Minggu, 31 Mei 2015

ISPA pada Balita


                                                                                                     ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut )
                                                        Syafrudin, SKM, M.Kes.
1  A.      Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) merupakan salah satu penyakit pernafasan yang terberat dan banyak menimbulkan akibat dan kematian. Penderita yang terkena infeksi ini sangat menderita, apalagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas. ( Gouzali, 2011).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang prenkim  paru ( Alsagaff dan Mukty, 2010 ).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) merupakan suatu penyakit yang terbanyak dan tersering diderita oleh balita karena sistem pertahanan tubuh masih rendah, terjadi baik dinegara berkembang atau negara yang sudah mampu ( klinikita, 2007 ).
Infeksi saluran pernafasan akut mengandung tiga unsur, yaitu : infeksi, saluran pernafasan dan akut. Batasan dari masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
1.    Rounded Rectangle: 8Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2.    Saluran pernafasan adalah orang yang bernafas mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3.    Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari             ( Depkes RI, 1996 )
Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari Inpeksi Saluran Pernafasan Akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah inggris acute resfiratori infections. ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA bawah, dengan batas anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis.
a.         ISPA Atas ( acute upper respiratory infektions )
ISPA atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan atau pharyngitis dan radang telinga tengah atau otitis. Pharyngitis yang disebabkan kuman tertentu ( streptococcus hemolyticus ) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung ( endocarditis ). Sedangkan radanf telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian.
Secara umum fungsi utama dari saluran pernafasan bagian atas adalah sebagai berikut:
1)        Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2)        Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing.
3)        Warming, filtration, dan humidification dari udara yang diinspirasi. ( Irman Somantri, 2009 ).
b.         ISPA Bawah ( Acute Lower Respiratory Infections ) salah satu ISPA bawah yang berbahaya adalah pneumonia ( Maryunani, 2010 )
2.      Etiologi
Penyebab ISPA disamping disebebkan oleh dari 300 jenis kuman, baik berupa bakteri, virus maupun rickettsia ( maryunani,2010 ).
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.
Etiologi ISPA
Virus utama
1.    ISPA atas : Rino virus, Corona virus, Adeno virus, Entero virus.
2.    ISPA bawah : RSV, parainfluensa, 1,2,3 corona virus, adeno virus.
Bakteri utama
Streptococcus, pneumoccus, haemophilus influenza, staphylococcus aureus, bordetella dan corinebakterium. ( Syafrudin Dkk, 2011 )



3.      Klasifikasi infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA )
Menurut Dirjen PPM dan PLP tahun 2002 penentuan klasifikasi penyakit ISPA dibedakan atas 2 kelompok untuk umur 2 bulan sampai < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.
a.       Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibedakan atas ISPA berat dan bukan ISPA.
b.      Untuk kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun klasifikasi dibedakan atas ISPA berat, ISPA sedang, dan ISPA ringan.
ISPA berat adalah ISPA yang ditandia dengan adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam ( chest indrawing ) pada anak usia 2 bulan sampai < 5 tahun. Untuk kelompok umur < 2 bulan dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, adanya penariakn dengan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam ( severe chest indrawing ).
ISPA sedang adalah ISPA yang ditandai dengan adanya batuk dan kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas ( nafas cepat ) sesuai umur. Pada usia 2 bulan sampai < 1 tahun dikatakan nafas cepat apabila frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali permenit atau lebih.
Untuk penderita dirumah sakit dikenal ISPA sangat berat dengan gejala batuk atau sukar bernafas yang disertai adanya gejala sianosis sentral dan tidak dapat diminum ( Depkes RI, 2002 ).

4.      Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak keatas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu tangkapan reflex spasmus oleh laring. Jika reflex itu gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan  ( Kending dan Chernick, 1983 )
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk ( kending dan Chernick, 1983 ). Sehingga pada awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi skunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut kerusakan mekanismke mukosidiaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, Haemophylus, Influenza dan Staphilococus menyerang mukosa yang rusak tersebut ( kending dan Chernick, 1983 ).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ketempat-tempat lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga biar menyebar kesaluran nafas bawah ( Tyrell, 1980 ).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun disaluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan lomfoid yang tersebar, merupakan ciri has sistem imun mukosa. Ciri has berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran fasa atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa skretori IgA ( sIgA ) sangat berperan dalam integritas mukosa saluran nafas ( Siregar, 1994 ).
5.      Tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan atas ( ISPA )
Pada umunya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak terjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
a.    Tanda-tanda klinisnya :
1)   Pada system respiratorik adalah tachypnea, nafas tak teratur (apnea)
2)   Retraksi dinding Thorak, nafas caping hidung, cianosi, suara nafas.
3)   Lemah atau hilang grunting expirator dan wheezing.
4)   Pada sistem kardial adalah tachycardia, bradycardia, hipertensi.
5)   Hypotensi dan cardiac arrest.
6)   Pada sistem serebral : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala.
7)   Bingung, papil bending, kejang, koma.
8)   Pada hal umum adalah letihdan berkeringat banyak.
b.    Tanda-tanda laboratoris
1)   Hypoxemia
2)   Hypercapnia
3)   Acidosis ( metabolik dan resoiratorik )
Table 2.1 pedoman perhitungan frekuensi nafas ( WHO )
Umur anak
Nafas normal
Takipnea (nafas cepat)
0-2 bulan
2-12 bulan
30-50 per menit
25-40 per menit
Sama atau > 60x per menit
Sama atau > 50x per menit

Tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien dengan infeksi saluran pernafasan akut dan mula-mula tampak adalah batuk, disertai demam, pusing, kemudian selera makan, penderita terus menurun dan hampir samua sendi dan otot terasa sakit dan lesu ( gouzali, 2011 ).


6.      Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.    Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang menyebabkan adanya penyakit.
b.    Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit.
c.    Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya ( Noor, 2008 )
7.      Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi saluran pernafasan akut yang rasional. Hal yang diperhatikan juga adalah pengobatan ISPA yang rasional. Penderita ISPA memerlukan obat antibiotik, demikian juga penderita pharyngitis yang disebabkan oleh streptococcus,haemolitikus. Tetapi tidak semua penderita ISPA memerlukan antibiotik, misalnya yang disebabkan oleh virus seperti batuk pilek biasa. Selanjutnya pemberian obat batuk pada balita juga tidak dianjurkan. Pada balita yang batuk, lebih tepat diberikan pelega tenggorokan seperti minuman hangat ( Maryunani, 2010 ).
Perawatan dirumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita ISPA antara lain :
a.    Mengatasi demam
Anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan paracetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 tahun dengan demam harus segera dirujuk. Paracetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air ( tidak perlu air es)
b.    Mengatasi batuk
Dianjurkan memberikan obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh diberikan 3x sehari.
c.    Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tapi sering atau berulang-ulang. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d.   Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan ( air putih, air buah dan sebagainya ) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan caian akan menambah parah sakit yang diderita.
8.      Pencegahan ISPA
Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA maka dewasa ini terus dilakukan penelitian cara pencegahan ISPA yang efektif dan spesifik. Cara yang terbukti efektif sampai saat ini adalah dengan hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi lengkap ( Mariyunani, 2010 ).
Mengingat infeksi saluran pernafasan akut adalah penyakit yang beresiko tinggi alangkah baiknya jika para orang tua tetap wapada dengan memperhatikan tips tersebut :
a.       Menghindarkan bayi ( anak ) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b.       Menghindarkan bayi ( anak ) dari kontak dengan penderita ISPA
c.       Membiasakan pemberian ASI
d.      Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek, terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk ( retraksi ).
e.       Periksakan kembali kerumah sakit atau puskesmas terdekat jika belum menampakan perbaikan dan kondis anak memburuk.
f.        Imunisasi Hib ( untuk memberikan kekebalan terhadap haemopilus influenza, vaksin pneumokokal heptavalent mencegah IPD = Invasive pneumococcal diseases ) dan vaksinasi influenza pada anak resiko tinggi terutama usia 6-23 bulan. Saying vaksin ini belum dapat dinikmati oleh semua anak karena harganya yang relative cukup mahal.
Pencegahan pneumonia pada balita
a.         Jauhkan dari zat-zat pemicu alergi
b.         Hindarkan anak dari asap rokok
c.         Jangan masukan benda ketetlinga, apalagi cotton bud karena dapat mendorong kotoran kedalam telinga dan dapat melukai telinga
d.        Biarkan rambut halus ditelinga secara alami membantu membersihkan kotoran ditelinganya
e.         Segera dibawa kedokter begitu ada gangguan pada pendengarnya.
9.      Balita
Balita atau dibawah lima tahun merupakan masa kritis, karena pada masa ini tingkat kekebalan balita masih sangat rentan sekali, pada masa ini 80% otak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar