Minggu, 29 Januari 2023

INVESTIGASI WABAH

 INVESTIGASI WABAH  

A.  LATAR BELAKANG

 

Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa  yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.

Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat , atau petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalm rentang waktu dan tempat yang berdekatan.  Didalam sautu kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.Karena rate endemic penyakit nosokomial, cedera, dan kejadian yang merugikan lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan , hanya ada sedikit criteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang potensial atau memulai investigasi.

 

B.  TUJUAN

Tujuan Penyelidikan Wabah

1.      Tujuan umum penyelidikan KLB / wabah

a. Upaya penanggulangan dan pencegahan

b. Surveilans ( lokal, nasional, dan internasional )

c.  Penelitian

d. PelatihaN

e. Menjawab keingintahuan masyarakat

f.    Pertimbangan program

g. Kepentingan politik dan hukum

h. Kesadaran masyarakat

2.      Tujuan khusus penyelidikan KLB / wabah

a. Memastikan diagnose

b. Memastikan bahwa terjadi KLB/ wabah

c.  Mengidentifikasi penyebab KLB

d. Mengidentifikasi sumber penyebab

e. Rekomendasi : cepat dan tepat

f.    Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu dan tempat).

 

C.  SEJARAH INVESTIGASI WABAH

            Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi wabah kolera di London (1854).

 

D.  PENGERTIAN INVESTIGASI WABAH

           Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa  yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.

 

Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat , atau petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan tempat yang berdekatan.  Didalam sautu kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui. Karena rate endemic penyakit nosokomial, cedera, dan kejadian yang merugikan lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya ada sedikit criteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang potensial atau memulai investigasi.

 

Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya:

 

1.      Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)

Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.

 

2.      Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981)

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .

 

3.      Undang‑undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

 

4.      Benenson, 1985

Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada  penduduk suatu daerah, yang nyata‑nyata melebihi jumlah yang biasa .

 

5.      Last 1981

Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

 

6.     Definisi umum

Kejadian penyakit melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi).

 

Selain kata wabah dikenal pula dengan kata letusan ( outbreak) dan kejadian luar biasa (KLB). Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila peningkatan penderita penyakit yang memenuhi kriteria definisi wabah diatas, akan dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi  oleh pemerintah dan dinyatakan sebagai KLB bila penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat (Dirjen P2M & PLP tahun 1981).

Berdasarkan sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu:

1.      Common Source Epidemic Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua.

Common source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Point Source Epidemic (kurva epidemic dengan satu puncak) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal. Contohnya kejadian keracunan dan polusi

b) Intermittent Common Source Epidemic (kurva epidemic denggan beberapa puncak ) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare dan disentri.

2.      Propagated/Progresive Epidemic. Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masya yang rentan serta morbilitas dari pddk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah. Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1)   Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tdak ada/dikenal.

2)   Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam,hari, minggu).

3)   Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).

4)   Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

5)   Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

6)   Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebuh dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.

7)   Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua atau lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun sebelumnya.

8)   Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus: cholera dan demam berdarah dengue.

9)   Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

 

E.  ALASAN DILAKUKANNYA PENYELIDIKAN ADANYA WABAH

            Pengungkapan adanya wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah dengan deteksi dari analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas, pamong, atau warga yang cukup peduli. Alasan dilakukannya penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah :

1.      Mengadakan penanggulangan dan pencegahan

2.      Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan

3.      Pertimbangan Program

4.      Kepentingan Umum, Politik dan Hukum

 

F. LANGKAH INVESTIGASI WABAH

            Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sistemik yang terdiri dari :

1.      Persiapan Investigasi di Lapangan

2.      Memastikan adanya Wabah   

3.      Memastikan diagnosis

4.      Membuat definisi kasus

5.      Menemukan dan menghitung Kasus

6.      Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)

7.      Membuat hipotesis

8.      Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)

9.      Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan

10.    Melaksanakan pengendalian dan pencegahan

11.  Menyampaikan hasil penyelidikan

 

1.      Persiapan Investigasi di Lapangan

    Hal-hal yang harus diperhatikan pada langkah ini adalah :

a.    Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu investigasi, administrasi,        dan konsultasi.

b.    Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan dan alat yang sesuai.

c.    Prosedur administrasi.

d.    Peran masing- masing petugas yang terjun

 

2.      Pemastian Adanya Wabah

            Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a.    Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya.

b.    Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.

c.    Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya

1)     Catatan hasil surveilans

2)     Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.

3)     Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnyaatau data nasional.

4)     Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada.

Pseudo endemik :

a.      Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita

b.      Adanya cara diagnosis baru

c.      Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

d.      Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

e.      Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

 

3.      Pemastian Diagnosis

            Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut

b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan

b. Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi

c.  Kunjungan terhadap satu atau dua penderita

 

4.      Pembuatan Definisi Kasus

 

            Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti ( compirmed), mungkin       ( probable), meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.  

Contoh frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit pada kejadian letusan penyakit diare di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.

 

Macam gejala

Penderita yang mempunyai gejala

Jumlah

%

1.    Sakit perut

207

88,1

2.    Mencret

191

81,3

3.    Muntah

11

4,7

4.    Pusing

36

15,3

5.    Panas

24

10,2

6.    Sakit tenggorokan

0

0

7.    Lain-lain

10

4,3

 

 

5. Penemuan dan Penghitungan Kasus

            Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan dari setiap kasus :

a.     Data identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )

b.     Data demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )

c.      Data klinis

d.     Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit

e.     Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau member umpan balik

 

6.  Epidemiologi Deskriptif

   Gambaran waktu berdasarkan waktu

                Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu:

 

1)   Memberi informasi sampai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya

2)   Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya

3)    Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya

 

Ciri-ciri curva epidemic:

1)   Berbentuk histogram

2)   Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit

3)   Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit

4)   Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus

5)   Untuk masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala)

6)   Pilih skala untuk aksis-X

7)   Masa pra wabah

Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan:

a.     Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata

b.     Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi rata-rata

c.      Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek

Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan.

 

Cara menghitung median masa inkubasi:

·       Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya

·       Buat frekuensi kumulatifnya

·       Tentukan posisi kasus paling tengah

·       Tentukan kelas median

Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan kasus median

a. Gambaran wabah berdasarkan waktu

            Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :

1)     Memberi informasi sampai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya

2)     Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.

3)     Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang,

4)     atau campuran keduanya Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan:

a)     Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata

b)     Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi rata-rata

c)      Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek.

Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung median masa inkubasi :

a)   Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya

b)   Buat frekuensi kumulatifnya

c)    Tentukan posisi kasus paling tengah

d)   Tentukan kelas median

e)   Median masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan kasus median

 

b.  Gambaran wabah berdasarkan tempat

            Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi.

 

c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang

            Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Misalnya karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)

 

6.      Pembuatan Hipotesis

            Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.

a.      Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:

1)   Apa reservoir utama agen penyakitnya?

2)   Bagaimana cara penularannya?

3)   Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?

4)   Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?

b.      Wawancara dengan beberapa penderita

c.      mengumpulkan beberapa penderita dan mencari kesamaan pemaparan.

d.      Kunjungan rumah penderita

e.      Wawancara dengan petugas kesehatan setempat

f.        Epidemiologi diskriptif

 

7.       Penilaian Hipotesis

Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara ini:

a.      Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau

b.      Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan.

c.      Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat, kunci dari epodemiologi analitik adalah adanya kelompok pembanding, sehingga dapat diukur antara pemaparan dan penyakit dan diuji hipotesis tentang hubungan sebab-akibat

Uji kemaknaan statistik

 

Status keterpaparan

Sakit

Tak sakit

Jumlah

Terpapar

A

B

H1

Tak terpapar

C

D

H2

Jumlah

V1

V2

T

 

X2= T {| ad – bc | - (T/2}2

V1 x V2 x H1 x H2

 

8.      Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan

Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini

a.      Penelitian Epidemiologi

1)                     epidemiologi analitik

b.      Penelitian Laboratorium dan Lingkungan

1)                                         Pemeriksaan serum

2)                                         Pemeriksaan tempat pembuangan tinja

Namun dalil epidemiologi lapangan adalah bila hipotesis yang baik tidak dapat di kembangkan dari wawancara kasus dengan staf lokal dan dari epidemiologi deskriptif, yang bila diteruskan dengan analitik akan membuang waktu saja.

9.      Pengendalian dan Pencegahan

Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan  biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.

 

10.                               Penyampaian Hasil Penyelidikan

Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis. Isi laporan tersebut adalah sebagai berikut:

 

·       Pendahuluan (gambaran peristiwa)

·       Latar belakang (geografis, politis, ekonomis, demografis, historis)

·       Uraian tentang investigasi yang dilakukan (alasan, metode, sumber informasi)

·       Hasil investigasi (fakta, karakteristik kasus, angka serangan, tabulasi, kalkulasi, kurva, pemeriksaan laboratorium, kemungkinan sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan, dan lain-lain)

·       Analisis data dan simpulan

·       Uraian tentang tindakan (penaggulangan)

·       Uraian dampak

Ø Apa yang terjadi terhadap populasi yang terkena kejadian luar biasa (KLB). Misalnya, bagaimana kesehatannya, bagaimana dampak pada aspek hukum dan ekonomisnya.

Ø Setelah dilakukan intervensi/tindakan penanggulangan,

ü Bagaimana keadaan populasi yang terkena KLB. Misalnya, status kekebalannya, cara hidupnya.

ü Bagaimana resevoarnya (asal atau tempat yang cocok untuk bibit penyakit). Misalnya, jumlah atau distribusinya.

ü Bagaimana vektorya (penular penyakit). Misalnya, jumlah dan distribusinya.

Ø Penemuan penyebab menular baru apabila ditemukan penyebab yang lain.

Ø Saran perbaikan prosedur surveilans dan penanggulangan di massa depan.

 

 Penyamapaian penyelidikan diantaranya:

 

·        Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan.

·       Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah.

·       Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran).

·       Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.

·       Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.

 

 

G. PENANGGULAGAN WABAH

 

Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah pengendalian hendaknya segera dilakukan. Makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan pengendalian.

 

 Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan yang paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang berhubungan.

 

Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah sebagai berikut:

·       Mengeliminasi sumber patogen

·        Memblokade proses transmisi

·       Mengeliminasi erentanan

·       Eliminasi sumber patogen mencakup:

Ø Eliminasi atau inaktivasi patogen

Ø Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)

Ø Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi (karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)

Ø Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak daging dengan benar, dan sebagainya)

Ø Pengobatan kasus.

Blokade Proses Transmisi Mencakup:

·       Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung tangan, respirator)

·       Disinfeksi/ sinar ultraviolet

·       Pertukaran udara/ dilusi

·       Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara

·       Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk Anopheles, pengasapan nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida, dan sebagainya).

Eliminasi Kerentanan Penjamu (Host Susceptibility) Mencakup:

·       Vaksinasi

·       Pengobatan (profilaksis, presumtif)

·       Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”)

·       Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).

Hal terakhir dan merupakan hal terpenting dalam penanganan wabah adalah menentukan cara pencegahan di masa yang akan datang.

Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian  kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya waabah. (PP NO.40 TAHUN 1991 BAB.1 PASAL 1 AYAT 7).

KLB penyakit menular merupakan indikasi di tetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah,atau dapat berkembang menjadi suatu wabah.

Suatu kejadian kesehatan di katakan KLB jika penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat (Dit.Jen P2M & PLP 1981).sedangkan di katakana letusan atau (outbreak)jika kejadian tersebut terbatas dan dapat di taggulangin sendiri oleh pemerintah daerah yang menyatakan suatu kejadian merupakan KLB adalah pemerintah daerah dalam hal ini kepala dinas kabupaten / kota.

3 komponen wabah

·       Kenaikan jumlah kejadian

·       Kelompok penduduk di suatu daerah

·       Waktu tertentu

 

 

Kriteria kerja KLB

kepala wilayah / daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KLB penyakit menular)di wilayahnya atau tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah,wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya,dengan bantuan unit kesehatan setempat,agar tidak berkembang menjadi wabah (UU 4,1984 dan PERMENKES 560/MENKES/PER/VIII /1989)

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dinyatakan KLB apabila memenuhi keteria sebagai berikut :

a.      Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal

b.      Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

c.      Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)

d.      Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Pelacakan KLB

·       Garis Besar Pelacakan KLB

Ø Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan tempat kejadian

Ø Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran

Ø Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan.

·       Analisis Situasi Awal

Ø Penentuan atau penegakan diagnosis

Ø Penentuan adanya wabah

Ø Uraian keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)

·       Analisis Lanjutan

Ø Usaha Penemua kasus tambahan

ü Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk menemukan kemungkinan adanya kasus diteliti yang belum ada dalam laporan.

ü Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala ringan tetapi mempunyai potensi menderita atau kontak dengan penderita.

Ø Analisa Data secara berkesinambungan.

Ø Menegakkan Hipotesis

Ø Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.

ü Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis

ü Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.

ü Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk survailans epidemiologi terutama high risk.

·       SKD KLB

·       Penyelidikan dan penanggulangan KLB

·       Pengembangan sistem surveilans termasukpengembangan jaringan informasid) Koordinasi kegiatan surveilans.

Lintas  program dan lintas sektoral:

Ø OUTBREAK

Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.

Ø EPIDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.

Ø PANDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas

Ø ENDEMI

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar