Minggu, 03 Maret 2024

Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia

                                                  Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia

1.     Makna Keragaman Manusia

Berdasarkan KBBI, ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) music, lagu, langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa). Keragaman menunjukkan adanya banyak macam atau banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan ini ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki cirri-ciri khas tersendiri. Perbedaan ini terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi misalnya, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.

Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan misalnya, dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dll. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Kita sebagai individu akan berbeda dengan seseorang sebagai individu yang lain. Demikian pula kita sebagai bagian dari suatumasyarakat memiliki perbedaan dengan masyarakat lainnya.

2.     Makna Kesetaraan Manusia

Kesetaraan juga dapat disebut kesederajatan. Menurut KBBI, sederajat artinya sama tingkatan. Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau lebih rendah antara satu sama lain.

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Di hadapan Tuhan, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan, atau tingkatannya. Yang membedakan natinya adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.

Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Berkaitan dengam dua konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya,meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan berbeda-beda tetapi mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jaminan akan kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dari berbagai ragam masyarakat di dalamnya amat diperlukan.

 

             Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia

1.     Suku Bangsa dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia dari sabang sampai merauke sangat beragam. Adapun perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tumbuh, mata, dan ukuran kepala.

Di indonesia, terutama bagian barat muai dari sulawesi adalah termasuk ras mongoloid melayu mua (Deutero Malayan Mongoloid). Kecuali Batak dan Toraja yang termasuk Mongoloid MelayunTua (Proto Melayan Mongoloid) sebelah timur indonesia termasuk ras Austroloid, termasuk bagian NTT. Adapun kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan chia yang termasuk Astratic Mongoloid

2.     Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindra, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Harun Nasution hlm. 10).

Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan perinci. Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama, tampaknya memang memiliki ciri umun yang hampir sama baik dalam agama primitif maupun monoteisme. menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama terpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh di abaikan (psikologi agama; 14).

Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam praktisinya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:

-        Berfungsi edukasi: Ajaran agama secara yudiris berfungsi menyuruh dan melarang.

-        Berfungsi penyemangat.

-        Berfungsi sebagai perdamaian.

-        Berfungsi sebagai social control.

-        Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.

-        Berfungsi transformatif.

-        Berfungsi kreatif.

-        Berfungsi sublimatif.

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa Indonesia. hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui Indonesia.

3.     Ideologi dan Politik

Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaru kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan kepercayaan yang fundamental. Ideologi membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. politik mencakup baik konflik antara individu-individu dan kelompok untuk memperoleh, kekuasaan yang digunakan oleh pemenang bagi keuntungannya sendiri atas kerugian dari yang di lakukan. Politik juga bemakna usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.

Keragaman masyarakat indonesia dalam ideologi dan politik dapat dilihat dari banyaknya partai politik sejak berakhirnya masa Orde laa. Meskipun pada dasarnya Indonesia hanya mengakui, satu Ideologi, yaitu Pancasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

4.     Tata Krama

Tata krama yang dianggap bahasa dari bahasa jawa yang berarti "adat sopan santun, basa-basi"  pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu.

Tata krama dibentuk dan di kembangkan oleh masyarakat, tata krama terdiri atas aturan-aturan yang kalau dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki beragam suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun karena adanya sosialisasi nilai-nilai dan norma secara turun-temurun dan berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suku bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.

5.     Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian Negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah satu perhatian yang terus ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya  kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.

6.     Kesenjangan Sosial

Masyarakat indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini, dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan adanya penggolongan orang berdasarkan kasta.

Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjngan sosial yang tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan bisa menjadi sebuah pemicu perang antar-etnis atau suku.  

 

   Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan Kehidupan Global

Pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara, dan kehidupan global yang dimiliki oleh masyarakat majemuk yang dijelaskan oleh Van de Berghe Yaitu:

1.        Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan yang berbeda.

2.        Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer.

3.        Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nuilai sosial yang bersifat dasar.

4.        Secara relatif sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

5.        Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

6.        Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Realitas di atas harus diakui dengan sikap terbuka, logis dan dewasa karena dengannya, kemajemukan yang ada dapat dipertumpul. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap  dikesampingkan besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti halnya sebagai berikut:

1.       Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya. Disharmonisasi dibawa oleh virus paradox yang ada dalam globalisasi. Paket globalisasi yang begitu memikat masyarakat dengan tawarannya akan keseragaman global untuk maju bersama dengan komunikasi gaya hidup manusia yang bebas dan harmonis dalam tatanan dunia, dengan menyampaikan keunikan dan keragaman manusia sebagai pelaku utamanya.

2.       Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan maslah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

3.       Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain: keyakinan bahwa secara kodrati ras/ sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.

 

       Kemajemukan Mempengaruhi Dinamika Sosial Budaya dalam Masyarakat

Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural society)pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.

Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:

1.     Etnik dan ras atau asal usul keturunan.

2.     Bahasa daerah.

3.     Adat Istiadat atau perilaku.

4.     Agama.

5.     Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1.     Penghasilan atau ekonomi.

2.     Pendidikan.

3.     Pemukiman.

4.     Pekerjaan.

5.     Kedudukan social politik.

Keragaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik, agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya. Pada bagian ini akan diulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.

1.      Ras

Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.

Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut berdasarkan ciri fisik biologis. Ciri utama pembeda antarras antara lain ciri alamiah rambut pada badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan. Misalnya, ras Melayu secara umum bercirikan sawo matang, rambut ikal, bola mata hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan kulit hitam dan berambut keriting.

Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik. Secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar.

Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi ras di dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen.

2.      Etnik atau Suku Bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

Bila merujuk pendapat F. Baart di atas, identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku bangsa bawaan(etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran) atau hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan (religi), kesamaan mitologi, dan kesamaan totemisme.

Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar. Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar ditentukan. Sebuah buku pintar Rangkuman Pengetahuan Sosial Lengkap menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah (Sugeng HR, 2006). Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat di Indonesia (Koentjaraningrat, 1990). Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya memunculkan keanekaragaman kebudayaan di Indonesia. Jadi, berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar