REFRAMING ETHICS AND SPIRIT
A.
PENGERTIAN ETIKA
Istilah etika dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal
dari bahasa Yunani yaitu ethos.
Yang berarti kebiasaan atau watak. Etika juga berasal dari bahasa Perancis
yaitu etiquette yang berarti kebiasaaan, cara bergaul, berperilaku yang
baik. Jadi, etika lebih merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan
dapat diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang atau suatu organisasi
tertentu. Dengan melihat situasi dan cara pandang seseorang dapat menilai
apakah etika yang digunakan atau diterapkan itu bersifat baik atau buruk
B.
PRINSIP ETIKA
Dalam sejarah peradaban manusia sejak abad ke-4 sebelum Masehi, para pemikir telah mencoba
menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat.
Dalam hubungan itu, setidaknya ada enam prinsip etika, yaitu:
1. Prinsip Keindahan (Beauty)
Prinsip
ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, etika manusia berkaitan atau memperhatikan
nilai-nilai keindahan. Itulah sebabnya, seseorang memerlukan penampilan yang
serasi dan indah atau enak dipandang dalam berpakaian dan menggunakannya pada
waktu yang tepat.
2. Prinsip Kesamaan (Equality)
Hakikat
kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara manusia yang satu dan yang
lain. Setiap manusia yang lahir di bumi ini pada dasarnya adalah sama atau
sederajat. Etika yang dilandasi oleh prinsip persamaan ini dapat menghilangkan
perilaku diskriminatif yang membeda-bedakan dalam berbagai aspek interaksi
manusia.
3. Prinsip Kebaikan (Goodness)
Secara
umum, kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan
pujian. Perkataan baik mengandung sifat seperti persetujuan, pujian,
keunggulan, kekaguman, atau ketepatan. Dengan demikian prinsip kebaikan sangat
erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia. Apabila seseorang menginginkan
kebaikan dari ilmu pengetahuan, ia akan mengandalkan objektivitas ilmiah,
kemanfaatan ilmu, rasionalitas, dan sebagainya. Jika menginginkan kebaikan
tatanan sosial yang diperlukan adalah sikap sadar hukum, saling menghormati,
perilaku yang baik, dan sebagainya. Jadi, lingkup dari ide atau prinsip
kebaikan bersifat universal.
4. Prinsip Keadilan (Justice)
Keadilan
adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa
yang semestinya. Atau dengan kata lain keadilan adalah menempatkan sesuatu
sesuai pada tempatnya.
5. Prinsip Kebebasan (Liberty)
Secara
sederhana, kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasaan untuk bertindak atau
tidak bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan
muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidup sendiri serta memiliki
hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri, kecuali jika pilihan tindakan
tersebut melanggar kebebasan yang sama dari orang lain.
6. Prinsip Kebenaran (Truth)
Kebenaran
harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan kepada masyarakat agar masyarakat merasa
yakin akan kebenaran itu. Untuk itu, kita perlu menjembatani antara kebenaran
dalam pemikiran (truth in mind)
dan kebenaran dalam kenyataan (truth in reality) atau kebenaran yang
terbuktikan. Doktrin etika tidak selalu dapat diterima oleh orang awam apabila
kebenaran yang ada di dalamnya belum dapat dibuktikan.
Keenam prinsip etika tersebut menjadi prasyarat dasar
bagi pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antar
manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan pemerintah, dan sebagainya.
Dengan perkataan lain, serangkaian etika yang disusun sebagai aturan hukum yang
mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, dan
sebagainya harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
C. DIMENSI ETIKA DALAM ORGANISASI
Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti
pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok
anggota organisasi yang secara keseluspiritan akan membentuk budaya organisasi (organizational
culture) yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang
bersangutan.
Organisasi sebagai sebuah struktur hubungan antar manusia
dan antar kelompok tentu saja memiliki nilai-nilai tertentu yang menjadi kode
etik atau pola perilaku anggota organisasi yang bersangkutan. Salah satu nilai
etika yang secara umum berlaku bagi setiap anggota organisasi adalah “menjaga
nama baik organisasi.” Berdasarkan nilai tersebut, setiap anggota organisasi
harus mampu bersikap dan berperilaku yang mendukung terjaganya nama baik
organisasi.
Internalisasi nilai etika tersebut dalam diri setiap
anggota organisasi secara efektif akan membangun moralitas pribadi anggota
organisasi yang bersangkutan. Adapun pola perilaku yang ditekankan dalam upaya
terjaganya nama baik organisasi, biasanya dituangkan dalam sejumlah aturan
mengenai apa yang harus dan terlarang untuk dilakukan oleh setiap anggota
organisasi, misalnya setiap anggota organisasi diwajibkan selalu mengenakan
simbol-simbol organisasi, baik pakaian, peralatan, hingga kartu nama; sedangkan larangan yang
diberlakukan antara lain berjudi, mabuk-mabukan, meminta tips kepada pelanggan
dan sebagainya.
D. STUDI KASUS
Enron company adalah perusahaan pipa gas terbesar di
Amerika, yang kejayaannya lambat laun menurun. Hal tersebut terlihat jelas jika
dibandingkan dengan Merck, perusahaan obat-obatan terbesar di Amerika. Merck
menjelaskan bahwa inti keberadaannya saat ini adalah karena masyarakat. Oleh
karena itu pun, tujuan dari berdirinya perusahaan ini adalah untuk menjaga dan
meningkatkan kehidupan manusia, bukan semata untuk mencari keuntungan. Salah
satu contohnya adalah pengalaman nyata dari perusahaan Merck. Merck memutuskan
untuk mendistribusikan obat-obatan kepada para “river blindness” dan
orang-orang miskin yang terjangkit penyakit di 3 negara di dunia tanpa
mengharapkan imbalan atau keuntungan apapun.
Dari peristiwa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Merck
company selalu melakukan segala hal dengan sepenuh hati, ikhlas, tulus serta
dengan semangat yang mereka miliki. Inilah yang menjadikan Merck company
menjadi sukses karena ciri khas dan karakter yang perusahaan ini miliki serta
adanya semangat yang menyatu di dalamnya.
Sementara Enron company, memang orang-orang yang berada
di dalamnya adalah orang-orang yang cerdas, penuh inovasi dan pastinya
berkualitas, tetapi mereka bukanlah orang-orang yang bijak dan selalu merasa
kurang dan kurang sehingga tidak pernah mensyukuri apa yang telah dicapainya
sehingga lambat laun pun keberadaan mereka terkikis dengan sendirinya
Etika dan Spirit dalam sebuah organisasi sangatlah
penting untuk dibentuk agar organisasi tersebut mengenal dirinya sendiri dan
setelah ia mengenal dirinya sendiri secara otomatis pun masyarakat akan
mengetahuinya. Namun, pada kenyataannya banyak sekali organisasi tidak
menyadari akan dua hal ini, etika dan spirit.
Herb Kelleher adalah pendiri dari perusahaan penerbangan
yang paling ternama dan terbanyak profitnya di Amerika, bahkan banyak sekali
perusahaan yang memarjinalisasikan diri dengan Southwest company ini. Tetapi
setelah peristiwa 9/11 (runtuhnya gedung World Trade Centre di Amerika) perusahaan ini bangkrut karena
hilangnya kepercayaan masyarakat. Lalu apa yang dilakukan ole Southwest company
setelah kejadian yang menimpanya, Herb tetap bangkit dan menciptakan strategi
baru yang harus dilakukan dengan sepenuh
hati. Starategi baru itu dilihat Herb dari beberapa aspek yaitu masyarakat,
humor, cinta dan karakter. Itulah komponen-komponen atau beberapa aspek
pembangun perusahaan penerbangan Southwest.
Kelleher terkenal sebagai orang yang selalu ramah dan
humoris bahkan sebagai pendiri perusahaan besar pun ia tidak malu untuk ikut
terjun langsung dalam menyajikan makanan dan minuman kepada para penumpang.
Bahkan ketika pembukaan jalur penerbangan baru dalam perusahaan penerbangannya.
Dalam konferensi persnya ia pun tak ragu untuk mengeluarkan sifat humorisnya
dengan menyanyikan salah satu lagu rap.
Kelleher menyatakan bahwa suatu hal terpenting dalam
suatu perusahaan adalah kebiasaan (budaya) atau
karakter orang-orang yang ada di dalamnya. yang
ada di dalamnya, karakter building yang ada di dalamnya. Jadi, jangan
tinggalkan itu, tetaplah jaga kebudayaan itu karena hal tersebut itulah yang
membentuk bagaimana keberadaan perusahaan itu di masyarakat.
Ada pula cerita tentang Aaron Feuerstein, Presiden
perusahaan tekstil Malen Hills di Masachusetts, Amerika. Karena kebakaran yang
dialaminya sehingga menghanguskan segala hal yang ada di dalamnya. Ia pun
mengalami kerugian besar hingga gaji para pekerja pun harus ditunda
pembayarannya hingga 2-3 bulan. Tetapi pada bulan ke-3, para pekerja pun
mendapatkan kembali pekerjaan mereka. Mereka pun terharu dan sangat terkejut
karena bagaimana bisa dalam waktu sekejap perusahaan itu dapat kembali bekerja
lagi. Hal itu dikarenakan sifat kedermawanan dari Feuerstein sehingga banyak
kawan-kawan sesama pengussaha yang membantu memberikan sejumlah uang 7 juta dollar Amerika. Lalu digunakanlah
uang itu untuk dikembalikan kepada para pekerja dan masyarakat.
Dari hal-hal tersebut sudah banyak bukti yang terungkap
dan nyata bahwa cinta yang diberikan sepenuh hati dalam melayani masyarakat,
Southwes Company (perusahaan penerbangan), melayani dan meningkatkan kehidupan
masyarakat, Merck Company (perusahaan farmasi/obat-obatan) karakter yang
dimiliki perusahaan inilah yang menjadikan perusahaan ini sukses karena spirit
dan etika yang mereka tanamkan. Spirit dan etika adalah hal-hal yang sangat
terkait satu sama lainnya. Dan hal itu pula yang dijelaskan Solomon (1993)
tentang spirit dan etika yang merupakan inti dari suatu kehidupan yang baik,
begitu pula dalam organisasi. Solomon menegaskan pentingnya kesinambungan dan
stabilitas, kejelasan visi dan konsistensi tujuan, loyalitas perusahaan dan
integritas individu. Pandangan filosofi dan tradisi spiritual memberikan banyak
kebijaksanaan untuk menuntun kita dalam meraih jalan terbaik untuk kehidupan
dan menjalankan bisnis. Kedudukan seorang pemimpin
sangatlah penting, begitu pula hati dan jiwa pemimpin. Berikut implikasi frame untuk organisasi sebagai
komunitas etis dan tanggung jawab moral seorang pemimpin.
E.
Tabel : Reframing
Ethics and Spirit
E
|
Methapor
|
Organizational Ethics
|
Leadership Contribution
|
E.1.
|
Factory
|
Excellence
|
Authorship
|
E.2.
|
Family
|
Caring
|
Love
|
E.3.
|
Jungle
|
Justice
|
Power
|
E.4.
|
Temple
|
Faith
|
Significance
|
E.
1. PABRIK:
KEUNGGULAN DAN KEPENGARAHAN
Kesan yang paling lama dari organisai adalah sebagai
sebuah pabrik yang melakukan proses produksi. Etika sebuah pabrik adalah
“keunggulan“ yang
menjamin pekerjaan diselesaikan sebaik dan secepat mungkin untuk menghasilkan
produk berkualitas tinggi, salah satu
penyebab kekecewaan adalah pengabaian untuk menyadari bahwa keunggulan membutuhkan komitmen dan otonomi dari
semua tingkatan dalam organisasi.
Bagaimana pemimpin berperan dalam pembentukan komitmen
Bolman dan Deal (2001, p.106) menegaskan bahwa kepemimpinan adalah pemberian.
Kepemimpinan adalah sebuah etika dan pemberian kepada diri sendiri.
Untuk menciptakan dan memelihara keunggulan adalah dengan pemberian dan
pengarahan bahwa karyawan harus merasa memiliki sehingga dapat memberikan
kekuatan penuh.
E.2. KELUARGA
: KEPEDULIAN DAN CINTA
Kepedulian, perasaan kasih dan perhatian kepada orang
lain adalah tujuan dan niai etis yang harus ada dalam keluarga. Orang tua
peduli kepada anaknya. Begitu pula anak peduli kepada orang tuanya. Keluarga
dan masyarakat yang peduli memerlukan pemimpin yang memberikan perhatian
terbaik kepada anggota dan pelanggannya. Hal ini termasuk tanggung jawab
pemimpin untuk memahami kebutuhan dan perhatian
anggota masyarakat. Bentuk pemberian bantuan dari pemimpin ini adalah
cinta. Cinta memiliki unsur-unsur : kepedulian,
tanggung jawab, hormat dan pengetahuan untuk memahami.
Kepedulian dimulai dari mengenal/ mengetahui, hal itu membutuhkan pendengaran, pengertian, dan
penerimaan. Dia
berkembang melalui perasaan penghargaan yang mendalam, rasa hormat, dan cinta.
Cinta adalah keinginan dan untuk meraih dan membuka hati seseorang. Hati yang
terbuka akan mudah menerima kritikan. Menghadapi kritikan membuat kita membuka
topeng, bertemu hati ke hati dan selalu hadir untuk orang lain. Kita mengalami
perasaan bersatu dan perasaan saling memberi yang membentuk “jiwa kebersamaan”. Kepedulian datang dari
seorang pemimpin yang menggunakan etika organisasi : kejujuran, keadilan,
menghormati orang lain, berperasaan, memenuhi janji dan integritas.
E.3. HUTAN : KEADILAN DAN KEKUATAN
Gambaran ketiga,
sebuah organisasi adalah bagaikan “hutan rimba” , yang penuh konflik-politik
dan pencarian kepentingan diri sendiri. Pada
kelompok yang beragam kepentingan dan pandangannya, keadilan menjadi sesuatu
yang sulit didefinisikan dan perbedaan pendapat tentang kriteria keadilan tidak
dapat dihindarkan.
Kunci yang dapat pemimpin tawarkan adalah kekuatan. Orang
yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan lebih mungkin merasakan keadilan
daripada orang yang tidak dilibatkan. Pemimpin yang menimbun kekuatan akan
mengakibatkan ketidakberdayaan organisasi. Orang yang dikebiri kekuatannya akan
mencari cara utuk menyerang balik, seperti sabotase, penarikan diri, atau
kemarahan untuk melawan. Memberikan kekuatan akan melepaskan energi untuk
penggunaan produktivitas. Jika seseorang memiliki perasaan kemanjuran dan
kemampuan mempengaspiriti fikiran mereka, mereka berusaha untuk lebih produktif. Mereka
mengatur energi dan kecerdasan mereka untuk memberikan kontibusi, bukan membuat
masalah.
Pemberian kekuatan melibatkan orang dalam pekerjaan. Jika
pemimpin memegang kekuasaan dengan kuat, berarti dia telah menjalankan
pola-pola lama yaitu antagonism (Bolman dan Deal, 2001).
Kepengarahan dan kekuatan berhubungan dengan otonomi,
ruang gerak dan kebebasan. Kekuatan adalah kemampuan untuk mempengaspiriti
orang lain dan mendapatkaan sesuatu terjadi pada lingkup yang lebih besar.
Pengarahan tanpa kekuatan akan asing dan pecah.Kekuatan tanpa pengarahan dapat
mengganggu dan menindas.
Pemberian kekuatan adalah penting pada semua level:
individu, kelompok dan organisasi. Pada level individu, orang menggunakan
kekuatan untuk mempengaspiriti lingkungan kerja dan perusahaan-perusahaan yang
berkaitan dengan merekaa. Tempat bekerja yang tradisional masih mencekik
pegawainya dengan batasan waktu, peraturan yang kaku/keras dan boss yang
otoriter.
Keadilan mempersyaratkan pemimpin mempertinggi kekuatan
kelompok subdominan dengan jalan memberikan kesempatan dalam pengambilan
keputusan, menciptakan kelompok pendukung internal, membangun keragaman ke
dalam sistem informasi dan insentif, dan memperkuat kesempatan berkarir.
E.4.
KUIL : KEPERCAYAAN DAN PEMAKNAAN
Sebuah organisasi seperti sebuah kuil, dapat disebut
sebuah tempat suci, sebuah ekspresi aspirasi manusia, sebuah monumen untuk
kepercayaan manusia. Sebuah kuil adalah tempat berkumpul sekelompok orang
dengan tradisi, nilai-nilai dan keyakinan. Anggota-anggota masyarakat mungkin berbeda dalam berbagai hal seperti
umur, latar belakang, status ekonomi, dan minat individu, tetapi mereka diikat
oleh kepercayaan dan komitmen spiritual
satu sama lain. Dalam kerja organisasi, kepercayaan diperkuat jika anggota
merasakan organisasi ditandai oleh keunggulan, kepedulian dan keadilan. Para
anggota harus merasakan bahwa organisasi sedang mengerjakan sesuatu yang
bermanfaat dan bernilai.
Kuil memerlukan pemimpin spiritual.
Pemimpin spiritual membantu menemukan makna dan keyakinan dalam kerja dan
membantu mereka dalam menjawab pertanyataan-pertanyaan fundamental : siapakah
aku?, siapakah kita, apakah tujuan hidup kita?, prinsip etika apa yang harus
diikuti?, warisan apa yang akan kita tinggalkan?. Pemimpin spiritual menawarkan pemberian pemaknaan, berdasarkan pada
keyakinan bahwa bekerja adalah usaha yang bermanfaat dan lembaga berhak
mendapatkan komitmen dan loyalitas.
Pemaknaan dibangun melalui penggunaan bentuk simbol dan
ekspresi perasaan seperti ritual, upacara, gambar/lambang, musik dan cerita.
Organisasi tanpa simbol kehidupan akan kosong dan hampa. Upacara khusus menjadi
penting dalam membangun pemaknaan kehidupan bersama. Ritual membantu kita
menghadapi dan memahami goncangan,
keberhasilan dan misteri hidup sehari-hari.Upacara dan ritual membantu kita
mengalami keyakinan yang menghubungkan sebuah komunitas bersama.
“Sebuah komunitas harus menjadi lebih dari sekedar
perkumpulan pasukan, bercerita tentang kisah-kisah, dan mengingat masa lalu. Komunitas harus berakar pada
nilai-nilai luhur, nilai-nilai ini memancar dari pengangkatan pemimpin mereka
sendiri”. (Griffin, 1993 p.178). Kembali pada sebuah ilustrasi perayaan yang
menggambarkan orang-orang bersama dan menghubungkannya dengan sebuah makna
pekerjaan. Musik menangkap dan mengungkapkan
arti kehidupan yang lebih mendalam.
Ketika seseorang bernyanyi atau menari bersama, mereka mengikat satu
sama lain dan menghubungkan pengalaman emosional. Harry Quadraccy, CEO dari perusahaan Quadgraphics mengajak
para pegawainya berkumpul setiap tahun.
Kelompok paduan suara menyanyikan lagu-lagu tahunan. Quadraccy sendiri
menyuarakan filosofi perusahaan dalam sebuah nyanyian.
Max De Pree, mengatakan bahwa kesetiaan lebih
penting dari kesuksesan, sebuah organisasi harus memiliki Tujuan ‘yang
menyelamatkan’ dengan memperhatikan moral. Kita perlu memahami bahwa memperkaya
potensi-spiritual- lebih penting dari pada memperkaya tujuan-tujuan (material) kita (1989,p 69). Para pemimpin
memiliki tanggung jawab dalam memupuk kepercayaan mereka dan menimbulkan
kembali kepercayaan pada mereka yang telah kehilangan keyakinannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar