Minggu, 29 Januari 2023

TRIAD EPIDEMIOLOGI (HOST, AGENT DAN ENVIRONMENT)

 TRIAD EPIDEMIOLOGI (HOST, AGENT DAN ENVIRONMENT)

A.    Triad Epidemiologi

Epidemiologi memakai cara pandang ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen dan faktor dalam lingkungan dan implikasi yang berkaitan dengan suatu penyakit. Ekologi merupakan hubungan organisme, antara satu dengan yang lainnya. Semua penyakit atau kondisi tidak selalu dapat dikaitkan dengan hanya satu faktor penyebab (tunggal). Jika diperlukan lebih dari satu penyebab untuk menimbulkan satu penyakit, hal ini disebut dengan penyebab ganda (multiple epidemiology) yang bisa digunakan dalam penyakit menular merupakan dasar dan landasan untuk semua bidang epidemiologi. Namun saat ini penyakit infeksi tidak lagi menjadi penyebab utama kematian dinegara industri sehingga diperlukan metode segitiga epidemiologi yang lebih mutakhir. Model ini mencakup semua aspek dalam model penyakit menular, dan agar dapat dipakai bersama penyebab penyakit, kondisi, gangguan, defek, dan kematian saat ini, model ini dapat mencerminkan penyebab penyakit dan kondisi saat ini.

Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (Enviroment). (Nur nasry noor, 2000. Dasar epidemiologi ,Rineka cipta.Jakarta).

Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet). Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan.

 

Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang petensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya.

EpidemiologicTriad.gif
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Model ini digunakan untuk memperlihatkan interaksi dan ketergantungan satu sama lainnya antara agent, host, dana environment. Segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisa peran dan keterkaitan setiap faktor dalam epidemiologi penyakit menular yaitu pengaruh, reaktivitas dan efek yang dimiliki setiap faktor terhadap faktor lainnya.

Dalam keadaan normal terjadi sebuah keseimbangan yang dinamis antara ketiga komponen ini yang disebut sehat. Pada suatu keadaan dimana ketidakseimbangan yang dinamis antara ketiga komponen ini, maka hal ini disebut dengan sakit.

 

 

 

 

1.     Faktor Agent

Agen adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, jamur, parasit, atau kapang yang merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius. Pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, cedera atau situasi kematian lain, agen dapat berupa zat kimia, faktor fisk seperti radiasi atau panas,  defisiensi gizi, atau beberapa subtansi lainnya seperti racun ular berbisa. Satau atau beberapa agen dapat berkontribusi pada satu penyakit. Faktor agen juga dapat digantikan dengan faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan, kecacatan, cedera dan kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agen dapat berupa mekanisme kecelakaan, kendaraan yang dipakai.

Agen dapat diartikan pula sebagain substansi atau element makhluk hidup atau makhluk tak hidup yang kehadiran dan ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.

Agent  adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit, dislokasi (payah tulang), dll.

Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan mempergunakan terminologi faktor resiko (risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas yang tergolong faktor resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan kemungkinan terjadinya penyakit. Contoh faktor resiko yang bersifat tingkah laku yang tidak sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse, merokok, tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang olah raga, dll.

 

Yang dimaksud dengan bibit penyakit ialah suatu subtansi atau eleman tertentu  yang  kehadiran atau ketidak-hadirnnya dapat menimbulkan  atau mempengaruhi perjalan suatu penyakit. Subtansi dan elemen yang dimaksud banyaknya macamnya, yang secara sederhana dapat dikelompokkan  ke dalam lima macam yakni:

a.     Golongan nutrien .

Yang dimaksud dengan golongan nutrien ialah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsung fungsi kehidupan. Zat  gizi yang dibutuhkan oleh tubuh itu dibedakan atas enam macam yakni karbohidrat, putih telur, lemak , vitamin, mineral, dan air. Jika seseorang  mengalami  kekeurangan  dan atau kelebihan  zat gizi ini, akan timbul penyakit tertentu.

b.     Gologan nutrien kimia.

Adalah berbagai zat kimia yang ditemukan  di alam ( exogenous chemical substance ) dan zat kimia  yang dihasilkan oleh tubuh ( endogeneous chemical subtance ). Sebenarnya golongan nutien  termasuk  dalam golongan kimia, namun karena zat gizi  menempati  peranan sendiri dalam kesehatan, maka pembicaranya sering  dipisahkan. Apabila  tubuh terkena dan atau kemasukan  zat kimia tertentu  seperti logam berat, gas beracun atau debu, akan dapat menimbulkan  beberapa penyakit  tertentu.

c.     Golongan  fisik

Golongan  fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang trlalu bising, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis, dapat menimbulkan  berbagai macam penyakit. Peranan dalam  menimbulkan penyakit pada umumnya jika berada dalam keadaan akan luar biasa, baik dari sudut jumlah (kuantitas) ataupun dari sudut mutu (kualitas).

d.     Golongan mekanik.

Golongan mekanik sering digolongkan pula  ke dalam golongan pula ke dalam golongan fisik. Jika ingin dibedakan ialah karena ada golongan mekanij unsur campur tanggan  manusia lebih banyak ditemukan, seperti misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain sebagianya yang seperti ini.

 

 

 

e.     Golongan biologik.

Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologik dapat berupa jasat renik (mikro organisme) dan atau berupa jasat renik baik yang berasal dari hewan (flora) dan ataupun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (fauna). Contohnya ialah metazoa (artopoda dan helminutes), protozoa, bakteri, riketsia, virus dan jamur.

Pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya di sebabkan oleh satu faktor tunggal semata, pada umumnya kejadian penyakit di sebabkan oleh berbagai unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit, namun demikian, secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat di bagi dalam dua bagian utama yakni :

1.     Penyebab kausal (primer)

Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal Terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya, Pada penyakit tertentu, unsur ini dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausul ini dapat dibagi dalam 6 kelompok yaitu :

a.     Unsur penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok mikro organisme seperti Virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya di jumpai pada penyakit infeksi menular

b.     Unsur penyebab, nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.

c.      Unsur penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat, racun, obat-obatan keras, berbagai senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada pula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum, kolesterol, dan lain-lain

d.     Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa), radiasi dan lain-lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan

e.     Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang pertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih menitik beratkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-hati terhadap faktor kehidupan sosial yang bersifat non kausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiawaan

2.     Penyebab non-kausal (sekunder)

Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka dalam setiap analis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit, kita tidak hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal ini di dasarkan pada ketentuan bahwa pada umumnya kejadian setiap penyakit sangat di pengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya. Kejadiannya tidak di batasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus di analisis dalam bentuk suatu rantai sebab akibat di mana peranan unsur penyebab sekunder sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sama menimbulkan penyakit

Dan penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.

Biotis khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan

1. Protozoa : misalnya Plasmodum, amodea

2. Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes

3. Bakteri misalnya Salmonella, meningitis

4. Virus misalnya dengue, polio, measies, lorona

5. Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis

Abiotis, terdiri dari

1. Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral, protein dan vitamin)

2. Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan

3. Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.

4. Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan,benturan, gesekan, dan getaran

5. Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi

6. Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik.

Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.(Heru subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi,Media pressindo,Yogyakarta. Hal.16-17.)

Berat-ringannya penyakit infeksi yang dialami amat ditentukan oleh sifat bibit penyakit yang menyerang. Sifat tersebut dapat dibedakan atas lima  macam yakni:

1.     Yang dimaksud dengan patogenesitis ialah kemapuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit (discase stimulus). Jika kemampuan ini tidak dimiliki, penyakit tidak akan muncul. Bibit penyakit yang seperti ini disebut dalam tubuh banyak ditamukan kuman a-patogen yang hidup tanpa menimbulkan penyakit pada manusia.

2.     Virulensi : kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilakan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (suverity) penyakit.

3.     Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.

4.     Invasitas: kemampuan organisma untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.

5.     Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenesitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang aliran darah (virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membran (gonococcuc).

Selain faktor-faktor diatas, sifat-sifat mikroorganisme sebagoi agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting dalam proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut antara lain.

1.     Patogenitas,

2.     Virulensi,

3.     Tropisme,

4.     Serangan terhadap penjamu,

5.     Kecepatan berkembang dengan baik,

6.     Kemampuan menem bus jaringan,

7.     Kemampuan menembus toksin, dan

8.     Kemampuan menimbulkan kekebalan.

 

2.     Faktor Penjamu (Host)

Host (penjamu) adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthopoda, yang dapat memberikan kehidupan atau tempat tinggal untuk agent menular dalam kondisi alam (lawan dari percobaan). Beberapa protozoa dan cacaing melalui tahapan yang berturut-turut dalam penjamu pilihan (alternatif host) dari jenis yang berbeda. Penjamu dimana parasit mencapai kematangan/pendewasaan atau melewati tahap seksual adalah penjamu definitife atau penjamu primer. Sedangkan parasit dalam tahap larva atau tahap aseksual adalah penjamu intermediate atau sekunder. Penjamu pembawa (transport host) adalah pembawa, dimana organisme tetap bertahan hidup tetapi tidak berkembang/berubah.

Penjamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit. Penjamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) dan dia bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit. Efek yang ditimbulkan organisasi penyebab penyakit terhadap tubuh juga ditentukan oleh tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat pajanan, status kesehatan, dan kebugaran tubuh penjamu. Penjamu juga dapat berupa kelompok atau populasi dan karakteristiknya. Seperti halnya kecelakaan lalu lintas, yang menjadi host adalah manusia (pengendara atau penumpang).

Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1)    Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu seperti

*. Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan

*. Bentuk anatomis tubuh

2)    Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti

*. Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan sosial kemasyarakatan.

*. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan  hidup sehat. (Nur nasry noor , 2002. Epidemiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.27)

 

 Host atau penjamu memiliki karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit antara lain :

a.     Imunitas : Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.

b.     Resistensi : Kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

c.     Infektifnes (infectiousness) : potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

Faktor penjamu ialah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain :

a.     Keturunan (genetik) : dalam dunia kedokteran dikenal berbagai macam penyakit yang dapat diturunkan seperti misalnya penyakit alergi, kelainan jiwa dan beberapa jenis penyakit kelainan darah.

b.     Umur : pada saat ini banya dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur tertentu saja.

c.     Jenis Kelamin : frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakt tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.

d.     Ras : hubungan antara ras dan penyakit tergantuk pada tradisi, adat istiadat, dan perkembangan budaya. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell anemia oleh ras Negro.

e.     Pekerjaan : status pekerjaan memiliki hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya.

f.       Status Nutrisi : gizi yang buruk dapat mempermudah orang terserang penyakit menular seperti TBC, dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lainnya.

g.      Status Kekebalan : reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.

h.     Adat istiadat : ada beberapa adat-istadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.

i.       Gaya hidup : kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dan menimbulkan gangguan pada kesehatan. Seseorang yang hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah terkena penyakit infeksi daripada sebaliknya.

j.       Psikis : faktor kejiwaan seperti emosional, stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikus, depresi, insomnia dan lainnya.

3.     Faktor Lingkungan (environment)

Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut "faktor ekstrinsik". Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis, atau lingjungan sosial ekonomi.

a.     Lingkungan fisik

Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berintraksi secara konstandengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare dimana-mana.

Yang termasuk lingkungan fisik antara lain geografik dan keadaan musim. Misalnya, negara yang beriklim tropis memilikiola penyakit yang berbeda dengan negara yang beriklim dingin atau subtropis. Demikian pula negara maju dengan negara berkembang. Dalam satu negara pun dapat terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara daerah pantai dan daerah pegunungan atau antara kota dan desa.

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan

·       Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan

·       Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.

Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri(Nur nasri noor,2000,Dasar epidemiologi,Rinika cipta,Jakarta. Hal.28.)

 

 

 

b.     Lingkungan biologis

Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor penyakit, atau penjamu (host) intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bilang terjadi ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.

Lingkungan biologis ialah semua makhluk hidup yang berada disekitar, manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus patogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakit, bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.

Antara lain:

·       Miokroorganisme penyebab penyakit

·       Reservoar penyakit Infeksi

·        Vektor pembawa penyakit

·        Tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan

·       Manusia

Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia). Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular

Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia (Nur nasri noor. 2002, Epidemiologi ,Univesutas Hasanuddin Makassar. Hal.28-29)

 

 

c.     Lingkungan sosial ekonomi

Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar, dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, televisi, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan yang dapat menimbulkan gejala psikosomatik seperti insomnia, depresi dan lainnya.

Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :

·       Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku

·       Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat

·       Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan

·       Kebiasaan hidup masyarakat

·       Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya.

 

Yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi adalah pekerjaan, urbanisasi, perkembangan ekonomi, dan bencana alam.

1)    Pekerjaan. Pekerjaan yng berhubungan dengan zat kimia seperti pestisida atau zat fisika seperti zat radio aktif atau zat yang bersifat karsinogen seperti asbes akan memudahkan terkena penyakit akibat pemaparan terhadap zat-zat tersebut.

2)    Urbanisasi. Urbanisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sosial seperti kepadatan penduduk dan timbulnya daerah kumuh, perumahan, pendidikan, dan sampah dan tinja yang akan mencemari air minu  dan lingkungan. Lingkungan demikian merupakan penunjang terjadinya berbagai macam penyakit infeksi.

3)    Perkembangan ekonomi. Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola konsumsi yang cenderung memakan makanan yang mengandung banyak kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya penyakit hipertensi dan penyakit jantung sebagai akibat kadar kolesterol darah yang meningkat. Sebaliknya, bila tingkat ekonomi rakyat yang rendah akan timbul masalsh perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penyakit infeksi.

4)    Bencana alam : Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Misalnya, gempa bumi, banjir, meletusnya gunung berapi, dan perang yang akan menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya berbagai penyakit.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau setidaknya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservior ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit.

Selain faktor-faktor diatas, environment juga memiliki karakteristik :

  1. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.

2.     Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yangberhubungan dengan kejadian penyakit

Dari keseluruhan unsur tersebut di atas, di mana hubungan interaksi antara satu dengan yang lainnya akan menentukan proses dan arah dari proses kejadian penyakit, baik pada perorangan, maupun dalam masyarakat. Dengan demikian maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya di tentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat di pengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, maka dalam setiap proses terjadinya penyakit, selalu kita memikirkan adanya penyebab jamak (multiple causational). Hal ini sangat mempengaruhi dalam menetapkan program pencegahan maupun penanggulangan penyakit tertentu. Karena usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang di harapkan bila dalam perencanaannya memperhitungkan berbagai unsur di atas.(Nur nasry noor.2002.Epidemiologi.Universitas Hasanuddin,Makassar.Hal.29)

Dari penyesalan model segitiga epidemiologi sangat berhubungan erat dan saling terkait, dan keseimbangan itulah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu penyakit. Dan pertimbangan ini menerapkan pertimbangan mendasar yang sangat terpisah, tetapi itu tidak cukup sebab masih ada beberapa pertimbangan penting lainnya yakni pertimbangan perjalanan alamiah penyakit.

B.    Hubungan antara Agent, Host, dan Environment

Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu dipelajari mekanisme interaksi yag terjadi antara agen penyakit, manusi dan lingkungannya.

Hubungan antara penjamu, bibit penyakt dan lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk. Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana penjamu dan bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara penjamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Disini penjamu dan bibit penyakit berada diujung masing-masih taus, sedangkan lingkungan sebagai penumpunya.

H

 

 

 

A

 

E

 

 

 

 

 

 


Pada diagram diatas dilihat bahwa adanya keseimbangan antara penjamu (host) dengan bibit penyakit (agent) dimana lingkungan (environment) sebagai tuas atau tumpuas menyebabkan keseimbangan antara ketiga unsur yang menjadi konsep sehat.

 

 

1.     Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan

Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan bumi global.

Diagram 1. Ketidakseimbangan agen dengan lingkungan

 
 


 

E

 
 

 

 

 

 

 


2.     Interaksi antara manusia dengan lingkungan

Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-patogenesis. Misalnya : udara dingin, hujan dan kebiasaanmembuat dan meyediakan makanan.

Diagram 2. Ketidakseimbangan Host dengan  Lingkungan

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 


3.     Interaksi antara manusia dengan agent penyakit

Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa tanda-tanda dan gejala penyakit. Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.

Diagram 3. Ketidakseimbangan antara Agent dan Host

 
 


 

E

 

 
 

 

 

 

 

 


4.     Interaksi antara agent penyakit, host dan lingkungan

A

 

 
Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia. Misalnya : pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases)

H

 

Diagram 4. Ketidakseimbangan antara Agent, Host, dan Lingkungan

 
 

 

 

 

 

 

 


Dalam mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut, unsur-unsur yang terdapat pada tiap faktor memegang peranan yang amat penting. Pengaruh unsur tersebut adalah sebagian penyebab timbulnya penyakit, yang dalam kenyataan sehari-hari tidak hanya bersasal dari satu unsur saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur.

Karena adanya pengaruh dari beberapa unsur inilah sering disebut bahwa penyebab timbulnya suatu penyakit tidak bersifat tunggal, melainkan bersifat majemuk yang dikenal dengan istilah multiple causation of disease.

Selanjutnya, dalam menimbulkan penyakit, peranan unsru-unsur tersebut tidaklah secara sendiri-sendiri, melainkan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Hubungan yang diperlihatkan bagaikan jaringan jala penyebab dan karena itu populer dengan sebutan web of causation.

Jika bibit penyakit ditinjau dari sifat patogenisiti dan kemudian dikaitkan dengan lingkungan dan penjamu sebagai dua faktor lainnya yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit, maka ketiganya terikat dalam suatu hubungan yang terbentuk segitiga yang dikenal dengan sebutan epidemiological triangle.

Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap sebagai berikut:

       I.          Tahap prepatogensis

     II.          Tahap Patogenesi

 

Uraian masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut :

a.     Tahap Prepatogensis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.

b.     Tahap Patogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:- Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, - Tahap Lanjut, dan -Tahap Akhir.

b.1. Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.

b.2. Tahap Dini

Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease ). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.

b.3. Tahap Lanjut

Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas,sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik,

b.4. Tahap Akhir/ pasca patogenesis.

 

 

 

 

 

 

Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:

1)    Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.

2)    Sembuh dengan cacat, yakn ibibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.

3)    Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.

4)    Penyakit tetap berlangsung secara kronik.

5)    Berakhir dengan kematian.(Bustam,2002,Pengantar epidemiologi,Rinika cipta,Jakarta.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar