1. Ketuban Pecah
Dini
a. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban
Pecah
Dini
(KPD) yang merupakan pecahnya ketuban
sebelum inpartu yaitu pada primi bila pembukaan kurang
dari 3 cm dan pada multipara bila pembukaan
kurang dari 5cm. (Mochtar, 2012)
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. (Fadlun dkk, 2011)
Ketuban
Pecah
Dini
(KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai
akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian
ketuban pecah dini periode laten.
(Manuaba,
2010)
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. (Rukiyah, 2010)
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan
berlangsung. (Prawirohardjo, 2009)
Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum waktunya persalinan, tanpa memperhatikan
usia gestasi. (Varney, 2007)
b. Etiologi Ketuban
Pecah Dini
Walaupun
banyak publikasi tentang ketuban
pecah dini, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. (Fadlun dkk, 2011)
Adapun
beberapa etiologi dari penyebab kejadian ketuban pecah dini menurut beberapa ahli
yaitu:
1) Serviks
inkompeten (leher rahim)
Pada
wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari aterm, serviks yang inkompeten dapat menipis dan
berdilatasi bukan sebagai akibat dari peningkatan aktifitas uterus melainkan
akibat dari kelemahan intrinsik
uterus sehingga menyebabkan ketuban pecah.
(Fadlun dkk, 2011)\
Keadaan
ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam trimester kedua atau
awal trimester ketiga kehamilan yang disertai prolapsus membran amnion lewat
serviks
dan penonjolan membrane tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh
pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan
janin akan meninggal. Tanpa tindakan yang efektif rangkaian peristiwa yang sama
cenderung berulang dengan sendirinya dalam setiap kehamilan. Meskipun
penyebabnya masih meragukan namun trauma sebelumnya pada serviks, khususnya pada tindakan dilatasi,
kateterisasi dan kuretasi. (Krisnadi dkk, 2009)
2) Ketegangan
rahim berlebihan
Ketegangan
rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan kembar dan hidramnion. Etiologi
hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi
air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya.
Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-sel
amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada
anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi
oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah
ibu. (Sujiyatini
dkk, 2009)
Ekskresi
air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia
esophagus atau tumor-tumor plasenta. Hidramnion dapat memungkinkan ketegangan
rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya. (Manuaba, 2010)
3) Kelainan
letak janin dalam rahim
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak
sungsang dan
letak lintang. Letak janin dalam uterus bergantung
pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan bebas, dan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam letak sungsang atau letak lintang. (Fadlun dkk, 2011)\
Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya.
(Manuaba, 2010)
4) Kelainan jalan lahir
Kelainan
jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan panggul yang terjadi pada perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP, disporposi sefalopelvik. Kelainan
letak dan kesempitan panggul lebih sering disertai dengan ketuban pecah dini namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. (Manuaba, 2010)
5) Kelainan
bawaan dari selaput ketuban
Pecahnya
ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan atau terjadi
peningkatan tekanan yang mendadak di dalam kavum amnion, di samping juga ada
kelainan selaput ketuban itu sendiri. Hal ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana terjadi
gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan struktur kolagen
dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk pada
selaput ketuban yang komponen utamanya adalah kolagen. 72% penderita dengan
sindroma Ehlers-Danlos ini akan
mengalami persalinan preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban pecah dini
preterm. (Fadlun dkk, 2011)
6) Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah. Adanya
infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah cukup untuk
melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut. Bila terdapat bakteri patogen di
dalam vagina maka frekuensi amnionitis, endometritis, infeksi neonatal akan
meningkat 10 kali. (Fadlun dkk, 2011)
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan
preterm sering diakibatkan oleh adanya infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa bakteri yang terikat pada membran melepaskan substrat seperti protease
yang menyebabkan melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa
matriks metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam pecahnya
ketuban oleh karena infeksi. (Manuaba, 2010)
c. Faktor
Predisposisi Ketuban
Pecah Dini
Faktor pencetus kejadian
ketuban pecah dini harus diwaspadai jika adanya kehamilan multiple, riwayat
persalinan preterm sebelumnya dan tindakan senggama. Tindakan senggama tidak
berpengaruh kepada resiko kecuali jika hygiene buruk, predisposisi pada
infeksi, perdarahan pervaginam, bakteri dengan pH vagina diatas 4,5, serviks
tipis, flora vagina abnormal dapat terjadi stimulasi persalinan preterm. (Fadlun dkk, 2011)
d. Mekanisme
Ketuban Pecah Dini
Mekanisme
terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut: selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi,
bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban. (Fadlun dkk, 2011)
e.
Tanda dan Gejala Ketuban Pecah
Dini
Tanda yang terjadi adalah keluarnya
cairan air ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban barbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
betambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Fadlun dkk, 2011)
f.
Dasar
Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Diagnosa
KPD ditegakan dengan cara:
1) Anamnesa
Penderita
merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna,
keluarnya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum
ada pengeluaran lendir darah. (Fadlun dkk, 2011)
2) Inspeksi
Pengamatan
dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. (Sujiyatini dkk, 2009)
3) Pemeriksaan
dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar
cairan dari orificium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar,
fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau bagian terendah
digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan trekumpul pada
forniks anterior. (Sujiyatini dkk, 2009)
4) Pemeriksaan
dalam
Cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher
perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam vagina
hanya dilakukan pada ketuban
pecah dini yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan
induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. (Fadlun dkk, 2011)
g. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini
1) Pemriksaan
labolatorium
(a) Uji
pakis positif :
pemakisan (ferning) disebut juga percabangan halus (arborization), pada kaca objek
(slide) mikroskop yang disebabkan keberadaan
natrium klorida dan protein dalam cairan amnion. Infeksi kaca objek di bawah
mikroskop untuk memerikasa pola pakis.
(Fadlun dkk, 2011)
(b) Uji
kertas nitrazin positif: kertas berwarna
mustard-emas yang sensitif terhadap
pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak berubah warna menjadi biru gelap jika
kontak dengan bahan bersifat basa. Nilai pH vagina normal adalah ≤4,5. Selama
kehamilan terjadi peningkatan jumlah sekresi vagina akibat eksfoliasi epitelium
dan bakteri, sebagian besar lactobacillus yang menyebabkan pH vagina lebih
asam. Cairan amnion memiliki pH 7,0
sampai 7,5 (Varney, 2007)
2) Pemeriksaan
ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini trtelihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis ketuban pecah dini
cukup
banyak macam dan caranya, namun
pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana. (Sujiyatini
dkk, 2009)
h.
Komplikasi Ketuban Pecah Dini
1) Pada
ibu meliputi :
partus lama dan infeksi, atonia uteri, infeksi nifas dan perdarahan post partum
(Mochtar, 2012)
2) Pada
bayi atau janin meliputi :
asfiksia, prematuritas dan Intra
Uteri
Fetal
Death (IUFD). (Rukyah, 2010)
i.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Gambaran umum untuk tatalaksana
ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Mempertahankan
kehamilan sampai cukup matur khususnya kematangan paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan
paru yang sehat.
2) Terjadi
infeksi dalam rahim, yaitu korioanionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan janin sudah
cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat
diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
3) Pada
usia kehamilan 24 minggu sampai 32 minggu, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
4) Menghadapi
ketuban pecah dini, diperlukan konseling
terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
5) Pemeriksaan
yang penting dilakukan adalah USG.
6) Waktu
terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai 24
jam, bila tidak terjadi his
spontan. (Manuaba, 2010)
Bagan 2.1 Penatalaksanaan KPD
|
|
|
Sumber:
Fadlun dkk, 2011
j.
Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat
mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan diantaranya sebagai berikut:
1) Bila anak belum viable (kurang
dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat ditempat tidur dan
berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, roboransia dengan
tujuan untuk mengundur waktu smapi anak viable.
(Fadlun dkk, 2011)
2) Bila anak sudah viable ( lebih
dari 30 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan
obat-obatan antibiotika profilaksis. Pada kasus- kasus tertentu dimana induksi
partus dengan PGE2 dan atau drip sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan
operatif. (Fadlun dkk, 2011)
k.
Pencegahan Ketuban Pecah Dini
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif. Mengurangi aktifitas atau istirahat pada akhir triwulan
kedua atau awal triwulan ketiga sangat dianjurkan. (Fadlun dkk, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar