KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENYAKIT
1.1 PENGERTIAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit adalah
upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman
kesehatan potensial.dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya
mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi
tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Meningkatkan kesejahteraan
ibu dan mengurangi angka kesakitan anak merupakan tugas pokok seorang bidan.
Sebelumnya kita harus ketahui terlebih dahulu hal hal yang menghalangi
kesejahteraan ibu dan penyebab kesakitan pada anak
Dimana penyebab kematian
ibu, rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil. Menjadi faktor
penentu angka kematian meskipun masih banyak faktor yang harus di perhatikan
untuk menangani masalah ini.persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi
yang lazim muncul.yakni pendarahan,keracunan kehamilan yang di sertai kejang
kejang, aborsi,dan infeksi.namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga
cukup penting.misalnya pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar
belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga , lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga ikut berpengaruh.kaum laki laki pun di tuntun harus
berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih
bertanggung jawab.
Selain masalah medis ,
tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidak setaraan gender , nilai
budaya, perekonomian dan serta rendahnya perhatian laki laki terhadap ibu hamil
dan melahirkan.oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah
peristiwa alamiah perlu di ubah secara sosiokultural agar perempuan dapat
perhatian dari masyarakat. Sangat di perlukan upaya peningkatan pelayanan
perawatan ibu baik oleh pemerintah,swasta,maupun masyarakat terutama suami.
Penyebab terbesar kematian ibu:
pendarahan
pendarahan menempati
presentase tertinggi penyebab kematian
ibu (28%),anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama
terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan factor kematian ibu di
berbagai Negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu di sebabkan
oleh pendarahan . proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai 60%
walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca
persalinan ,namun dia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia
berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan .
Eklamsia
Persentase tertinggi kedua
penyebab kematian ibu adalah eklamsia (24%),kejang bias terjadi pada pasien
dengan tekanan darah tinggi , hipertensi, yang tidak terkontrol sat persalina.
Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan,dan akan kembali normal bila
kehamilan sudah berakhir .namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi
lahir kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah di derita ibu
sebelum hamil. (profil kesehatan Indonesia ,2007)
Infeksi
Sedangkan persentase
tertinggi ke tiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%)
Tiga penyebab diatas sebagai
seorang bidan harus mengatasinya , dimana merupakan suatu upaya pencegahan
penyakit yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.dari itu ada beberapa
program kesehatan yang terkait dalam peningkatan status kesehatan ibu dan anak.
IBU
HAMIL
·
Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan
.
Jika seorang wanita mengidap
penyakit bawaan atau pun penyakit tertentu yang cukup serius, harus waspada dan
berhati hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan perawatan dan pengobatan
yang teratur,umumnya kehamilan dapat
berjalan dengan lancar.walaupun demikian , resiko munculnya sesuatu yang tidak
di inginkan dapat saja terjadi. Beberapa penyakit yang perlu mendapat perhatian
khusus jika di idap oleh wanita hamil di antara lain :
a.
Penyakit
jantung pada kehamilan
b.
Tekanan
darah tinggi (hipertensi ) pada kehamilan
c.
Penyakit
paru paru pada kehamilan
d.
Penyakit
saluran pencernaan pada kehamilan
e.
Penyakit
hati pada kehamilan (hepatitis A atau B )
f.
Penyakit
infeksi pada kehamilan (Syphilis,Gonorrhoe,HIV/AIDS)
·
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
a.
Memperhatikan
nutrisi gizi ibu hamil
Nutrisi
yang yang sehat dan bergizi bagi seorang ibu hamil adalah hal pertama yang
menjadi perhatian kita. Karena pasokan gizi yang baik dan sehat akan sangat berpengaruh
kepada ibu hamil sendiri dan juga kesehatan sang janin.
b.
Menjaga
kebersihan lingkungan ibu hamil
c.
Mengenali
tanda bahaya kehamilan dan persalinan
d.
Melakukan
vaksinasi dalam masa kehamilan
e.
Pemeriksaan
kesehatan kehamilan secara rutin
1.2 MACAM-MACAM TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Lima
pola untuk mencegah penyakit:
1.
Pola
olah raga yang teratur sesuai berat badan dan jenjang usia . yoga sangat
disarankan bagi orang-orang yang berusia di atas 30 tahun
2.
Pola
pikiran positif (manejemen pikiran) agar terhindar dari stress
3.
Pola
hidup sehat dan seimbang
4.
Pola
istirahat yang cukup
5.
Pola
bernapas dalam yang benar dan teratur
1.3 TAHAP-TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT
Lima tingkat pencegahan penyakit
menurut leavel and clack
1.
Peningkatan kesehatan (health promotion )
2.
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit penyakit tertentu (general
and spesifik protection )
3.
Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan tang cepat dan tepat (early
diagonis and prompt treatment )
4.
Pembatasan kecacatan (disabillity limitation)
5.
Penyembuhan kesehatan (rehabilition )
2.4 UPAYA PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN
PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN IBU DAN ANAK
Komponen yang terkait antara lain:
1.
Upaya
KB
2.
Upaya
perbaikan gizi
Melaksanakan
program:
§
Program
perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup pembangunan
masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan terpadu.
§
Memberikan
makanan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anak-anak dibawah
umur 5 tahun dan pada ibu yang menyusui.
§
Memberikan
vitamin A kepada anak-anak dibawah 5 tahun.
Pada tahun 1952
pengembangan upaya usaha kesehatan ibudan anak mulai dirintis dengan
didirikannya diktorat KIA dilingkungan kementerian kesehatan .
Jumlah anak di Indonesia
77,8 juta jiwa (UNICEP,2000) terdiri dari:
§
Bayi
sekitar 4,5 juta
§
Balita
sekitar 22 juta
§
Usia
sekolah 29 juta
§
Remaja
sekitar 22 juta
Dimana
setiap kelompok usia masalahnya berbeda.
TUJUAN
PROGRAM
Tujuan program pencegahan penyakit dalam peningkatan
status kesehatan ibu dan anak:
§
Menurunkan
kematian (mortality) dan kejadian sakit (mobility) dikalangan ibu, kegiatan
program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan , bersalin
dan menyusui.
§
Meningkatkan
kesehatan anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin
berbagai penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.
RUANG LINGKUP PROGRAM
Ruang
lingkup kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integrative.
Integrative adalah kegiatan
program lain (misalkan kegiatan imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M) yang
dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program KIA.
·
Memeriksa
Kesehatan Ibu Hamil (ANC)
·
Mengamati
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita (integrasi program gizi).
·
Memberikan
pelayanan kepada pasangan usia subur.
·
Ibu
dan anak yang memerlukan pengobatan.
Memberikan pertolongan persalinan dan
bimbingan selama masa nifas.
Mengadakan latihan untuk dukun bersalin.
·
Memeriksa
Kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Kehamilan sangatlah
penting pada ibu hamil karena pada saat ini sering terjadi anemia, kekurangan
gizi dll. Akibat yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi dapat dikurangi
dengan diberikannya perawatan prenatal yang baik .tetapi kondisi sosial ibu dan
kehamilannta ini memang sedemikian rupa sehingga kunjungan pada perwanan
prenatal seringkali dilupakan / terlambat / dilakukan dengan tidak teratur.
Perlu pemberian pendidikan tentang gizi,
asupan tablet zat besi atau vitamin. Komplikasi selama kehamilan . perannya
adalah mengkaji memberitahu factor-faktor resiko, mendeteksi dan menangani
komplikasi yang terjadi.
·
Mengamati
Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Balita
.Ruang lingkup kegiatan:
a.
Memantau
pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan dipuskesmas
atau posyandu. Indicator keberhasilan pemantauan status gizi balita ditulis di
KMS.
b.
Memberikan
penyuluhan gizi kepada masyarakat . Pemberian makanan tambahan dilakukan
melalui demonstrasi pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara masaknya.
c.
Pemberian
vitamin A zat besi untuk bumil dan susu. Pemberian obat cacing untuk anak yang
kurang gizi.
·
Memberikan
Pelayanan KB pada Pasangan Usia Subur
Tujuan
: menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan
berkembang HKKBS
Ruang lingkup kegiatan :
a.
Mengadakan
penyuluhan KB baik di puskesmas dan posyandu kegiatan penyuluhan ini adalah
konseling pada PUS.
b.
Menyediakan
alat-alat kontrasepsi
c.
Menjelaskan
fungsi dan efek samping alat kontrasepsi.
·
Pengobatan
Ibu dan Anak
Tujuan
: memberikan pengobatan dan perawatan di puskesmas
Ruang lingkup kegiatan:
a.
Menegakkan
diagnose, memberikan pengobatan untuk yang berobat jalan atau pelayanan rawat
inap di puskesmas.
b.
Merujuk
penderita sesuai dengan jenis pelayanan yang diperlukan
c.
Menyelenggarakan
puskel. .
E. Kualitas Keluarga
1. Pendidikan
2. Usia pernikahan
3. Kedudukan wanita dalam keluarga
4. Perilaku bersih dan sanitasi
lingkungan pemukiman
5. kemiskinan
6. Hambatan geografis , jarak yang jauh
F. Kualitas Pelayanan
Kesehatan Ibu , Bayi dan Anak
1. Pelayanan untuk ibu hamil dan bayi
Belum menjangkau 22 % ( sekitar
1,1juta) bumil dan bayi yang baru
terlayani
Karena factor geografis, sebaran pendudukm
kondisi sosial ekonomi status perempuan dan tingkat pendidikan masyarakat
(DEPKES 1997)
2. Persalinan
§ Di tolong oleh dukun 47,5% dari sekitar 2,3 juta persalinan , keluarga 8,2% dari sekitar
400.000 persalinan, tanpa penolong 1,5 % sekitar 75000 persalinan
§ Sebagian besar persalinan dirumah 71.9% (SKRT 1995)
3.Posyandu/ deteksi dan intervensi dini
4.BKB,PADU,PPA,TPA,TK jangkauannya masih
kecil
§
Hambatan
geografis dan sebaran penduduk yang tidak merata
§
Pembinaan yang
dilaksanakan kurang intensif tidak berkesinambungan perlu dilakukan monitoring
tidak ganya project oriented.
G. Dampak Pada Bayi dan Anak
1) BBLR <2,5kg : 450.000 pertahun
2)
Perawatan BBL < 1 bulan tidak memadai
3)
Status gizi bayi dan anak
4)
status imunisasi :10%(450.000) imunisasi dasar belum lengkap
5) Kesehatan
gigi
6)Penyakit dan kematian bayi dan anak ,
ada hambatan geografis dan kemiskinan
7)
Perkembangan terlambat menjadi kecerdasan kurang
8) Masalah pendidikan
9)
Masalah sosial lain
a. Anak
yang dipaksa kerja 2,5 juta jiwa
b.
Anak jalanan 150.000 jiwa
c. Eksploitasi seksual 40.000-70.000
anak
d. Perlakuan salah terhadap anak
e. Kriminalitas / masuk penjara 4000
anak
f. Penelantaran
g. Penggunaan napza 1juta
h. Anak di pengungsian , yatim piatu,
cacat
H. Upaya-upaya untuk
menurunkan morbiditas-mortalitas meningkatkan
kualitas tumbuh kembang dan perlindungan anak.
1.
LANGSUNG PADA BAYI/ ANAK
§ Pertolongan persalinan dan BBL oleh nakes di sarana kesehatan
§ Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular : imunisasi ,
perilaku bersih
§ Program perbaikan gizi : penggunaan ASI, makanan tambahan setelah
6 bulan, pemberantasan kecacingan, perawatan gigi,prioritas keluarga miskin.
§ Stimulasi dini : kognitif ( kecerdasan), afektif (emosi, kasih
sayang) , psikomotor (keterampilan gerak, bicara, bahsa, social) melalui
BKB,PADU/ECD
§ Pemantauan tumbuh kembang secara teratur.
2. MELALUI IBU
§
Memperbaiki
status gizi ibu : kurang gizi kronik , anemia, kekurangan yodium
§
Meningkatkan
pendidikan ibu : kemampuan membaca, menyerap dan menerapkan informasi
§
Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu:
1.Perencanaan keluarga
2.Kesehatan ibu : pencegahan
anemia, infeksi , kurang gizi
3. Perawatan kehamilan
4. Persalinan yang aman
5. Perawatan bayi/ balita
6. Stimulasi
bayi-balita sejak dini
7. Perilaku bersih
§
Meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu tentang : hak-hak anak,pencegahan perlkauan salah
pada anak, penelantaran anak, eksploitasi anak, dampak putus sekolahm terpaksa
bekerja, anak jalanan, anak di pengungsianm penggunaan NAPZA
§
Menigkatkan keterampilan
ibu dalam ekonomi
3. MELALUI REMAJA PEREMPUAN (CALON IBU)
§ Meningkatkan kesehatan remaja :
1.
Perbaikan status gizi
2.
Imunisasi
3.
Pencegahan infeksi
4.
Pencegahan penggunaan NAPZA
5.
Kehamilan remaja
6.
Kecelakaan
§ Peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
1.
Perencanaa keluarga
2.
Perawatan kehamilan
3.
Perencanaan persalinan yang aman
4.
Perawatan bayi/balita
5.
Stimulasi bayi-balita
6.
Perilaku bersih
§ Melibatkan remaja perempuan dalam kegiatan posyandu, KB,
untuk meningkatkan pengetahuan keterampilab dan kesiapan remaja menjadi calon
ibu
§ Hak hak anak, pencegahan prilaku salah pada anak,pengabaian
penelantaran anak, eksploitasi anak,dll
4. MELALUI KELUARGA
§
Menigkatkan
pendidikan ayah
Kemampuan membaca menyerap dan menerapkan informasi
§
Meningkatkan
keterampilan ekonomi keluarga, peningkatan
penghasilan , pemanfaatan potensi di rumahtangga
§
Meningkatkan
pengetahuan sikap ayah tentang:
1.
Perencaan keluarga
2.
Kesehatan ibu
3.
Perawatan kehamilan
4. Perencanaa
persalinan yang aman
5. Perawatan
bayi- balita sejak dini
6. Stimulasi
bayi-balita sejak dini
7. Prilaku
bersih
§ Meningkatkan pengetahuan dan sikap ayah mengenai hak-hak anak
pencegahan prilaku salah pada anak,penelantaran anal,eksploitasi anak dampak
putus sekolah, anak jalanan, anak dipengungsian penggunaan NAPZA,dll
2.4.1
PROGRAM KESEHATAN OLEH PEMERINTAH DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK
Gebrakan Pak Harto Menyehatkan Ibu dan Anak
Kesehatan
ibu dan anak masih menjadi masalah di Indonesia.Padahal, dulu Pak Harto telah
mengembangkan Posyandu yang diakui berhasil memberi kehidupan yang lebih baik
bagi ibu dan anak.
Kepala Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sonny Harry Budiutomo Harmadi mempunyai
kabar tak baik. Awal tahun ini (2012), dia mengatakan bahwa setengah dari
sekitar 260 ribu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Indonesia kini tak aktif
lagi. Menurut Sonny, kurangnya dukungan politik, pendanaan, dan minimnya
sukarelawan menyebabkan hal itu.
“Zaman sudah berubah.Orang-orang kini tak
bangga lagi menjadi sukarelawan Posyandu,” kata Sonny seperti dikutip The
Jakarta Globe.
Komitmen Pak Harto Terhadap
Ibu dan Anak
Padahal, Posyandu menjadi garda terdepan
dalam upaya pencegahan penyakit, khususnya pada ibu dan anak.Apalagi, metode
pencegahan kini dijadikan prioritas ketimbang penyembuhan oleh Kementerian
Kesehatan.Namun demikian, Kementerian Kesehatan seolah melupakan Posyandu dan
membiarkannya berjalan tanpa arahan dan dukungan.
Dikembangkan atas prakarsa
Presiden Soeharto pada 1984, Posyandu dulu pernah menjadi kebanggaan
rakyat.Setiap bulannya, rakyat berbondong-bondong mendatangi Posyandu yang
dikelola berbasiskan komunitas. Tenaga sukarelawan kesehatan di Posyandu—yang
telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan setempat—memberikan panduan
kesehatan bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, Posyandu juga memberi
vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan balita.Posyandu juga menjadi
media deteksi dini kasus-kasus malnutrisi dan kekurangan gizi pada bayi dan
balita.
Gebrakan Pak Harto lewat
Posyandu memang menunjukkan hasil signifikan. Survei Demogarafi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari
390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228 kasus pada 2007. Angka
kematian bayi menurun dari 70 kematian per 1.000 bayi lahir pada 1986 menjadi
34 pada 2007. Demikian pula angka kematian balita, yang menurun dari 69
kematian per 1.000 kelahiran pada 1993 menjadi 44 pada 2007. Prestasi tersebut
bahkan membuat Honduras mengadopsi konsep Posyandu dan malah mengembangkannya
lebih baik daripada Indonesia saat ini.
Hari ini, Posyandu memang
tampak tak begitu efektif daripada sebelumnya.Perkembangannya sepertinya
mengalami perlambatan.
Ini terlihat pada data SDKI
2007.Meskipun angka kematian ibu terus menurun, perkembangan rerata angka
kematian bayi baru lahir justru melambat.Sejak 2003 hingga 2007, angka kematian
bayi hanya berkurang satu dari 35 kematian per 1.000 kelahiran menjadi hanya 34
pada 2007.Ini perkembangan paling lambat sejak 2000. Sementara itu, angka
kematian balita hanya turun dua, dari 46 kematian per 1.000 kelahiran pada 2000
menjadi hanya 44 pada 2005. Lagi-lagi angka perkembangan terlambat sejak 2000.
Kepemimpinan Pak Harto dalam Kesehatan Ibu
Dan Anak
Menurut Jeremy Shiffman dari
American Public Health Association—dalam artikel “Generating Political Priority
for Maternal Mortality Reduction in 5 Developing Countries” yang dimuat
dalam American Journal of Public Health—keberhasilan Pemerintah Orde Baru
menurunkan angkan kematian ibu dan anak didorong oleh apa yang dia sebuah
sebagai “political entrepreneurship” yang dimiliki Pak Harto. Shiffman
menulis Pak Harto memimpin langsung kampanye kebijakan, menambah anggaran untuk
mengurangi angka kematian ibu dan anak, dan memobilisasi pemerintah provinsi
serta kabupaten/kota untuk memerhatikan masalah yang sama.
Selama kepemimpinan Pak
Harto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak sekaligus implementasi
program di bidang kesehatan.Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar
hingga desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan
penyebaran penyakit menular, dan memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat.
Puskesmas yang digagas Bung
Karno berkembang pesat di era Pak Harto. Melalui program Inpres Sarana
Kesehatan pada 1994 hingga 1995 telah 6.984 unit Puskesmas, 20.477 unit
Puskesmas Pembantu, dan 3.794 unit Rumah Dinas untuk dokter di daerah terpencil
pun berdiri.
Dalam memenuhi kebutuhan
tenaga medis, Pak Harto mengupayakan penempatan dokter di daerah-daerah
tertinggal yang dikenal dengan program dokter Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih dari 3.000 dokter PTT dan 800 dokter
gigi PTT.Jumlah tersebut terus meningkat untuk tahun-tahun berikutnya.
Gebrakan menarik lain adalah
pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB)
sernakin merebak di berbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter,
karena padukuhan tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan
kondisi demikian, Pak Harto menggelar Inpres Bidan (crash program
pengadaan bidan) dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan dalam tiga tahun
kebutuhan bidan terpenuhi.
Secara khusus, Posyandu
menjadi pusat penyebaran informasi betapa pentingnya KB dan pelayanan kesehatan
sebelum dan setelah persalinan.Posyandu mengajarkan warga bagaimana mengelola
nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan rumah yang sehat.
Namun seiring berjalannya
waktu, kegiatan Posyandu yang awalnya begitu aktif digelar di kampung-kampung
itu akhirnya semakin ditinggalkan.Kegiatan yang begitu kaya manfaat itu kini
harus mati suri.
Dugaan muncul, bahwa
kegiatan Posyandu mengalami penurunan karena terpengaruhi oleh situasi politik
pasca 1998. Sebagaimana kita ketahui, ketika reformasi bergulir, segala yang
berbau Orde Baru pun ikut ditinggalkan meskipun positif, termasuk Posyandu.
Selain itu, tampaknya era
desentralisasi—yang disebut otonomi daerah—juga menjadi salah satu pemicu
penurunan aktivitas posyandu.Kebijakan pelayanan kesehatan kini sudah menjadi
kewenangan pemerintah daerah. Sedangkan kemampuan dan kesadaran pemerintahan
daerah terhadap pelayanan kesehatan, termasuk dalam masalah Posyandu tidak
sama. Hal ini kemudian berakibat pada kecilnya persentase anggaran daerah
(APBD) dalam masalah pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Shiffman juga melihat faktor
tersebut.Dia menulis ketika pada 1998 terjadi desentralisasi, tak ada lagi
prioritas pada kebijakan kesehatan ibu dan anak.Kapasitas Pemerintah Pusat
untuk mengarahkan pemerintah daerah melemah.Kini pemerintah daerah lebih suka
memfokuskan sumberdaya yang ada kepada hal-hal populis—yang bisa memberi mereka
suara dalam pemilu—seperti pembangunan jalan.
Posyandu Harus Direviltalisasi
Meskipun terkendala sejumlah
persoalan di atas, Posyandu mutlak direvitalisasi karena beberapa hal
berikut—yang sejatinya menjadi konsepsi dan pemikiran Pak Harto saat
mengembangkan Posyandu.
Pertama, Posyandu membantu warga untuk tetap sehat sehingga pendapatan
bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Terlebih lagi, mengurangi ketergantungan
warga kepada Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tentu akan menghemat
penggunaan anggaran negara.
Kedua, peran Posyandu sangat krusial ketika ketersediaan tenaga dokter
masih belum memadai.Meskipun jumlahnya meningkat, dokter praktik umum tak
tersebar secara merata. Rasio dokter per populasi antara kota dan desa
sangatlah senjang, yakni 32 berbanding 6 per 100.000 populasi. Sebab, banyak
dokter enggan bekerja di wilayah pedesaan, terkecuali pengorbanan yang mereka
hadapi—kehilangan kesempatan dan penghasilan lebih tinggi di kota—dikompensasi
dengan penghargaan yang pantas.
Ketiga, Posyandu
mengurangi ketergantungan berlebihan masyarakat kepada penggunaan obat-obatan.
Untuk merevitalisasi Posyandu, Kementerian
Kesehatan harus to mengkaji kembali konsep awal Posyandu. Konsep Posyandu
adalah konsep kesehatan komunal, dimana warga di suatu wilayah secara kolektif
bertanggung jawab terhadap kesehatan satu sama lain.
Kunci sukses Posyandu pada
era kepemimpinan Pak Harto adalah kemampuan pemerintahannya melibatkan dan
memobilisasi warga— baik sebagai subjek maupun objek pelayanan kesehatan— serta
mengadaptasi proyek itu ke dalam konteks lokal.
Posyandu pada dasarnya bertujuan mengakomodasi kapasitas keuangan
warga, mengintegrasikan pengetahuan komunitas, dan mengunakan segala sumberdaya
lokal yang tersedia.Hasilnya, masyarakat yang berpartisipasi dalam proyek ini
mampu mengidentifikasi masalah mereka dan mencarikan solusinya. Yang lebih
penting, warga kemudian menjadi sadar akan manfaat Posyandu sehingga mereka
secara sukarela bersedia untuk membantu agar Posyandu tetap ada di lingkungan
mereka.
Posyandu sukses ketika itu karena kepemimpinan Pak Harto
berinisiatif dan mampu mengembangkan inisiatif itu untuk mengatasi masalah
lokal. Dan yang tak kalah penting, Pak Harto sangat menjaga kesinambungan dari
setiap kebijakan yang ia jalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar