
§  Bayi sekitar 4,5 juta
§  Balita sekitar 22 juta
§  Usia sekolah 29 juta
§  Remaja sekitar 22 juta
Dimana setiap kelompok usia masalahnya berbeda.



            TUJUAN PROGRAM
            Tujuan program pencegahan penyakit dalam peningkatan status kesehatan ibu dan anak:
§  Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (mobility) dikalangan ibu, kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan , bersalin dan menyusui.
§  Meningkatkan kesehatan anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
  RUANG LINGKUP PROGRAM
            Ruang lingkup kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integrative.
Integrative adalah kegiatan program lain (misalkan kegiatan imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M) yang dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program KIA.
·                     Memeriksa Kesehatan Ibu Hamil (ANC)
·                     Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita (integrasi program gizi).
·                     Memberikan pelayanan kepada pasangan usia subur.
·                     Ibu dan anak yang memerlukan pengobatan.
Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas.




Mengadakan latihan untuk dukun bersalin.
·                     Memeriksa Kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Kehamilan sangatlah penting pada ibu hamil karena pada saat ini sering terjadi anemia, kekurangan gizi dll. Akibat yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi dapat dikurangi dengan diberikannya perawatan prenatal yang baik .tetapi kondisi sosial ibu dan kehamilannta ini memang sedemikian rupa sehingga kunjungan pada perwanan prenatal seringkali dilupakan / terlambat / dilakukan dengan tidak teratur.
Perlu pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet zat besi atau vitamin. Komplikasi selama kehamilan . perannya adalah mengkaji memberitahu factor-faktor resiko, mendeteksi dan menangani komplikasi yang terjadi.
·                     Mengamati Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Balita
.Ruang lingkup kegiatan:
a.    Memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan dipuskesmas atau posyandu. Indicator keberhasilan pemantauan status gizi balita ditulis di KMS.
b.    Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat . Pemberian makanan tambahan dilakukan melalui demonstrasi pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara masaknya.
c.    Pemberian vitamin A zat besi untuk bumil dan susu. Pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi.
·                     Memberikan Pelayanan KB pada Pasangan Usia Subur
Tujuan : menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan berkembang HKKBS
Ruang lingkup kegiatan :
a.    Mengadakan penyuluhan KB baik di puskesmas dan posyandu kegiatan penyuluhan ini adalah konseling pada PUS.
b.    Menyediakan alat-alat kontrasepsi
c.    Menjelaskan fungsi dan efek samping alat kontrasepsi.
·                     Pengobatan Ibu dan Anak
Tujuan : memberikan pengobatan dan perawatan di puskesmas
Ruang lingkup kegiatan:
a.    Menegakkan diagnose, memberikan pengobatan untuk yang berobat jalan atau pelayanan rawat inap di puskesmas.
b.    Merujuk penderita sesuai dengan jenis pelayanan yang diperlukan
c.    Menyelenggarakan puskel. .

     EKualitas Keluarga
1. Pendidikan
2. Usia pernikahan
3. Kedudukan wanita dalam keluarga
4. Perilaku bersih dan sanitasi lingkungan pemukiman
5. kemiskinan
6. Hambatan geografis , jarak yang jauh

      FKualitas Pelayanan Kesehatan Ibu , Bayi dan Anak
1. Pelayanan untuk ibu hamil dan bayi
            Belum menjangkau 22 % ( sekitar 1,1juta) bumil dan bayi  yang baru terlayani
Karena factor geografis, sebaran pendudukm kondisi sosial ekonomi status perempuan dan tingkat pendidikan masyarakat (DEPKES 1997)

2. Persalinan
§  Di tolong oleh dukun 47,5% dari sekitar 2,3 juta    persalinan ,                      keluarga 8,2% dari sekitar 400.000 persalinan, tanpa penolong          1,5 % sekitar 75000 persalinan
§  Sebagian besar persalinan dirumah 71.9% (SKRT 1995)
3.Posyandu/ deteksi dan intervensi dini
4.BKB,PADU,PPA,TPA,TK jangkauannya masih kecil
§    Hambatan geografis dan sebaran penduduk yang tidak merata
§    Pembinaan yang dilaksanakan kurang intensif tidak berkesinambungan perlu dilakukan monitoring tidak ganya project oriented.
       G. Dampak Pada Bayi dan Anak
1)    BBLR <2,5kg : 450.000 pertahun
      2) Perawatan BBL < 1 bulan tidak memadai
      3) Status gizi bayi dan anak
        4) status imunisasi :10%(450.000) imunisasi dasar belum lengkap 
      5) Kesehatan gigi
      6)Penyakit dan kematian bayi dan anak , ada hambatan  geografis dan kemiskinan
      7) Perkembangan terlambat menjadi kecerdasan kurang
      8) Masalah pendidikan
      9) Masalah sosial lain
            a.      Anak yang dipaksa kerja 2,5 juta jiwa
            b.      Anak jalanan 150.000 jiwa
            c.      Eksploitasi seksual 40.000-70.000 anak
            d.      Perlakuan salah terhadap anak
            e.      Kriminalitas / masuk penjara 4000 anak
            f.       Penelantaran
            g.      Penggunaan napza 1juta
            h.      Anak di pengungsian , yatim piatu, cacat
         H.    Upaya-upaya untuk menurunkan morbiditas-mortalitas        meningkatkan kualitas tumbuh kembang dan perlindungan anak.
       1.      LANGSUNG PADA BAYI/ ANAK
§  Pertolongan persalinan dan BBL oleh nakes di sarana kesehatan
§  Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular : imunisasi , perilaku bersih
§  Program perbaikan gizi : penggunaan ASI, makanan tambahan setelah 6 bulan, pemberantasan kecacingan, perawatan gigi,prioritas keluarga miskin.
§  Stimulasi dini : kognitif ( kecerdasan), afektif (emosi, kasih sayang) , psikomotor (keterampilan gerak, bicara, bahsa, social) melalui BKB,PADU/ECD
§  Pemantauan tumbuh kembang secara teratur.

2.      MELALUI IBU
§    Memperbaiki status gizi ibu : kurang gizi kronik , anemia, kekurangan yodium
§    Meningkatkan pendidikan ibu : kemampuan membaca, menyerap dan menerapkan informasi
§    Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu:
            
1.Perencanaan keluarga
               2.Kesehatan ibu : pencegahan anemia, infeksi , kurang gizi
                    3. Perawatan kehamilan
                    4. Persalinan yang aman
                    5. Perawatan bayi/ balita
                    6. Stimulasi bayi-balita sejak dini
                    7. Perilaku bersih
§   Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang : hak-hak anak,pencegahan perlkauan salah pada anak, penelantaran anak, eksploitasi anak, dampak putus sekolahm terpaksa bekerja, anak jalanan, anak di pengungsianm penggunaan NAPZA
§   Menigkatkan keterampilan ibu dalam ekonomi

3.  MELALUI REMAJA PEREMPUAN (CALON IBU)
§  Meningkatkan kesehatan remaja :
                1.      Perbaikan status gizi
                2.      Imunisasi
                3.      Pencegahan infeksi
                4.      Pencegahan penggunaan NAPZA
                5.      Kehamilan remaja
                6.      Kecelakaan
§  Peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
                1.      Perencanaa keluarga
                2.      Perawatan kehamilan
                3.      Perencanaan persalinan yang aman
                4.      Perawatan bayi/balita
                5.      Stimulasi bayi-balita
                6.      Perilaku bersih
§  Melibatkan remaja perempuan dalam kegiatan posyandu,  KB, untuk meningkatkan pengetahuan keterampilab dan kesiapan remaja menjadi calon ibu
§  Hak hak anak, pencegahan prilaku salah pada anak,pengabaian penelantaran anak, eksploitasi anak,dll

4.  MELALUI KELUARGA
§    Menigkatkan pendidikan ayah
Kemampuan membaca menyerap dan            menerapkan informasi
§    Meningkatkan keterampilan ekonomi keluarga,   peningkatan penghasilan , pemanfaatan potensi di rumahtangga
§    Meningkatkan pengetahuan sikap ayah tentang:
                   1.      Perencaan keluarga
                   2.      Kesehatan ibu
                   3.      Perawatan kehamilan
                   4.      Perencanaa persalinan yang aman
                   5.      Perawatan bayi- balita sejak dini
                   6.      Stimulasi bayi-balita sejak dini
                   7.      Prilaku bersih
§  Meningkatkan pengetahuan dan sikap ayah mengenai hak-hak anak pencegahan prilaku salah pada anak,penelantaran anal,eksploitasi anak dampak putus sekolah, anak jalanan, anak dipengungsian penggunaan NAPZA,dll



2.4.1     PROGRAM KESEHATAN OLEH PEMERINTAH DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Gebrakan Pak Harto Menyehatkan Ibu dan Anak
Kesehatan ibu dan anak masih menjadi masalah di Indonesia.Padahal, dulu Pak Harto telah mengembangkan Posyandu yang diakui berhasil memberi kehidupan yang lebih baik bagi ibu dan anak.
Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sonny Harry Budiutomo Harmadi mempunyai kabar tak baik. Awal tahun ini (2012), dia mengatakan bahwa setengah dari sekitar 260 ribu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Indonesia kini tak aktif lagi. Menurut Sonny, kurangnya dukungan politik, pendanaan, dan minimnya sukarelawan menyebabkan hal itu.
“Zaman sudah berubah.Orang-orang kini tak bangga lagi menjadi sukarelawan Posyandu,” kata Sonny seperti dikutip The Jakarta Globe.
Komitmen Pak Harto Terhadap Ibu dan Anak
Padahal, Posyandu menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan penyakit, khususnya pada ibu dan anak.Apalagi, metode pencegahan kini dijadikan prioritas ketimbang penyembuhan oleh Kementerian Kesehatan.Namun demikian, Kementerian Kesehatan seolah melupakan Posyandu dan membiarkannya berjalan tanpa arahan dan dukungan.
Dikembangkan atas prakarsa Presiden Soeharto pada 1984, Posyandu dulu pernah menjadi kebanggaan rakyat.Setiap bulannya, rakyat berbondong-bondong mendatangi Posyandu yang dikelola berbasiskan komunitas. Tenaga sukarelawan kesehatan di Posyandu—yang telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan setempat—memberikan panduan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, Posyandu juga memberi vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan balita.Posyandu juga menjadi media deteksi dini kasus-kasus malnutrisi dan kekurangan gizi pada bayi dan balita.
Gebrakan Pak Harto lewat Posyandu memang menunjukkan hasil signifikan. Survei Demogarafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228 kasus pada 2007. Angka kematian bayi menurun dari 70 kematian per 1.000 bayi lahir pada 1986 menjadi 34 pada 2007. Demikian pula angka kematian balita, yang menurun dari 69 kematian per 1.000 kelahiran pada 1993 menjadi 44 pada 2007. Prestasi tersebut bahkan membuat Honduras mengadopsi konsep Posyandu dan malah mengembangkannya lebih baik daripada Indonesia saat ini.
Hari ini, Posyandu memang tampak tak begitu efektif daripada sebelumnya.Perkembangannya sepertinya mengalami perlambatan.
Ini terlihat pada data SDKI 2007.Meskipun angka kematian ibu terus menurun, perkembangan rerata angka kematian bayi baru lahir justru melambat.Sejak 2003 hingga 2007, angka kematian bayi hanya berkurang satu dari 35 kematian per 1.000 kelahiran menjadi hanya 34 pada 2007.Ini perkembangan paling lambat sejak 2000. Sementara itu, angka kematian balita hanya turun dua, dari 46 kematian per 1.000 kelahiran pada 2000 menjadi hanya 44 pada 2005. Lagi-lagi angka perkembangan terlambat sejak 2000.

Kepemimpinan Pak Harto dalam Kesehatan Ibu Dan Anak
Menurut Jeremy Shiffman dari American Public Health Association—dalam artikel “Generating Political Priority for Maternal Mortality Reduction in 5 Developing Countries” yang dimuat dalam American Journal of Public Health—keberhasilan Pemerintah Orde Baru menurunkan angkan kematian ibu dan anak didorong oleh apa yang dia sebuah sebagai “political entrepreneurship” yang dimiliki Pak Harto. Shiffman menulis Pak Harto memimpin langsung kampanye kebijakan, menambah anggaran untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, dan memobilisasi pemerintah provinsi serta kabupaten/kota untuk memerhatikan masalah yang sama.
Selama kepemimpinan Pak Harto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan.Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar hingga desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit menular, dan memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat.
Puskesmas yang digagas Bung Karno berkembang pesat di era Pak Harto. Melalui program Inpres Sarana Kesehatan pada 1994 hingga 1995 telah 6.984 unit Puskesmas, 20.477 unit Puskesmas Pembantu, dan 3.794 unit Rumah Dinas untuk dokter di daerah terpencil pun berdiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis, Pak Harto mengupayakan penempatan dokter di daerah-daerah tertinggal yang dikenal dengan program dokter Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih dari 3.000 dokter PTT dan 800 dokter gigi PTT.Jumlah tersebut terus meningkat untuk tahun-tahun berikutnya.
Gebrakan menarik lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB) sernakin merebak di berbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter, karena padukuhan tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi demikian, Pak Harto menggelar Inpres Bidan (crash program pengadaan bidan) dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan dalam tiga tahun kebutuhan bidan terpenuhi.
Secara khusus, Posyandu menjadi pusat penyebaran informasi betapa pentingnya KB dan pelayanan kesehatan sebelum dan setelah persalinan.Posyandu mengajarkan warga bagaimana mengelola nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan rumah yang sehat.
Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan Posyandu yang awalnya begitu aktif digelar di kampung-kampung itu akhirnya semakin ditinggalkan.Kegiatan yang begitu kaya manfaat itu kini harus mati suri.
Dugaan muncul, bahwa kegiatan Posyandu mengalami penurunan karena terpengaruhi oleh situasi politik pasca 1998. Sebagaimana kita ketahui, ketika reformasi bergulir, segala yang berbau Orde Baru pun ikut ditinggalkan meskipun positif, termasuk Posyandu.
Selain itu, tampaknya era desentralisasi—yang disebut otonomi daerah—juga menjadi salah satu pemicu penurunan aktivitas posyandu.Kebijakan pelayanan kesehatan kini sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Sedangkan kemampuan dan kesadaran pemerintahan daerah terhadap pelayanan kesehatan, termasuk dalam masalah Posyandu tidak sama. Hal ini kemudian berakibat pada kecilnya persentase anggaran daerah (APBD) dalam masalah pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Shiffman juga melihat faktor tersebut.Dia menulis ketika pada 1998 terjadi desentralisasi, tak ada lagi prioritas pada kebijakan kesehatan ibu dan anak.Kapasitas Pemerintah Pusat untuk mengarahkan pemerintah daerah melemah.Kini pemerintah daerah lebih suka memfokuskan sumberdaya yang ada kepada hal-hal populis—yang bisa memberi mereka suara dalam pemilu—seperti pembangunan jalan.

Posyandu Harus Direviltalisasi
Meskipun terkendala sejumlah persoalan di atas, Posyandu mutlak direvitalisasi karena beberapa hal berikut—yang sejatinya menjadi konsepsi dan pemikiran Pak Harto saat mengembangkan Posyandu.

Pertama, Posyandu membantu warga untuk tetap sehat sehingga pendapatan bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Terlebih lagi, mengurangi ketergantungan warga kepada Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tentu akan menghemat penggunaan anggaran negara.
Kedua, peran Posyandu sangat krusial ketika ketersediaan tenaga dokter masih belum memadai.Meskipun jumlahnya meningkat, dokter praktik umum tak tersebar secara merata. Rasio dokter per populasi antara kota dan desa sangatlah senjang, yakni 32 berbanding 6 per 100.000 populasi. Sebab, banyak dokter enggan bekerja di wilayah pedesaan, terkecuali pengorbanan yang mereka hadapi—kehilangan kesempatan dan penghasilan lebih tinggi di kota—dikompensasi dengan penghargaan yang pantas.
Ketiga, Posyandu mengurangi ketergantungan berlebihan masyarakat kepada penggunaan obat-obatan.
Untuk merevitalisasi Posyandu, Kementerian Kesehatan harus to mengkaji kembali konsep awal Posyandu. Konsep Posyandu adalah konsep kesehatan komunal, dimana warga di suatu wilayah secara kolektif bertanggung jawab terhadap kesehatan satu sama lain.
Kunci sukses Posyandu pada era kepemimpinan Pak Harto adalah kemampuan pemerintahannya melibatkan dan memobilisasi warga— baik sebagai subjek maupun objek pelayanan kesehatan— serta mengadaptasi proyek itu ke dalam konteks lokal.
Posyandu pada dasarnya bertujuan mengakomodasi kapasitas keuangan warga, mengintegrasikan pengetahuan komunitas, dan mengunakan segala sumberdaya lokal yang tersedia.Hasilnya, masyarakat yang berpartisipasi dalam proyek ini mampu mengidentifikasi masalah mereka dan mencarikan solusinya. Yang lebih penting, warga kemudian menjadi sadar akan manfaat Posyandu sehingga mereka secara sukarela bersedia untuk membantu agar Posyandu tetap ada di lingkungan mereka.

Posyandu sukses ketika itu karena kepemimpinan Pak Harto berinisiatif dan mampu mengembangkan inisiatif itu untuk mengatasi masalah lokal. Dan yang tak kalah penting, Pak Harto sangat menjaga kesinambungan dari setiap kebijakan yang ia jalankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar