Minggu, 31 Mei 2015

SATISFACTION (Kepuasan)



SATISFACTION (Kepuasan)
Syafrudin, SKM, M.Kes.

a.   Pengertian Kepuasan

Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja (atau hasil) yang telah memenuhi berbagai   harapannya.   Menurut   Oliver,   kepuasan   adalah   tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah membandingkan antara kinerja atau hasil  yang  dirasakan  (pelayanan  yang diterima  dan dirasakan) dengan yang diharapkannya (Irine, 2008).
Menurut  Kotler (2000), kepuasan  konsumen  adalah hasil yang   dirasakan   oleh   pembeli   yang   mengalami   kinerja   sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya (Dadang, 2010).

b.   Tipe kepuasan
Hingga saat ini definisi kepuasan pelanggan masih banyak diperdebatkan,  setidaknya ada dua tipe  yang domain. Disatu  pihak, kepuasan pelanggan dipandang sebagai outcome atau hasil yang didapatkan dari pengalaman konsumsi barang atau jasa spesifik (outcome-oriented approach). Di lain pihak, kepuasan pelanggan juga kerapkali dipandang sebagai proses (processoriented approach). Kendati  demikian,  belakangan  ini prosess-oriented approach lebih dominan. Penyebabnya, orientasi program dipandang lebih mampu mengungkap pengalaman konsumsi secara keseluruhan dibandingkan orientasi hasil. Orientasi proses menekankan perseptual, evaluatif, dan psikologis yang berkontribusi terhadap terwujudnya kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan, sehingga masing-masing komponen  signifikan  dapat  ditelaah  secara  lebih  spesifik  (Dadang,2010).


c.   Manfaat kepuasan
Beberapa manfaat kepuasan menurut (Irine, 2008) adalah:
1)      Kepuasan  pelanggan    merupakan sarana  untuk menghadapi kompetisi di masa yang akan datang.
2)      Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik.
3)      Kepuasan pelanggan merupakan asset perusahaan terpenting.
4)      Kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.
5)      Pelanggan makin kritis dalam memilih produk.
6)      Pelanggan puas akan kembali.
7)      Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi

d.   Metode mengukur kepuasan pelanggan
Menurut Kotler (2000) ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan (Irine, 2008), diantaranya :
1)  Sistem Keluhan dan Saran

Dengan  penyediaan  kotak  saran,  hotline  service,  dan  lain-lain untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien atau pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar, dan pendapat mereka.
2)  Ghost shopping ( pembelanja misterius )

Metode ini, organisasi pelayanan kesehatan memperkerjakan beberapa orang atau (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pasien / pembeli potensial produk / pelayanan organisasi pelayanan kesehatan lain yang kemudian melaporkan temuannya sehingga         dapatdijadikanperrtimbangan dalam          pengambilan keputusan organisasinya.
3)  Lost Customer Analysis

Organisasi  pelayanan  kesehatan  menghubungi  para  pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah beralih ke organisasi pelayanan kesehatan lain agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya.
4)  Survai Kepuasan Pelanggan

Untuk mengetahui kepuasan pelanggan para pemasar juga dapat melakukan berbagai penelitian atau survai mengenai kepuasan pelanggan misalnya melalui kuesioner, pos, telepon, ataupun wawancara langsung.
e.   Kepuasan pelayanan

Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal- hal sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009):
1)  Komunikasi dari mulut ke mulut

Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.
2)  Kebutuhan pribadi

Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan  adanya kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.
3)  Pengalaman masa lalu
Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang  terdahulu  untuk  memperoleh   layanan   yang  memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu.


4)  Komunikasi eksternal

Sosialisasi  yang luas dari sistem pelayanan  kesehatan  mengenai fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan  kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien.

f.      Dimensi Kepuasan
Dimensi  kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009) :
1)      Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian kepuasan mengenai :
a)         Hubungan bidan dengan pasien
b)         Kenyamanan pasien
c)         Kebebasan melakukan pilihan
d)        Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill)
e)         Efektivitas pelayanan (effectiveness)
2)       Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah sebagai berikut.
a)      Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b)      Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
c)      Kesinambungan pelayanan kebidanan (countinue)
d)     Penerima jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e)      Ketercapaian pelayanan kebidanan (acressible)
f)       Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g)      Efesiensi pelayanan kebidanan (efficient)
h)      Mutu pelayanan kebidanan (quality)


g.   Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan
Kepuasan  pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/klien) dipengaruhi oleh beberapa faktor (Erna Juliana, 2008) :
1)      Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting.
2)      Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas  kesehatan. Sikap   ini   akan   menyentuh   emosi   pasien.   Faktor   ini   akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compilance).  Untuk bisa berempati,  seorang tenaga  kesehatan  harus bisa mengamati dan menginterpretasikan perilaku pasien. Hal ini tergantung pada kemampuan  tenaga  kesehatan  untuk menginterpretasikan informasi-informasi yang diberikan oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga kesehatan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam berempati
3)      Biaya (cost),  tingginya  biaya pelayanan  dapat  dianggap  sebagai sumber moral hazard pasien dan keluarganya, yang penting sembuh sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya,  biaya  perawatan  menjadi  mahal.  Informasi  terbatas yang  dimiliki  pihak  pasien  dan  keluarganya  tentang  perawatan yang  diterima  dapat  menjadi  sumber  keluhan  pasien.  Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
4)      Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan (tangibility). Kenyamanan dalam pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan dari penampilan fasilitas fisik, peralatan,  personel  dan  media  komunikasi.  Serta  kenyamanan tidak  hanya  yang  menyangkut           fasilitas  yang  disediakan,  tetapi terpenting  lagi  menyangkut  sikap  serta  tindakan  para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
5)      Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance), ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam faktor ini. Jaminan pelayanan kesehatan merupakan   salah   satu   pendekatan   atau   upaya yang sangat mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
6)      Keandalan dan keterampilan (reliability)  petugas kesehatan dalam dalam   memberi   perawatan.   Keandalan   merupakan   tanggapan pasien terhadap kinerja petugas kesehatan dalam hal akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan.
7)      Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness). Ketanggapan merupakan kemauan para petugas  kesehatan  untuk  membantu  para  ibu hamil     dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi      keluhan yang diajukan   ibu  hamil,  ibu hamil mendapatkan informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya.


h.  Dimensi mutu pelayanan yang berkaitan dengan kepuasan ibu hamil oleh Zeithaml dan M. T. Bitner (1996) dan juga Adrian Palmer (2001) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001), yaitu:
1)       Tangibles (keberwujudan), yaitu :
Penampilan    fasilitas  fisik,    peralatan,  personel  dan media komunikasi.
2)  Reliability (keandalan), yaitu :

Kemampuan  untuk  melaksanakan jasa yang dijanjikan  dengan tepat dan terpercaya.
3)  Responsiveness (ketanggapan), yaitu :

Kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan  jasa dengan cepat atau tanggap.
4)  Assurance (jaminan), yaitu :

Pengetahuan  dan  kesopanan petugas serta  kemampuan  mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan / assurance.
5)  Empathy (empati), yaitu :

Merupakan syarat untuk peduli, memberikan  perhatian  pribadi kepada pelanggan.

i.                    Strategi peningkatan mutu pelayanan
        Empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai palayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut (Fais, 2009):
1)        Pelanggan dan harapannya
Harapan  pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2)  Perbaikan kinerja

Bila harapan  pelanggan  telah  diidentifikasi,  langkah  selanjutnya adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3)  Proses perbaikan

Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan   pelanggan   pada   saat   proses   itu   sendiri   tidak dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan  staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi,  dan  menguji pemecahan atau perbaikan.
4)   Budaya yang mendukung perbaikan terus-menerus
Untuk  mencapai  pelayanan  prima  diperlukan organisasi  yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan  peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.

j.       Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan

Pendekatan  dalam  pelaksanaan  evaluasi  menggunakan  pendekatan struktur/input, proses dan hasil/output (Fais, 2009) :
1)      Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan  dalam  organisasi  dari manajemen  termasuk komitmen,  dan  stakeholder  lainnya,  prosedur  serta  kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
2)      Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilaksanakan.
3)      Hasil/output adalah hasil pelaksanaan kegiatan, perlu diperjelas perbedaan istilah output dan outcome. Output adalah hasil yang dicapai  dalam  jangka  pendek,  sedangkan  outcome  adalah  hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek.

2.    Antenatal Care

a.   Pengertian Antenatal Care

Perawatan   Antenatal   adalah   perawatan   yang   dilakukan/diberikan kepada  seorang  ibu  hamil  sampai  saat  persalinan  (Risanto,  2008). Sedangkan menurut Dep. Kes. R.I, 1997 Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan             ibu dan  bayinya.  Pelayanan  antenatal    ini meliputi pemeriksaan          kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan intervensi dasar yang dilakukan (Ika dan Saryono, 2010).


b.   Tujuan Antenatal Care

Tujuan antenatal care menurut (Saifudin, 2008) adalah:
1)  Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
2)  Meningkatkan  dan mempertahankan  kesehatan  fisik, mental dan sosial budaya ibu dan bayi.
3)  Mengenali  secara  dini  adanya  ketidaknormalan  atau  komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, pembedahan.
4)  Mempersiapkan   persalinan   cukup   bulan,   melahirkan   dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)  Mempersiapkan   ibu  agar    masa     nifas     berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6)  Mempersiapkan   peranan   ibu   dan   keluarga   dalam   menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care seperti dikutip (Manuaba, 2010), adalah:
1)  Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas.
3)  Memberikan       nasehat  dan  petunjuk  yang       berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4)  Menurunkan angka kesakitan dan kematian dan perinatal.

c.   Program kebijakan antenatal care

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut (Ika dan Saryono, 2010):
1)  Kunjungan antenatal care

Dilakukan minimal 4x selama kehamilan :

a)      Minimal  1 kali pada trimester  I sebelum usia kehamilan  14 minggu
b)      Minimal 1 kali pada trimester II usia kehamilan 14-28 minggu
c)      Minimal 2 kali pada trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan lebih dari 36 minggu
2)  Pemberian Suplemen Mikronutrien

Tablet yang mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 µg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan).
3)  Imunisasi TT 0,5 cc


a.       Kegiatan pelaksanaan pelayanan antenatal care
Kegiatan  dalam pemeriksaan    pengawasan  antenatal  care  meliputi (Manuaba, 2010) :
1)      Anamnesa
2)      Pemeriksaan fisik
3)      Pemeriksaan psikologis
4)      Pemeriksaan laboratorium
5)      Diagnosis kehamilan
6)      Penatalaksanaan lebih lanjut
7)      Pemeriksaan hamil
Dalam penerapan  praktik sering dipakai standar  minimal perawatan antenatal care. Pelayanan antenatal care minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan kemudian 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni (Ika dan Saryono, 2010):
1)      Ukur tinggi badan/berat badan
2)      Ukur tekanan darah
3)      Ukur tinggi fundus uteri
4)      Pemberian imunisasi TT
5)      Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan.
6)      Test terhadap penyakit menular seksual
7)      Temu wicara/konseling
8)      Tes /pemeriksaan Hb
9)      Tes/pemeriksaan urin protein
10)  Tes reduksi urin
11)  Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
12)   Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)
13)  Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)
14)  Terapi obat malaria
e.   Frekuensi kunjungan antenatal care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antar ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut (Manuaba,2010),
1)          Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2)          Pemeriksaan ulang

a)  Setiap  bulan  sampai  umur  kehamilan  berumur  6  sampai  7 bulan.
b)  Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan. Setiap  1  minggu  sejak  umur  hamil  8  bulan  sampai  terjadi persalinan.
3)          Pemeriksaan khusus bila terjadi keluhan-keluhan tertentu.


f.            Jadwal kunjungan pemeriksaan antenatal care
     Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
                 Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metoda yang tersedia.

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1.      Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2.      Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang     dikandungnya
3.      Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4.      Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5.      Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6.      Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

I. KUNJUNGAN / PEMERIKSAAN PERTAMA ANTENATAL CARE
1.      menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
2.      menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3.      menentukan status kesehatan ibu dan janin
4.      menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko kehamilan
5.      menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

Tujuan kunjungan K1
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
 Meliputi :
1.      Identitas/biodata
2.      Riwayat kehamilan
3.      Riwayat kebidanan
4.      Riwayat kesehatan
5.      Pemeriksaan kehamilan
6.      Pelayanan kesehatan
7.      Penyuluhan dan konsultasi
serta mendapatkan pelayanan 10T seperti yang sudah diebutkan di pembahasan sebelumnya
Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko, yang kemudian mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.

Tujuan k1  :
-          Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
-          Mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam  jiwa ibu
-          Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena defisiensi zat besi penggunaan praktek tradisional yang merugikan
-          Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.
-          Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
-          Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu
-          Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.
-          Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran/puerperium.
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2013).

Tujuan Kunjungan K2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.

Tujuan k2 :
-          Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
-          Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
-          Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena kekurangan Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan
-          Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
-          Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
-          Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji adanya edema dan protein uria.
-          Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
-          Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
-          Mengulang perencanaan persalinan.

Tujuan Kunjungan K3 dan K4
K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
akhir) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Tujuan K4
-          Sama dengan kunjungan I dan II
-          Palpasi abdomen
-          Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.
-          Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.



Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :
a.       Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan
b.      Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c.       Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d.      Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e.       Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah

3.  Konsep Perilaku
a.      Pengertian
Perilaku  manusia  adalah  refleksi  dari  berbagai gejala  kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 2010 ).
Menurut  WHO yang   dikutip oleh  Notoatmodjo (2007) perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.             Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2.             Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3.             Perubahan  dari  hal  kesediaannya  untuk  berubah  (readiness  to  change),  ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

               Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007). Untuk memberikan respon terhadap situasi di tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
1) Persepsi (persection)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan pertama. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih makanan  yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
2) Responsi terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.
3)  Mekanisme (mecanisme)

Apabila seseorang telah  dapat  melakukan  sesuatu  dengan  benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4)      Adopsi (Adoption)
Adaptasi            adalah suatu   praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Yang artinya sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2010)
Secara teori memang perubahan perilaku atau  mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau KAP. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar