SCREENING DALAM EPIDEMIOLOGI
A. PENGERTIAN
SCREENING
Ada
beberapa definisi screening, diantaranya adalah :
v Screening, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu
populasi untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau
gejala penyakit itu. Tidak seperti apa yang biasanya
terjadi dalam kedokteran, tes skrining yang dilakukan pada orang tanpa
tanda-tanda klinis penyakit.
v Screening, atau penyaringan kasus adalah cara untuk
mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan
atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin
menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita
v Screening, usaha untuk mengidentifikasi suatu penyakit yang secara klinis
belum jelas dengan menggunakan pemeriksaan tertentu atau prosedur lain yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang terlihat sehat
tapi mempunyai penyakit atau betul-betul sehat (WHO, Regional Committee for
Europe,1957)
v Infestigasi kedokteran yang di lakukan bukan atas kehendak penderita dalam
mendapatkan nasehat untuk keluhan tertentu
(Mc.Keown 1969).
v screening adalah suatu identifikasi penyakit yang secara klinis belum
jelas. Usaha ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan tertentu atau prosedur
tertentu yang secara tepat dapat membedakan orang yang terlihat sehat tetapi
mempunyai kemungkinan sakit dan orang yang betul-betul sehat.
v Skrining adalah suatu penerapan uji/tes terhadap orang yang tidak
menunjukan gejala dengan tujuan mengelompokan mereka ke dalam kelompok yang
mungkin menderita penyakit tertentu. Skrining merupakan deteksi dini
penyakit,bukan merupakan alat diagnostik. Bila hasil skrining positif,akan di
ikuti uji diagnostik atau prosedur untuk memastikan adanya penyakit.
v Pengenalan penyakit sebelum gejala klinis tampak dengan test yang relatif sederhana (Matti Hakama)
B.
TUJUAN SCREENING
Tujuan dari screening adalah untuk mengidentifikasi maupun
mendiagnosa penyakit sedini mungkin pada komunitas, sehingga memungkinkan intervensi
lebih awal dan manajemen dengan harapan untuk mengurangi angka kematian dan
kesakitan dan meningkatkn kualitas hidup. Dengan melakukan deteksi dini atau
diagnosa secara dini maka diharapkan dapat di ketahui penyakit sedini mungkin
ketika sebelum timbul atau pada saat timbul gejala.
Untuk alasan ini, tes yang
digunakan dalam program screening, terutama untuk penyakit dengan insiden
rendah, harus memiliki sensitivitas yang baik.
·
Mengetahui diagnosis
sedini mungkin agar cepat dilakukan terapi
·
Menurunkan angka mordibitas dan mortalitas
·
Meningkatkan kualitas hidup
·
Mencegah
meluasnya penyakit di masyarakat
·
Mendidik masyarakat untuk melindungi kesehatan
masyarkat
·
Melihat besarnya masalah
·
Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan
tentang sifat suatu penyakit agar berhati-hati dalam melakukan pengamatan
terhadap suatu gejala dini/awal (waspada
mulai dini)
C.
BENTUK
SCREENING
ü Mass screening
adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
ü Selective screening
adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu atau kelompok
penduduk tertentu, contoh pemeriksaan ca servik pada wanita usia > 40 th
ü Single disease screening
adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit, contoh screening
pada penderita penyakit TBC
ü Multiphasic
screening (general check up) adalah screening yang dilakukan untuk lebih
dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan Ca disertai pemeriksaan tekanan
darah, gula darah, kolesterol, dll
D.
PERTIMBANGAN PROGRAM SCREENING
1. penyakit
atau masalah kesehatan merupakan masalah yang serius,dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat (morbiditas &
mortalitas)
2. pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk
individu berpenyakit yang terungkap saat proses screening dilakukan.
3. Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan perawatan
kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.
4. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat di kenali,
dengan keadaan awal dan lanjutnya yang dapat di identifikasi.
5. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif
untuk penyakit.
6. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat
umum.
7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup di
fahami,termasuk fase reguler dan perjalanan penyakit,dengan periode awal yang
dapat diidentifikasi melalui uji.
8. Kebijakan,prosedur,dan tingkatan uji harus ditentukan
untuk menentukan siapa yang harus di rujuk untuk pemeriksaan,dan tindakan lebih
lanjut.
9. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar
kelompok mau berpartisipasi.
10. Kebijakan interfensi atau pengobatan yang akan dilakukan
setelah di lakukan screening harus jelas.
11. Skrining jangan di jadikan kegiatan yang sesekali
saja,tetapi harus dilakukan dengan proses yang teratur dan berkelanjutan.
E.
CONTOH
SCREENING
1. Mammografi
untuk mendeteksi ca mammae
2. Pap
smear untuk mendeteksi ca cervix
3. Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
4. Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
5. Pemeriksaan
urine untuk mendeteksi kehamilan
6. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
F.
PELAKSANAAN
SCREENING
Proses pelaksanaan screening
adalah :
Tahap 1 :
Tahap menetapkan masalah kesehatan yang ingin di ketahui,
melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit. Untuk menetapkan apa masalah kesehatan yang ingin di
ketahui maka perlu dikumpulkan berbagai keterangan yang ada hubunganya dengan
masalah kesehatan tersebut. Kemudian keterangan-keterangan yang di peroleh
harus di seleksi untuk kemudian disusun sehingga menjadi jelas kriteria masalah
kesehatan yang akan dicari.
Tahap 2 :
Tahap menentukan cara mengumpulkan data Sebelum melakukan
screening maka terlebih dahulu ditetapkan cara pengumpulan data yang akan di
pergunakan, cara pengumpulan data yang baik adalah menggunakan test yang
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.
Tahap 3 :
Tahap penetapan populasi yang akan
dikumpulkan datanya. Populasi yang akan di pilih adalah populasi yang mempunyai
resiko untuk terkena masalah kesehatan tersebut, namun masih sehat. Untuk
memilih populasi yang beresiko maka perlu di tentukan:
· Sumber
data yang digunkan
·
kriteria
yang akan menjadi sampel screening
·
besar
sampel dianggap dapat mewakili populasi
· cara pengambilan sampel apakah dilakukan secara
probablistik atau tidak.
Tahap 4 :
Penyaringan dilakukan dengan
pemanfaatan kriteria masalah kesehatan serta cara pengumpulan data yang telah
ditetapkan, hasilnya adalah ditemukanya kelompok populasi yang diduga terkena
penyakit atau mempunyai masalah kesehatan. Selanjutnya kelompok populasi ini
harus di pisahkan dari kelompok populasi yang tidak mengidap masalah kesehatan
tersebut.
Tahap
5:
Tahap mempertajam penyaringan, pada
kelompok populasi yang di curigai terkena penyakit atau mempunyai masalah
kesehatan yang sedang di cari, maka dilakukan penyaringan lagi dengan
menggunakan prosedur diagnostic, tujuan test diagnostik ini adalah untuk
memastikan kelompok populasi yang benar-benar menderita suatu penyakit atau
mempunyai suatu masalah kesehatan yang dicari tersebut.
Tahap
6:
Tahap penyusunan laporan dan tindak lanjut,
setelah kelompok populasi tersebut dipastikan hanya menderita penyakit atau
mempunyai masalah kesehatan yang dicari, maka selanjutnya dilakukan pengolahan
data dan penyusunan laporan. Hasil dari screening adalah data tentang berapa
besar atau jumlah orang yang menderita penyakit atau mempunyai masalah
kesehatan yang ingin diketahui.setelah diketahui maka kepada kelompok populasi
yang terbukti menderita penyakit yang mempunyai masalah kesehatan yang dicari,
dilakukan tindak lanjut dengan cara memberikan pengobatan untuk mengatasi
penyakit dan masalah kesehatan yang diderita
G.
KRITERIA
PROGRAM SCREENING
1.
Penyakit yang dipilih merupakan masalah
kesehatan prioritas
2.
Tersedia obat potensial untuk terapi nya
3.
Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis
dan terapinya nya
4.
Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test
khusus
5.
Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan
spesivisitas
6.
Teknik dan cara screening harus dapat diterima
oleh masyarakat
7.
Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui
dengan pasti
8.
Ada SOP tentang penyakit tersebut
9.
Penemuan kasus terus menerus
Salah
satu alat screening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan
realibitas yang tinggi yaitu mendekati 100% , validitas merupakan petunjuk
tentang kemampuan suatu alat ukur dapat mengukur secara benar dan tepat apa
yang akan di ukur. sedangkan
reabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur.
Hasil evaluasi screening
1.
Validitas
adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit
terhadap yang sehat Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu
dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit) Validitas berguna karena biaya
screening lebih murah daripada test diagnostic
Komponen Validitas.
Unsur-unsur
validitas :
· Sensitivitas
adalah kemampuan dari test secara benar mengidentifikasi mereka yang positif
betul-betul sakit
Rumus
Sensitivitas : True
positive
True positive + false
negative
Sensitivitas : True
Posituve
Semua
orang yang memang sakit
·
Spesifisitas
adalah kemampuan dari suatu test untuk mengidentifikasi secara benar
orang--orang yang tidak mengidap penyakit diantara mereka yang memang tidak
sakit.
Rumus
Spesifisitas : true
negative
True negative + false positive
Spesifisitas
: true negative
Semua orang yang memang tidak
sakit
Keterangan
;
Ø True Positif : Jika
uji menyatakan seseorang terkena penyakit dan orang itu benar terkena penyakit
Ø True Negatif
: Jika uji menyatakan seseorang sehat dan tidak terkena penyakit sementara pada
kenyataan nya memang sehat dan bebas dari penyakit
Ø False Positif :
Mereka yang mengatakan tidak sakit tetapi dinyatakan positif berdasarkan hasil
test. Makin
tinggi prevelensi maka makin rendah false positif.
Ø False Negative : Mereka yang mengatakan sakit tetapi dinyatakan negative
berdasarkan hasil test.
2.
Reliabilitas
adalah kemampuan dari suatu test untuk memberikan hasil yang konsisten, bila
pemeriksaan dilakukan lebih dari satu kali, pada individu yang sama dan pada
kondisi yang sama.
Dua
faktor utama yang mempengaruhi hasil yang konsisten :
1. Variasi Metoda
·
Variasi
pada metoda pemeriksaan (misal tinggi stabilitas reagen yang dipakai)
·
Variasi
dalam subyek sendiri (misal pengukuran suhu tubuh tidak sama antara siang dan
malam hari)
2. Variasi observer
·
Inter-observer
variability adalah ketidak sesuaian hasil pengukuran diantara observer yang
berbeda,
·
Intea-observer
variability adalah ketidak konsistenan suatu hasil pengukuran yang dilakukan
secara berulang pleh satu orang observer terhadap satu obyek pengukuran. Satu
observer dalam membaca hasil,bisa memberikan hasil yang berbeda,dalam waktu
yang berbeda pula.
3. Hubungan Antara Validitas dan Reliabilitas
·
Suatu
test yang reliabel belum tentu valid.
·
Suatu
test yang valid biasanya reliabel
4. Penggunaan Test untuk Skrining
·
Pada
penyakit dimana prevalensi penyakit rendah maka digunakan test yang mempunyai
spesivilitas tinggi karena lebih menekankan pada hasil false positif dari pada
true positif
·
Penemuan
kasus untuk perawatan dan pengobatan maka digunakan test yang mempunyai
sensivitas tinggi dan spesivitas rendah.
MULTIPEL TEST
Untuk meningkatkan
sensivitas dan spesifisitas screening proses. Bila test lebih dari satu maka
test dilakukan secara serial atau pararel.
1. Test Serial
·
Skreening
bertingkat
·
Untuk
meningkatkan spesifikas
·
Dilakukan
bila populasi cukup koperativ
·
Bila test
A,B,C adalah positif
·
Bila test
satu membarikan hasil positive maka diikuti dengan test berikut nya
·
Bila
sensivitas menurun maka spesivitas meningkat
2. Test Pararel
·
Meningkatkan
sensifitas
·
Bila
populasi tidak koperatif
·
Semua
orang yang di test mengalami pemeriksaan yang sama
·
Butuh
biaya besar
·
Jarang
digunakan
·
Test
berikut nya dilakukan bila diperoleh hasil negative dari test sebelum nya
·
Bila
sensivitas meningakat maka spesifisitas menurun.
H.
HUBUNGAN
ANTARA SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS
1. Bila sensitivitas suatu test meningkat maka spesitifitas
akan menurun
2. Sebaliknya jika spesifisitas suatu test di tingkatkan
maka sensitivitas akan menurun.
3. Dalam program screening hendaknya test sangat
sensitif,sehingga dapat diketahui semua kasus yang diduga positif.
4. Baru pada tahap selanjutnya, uji hendaknya lebih
spesifik, untuk menyingkirkan kasus-kasus false positive dari pemeriksaan
pertama. Jadi screening dilakukan tingkat dua.
Sreening Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit
secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan
dengan cara berikut :
1. Deteksi
tanda dan gejala dini
Untuk dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara
dini dibutuhkan pengetahuan tentang tanda dan gejala tersebut yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan
cara demikian, timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan
pengobatan. Biasanya penderita datang untuk mencari pengobatan setelah penyakit
menimbulkan gejala dan mengganggu kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit
telah berada dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan
ketidaktahuan dan ketidakmampuan penderita.
2. Penemuan
kasus sebelum menimbulkan gejala
Penemuan kasus ini dapat dilakukan
dengan mengadakan screening terhadap orang-orang yang tampak sehat, tetapi
mungkin menderita penyakit. Diagnosis dan pengobatan penyakit yang diperoleh
dari penderita yang datang untuk mencari pengobatan setelah timbul gejala
relatif sedikit sekali dibandingkan dengan penderita tanpa gejala. Tujuan
screening adalah untuk mengidentifikasi penyakit yang tanpa gejala, atau faktor
risiko untuk penyakit, dengan melakukan suatu uji pada suatu kelompok populasi
yang belum berkembang menjadi gejala-gejala klinis. Sreening test biasanya dan
biasanya berusaha untuk mengidentifikasi sebagian kecil individu yang berisiko
tinggi untuk kondisi tertentu. Secara garis besar, screening adalah cara untuk
mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan
atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin
menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
I.
CONTOH
TINDAKAN SCREENING BESERTA
ALAT YANG DIGUNAKAN
·
Mammografi
dan Termografi
Untuk mendeteksi ca
mammae. Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari screening
magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan jaringan
payudara yang padat.
· Pap smear
Test ini ditemukan
oleh Georgios Papanikolaou. Test ini
merupakan test yang
digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker)
pada daerah leher rahim (serviks). Peralatan yang digunakan yaitu; spatula/sikat halus,
spekulum, kaca benda, dan mikroskop. Mengapa perlu skrening? Kanker leher rahim
merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada wanita setelah kanker
payudara. Kanker ini termasuk penyebab kematian terbanyak, Secara internasional
setiap tahun terdiagnosa 500.000 kasus baru.
Seperti halnya kanker yang
lain, deteksi dini merupakan kunci keberhasilan terapi, semakin awal diketahui,
dalam artian masih dalam stadium yang tidak begitu tinggi atau bahkan baru pada
tahap displasia atau prekanker, maka penanganan dan kemungkinan sembuhnya jauh
lebih besar. Meskipun sekarang ini sensitivitas dari pap smear ini ramai
diperdebatkan dalam skrening kanker leher rahim, Pap smear ini merupakan
pemeriksaan non invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk mendeteksi
adanya perubahan pada sel-sel di leher rahim sejak dini, apalagi bila dilakukan
secara teratur.
·
Sphygmomanometer
dan Stetoscope
Untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan
darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada
gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah
normal adalah kurang dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau
lebih. Dan
tekanan darah di antara kedua nilai tersebut disebut prehipertensi.
·
Photometer
Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui
tes darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke
jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus. Strip
tersebut mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang
terdapat dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan mengering dan
menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan deret
(skala) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut. Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam)
dan 2 jam sesudah makan.
·
EKG
(Elektrokardiogram)
Untuk mendeteksi Penyakit
Jantung Koroner.
· Pita Ukur LILA
Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita
kekurangan gizi atau tidak, dan
apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau tidak.
·
Rectal
toucher
Yang dilakukan oleh dokter
untuk mendeteksi adanya 'cancer prostat'. Tes skrining mampu mendeteksi kanker
ini sebelum gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga
pengobatan/treatmennya menjadi lebih efektif. Pria dengan resiko
tinggi terhadap kanker prostat adalah pria usia 40 tahunan.
·
Pervasive
Developmental Disorders Screening Test PDDST – II
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah
dikembangkan oleh, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak
digunakan di berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa
penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau
skrening Autis. Skrening dilakukan pada umur 12-18 bulan.
1. Apakah
anak anda sering terlihat bosan atau tidak
berminat terhadap pembicaraan atau suatu aktivitas di sekitarnya?
2. Apakah anak anda sering mengerjakan suatu pekerjaan atau
bermain dengan suatu benda, yang dilakukannya berulang-ulang dalam waktu yang
lama, sehingga anda merasa heran mengapa anak seumurnya dapat berkonsentrasi
sangat baik?
3. Apakah anda memperhatikan bahwa anak anda dapat sangat
awas terhadap suara tertentu misalnya iklan di TV, tetapi seperti tidak
mendengar suara lain yang sama kerasnya, bahkan tidak menoleh bila dipanggil?
4. Apakah anda merasa bahwa perkembangan anak (selain
perkembangan kemampuan berbicara) agak lambat (misalnya terlambat berjalan)?
5. Apakah anak anda hanya bermain dengan satu atau dua
mainan yang disukainya saja hampir sepanjang waktunya, atau tidak berminat
terhadap mainan?
6. Apakah anak anda sangat menyukai maraba suatu benda
secara aneh, misalnya meraba-raba berbagai tekstur seperti karpet atau sutera?
7. Apakah ada seseorang yang menyatakan kekuatiran bahwa
anak anda mungkin mengalami gangguan pendengaran?
8. Apakah anak anda senang memperhatikan dan bermain dengan
jari-jarinya?
9. Apakah anak anda
belum dapat atau tidak dapat menyatakan keinginannya, baik dengan menggunakan
kata-kata atau dengan menunjuk menggunakan jarinya?
Screening pada umur
18-24 bulan
1. Apakah anak anda tampaknya tidak berminat untuk belajar
bicara?
2. Apakah anak anda seperti tidak mempunyai rasa takut
terhadap benda atau binatang yang berbahaya?
3. Bila anda mencoba menarik perhatiannya, apakah
kadang-kadang anda merasa bahwa ia menghindari menatap mata anda?
4. Apakah anak anda suka digelitik dan berlari bersama,
tetapi tidak menyukai bermain "ciluk-ba" Apakah ia pernah
mengalami saat-saat ia menjadi kurang berminat terhadap mainan?
5. Apakah ia menghindari atau tidak menyukai boneka atau
mainan berbulu?
6. Apakah
ia tidak suka bermain dengan boneka atau mainan berbulu?
7. Apakah ia
terpesona pada sesuatu yang bergerak, misalnya membuka-buka halaman buku,
menuang pasir, memutar roda mobil-mobilan atau memperhatikan gerakan air?
8. Apakah anda merasa bahwa kadang-kadang anak anda tidak
peduli apakah anda berada atau tidak ada di sekitarnya?
9. Apakah kadang-kadang suasana hatinya berubah tiba-tiba
tanpa alasan yang jelas?
10. Apakah ia mengalami kesulitan untuk bermain dengan mainan
baru, walaupun setelah terbiasa ia dapat bermain dengan mainan tersebut?
11. Apakah ia pernah
berhenti menggunakan mimik yang sudah pernah dikuasainya, seperti melambaikan
tangan untuk menyatakan da-dah, mencium pipi, atau menggoyangkan kepala untuk
menyatakan tidak?
12. Apakah anak anda
sering melambaikan tangan ke atas dan ke bawah di samping atau di depan
tubuhnya seperti melambai-lambai bila merasa senang?
13. Apakah anak anda menangis bila anda pergi, tetapi seperti
tidak peduli saat anda datang kembali?
Penafsiran : Bila
ada 3 atau lebih jawaban "Ya"
untuk nomor ganjil di antara semua
pertanyaan tersebut, anak harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah
ia mengalami autisme. Bila ada 3 atau lebih jawaban "Ya" untuk nomor genap
di antara semua pertanyaan tersebut, anak harus diperiksa apakah ia mengalami
gangguan perkembangan selain autisme.
· CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di
atas usia 18 bulan)
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk screening (uji tapis) pada penyandang autisme sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah
CHAT (Checklist Autism in Toddlers). CHAT
dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek (keterangan yang
ditanyakan dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang lain yang biasa
mengasuhnya).
·
BAGIAN A
1. Senang
diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di lutut ?
2. Tertarik (memperhatilan) anak lain?
3. Suka memanjat
benda-benda, seperti mamanjat tangga ?
4. Bisa
bermain cilukba, petak umpet?
5. Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh
menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain?
6. Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari?
7. Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar
anda melihat ke sana?
8. Dapat
bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ?
9. Pernah memberikan suatu benda untuk
menunjukkan sesuatu ?
· BAGIAN
B
1. Pengamatan Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak
mata dengan) pemeriksa?
2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa
menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : "Lihat, itu.
Ada bola (atau mainan lain)" Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke
benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan pemeriksa Usahakan menarik perhatian
anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan pada anak anda :
"Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk mama?"
3. Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan,
minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dll. Tanyakan pada anak : "
Coba tunjukkan mana 'anu' (nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar
kita). Apakah
anak menunjukkan dengan jarinya?
4. Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu
benda ?
5. Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu
menara ?
Interpretasi :
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan
B4. Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4. Kemungkinan
gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3. Dalam batas normal :
tidak bisa melakukan <3.
· Audio Gram dan Typanogram
Untuk mendeteksi adanya
kelainan atau gangguan pendengaran
·
Optalmoskop
dan Tonometer
Pemeriksaan syaraf optik dengan alat
optalmoskop, pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer, jika perlu pemeriksaan
lapang pandangan. Penyakit mata ini akan merusak saraf optik dan dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan timbul bahkan sebelum orang
tersebut menyadari gejala-gejalanya. Tes Screening glukoma mencari tekanan
tinggi abnormal di dalam mata, untuk mencegahnya sebelum terjadi kerusakan pada
saraf optik Tes skrining glukoma berdasarkan umur dan faktor resiko lainnya dilakukan
setiap 2-4 tahun untuk umur kurang dari 40 tahun, untuk usia 40-45 tahun
dilakukan screening tiap 1-3 tahun, usia 55-64 tahun screening tiap 1-2 tahun,
dan untuk usia 65 tahun ke atas setiap 6-12 bulan.
· Penapisan (skrining) premarital
Amat penting dilakukan
guna mengetahui "status" kesehatan yang sebenarnya dari pasangan yang
akan menikah. Tujuan dilakukannya pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan
mengobati jika ada penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah
penularan penyakit yang dapat mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan
hemoglobin, hepatitis B dan HIV/AIDS.
Screening mendeteksi dan
mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan (genetik) seperti penyakit
thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit), dan penyakit Tay-Sachs.
Kelainan fertilitas juga dapat diketahui. Di beberapa negara seperti Spanyol,
Portugal, Italia, Taiwan, Turki, Mesir dan Brazil telah menerapkan pemeriksaan
kesehatan premarital secara rutin untuk membantu identifikasi dan mencegah
pernikahan yang berisiko.Pemeriksaan laboratorium premarital.
Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan
sebelum menikah antara lain hematologi rutin, golongan darah dan rhesus, profil
TORCH, hepatitis B, dll. Mari kita membahas dua diantaranya, pemeriksaan
hematologi (darah rutin) dan golongan darah ABO dan Rhesus. Hematologi
(Pemeriksaan darah rutin)
Salah satu manfaat pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
adanya kelainan darah seperti anemia, leukemia dan thalassemia. Thalassemia
dapat menyebabkan masalah fisik yang serius serta memerlukan biaya yang cukup
besar. Sebagai pemeriksaan awat thalassemia dilihat nilai mean corpuscular
volume (MCV) sel darah merah untuk mengidentifikasi apakah carrier atau bukan.
Golongan darah ABO dan Rhesus.
Golongan darah Rhesus (Rh) pertama kali ditemukan oteh Karl
Landsteiner dan Alexander S.Weiner tahun 1937. Berbeda dengan golongan darah
sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan
pada Rh faktor golongan darah ditentukan oleh antigen Rh (dikenal juga dengan antigen D).
Jika hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka
ia memiliki Rh negatif (Rh-), sebaliknya bita ditemukan antigen Rh, maka ia
memiliki Rh positif (Rh+).
Masalah perbedaan Rhesus
terutama jika ibu berdarah Rh negatif, sedangkan suami berdarah Rh positif.
Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan antar bangsa dan perbedaan
rhesus akan menimbulkan masalah kesehatan terutama pada janin. Jika janin
memiliki Rh (+) maka antigen tersebut akan masuk ke peredaran darah ibu melalui
plasenta, yang menyebabkan tubuh ibu memproduksi antibodi (antirhesus). Melalui
plasenta juga, antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran
darah janin, sehingga merusak sel darah merah janin.
Pada kehamilan pertama,
antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan bayi lahir kuning (karena proses
pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning
pada kulit). Tetapi pada kehamilan kedua, masalah bisa menjadi fatal jika anak
kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu kadar antirhesus ibu sedemikian
tinggi, sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat, yang
dapat menyebabkan janin mengalami keguguran atau mengalami pembengkakan
(eritroblastosis fetalis) yang mengancam nyawa janin.
Jika sebelum hamil ibu
sudah mengetahui rhesus darahnya, masalah kelainan kehamilan ini bisa
dihindari. Sesudah melahirkan anak
pertama, dan selama kehamilan berikutnya, dokter akan memberikan obat khusus untuk
menetralkan antirhesus darah ibu. Kasus rhesus ini jarang terjadi di daerah
Asia Timur, Amerika Selatan dan Afrika, namun kerap terjadi pada populasi ras
Caucasian (eropa).
Skrining atau yang biasa disebut dengan penyaringan
merupakan usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis
belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau
benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
1. Tujuan
skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
2. Skrining yang Dapat Dilakukan oleh Bidan Pada Wanita
Sepanjang Daur Kehidupannya
Wanita sepanjang daur kehidupan dapat dilihat pada bagan
berikut :
Pada bagan diatas tampak jelas
apabila terjadi sesuatu pada suatu masa akan mempengaruhi masa yang lain. Bidan
mempunyai tugas pada setiap masa.
a.
Bayi
§ Pada bayi
perempuan telah memiliki folikel primordial sebanyak 750000,yang kelak akan
dikeluarkan ketika ovulasi.
§ Genetalia interna dan eksterna sudah
terbentuk,sehingga sudah dapat dibedakan dengan bayi laki-laki.
§ Pada usia 10
pertama,masih terpengaruh oleh hormone estrogen sehingga kadang ditemukan pada
bayi terjadi pembengkakan payudara(kadang disertai sekresi cairan seperti air
susu),kadang juga ditemukan perdarahan pervaginam seperti menstruasi.
b. Masa Kanak – Kanak
§ Pada periode
ini merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak.perkembangan otak
sangat cepat,sehingga pada masa ini disebut fase pertumbuhan dasar.
§ Tujuan
skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP (kuesioner pra skrining
perkembangan) adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
§ Pada periode
ini juga merupakan masa kritis dimana anak memerlukan ransangan atau stimulasi
untuk mengembangkan otak kanan dan otak
kirinya.
§ Bentuk skrining
terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan menggunakan DDST(denver
developmental screening test),sehingga bisa diketahui atau dinilai perkembangan
anak sesuai usia nya.
c. Pubertas
§ Merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
§ Masa pubertas
ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder(pembesaran
payudara,tumbuhnya rambut di pubis,ketiak)sampai kemampuan bereproduksi.
§ Cepat lambat seorang
anak memasuki masa pubertas dipengaruhi bangsa iklim,gizi,kebudayaan.Semakin
baik gizi seseorang semakin cepat akan memasuki masa pubertas.
Adapun skrining yang di
lakukan pada masa puberitas yaitu :
§ Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI)
Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada
tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup
lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang
merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (periksapayudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai
dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin
dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk
mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara
sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanitausia lebih dari 30 tahun
dapat melakukan pemeriksaan payudara
sendiri maupun ke bidan
atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara
dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan caraberbaring. Pemeriksaan payudara
dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan caraberbaring.
§ Pemeriksaan tekanan darah
Wanita yang memiliki riwayat
keluarga dengan tekanan darah tinggi disarankan untuk lebih sering melakukan
pemeriksaan ini. Dimulai pada usia 18 yahun, setiap wanita wajib melakukan
pemeriksaan tekanan darah, rutin setiap 2 tahun
d. Masa Reproduksi
Masa reproduksi merupakan masa
terpenting bagi wanita(biasanya seorang wanita memasuki masa ini selama 33
tahun).Pada masa ini seorang wanita telah mampu mencetak generasi baru dengan
hamil,melahirkan,dan menyusui.
Seorang wanita yang dalam keadaan
hamil apabila mendapatkan kebutuhan gizi sesuai maka akan melahirkan bayi yang
sehat yang kelak akan tumbuh dewasa.Demikian pula pada saat wanita tersebut
menyusui,apabila terpenuhi gizinya kemungkinan terjadi keterlambatan tumbuh
kembang pada bayinya akan kecil.
Bentuk screening pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan kunjungan
awal antenatal care.Pada saat ini bidan melakukan pemeriksaan terhadap ibu,dari
hasil pemeriksaan dapat diperoleh hasil yang akan menentukan keadaan ibu dan
janin.Bidan dapat melakukan screening terhadap ibu hamil yang mempunyai resiko.
Adapun skrining yang di
lakukan pada masa reproduksi yaitu :
§ Pap smear
Pemeriksaan ''Pap Smear'' kini cara
terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap
Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap Smear adalah suatu pemeriksaan
sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.Masalahnya, banyak
wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini
biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri
atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan
paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah
melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia
70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien
untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 - 3 hari
sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang menggunakan obat - obatan
vaginal.
Jenis – jenis Pap Smear :
1. Tes Pap Smear konvensional
2. Thin prep Pap. Biasanya dilakukan
bila hasil tes Pap Smear konvensional kurang baik / kabur. Sampel lendir diambil dengan alat khusus
(cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke
object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan,
seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.
3. Thin prep plus test HPV DNA. Dilakukan bila
hasil tes Pap smear kurang baik. Sampel
diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.
Pemeriksaan pap smear disarankan untuk
dilakukan oleh para wanita secara teratur sekali setahun berturut-turut dalam
waktu tiga tahun bila sudah aktif berhubungan seksual dan berusia minimal 21
tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga tahun berturut-turut normal, pemeriksaan
selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. Serviks adalah organ khusus yang
mudah diketahui melalui pap smear, biopsy, laser dan langsung bisa dilihat,
tidak seperti halnya paru-paru yang berada tersembunyi di dalam tubuh. Sehingga
jika pap smear sudah cukup mendunia, dalam arti semua wanita di dunia sudah
sadar akan pentingnya pemeriksaan ini, berarti tidak ada alasan lagi untuk
kanker serviks di kemudian hari. (pusdat/berbagai sumber
Setelah mengenal lebih dekat tentang pentingnya pap
smear bagi wanita,
kini berikut ini hanya menambahkan fakta
penting yang harus dilakukan berhubungan dengan pemeriksaan Pap Smear.;
1. Perempuan yang termasuk faktor resiko tinggi
tetap hanya dianjurkan melakukan pap
smear satu tahun sekali. Kecuali bila pernah Pap smear dan
didapatkan hasil sebelumnya ada pemeriksaan abnormal, maka dianjurkan untuk
melakukan pap smear lebih sering atau sesuai petunjuk dokter
2. Wanita yang sudah diangkat kandungannya
tanpa disetai pengangkatan mulut rahim tetap disarankan melakukan pap smear
setahun sekali.
3. Wanita yang menopause tetap beresiko menderita kanker
serviks/leher rahim, sedangkan mereka yang menopause masih memiliki leher
rahim di haruskan tetap melakukan papsmear seperti wanita lainnya.
4. Mereka yang sudah berusia diatas 67
tahun baru boleh berhenti pap smear jika dalam 2 test sebelumnya
berturut- turut hasilnya normal.
§ TES IVA
Ada
jenis tes lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi keabnormalan sel-sel pada mulut rahim yang
terangkum pada pernyataan dibawah ini :
1.
Test IVA
menyerupai tes pap smear, namanya yaitu tes IVA ( Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat).
2. Tujuanya sama; Pemeriksaan
penpisan/skrining terhadap kelainan prakanker dimulut rahim. perbedaanya
terletal pada metode yang lebih sederhana dan keakuratannya. Pemeriksaan IVA bisa dilakukan kapan saja, dalam keadaan haid ataupun
sedang minum obat-obat tertentu.
3.
Tes IVA dapat
dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan memoles mulut rahum
menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah ada kelainan seperti perubahan warna
yang berwarna pink berunah menjadi putih. Perubahan
warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata.
4.
Umumnya
Tes IVA dilakukan dinegara yang
sedang berkembang atau didaerah terpencil yang jauh dari laboratorium (m&k)
§
Pemeriksaan tingkat kolesterol
Semua wanita wajib melakukan
pemeriksaan tingkat kolesterol setiap 4 sampai 5 tahun sekali (setelah mencapai
usia 20). Wanita dengan tingkat kolesterol tinggi rentan terkena
penyakit jantung.
Lebih baik
mencegah daripada mengobati. Jadi sebelum penyakit itu berkembang, segera
lakukan deteksi lebih dini.
e.
Masa Menopause
§
Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan antara masa
reproduksi dengan masa senium(pasca menopause).
§
Pada masa ini ibu mengalami perubahan-perubahan tertentu
yakni timbulnya gangguan dari gangguan yang bersifat ringan sampai gangguan
yang bersifat berat seperti timbul rasa panas pada wajah,jantung
berdebar,uterus mengecil,dan berkeringat,dll.
§
Kadangkala pada masa ini seorang wanita membutuhkan
bidan atau tenaga kesehatan untuk membantu mengurangi keluhan-keluhan yang
dirasakannya.
1. Mammogram
Kanker payudara
adalah pembunuh nomor satu wanita di dunia. Skrining kanker harus dimulai pada
usia 20 tahun. American Cancer Society menyarankan agar wanita berusia 40-an
menjalani skrining setiap tahun
2. Pap Smear
Pap smear harus
rutin dilakukan sejak usia 21 atau 3 tahun pertama setelah menjalani hubungan
seks. Skrining inin dilakukan untuk mendeteksi kanker rahim
3. Kolonosakopi
Kanker usus besar juga menjadi penyebabb utama kematian
pada wanita, di samping kanker payudara dan serviks. Kanker kolon dimulai
dengan pertumbuhan polip pada usus besar. Setelah berkembang, polip dapat
menyebar ke organ lain. Skrining
dianjurkan untuk wanita usia 50-an.
4. Pemeriksaan kepadatan tulang
Wanita lebih
rentan terkena osteoporosis dibanding pria. Kondisi tulang
akan menjadi lemah dan rapuh. Wanita berusia 50-an atau yang sudah melewati
fase menopause, disarankan untuk melakukan pemeriksaan kepadatan tulang. X-ray
atau DEXA (energy absorp tiometri X-ray dual) merupakan jenis skrining, yang
dapat mengukur kepadatan mineral tulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar