INVESTIGASI WABAH
A. LATAR BELAKANG
Wabah
adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang
lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di
area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan
kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas
surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus
yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari
jumlah biasanya.
Ketika
dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat ,
atau petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus.
Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang
terjadi dalm rentang waktu dan tempat yang berdekatan. Didalam sautu
kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi jumlah yang
diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.Karena rate
endemic penyakit nosokomial, cedera, dan kejadian yang merugikan lainnya
berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan , hanya ada sedikit
criteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada
suatu masalah yang potensial atau memulai investigasi.
B. TUJUAN
Tujuan Penyelidikan Wabah
1. Tujuan
umum penyelidikan KLB / wabah
a. Upaya
penanggulangan dan pencegahan
b. Surveilans
( lokal, nasional, dan internasional )
c. Penelitian
d. PelatihaN
e. Menjawab
keingintahuan masyarakat
f. Pertimbangan
program
g. Kepentingan
politik dan hukum
h. Kesadaran
masyarakat
2. Tujuan
khusus penyelidikan KLB / wabah
a. Memastikan
diagnose
b. Memastikan
bahwa terjadi KLB/ wabah
c. Mengidentifikasi
penyebab KLB
d. Mengidentifikasi
sumber penyebab
e. Rekomendasi
: cepat dan tepat
f. Mengetahui
jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta tempat
terjadinya KLB (variabel orang, waktu dan tempat).
C.
SEJARAH INVESTIGASI WABAH
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan
kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi
wabah kolera di London (1854).
D.
PENGERTIAN INVESTIGASI WABAH
Wabah adalah
suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih
banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area
tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan
kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas
surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus
yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari
jumlah biasanya.
Ketika
dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat ,
atau petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus.
Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang
terjadi dalam rentang waktu dan tempat yang berdekatan. Didalam sautu
kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi jumlah yang
diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui. Karena rate
endemic penyakit nosokomial, cedera, dan kejadian yang merugikan lainnya
berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya ada sedikit
criteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada
suatu masalah yang potensial atau memulai investigasi.
Banyak definisi yang diberikan
mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya:
1.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
Wabah berarti penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
2.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981)
Wabah adalah peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya
maupun daerah terjangkit .
3.
Undang‑undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
4.
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita
suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata‑nyata
melebihi jumlah yang biasa .
5.
Last 1981
Wabah adgalah timbulnya kejadian
dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
6. Definisi umum
Kejadian penyakit melebihi dari
normal (kejadian yang biasa terjadi).
Selain
kata wabah dikenal pula dengan kata letusan ( outbreak) dan kejadian luar biasa
(KLB). Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Apabila peningkatan penderita penyakit yang memenuhi kriteria
definisi wabah diatas, akan dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit bila
kejadian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi oleh pemerintah dan dinyatakan sebagai KLB bila
penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat (Dirjen P2M &
PLP tahun 1981).
Berdasarkan
sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu:
1. Common
Source Epidemic Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya
sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu
yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan
umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka,
menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus,
selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua.
Common
source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Point
Source Epidemic (kurva epidemic dengan satu puncak) yaitu wabah yang terjadi
akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal.
Contohnya kejadian keracunan dan polusi
b) Intermittent
Common Source Epidemic (kurva epidemic denggan beberapa puncak ) yaitu wabah
yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare dan disentri.
2. Propagated/Progresive
Epidemic. Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu
lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive
epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung
maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masya yang rentan serta
morbilitas dari pddk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal
anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang
sesuai dengan urutan generasi kasus.
KLB
penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu
wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah. Suatu kejadian penyakit atau
keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Timbulnya
suatu penyakit/menular yang sebelumnya tdak ada/dikenal.
2) Peningkatan
kejadian penyakit/kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam,hari, minggu).
3) Peningkatan
kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4) Jumlah
penderita baru dalam suatu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5) Angka
rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6) Case
fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebuh dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.
7) Proportional
rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua atau
lebih dibandingkan periode kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8) Beberapa
penyakit khusus menetapkan kriteria khusus: cholera dan demam berdarah dengue.
9) Setiap
peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana
pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit
yang bersangkutan.
E.
ALASAN DILAKUKANNYA PENYELIDIKAN ADANYA WABAH
Pengungkapan adanya wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah dengan
deteksi dari analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas,
pamong, atau warga yang cukup peduli. Alasan dilakukannya penyelidikan adanya
kemungkinan wabah adalah :
1.
Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
2.
Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3.
Pertimbangan Program
4.
Kepentingan Umum, Politik dan Hukum
F. LANGKAH INVESTIGASI WABAH
Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang
sistemik yang terdiri dari :
1.
Persiapan Investigasi di Lapangan
2.
Memastikan adanya Wabah
3.
Memastikan diagnosis
4.
Membuat definisi kasus
5.
Menemukan dan menghitung Kasus
6.
Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
7.
Membuat hipotesis
8.
Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)
9.
Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
10. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11. Menyampaikan hasil
penyelidikan
1. Persiapan
Investigasi di Lapangan
Hal-hal yang
harus diperhatikan pada langkah ini adalah :
a.
Persiapan
dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu investigasi, administrasi,
dan konsultasi.
b.
Dibutuhkan
pengetahuan perlengkapan dan alat yang sesuai.
c.
Prosedur
administrasi.
d.
Peran
masing- masing petugas yang terjun
2. Pemastian
Adanya Wabah
Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Dengan
membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan
sebelumnya.
b.
Menentukan
apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
c.
Sumber
informasi bervariasi bergantung pada situasinya
1)
Catatan
hasil surveilans
2)
Catatan
keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
3)
Bila
data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnyaatau
data nasional.
4)
Boleh
juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang
biasanya ada.
Pseudo endemik :
a.
Perubahan
cara pencatatan dan pelaporan penderita
b.
Adanya
cara diagnosis baru
c.
Bertambahnya
kesadaran penduduk untuk berobat
d.
Adanya
penyakit lain dengan gejala yang serupa
e.
Bertambahnya
jumlah penduduk yang rentan
3. Pemastian
Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b.
Untuk
menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang
dilaporkan
b.
Semua
temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi
c.
Kunjungan
terhadap satu atau dua penderita
4. Pembuatan
Definisi Kasus
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah
seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis
dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus
menjadi pasti ( compirmed), mungkin (
probable), meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.
Contoh frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang
karyawan yang menyatakan sakit pada kejadian letusan penyakit diare di sebuah
perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.
Macam gejala |
Penderita yang mempunyai gejala |
|
Jumlah |
% |
|
1.
Sakit perut |
207 |
88,1 |
2.
Mencret |
191 |
81,3 |
3.
Muntah |
11 |
4,7 |
4.
Pusing |
36 |
15,3 |
5.
Panas |
24 |
10,2 |
6.
Sakit tenggorokan |
0 |
0 |
7.
Lain-lain |
10 |
4,3 |
5. Penemuan dan Penghitungan Kasus
Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian
yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi
berikut ini dikumpulakan dari setiap kasus :
a.
Data
identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )
b.
Data
demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )
c.
Data
klinis
d.
Faktor
risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
e.
Informasi
pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau member umpan balik
6. Epidemiologi
Deskriptif
Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu:
1) Memberi
informasi sampai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya
2)
Memperkirakan kapan pemaparan
terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui
penyakit dan masa inkubasinya
3) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan
demikian mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang,
atau campuran keduanya
Ciri-ciri
curva epidemic:
1) Berbentuk
histogram
2) Dapat
digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit
3)
Dapat
memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit
4) Informasi
tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus
5) Untuk
masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala)
6) Pilih
skala untuk aksis-X
7) Masa
pra wabah
Kemungkinan
periode pemaparan dapat dilakukan dengan:
a. Mencari
masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
b. Menentukan
puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi
rata-rata
c. Dari
kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya
agens penyakit sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi
bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosis
diferensial dam memperikan periode pemaparan.
Cara menghitung median masa inkubasi:
·
Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
·
Buat frekuensi kumulatifnya
·
Tentukan posisi kasus paling tengah
·
Tentukan kelas median
Median masa
inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan kasus
median
a.
Gambaran wabah berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
1)
Memberi
informasi sampai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya
2)
Memperkirakan
kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila
telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
3)
Menarik
kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber
tunggal, ditularkan dari orang ke orang,
4)
atau
campuran keduanya Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan:
a)
Mencari
masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
b)
Menentukan
puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi
rata-rata
c)
Dari
kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek.
Masa inkubasi penyakit adalah waktu
antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala pertama. Informasi
tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga
mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara
menghitung median masa inkubasi :
a)
Susunan
teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
b)
Buat
frekuensi kumulatifnya
c)
Tentukan
posisi kasus paling tengah
d)
Tentukan
kelas median
e)
Median
masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan
kasus median
b. Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot
map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang
menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis
kejadian namun mengabaikan populasi.
c. Gambaran wabah berdasarkan ciri
orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada
hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit.
Misalnya karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan)
atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)
6.
Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan
hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang
mengakibatkan sakit.
a. Mempertimbangkan apa yang diketahui
tentang penyakit itu:
1) Apa reservoir utama agen
penyakitnya?
2) Bagaimana cara penularannya?
3) Bahan apa yang biasanya menjadi alat
penularan?
4) Apa saja faktor yang meningkatkan
risiko tertular?
b.
Wawancara
dengan beberapa penderita
c.
mengumpulkan
beberapa penderita dan mencari kesamaan pemaparan.
d.
Kunjungan
rumah penderita
e.
Wawancara
dengan petugas kesehatan setempat
f.
Epidemiologi
diskriptif
7.
Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai
dengan salah satu dari dua cara ini:
a.
Dengan membandingkan hipotesis
dengan fakta yang ada, atau
b.
Dengan analisis epidemiologi
untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan.
c.
Uji kemaknaan statistik, Kai
kuadrat, kunci dari epodemiologi analitik adalah adanya kelompok pembanding,
sehingga dapat diukur antara pemaparan dan penyakit dan diuji hipotesis tentang
hubungan sebab-akibat
Uji kemaknaan statistik
Status
keterpaparan |
Sakit |
Tak sakit |
Jumlah |
Terpapar |
A |
B |
H1 |
Tak terpapar |
C |
D |
H2 |
Jumlah |
V1 |
V2 |
T |
X2= T {| ad
– bc | - (T/2}2
V1 x V2 x H1 x H2
8.
Perbaikan hipotesis dan penelitian
tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan
akan mengikuti hal dibawah ini
a.
Penelitian
Epidemiologi
1)
epidemiologi
analitik
b.
Penelitian
Laboratorium dan Lingkungan
1)
Pemeriksaan
serum
2)
Pemeriksaan
tempat pembuangan tinja
Namun dalil epidemiologi lapangan adalah bila
hipotesis yang baik tidak dapat di kembangkan dari wawancara kasus dengan staf
lokal dan dari epidemiologi deskriptif, yang bila diteruskan dengan analitik
akan membuang waktu saja.
9.
Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian
seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan biasanya
hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya
pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit.
Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau
reservoirnya.
10.
Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara
pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat
setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan dan
yang kedua laporan tertulis. Isi laporan tersebut adalah sebagai berikut:
·
Pendahuluan (gambaran peristiwa)
·
Latar belakang (geografis,
politis, ekonomis, demografis, historis)
·
Uraian tentang investigasi yang dilakukan (alasan,
metode, sumber informasi)
·
Hasil investigasi (fakta, karakteristik kasus, angka
serangan, tabulasi, kalkulasi, kurva, pemeriksaan laboratorium, kemungkinan
sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan, dan lain-lain)
·
Analisis data dan simpulan
·
Uraian tentang tindakan (penaggulangan)
·
Uraian dampak
Ø Apa yang terjadi terhadap populasi yang terkena kejadian luar biasa (KLB).
Misalnya, bagaimana kesehatannya, bagaimana dampak pada aspek hukum dan
ekonomisnya.
Ø Setelah dilakukan intervensi/tindakan penanggulangan,
ü Bagaimana
keadaan populasi yang terkena KLB. Misalnya, status kekebalannya, cara
hidupnya.
ü Bagaimana
resevoarnya (asal atau tempat yang cocok untuk bibit penyakit). Misalnya,
jumlah atau distribusinya.
ü Bagaimana
vektorya (penular penyakit). Misalnya, jumlah dan distribusinya.
Ø Penemuan
penyebab menular baru apabila ditemukan penyebab yang lain.
Ø Saran
perbaikan prosedur surveilans dan penanggulangan di massa depan.
Penyamapaian
penyelidikan diantaranya:
·
Laporan harus
jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan.
·
Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah;
kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah.
·
Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan
tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang,
metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran).
·
Merupakan cetak biru untuk
mengambil tindakan.
·
Merupakan catatan dari pekerjaan,
dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang
sama di masa datang.
G. PENANGGULAGAN WABAH
Setelah
data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta tentang
penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah pengendalian hendaknya
segera dilakukan. Makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang
keberhasilan pengendalian.
Langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan cara penanggulangan yang paling efektif dan melakukan surveilence
terhadap faktor lain yang berhubungan.
Prinsip intervensi
untuk menghentikan wabah sebagai berikut:
·
Mengeliminasi sumber patogen
·
Memblokade
proses transmisi
·
Mengeliminasi erentanan
·
Eliminasi sumber patogen mencakup:
Ø Eliminasi
atau inaktivasi patogen
Ø Pengendalian
dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)
Ø Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau
binatang terinfeksi (karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)
Ø Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene
perorangan, memasak daging dengan benar, dan sebagainya)
Ø Pengobatan
kasus.
Blokade Proses
Transmisi Mencakup:
· Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker,
kacamata, jas, sarung tangan, respirator)
·
Disinfeksi/ sinar ultraviolet
·
Pertukaran udara/ dilusi
· Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat
udara
· Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk
Anopheles, pengasapan nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida,
larvasida, dan sebagainya).
Eliminasi Kerentanan
Penjamu (Host Susceptibility) Mencakup:
·
Vaksinasi
·
Pengobatan (profilaksis, presumtif)
·
Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar
(“reverse isolation”)
· Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi
kumpulan massa).
Hal terakhir dan
merupakan hal terpenting dalam penanganan wabah adalah menentukan cara
pencegahan di masa yang akan datang.
Kejadian
Luar Biasa
Kejadian
Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan / kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya waabah. (PP NO.40 TAHUN 1991 BAB.1
PASAL 1 AYAT 7).
KLB
penyakit menular merupakan indikasi di tetapkannya suatu daerah menjadi suatu
wabah,atau dapat berkembang menjadi suatu wabah.
Suatu
kejadian kesehatan di katakan KLB jika penanggulangannya membutuhkan bantuan
dari pemerintah pusat (Dit.Jen P2M & PLP 1981).sedangkan di katakana
letusan atau (outbreak)jika kejadian tersebut terbatas dan dapat di taggulangin
sendiri oleh pemerintah daerah yang menyatakan suatu kejadian merupakan KLB
adalah pemerintah daerah dalam hal ini kepala dinas kabupaten / kota.
3 komponen wabah
·
Kenaikan jumlah
kejadian
·
Kelompok penduduk di
suatu daerah
·
Waktu tertentu
Kriteria kerja KLB
kepala
wilayah / daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KLB penyakit
menular)di wilayahnya atau tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah,wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya,dengan
bantuan unit kesehatan setempat,agar tidak berkembang menjadi wabah (UU 4,1984
dan PERMENKES 560/MENKES/PER/VIII /1989)
Suatu
kejadian penyakit atau keracunan dapat dinyatakan
KLB apabila memenuhi keteria sebagai berikut :
a. Timbulnya
suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
b. Peningkatan
kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan
kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
d. Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Pelacakan
KLB
· Garis
Besar Pelacakan KLB
Ø Pengumpulan
data dan informasi secara seksama langsung di lapangan tempat kejadian
Ø Analisa
data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran
Ø Adanya
suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang pada dasarnya harus
ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan.
· Analisis
Situasi Awal
Ø Penentuan
atau penegakan diagnosis
Ø Penentuan
adanya wabah
Ø Uraian
keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)
· Analisis
Lanjutan
Ø Usaha
Penemua kasus tambahan
ü Adakan
pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk menemukan kemungkinan adanya
kasus diteliti yang belum ada dalam laporan.
ü Pelacakan
intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala ringan tetapi mempunyai
potensi menderita atau kontak dengan penderita.
Ø Analisa
Data secara berkesinambungan.
Ø Menegakkan
Hipotesis
Ø Tindakan
Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
ü Tindakan
diambil sesuai dengan hasil analisis
ü Diadakan
follow up sampai keadaan normal kembali.
ü Yang
menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu format pengamatan
yang berkesinambungan dalam bentuk survailans epidemiologi terutama high risk.
· SKD
KLB
· Penyelidikan
dan penanggulangan KLB
· Pengembangan
sistem surveilans termasukpengembangan jaringan informasid) Koordinasi kegiatan
surveilans.
Lintas program dan lintas sektoral:
Ø OUTBREAK
Suatu
episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana
penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
Ø EPIDEMI
Keadaan
dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu
daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.
Ø PANDEMI
Keadaan
dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu
singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas
Ø ENDEMI
Keadaan
dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah
tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara
normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar