SATISFACTION (KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN)
1. Kepuasan
a. Pengertian Kepuasan
Kepuasan adalah suatu keadaan yang
dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja (atau hasil) yang telah memenuhi berbagai harapannya. Menurut Oliver, kepuasan
adalah
tingkat
perasaan seseorang
(pelanggan) setelah membandingkan antara
kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima
dan dirasakan) dengan yang diharapkannya (Irine, 2008).
Menurut Kotler (2000), kepuasan
konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli
yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya (Dadang, 2010).
b. Tipe kepuasan
Hingga saat ini definisi kepuasan pelanggan masih banyak diperdebatkan,
setidaknya ada dua tipe yang domain. Disatu
pihak,
kepuasan pelanggan dipandang sebagai outcome atau
hasil yang didapatkan dari
pengalaman konsumsi barang atau jasa spesifik
(outcome-oriented approach). Di lain pihak, kepuasan pelanggan juga
kerapkali dipandang sebagai proses (processoriented approach). Kendati demikian, belakangan ini prosess-oriented
approach lebih dominan. Penyebabnya, orientasi program dipandang
lebih mampu mengungkap pengalaman konsumsi secara keseluruhan dibandingkan orientasi hasil.
Orientasi proses menekankan perseptual,
evaluatif, dan psikologis yang berkontribusi terhadap terwujudnya kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan, sehingga masing-masing komponen signifikan dapat
ditelaah
secara lebih spesifik (Dadang,2010).
c. Manfaat kepuasan
Beberapa manfaat kepuasan menurut (Irine, 2008) adalah:
1)
Kepuasan pelanggan merupakan sarana untuk
menghadapi
kompetisi di masa yang akan datang.
2)
Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik.
3)
Kepuasan pelanggan merupakan asset perusahaan terpenting.
4)
Kepuasan
pelanggan
menjamin pertumbuhan
dan perkembangan perusahaan.
5)
Pelanggan makin kritis dalam memilih produk.
6)
Pelanggan puas akan kembali.
7)
Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi
d.
Metode mengukur kepuasan pelanggan
Menurut
Kotler (2000) ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan (Irine, 2008), diantaranya :
1)
Sistem Keluhan dan Saran
Dengan penyediaan kotak
saran,
hotline
service, dan lain-lain untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien atau pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar, dan pendapat mereka.
2)
Ghost shopping ( pembelanja misterius )
Metode ini,
organisasi pelayanan kesehatan memperkerjakan
beberapa orang
atau (ghost shopper) untuk
berperan atau bersikap sebagai pasien /
pembeli potensial produk / pelayanan organisasi pelayanan kesehatan lain yang kemudian melaporkan temuannya sehingga dapatdijadikanperrtimbangan
dalam pengambilan
keputusan organisasinya.
3)
Lost Customer Analysis
Organisasi
pelayanan kesehatan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah beralih ke organisasi pelayanan kesehatan lain
agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya.
4)
Survai Kepuasan Pelanggan
Untuk mengetahui kepuasan pelanggan para pemasar juga dapat melakukan berbagai penelitian atau survai mengenai kepuasan pelanggan misalnya melalui kuesioner, pos, telepon,
ataupun
wawancara langsung.
e. Kepuasan pelayanan
Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal- hal sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009):
1)
Komunikasi dari mulut ke mulut
Informasi yang
diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang
dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.
2)
Kebutuhan pribadi
Pasien atau masyarakat selalu
membutuhkan pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat
mengharapkan
adanya kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.
3) Pengalaman masa lalu
Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan
yang terdahulu
untuk
memperoleh
layanan yang
memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu.
4)
Komunikasi eksternal
Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan
kesehatan mengenai
fasilitas, sumber daya manusia, serta
kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien.
f. Dimensi Kepuasan
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009) :
1)
Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik
serta standar pelayanan profesi kebidanan. Kepuasan yang
dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian kepuasan mengenai :
a)
Hubungan bidan dengan pasien
b)
Kenyamanan pasien
c)
Kebebasan melakukan pilihan
d)
Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill)
e)
Efektivitas pelayanan (effectiveness)
2)
Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua
persyaratan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah sebagai berikut.
a)
Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b)
Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
c)
Kesinambungan pelayanan kebidanan (countinue)
d)
Penerima jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e)
Ketercapaian pelayanan kebidanan (acressible)
f)
Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g)
Efesiensi pelayanan kebidanan (efficient)
h)
Mutu pelayanan kebidanan (quality)
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan
kesehatan
Kepuasan pelanggan
pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/klien) dipengaruhi oleh beberapa faktor (Erna
Juliana, 2008) :
1)
Pemahaman pengguna jasa
tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan
penting.
2)
Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compilance). Untuk bisa berempati, seorang tenaga kesehatan harus bisa mengamati
dan menginterpretasikan perilaku pasien. Hal ini tergantung pada kemampuan tenaga kesehatan untuk
menginterpretasikan
informasi-informasi yang diberikan oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam berempati
3)
Biaya (cost),
tingginya biaya pelayanan dapat
dianggap
sebagai
sumber moral hazard pasien dan keluarganya, “yang penting sembuh” sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis
perawatan dan
teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan.
Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal.
Informasi terbatas yang dimiliki pihak
pasien
dan
keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi
sumber
keluhan pasien.
Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
4)
Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan (tangibility). Kenyamanan dalam pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan dari
penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel
dan media komunikasi. Serta kenyamanan tidak hanya yang menyangkut fasilitas
yang disediakan,
tetapi
terpenting
lagi menyangkut
sikap serta
tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
5)
Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance),
ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam
faktor ini.
Jaminan pelayanan kesehatan
merupakan salah
satu pendekatan atau upaya yang
sangat
mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
6)
Keandalan dan keterampilan (reliability)
petugas kesehatan dalam dalam
memberi perawatan. Keandalan merupakan tanggapan pasien terhadap kinerja petugas kesehatan dalam hal akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan.
7)
Kecepatan petugas dalam
memberi tanggapan terhadap keluhan pasien
(responsiveness). Ketanggapan merupakan kemauan para petugas kesehatan untuk membantu para ibu hamil dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan
ibu hamil, ibu hamil
mendapatkan informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya.
h.
Dimensi mutu pelayanan yang berkaitan dengan kepuasan ibu hamil oleh Zeithaml dan M. T. Bitner
(1996) dan juga Adrian Palmer (2001) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut
Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001), yaitu:
1)
Tangibles (keberwujudan), yaitu :
Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi.
2)
Reliability (keandalan), yaitu :
Kemampuan
untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya.
3)
Responsiveness (ketanggapan), yaitu :
Kemampuan
untuk membantu
pelanggan dan
memberikan
jasa dengan cepat atau tanggap.
4)
Assurance (jaminan), yaitu :
Pengetahuan dan
kesopanan petugas
serta
kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan / assurance.
5)
Empathy (empati), yaitu :
Merupakan syarat untuk peduli, memberikan
perhatian
pribadi kepada pelanggan.
i.
Strategi peningkatan mutu
pelayanan
Empat hal yang
perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai
palayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut (Fais, 2009):
1)
Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya
peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2)
Perbaikan kinerja
Bila harapan
pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf
dan
dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian
reward.
3)
Proses perbaikan
Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan
pelanggan pada
saat proses itu
sendiri tidak
dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan
melibatkan
staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi
masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4)
Budaya yang mendukung perbaikan terus-menerus
Untuk mencapai
pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan
peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.
j. Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan
Pendekatan dalam
pelaksanaan
evaluasi
menggunakan
pendekatan
struktur/input, proses dan hasil/output (Fais, 2009) :
1)
Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari manajemen termasuk komitmen,
dan stakeholder
lainnya, prosedur
serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
2)
Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilaksanakan.
Hasil/output adalah hasil pelaksanaan kegiatan, perlu diperjelas
perbedaan istilah
output dan
outcome. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek,
sedangkan outcome
adalah
hasil yang terjadi setelah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar