Minggu, 23 Juli 2023

Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat

 Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut sebagai tonggak sejarah cikal bakal Promosi Kesehatan.Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dariKonvesi Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan diJakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakarta Declaration. Selanjutnya perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah ini:

 Abad Ke 16 - Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera. Dengan melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Tahun 1807 – Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi dan pertolongan serta perawatan persalinan pada bayi. Sampai akhirnya diberikan pelatihan khusus di sekolah dokter jawa yang didirikan oleh kepala pelayanan sipil dan militer dr.Bosch. sekolah ini dikenal juga dengan nama sekolah STOVIA (School Tot Opleiding Van Indich Arsten), akan tetapi tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih. Tahun 1888 – Berdiri pusat laboratorium.

kedokteran di Bandung dan tahun 1913 didirikan sekolah kedokteran yang ke-2 di surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School), kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.

 Tahun 1925 -Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.

 Tahun 1927 - STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia - 3 –

 Tahun 1930 - Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan

 Tahun 1935 - Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.

 Tahun 1951 - Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem

pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.

 Tahun 1952 - Pelatihan intensif dukun bayi .

 Tahun 1956 - Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan,sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.

 Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.

 Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.

 Tahun 1969 - Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.

 Tahun 1979 - Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. - 4

 Tahun 1984 - Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)

 Awal tahun 1990 - Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat.

 SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi dliceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda

antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui "hidup seimbang", menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,daripada dengan pengobatan/pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan.Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan Kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi Kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka se olah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

 Pertama

pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas Kesehatan dengan masyarakat(sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.

 Kedua

pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif artinya kelompok ini pada hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktik. Kalau tidak ada umumnya pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatanmasyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari danmengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

 Ketiga

pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demilkian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik. 2.2 Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat

1. Periode sebelum ilmu pengetahuan

a) Telah ditemukan dokumen-dokumen tertulis tentang pembuangan air limbah, pengaturan air minum

b) Telah dibuat sumur, karena air sungai sudah kotor dan terasa tidak enak

c) Abad ke-7 di India terjadi endemi kolera

d) Abad ke-14 terjadi wabah pes di India dan Cina.

2. Periode ilmu pengetahuan

Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 mempunyai dampak yang luas terhadap aspek kehidupan manusia. Beberapa pelopor kesehatan modern :

a) Hipocrates (460-370 SM) dikenal sebagai bapak kedokteran

b) Anthony van Leeuwenhoek (1632 -1723), penemu mikroskop

c) John snow (1813 – 1912), Bapak epidemiologi dan menemukan penyakit kolera disebabkan oleh kuman kolera melalui air

d) Louis pasteur (1827 – 1912) menemukan vaksin untuk mencegah cacar

e) Joseph Lister penemu asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruangan operasi

f) William marton  ether anastesi

g) Robert koch (1843 – 1910), penemu kuman TBC.

2.3 Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia

Kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke16. Telah dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena & Dr. Patah selanjutnya dikenal dengan istilah Patah – Leimena. Isinya bahwa pelayanan kesehatan masyarakat , aspek kuratif dan aspek preventif tidak boleh dipisahkan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas. Tahun 1956 oleh Dr. Y. Sulianti didirikan proyek Bekasi (tepatnya lemah abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.

Konsep ini merupakan model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program.

 Pada tahun 1967, diadakan seminar yang merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu. Dibuat konsep Puskesmas oleh Dr Ahmad Dipodilogo yang mengacu pada konsep Bandung dan Bekasi. Pada tahun 1968, dilaksanakan Rakernas yang menetapkan Puskesmas merupakan sistem pelayanan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

 Tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu)

2.4 Tonggak-tonggak bersejarah kesehatan masyarakat di Indonesia

Tonggak-tonggak yang sudah tercapai di Indonesia yaitu adalah BPJS.BPJS adalah badan hukum publik yang di bentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.BPJS meliputi BPJS kesehatan yang sebelumnya dilaksanakan oleh PT askes (parsero).

Seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS,termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.

Kekhawatiran masyarakat terhadap penyelenggara jaminan sosial (BPJS)bidang kesehatan tidak dapat berjalan mulai 1 Januari 2014 ternyata tidak terbukti. Salah satu kekhawatiran adalah sedikitnya rumah sakit yang bersedia mengikuti program yang di luncurkan pemerintah.

2.5 Sejarah Pusat Kesehatan Masyarakat

Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari didirikannya berbagai institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak masing berjalan sendiri-sendiri.

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Kemudian pada September 1959, wabah malaria masuk ke Malang. Dengan tekad di dada, malaria ditargetkan terberantas pada tahun 1970.

Terbentuknya puskesmas dipelopori oleh proses integrasi BKIA dan BP yang sejaklama tersebar di berbagai kecamatan. Pada waktu itu jarak BKIA dan BP tidak saling berjauhan, hingga proses integrasi mudah disatukan secara fisik

Pada pertemuan Bandung Plan (1951), dr. J. Leimena mencetuskan pemikiran untuk mengitegrasikan berbagai institusi. Upaya tersebut di bawah satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien. Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Konsep pelayanan yang terintegrasi lebih berkembang dengan pembentukan team work dan team approach dalam pelayanan kesehatan (1956). Gagasan ini dlirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan kesehatan tingkat primer dan membentuk unit-unit o rganisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969- 1970.

Penggunaan istilah Puskesmas petama kali dimuat pada Master Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun 1969. Dalam dokumen tersebut, disebutkan puskesmas terdiri atas:

3 tipe puskesmas (tipe A, tipe B, tipe C). kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke II tahun 1970 menentapkan hanya ada satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok.

kegiatan pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan pemerintah keinginan program ditingkat pusat, sehingga kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok, bahkan DKI Jakarta mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.

Melalui rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dlipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4 macam yakni:

a. Puskesmas tungkat desa.

b. Puskesmas tingkat kecamatan.

c. Puskesmas tingkat kawedana.

d. Puskesmas tingkat kabupaten.

Kemudian, pada rakemnas ke-2 tahun 1969, puskesmas dibagi menjadi 3 kategori:

a. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh.

b. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter secara tidak penuh.

c. Puskesmas tipe C dipimpin oleh para medis.

Dalam program pembangunan kesehatan nasional telah dirumuskan tujuan pembangunan kesehatan milenium, yaitu terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumusan tersebut telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025 yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan RPJP-K maka diperlukan puskesmas.

Puskesmas dibentuk sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat diberi fungsi melaksanakan dua program utama;

(1). Melaksanakan program promotif, preventif, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta penanggulangan masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat,

(2). Melaksanakan upaya Kesehatan Perseorangan dengan tujuan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan.

Untuk mewujudkan terselenggara pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal, maka puskesmas harus melaksanakan fungsi manajemen pelayanan dengan baik. fungsi manajemen secara sistematik Puskesmas hendaknya dilaksanakan untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan masyarakat dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara berkelanjutan.

Secara teori manajemen puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, valuasi, perbaikan manajemen dan pencatatan pelaporan program.Untuk memudahkan implementasi program maka puskesmas harus memiliki dokumen perencanaan yang dijadikan sebagai acuan dalam pelayanan, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang. Dalam Perencanaan puskesmas hendaknya disusun untuk kebutuhan satu tahun kedepan atau bahkan lima tahun dengan harapan agar keberlangsungan pelayanan Puskesmas dapat dolaksanakan secara efisien, efektif dan berkesinambungan, yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat serta sumber dana lainnya.

Pusat Kesehatan Masyarakat, atau yang disingkat dan lebih dikenal di Indonesia dengan nama Puskesmas, adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja UPT. Sebagai unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan dalam unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota, tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan Pembangunan Kesehatan. Maksudnya adalah sebagai penyelenggara upaya kesehatan seperti melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi. Sementara pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar