Kamis, 12 Desember 2013

ABORTUS


                                                                                          ABORTUS
2.1              Abortus
2.1.1    Pengertian
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilaktasi serviks (Wiknjosastro, 1999).
Abortus imminens adalah pendarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan, dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)     
Abortus imminens adalah pendarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilaktasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 2001)
2.1.2                    Etiologi_Abortus
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus  pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan  kelainan ini adalah :
a.       Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X .
b.      Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna.
c.       Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alkohol.
d.      Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
e.       Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
f.       Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trismester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawah uterus.
2.1.3                    Gambaran Klinis
1.      Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2.      Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.      Pendarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil  konsepsi.
4.      Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
5.      Pemeriksaan ginekologi :
a.       Inspeksi Vulva : pendarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b.      Inspekulo : pendarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,  ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c.       Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas  tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.1.4                    Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi pendarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu dari pada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Komplikasi :
1.      Pendarahan, perforasi shok dan infeksi
2.      Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
3.      Kelainan pembekuan darah.
2.1.5    Penanganan Abortus
2.2       Abortus imminens
Istirahat ditempat tidur dapat meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangi  rangsangan mekanis.
Obat-obatan yang dapat diberikan :
1.      Penenang                           : Penobarbital 2x30 mg, valium.
2.      Anti Pendarahan               : Adona, transamin.
3.      Vitamin B kompleks.
4.      Hormonal                          : Progesteron.
5.      Penguat Plasenta               : Gestanon, Duphaston.
6.      Anti Kontraksi rahim        : Duvadilan, Papaverin.
Evaluasi jumlah dan lamanya pendarahan, konsultasi pada dokter ahli untuk penanganan selanjutnya dan pemeriksaan USG. (Http : / blog. Asuhan keperawatan. com ).
2.3       Faktor-faktor yang berpengaruh  terhadap kejadian abortus imminens antara lain :
2.3.1    Umur ibu hamil
Resiko abortus imminens tampak mengikat dengan bertambahnya usia ibu, terutama usia diatas 30 tahun. Menurut Herbert dan Rochayati (Manuaba,1998) menyatakan umur dibawah 20 tahun dan diatas 30 Tahun merupakan resiko untuk hamil dan melahirkan. Usia Reproduksi yang sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda karena pada saat muda alat reproduksi belum matang dan siap untuk hamil. Masih banyaknya terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan diluar kurun waktu reproduksi yang sehat, terutama pada usia muda. Resiko abortus pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan pada kelompok umur diatas 35 tahun (Muchtar, 1999).
2.3.2    Paritas
Menurut Herbert Hutabarat (Manuaba,1998) menjelaskan semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami ibu semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi kehamilan,persalinan dan nifas. Persalinan kedua dan ketiga merupakan persalinan yang aman, sedangkan resiko terjadinya komplikasi meningkat pada kehamilan, persalinan dan nifas, setelah yang ketiga dan seterusnya.
2.3.3    Pendidikan
Abortus umumnya terjadi pada wanita yang pendidikannya 1-9 tahun dan kemungkinan abortus pada pendidikan rendah lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang berpendidikan tinggi.
Semakin tinggi pendidikan makin rendah kejadiaan abortus, yaitu tertinggi pada  gelombang berpendidikan 10-12 tahun ( Saifudin, 2001).
2.3.4    Usia Kehamilan
Winkjosastro, 1999 menjelaskan bahwa abortus yang terjadi pada kehamilan kurang dari 8 minggu pada umumnya hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya, sedangkan pada umur kehamilan antara 8-14 minggu hasil konsepsi tidak dapat seluruhnya keluar (abortus inkomplit), karena vilikorialis sudah menembus dalam desidua, sehingga dapat menyebabkan pendarahan pada umumnya abortus terjadi sebelum kehamilan 3 bulan.
Perbandingan abortus menurut umur kehamilan tertinggi adalah pada usia kehamilan dibawah 12 minggu, kemudian menyusul usia kehamilan 12-18 minggu, diatas 18 minggu. (Saifudin,2001).
2.4       Kerangka Teori
Pada penelitian ini kerangka teori yang digunakan ialah sebagai berikut :
  1. Umur
  2. Paritas
  3. Pendidikan
  4. Usia Kehamilan
 
 


Abortus Imminens
 
 


Sumber
a)      Manuaba,1998.
b)      Muchtar, dkk 2001.
c)      Abdulbary, 2001.
d)     Winkjosastro, 1999.

e)      Abdulbary, 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar