Kamis, 12 Desember 2013

KEMAMPUAN BERJALAN BAYI

KEMAMPUAN BERJALAN BAYI
2.1 Kemampuan Motorik
2.1.1 Pengertian
            Kemampuaan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan kemampuan motorik diawali dengan koordinasi tubuh, duduk, merangkak, berdiri dan diakhiri dengan berjalan. Perkembangan kemampuaan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmani yang terkoordinasi antara pusat syaraf urat syaraf dan otot. Kemampuan berjalan anak merupakan salah satu kemandirian anak dalam perkembangan motorik.
Berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakanotot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, contohnya kemampuan duduk, berjalan, menendang, berlari, naik turun tangga dan lainnya. Sementara motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot – otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya kemampuan untuk memindahkan benda dari tangan, mencoret – coret, menyusun balok dan sebagainya.( www. Tablid nova.Co.id).

Kemampuaan berjalan berkaitan erat dengan pengendaliaan otot yang berkembang karena adanya factor pematangan dan factor belajar. Otot – otot, tulang – tulang, dan struktur syaraf yang sudah matang, ditambah perubahan berat badan, maka bayi dapat menggunakan badannya secara terkoordinasi, termasuk mengkoordinasi gerak kakinya. Tetapi, untuk dapat benar – benar mengembangkan kemampuaannya bayi harus diberi kesempatan untuk dapat belajar melakukannya.

2.2 Kemampuan Motorik.
2.2.1 Koordinasi tubuh
Yang dimaksud dengan koordinasi tubuh adalah keseimbangan koordinasi  antara kemampuan meraba, melihat dan mendengar yang terjadi secara bertahap. Koordinasi tubuh juga dapat terjadi dengan penyatuan antara perkembangan motorik halus dan motorik kasar.
a.       Saat lahir sampai usia satu bulan, kedua telapak tangan bayi masih
mengepal.
b.      Usia  2 bulan, bayi sudah dapat membuka telapak tangan dan memandangi tangannya sendiri.
c.       Usia 3 bulan, bayi sudah mulai dapat memegang, memandangi dan melambaikan tangannya.


d.      Usia 4 bulan, bayi sudah mulai berusaha untuk mengangkat tubuhnya dengan kedua lengannya dalam posisi tengkurap.
e.       Usia 5 bulan, bayi mulai terbentuk koordinasi antara tangan dengan kemampuan melihatnya. Pada usia ini, bayi sudah mampu menggerakkan tangannya kearah benda dan memiliki keinginan untuk menjangkaunya.
f.       Usia 6 bulan, bayi sudah dapat memegang mainan dan memindahkan mainan dengan kedua telapak tangannya.
g.      Usia 7 bulan, bayi sudah mampu menggunakan jari dan ibu jari bersama – sama untuk sebuah tujuan, seperti mengambil balok.
h.      Usia 8 bulan, bayi mampu memindahkan mainannya dari satu tangan ketangan berikutnya.
i.        Usia 9 – 10 bulan,bayi dapat bermain – main dengan tangannya, seperti bertepuk tangan, memasukkan jari – jarinya ketempat lubang kecil yang terbuka.
j.        Usia 11 – 12 bulan, bayi mampu meletakkan benda ketangan orang lain.
 2.2.2  Merangkak
Merangkak merupakan suatu gerakan yang rumit yang dilakukan oleh bayi karena memerlukan tenaga dan keseimbangan yang baik antara bagian - bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya. Sikecil akan dapat menendang, menggeserkan kaki atau mendorongkan kakinya dengan penuh semangat ketika  otot – otot kakinya sedang berkembang, otot – otot leher dan punggung menjadi lebih kuat.Namun tidak semua bayi dapat meranggkak, Karen ada sebagian bayi hanya mengelangsur atau bahkan tidak merangkak tapi hanya belajar duduk dan langsung berjalan.
Kemampuan seorang bayi untuk merangkak semakin sempurna dengan bertambahnya usia. Berikut ini tentang tahap – tahap kemampuan bayi untuk dapat merangkak secara sempurna.
a.        Pada usia 7 bulan, bayi sudah mulai berusaha untuk membalikkan
          Badannya dari posisi terlentang sampai telungkup.
   b. Pada usia 8 bulan, pada usia ini bayi belum dapat merayap maju,tetapi 
          setidaknya ia berhasil untuk memutar badannya, dan dengan cara ini
          mengubah sikap badannya.
   c.    Pada usia 9 bulan, bayi mulai merayap.
d.    Pada usia 10 bulan, bayi mampu mengayun – ayunkan tangan dan
       lututnya.
e.        Pada usia 11 bulan, bayi mampu merangkak dengan kedua tangan dan 
       kedua kakinya.
f.         Pada usia 12 bulan, bayi sudah mampu secara sempurna dengan sikap
Merangkak ( Theodor Hellbrugge ; J.H.Von Wimpffen, 1989 : 98-152)
      


 2.2.3  Duduk
Duduk adalah fungsi motorik yang tujuannya untuk bergerak maju. Dengan duduk kebebasan bergerak sedikit terbatas, tetapi peluang untuk gerakan tangan besar sekali. Kemapuan bayi untuk dapat merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan terjadi pada usia yan bervariasi dibandingkan dengan kemampuaan koordinasi. Sebelum mampu melakukan gerakan duduk dengan leluasa, ada tiga fungsi dasar yang harus dikuasai lebih dahulu, yaitu menegakkan kepala pada semua sikap tubuh, melenturkan gerakan pinggul dan memutar badan dengan aktif. Dengan menguasai ketiga fungsi tersebut maka dasar – dasar untuk gerakan duduk sudah terpenuhi dan kini tergantung banyaknya latihan dan lamanya waktu sampai si anak dapat mengangkat dirinya dan duduk. Berikut tahap – tahap bayi untuk dapat duduk secara sempurna :
a.    Pada usia 6 bulan, bayi sangat senang jika tubuhnya ditarik untuk                               
didudukkan pada usia ini bayi sudah kuat untuk mengangkat   kepalanya.
b.    Pada usia 7 bulan, bayi sudah mampu untuk memainkan kakinya.
c     Pada usia 8 - 9 bulan, bayi mulai belajar mengangkat badan untuk
       duduk dan sudah mampu duduk dengan bantuan orang tua.
d.        Pada usia 10 bulan, bayi sudsah dapat membangkitkan badannya sendiri karena leher, bahu, dan tubuhnya semakin kuat
e.         Pada usia 11 bulan bayi sudah mampu untuk duduk secara sempurna. (Theodor Hellbrugge ; J.H.Von Wimpffen, 1989 : 90 – 140 )
2.2.4 Berjalan
Kemampuan berjalan merupakan satu bagian dari perkembangan  motorik kasar pada bayi. Perkembangan motorik sendiri sebenarnya terdiri dari perkembangan motorik kasar dan halus. Kemampuan motorik kasar akan menjadi dasar dari perkembangan motorik halus. Kemampuan bayi untuk dapat berjalan ditentukan oleh semangat dan keberanian bayi serta peran serta lingkungan sekitarnya. Kemampuan bayi untuk dapat berjalan memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
a.        Pada usia 3,5 bulan, bayi mempunyai kemampuan untuk telentang dari  
       posisi tengkurap.
b.        Pada usi 4 – 4,5 bulan, kemampuan tengkurap dari posisi awal terlentang.
c.        Pada usia 5,5 bulan, bayi dapat duduk dengan ditopang punggungnya sendiri.
d.       Pada usia 6 bulan, bayi sudah mampu untuk merayap.
e.        Pada usia 7 – 8 bulan, bayi sudah mulai mampu untuk duduk sendiri.
f.         Pada usia 8 – 9 bulan, bayi sudah dapat merangkak.
g.        Pada usia 9 – 10 bulan, bayi dapat berdiri dengan berpegangan dan berjalan merambat.

h.        Pada usi 12 bulan, bayi dapat berjalan tanpa berpegangan.
i.          Pada usia 14 bulan, bayi dapat berjaan mundur.
(  Majalah Ayah Bunda, Pantau Perkembangan Motorik bayi ).

2.2.5  Faktor – factor yang berhubungan dengan kemampuan anak    
           berjalan pada usia 1 tahun.
1.            Sikap Keluarga
Dukungan setiap keluarga sangat penting terhadap tumbuh kembang balita pada tahun pertama kehidupannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan keluarga, sikap keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak terutama pada perkembangan motorik kasar yaitu perkembangan berjalan pada anak. Karena dengan respon yang baik serta dukungan dari keluarga khususnya orang tua lebih dapat mempercepat proses berjalan pada balita usia 1 tahun. Dukungan yang dapat dilakukan oleh setiap orang tua dalam perkembangan anak seperti    merespon dengan cepat setiap perubahan yang terjadi pada anak yaitu saat anak merangkak, duduk, sampai berjalan sebaiknya orang tua lebih dapat memperhatikan agar anak lebih merasa bersemangat untuk melakukan hal – hal tersebut. Tidak hanya sikap keluarga dalam perkembangan anak tetapi dengan memperhatikan kesehatan anak seperti membawa balita untuk imunisasi juga merupakan suatu sikap keluarga dalam proses perkembangan balita (Ayah bunda, Buku Pegangan Tentang Perkembangan anak, 24 Bulan Pertama dalam Kehidupan Anak ).
2.            Status gizi anak
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi ( Sumitra Almatsir, 2002 ).
Status gizi seperti makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa.Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan anak. Makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan mordibitas dan mortalitas anak.
Monitoring pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS, merupakan usaha untuk mencegah terjadinya malnutrisi ( retrardasi pertumbuhan maupun obesitas ) pada anak. Sebaiknya setiap anak umur 4 bulan – 3 tahun ditimbang setiap bulan, karena pada periode umur tersebut merupakan penyesuaian dengan makanan orang dewasa.
Disamping itu dengan KMS kita dapat mengetahui status kesehatan anak dan factor – factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut. Dengan KMS kita bisa memberikan penyuluhan kepada ibunya,selain tentang pertumbuhan anaknya juga mengenai cara pemberian makanan yang baik, status kesehatan, imunisasi, pencegahan dehidrasi dengan oralit, pemberian vit A dengan dosis tinggi serta keluarga berencana. Selain vitamin A serta imunisasi seperti PIN yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, hal yang paling penting adalah ASI. Karena dengan ASI dapat menurunkan mordibitas dan mortalitas anak, disamping nilai gizi yang tinggi juga mengandung berbagai zat anti yang dapat melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Jika grafik berat badan pada KMS tidak naik dalam 2 bulan berturut – turut kita harus dapat mencari penyebabnya. Mungkin anak tersebut sakit, makannya kurang, cacingan atau kurang dapat perhatian. Karena anak yang mendapatkan asupan makanan yang bergizi, proses pertumbuhan dan perkembangan lebih baik dengan anak yang kekurangan gizi terutama dalam kemampuan motorik anakdalam berjalan ( Soetjiningsih,SpAK : 134 -135 )
3.            Tingkat Kesehatan
Menurut UU Kesehatan No. 32 Th 92 Tingkat Kesehatan adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit tapi juga dari kecacatan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Th 2005 ).
 Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu dengan cara membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan terdekat. Anak yang dibesarkan dengan tingkat kesehatan yang baik dan jarang sakit akan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan anak yang sering sakit. Dengan keadaan sehat tentunya dapat mendukung setiap anak dalam proses tumbuh kembang anak terutama dalam kemampuan motorik anak dalam berjalan (Soetjiningsih,SpAK : 135 ).Akibat kekurangan gizi sepeti protein, karbohidrat, lemak , vitamin dan mineral dapat menyebabkan-pertumbuhan, produksi tenaga, stuktur dan fungsi otak serta perilaku balita dapat terganggu , karena pada usia 1 sampai dengan 14 bulan merupakan masa yang kritis pada saat pertumbuhan dan sebagai dasar pembentukan sikap.
4.            Stimulasi
Yang dimaksud dengan stimulasi adalah perangsangan yang datang dari luar anak. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat banyak stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang disbanding dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi dari lingkungan. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi verbal, visual, auditif, taktil, dll. Dapat mengoptimalkan perkembangan anak dan memungkinkan tercapainyaperkembangan anak yang optimal.Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot – otot tubuh dibutuhkan stimulasi yang terarah dengan bermain atau latihan – latihan karena dengan latihan tidak saja membantu perkembangan fisik anak tetapi juga mentalnya agar anak tumbuh kembang dengan baik. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot – otot tubuh diperlukan stimulasi yang terarah seperti bermain, latihan – latihan, olah raga yang teratur. Anak perlu diperkenalkan olah raga sedini mungkin, karena dengan olah raga tidak hanya membentuk fisik anak tetapi juga mentalnya agar anak tumbuh dengan baik. Olah raga yang baik untuk anak balita misalnya seperti melempar/menangkap bola, melompat – lompat, main tali, naik sepeda roda tiga dan lain – lain. (Soetjiningsih,SpAK : 136 - 137 ).
Dan biasanya mainan yang tepat untuk membantu proses perkembangan anak khususnya dalam proses berjalan yaitu seperti kubus – kubus kayu, mainan berbunyi, minan beroda plastic, mainan yang dapat ditarik, serta mainan lain yang dapat dengan cepat menstimulasi perkembangan anak balita. (Ayah bunda, Buku Pegangan Tentang Perkembangan anak, 24 Bulan Pertama dalam Kehidupan Anak ).

2.3  Penelitian Sebelumnya
               Peneliti dalam hal ini menemukan hasil penelitian sebelumnya tentangkemampuan berjalan pada anak usia satu tahun. Menurut penelitian sebelumnya ternyata hanya 60 % dari anak – anak berusia satu tahun yang sudah dapat berjalan sendiri beberapa langkah. Dari pengamatan perkembangan berjalan yang dilakukan ternyata bahwa satu tahun belumlah cukup untuk berkembang berjalan, tetapi kira – kira 2 -3 bulan kemudian barulah anak dapat berjalan sendiri ( Theodor Hellbrugge ; J.H.Von Wimpffen, 365 Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat,1989 : 169 ).
                Berjalan merupakan salah satu parameter perkembangan anak yang harus dapat di lakukan dan dikuasai. Sekitar 90 % anak pada usia empat belas bulan sudah harus dapat berjalan ( Ariyanti, Edia, dkk The Best Practice, Diary Tumbuh Kembang Anak usia 0-6 Tahun, Cetakan I, Agustus 2006 :49 ).

               Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Didapat hasil bahwa 20 anak (47%) dari seluruh sample, yang mengalami keterlambatan kemampuan motorik. Dari 20, anak , sebagian besar yaitu 15 anak (65%) dari keluarga miskin dan 5 anak (35%) dari keluarga tidak miskin ( Badan Litbang Kesehatan, 2004 ). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar