TRIAD EPIDEMIOLOGI (HOST, AGENT DAN ENVIRONMENT)
A. Triad
Epidemiologi
Epidemiologi memakai
cara pandang ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen dan faktor dalam
lingkungan dan implikasi yang berkaitan dengan suatu penyakit. Ekologi
merupakan hubungan organisme, antara satu dengan yang lainnya. Semua penyakit
atau kondisi tidak selalu dapat dikaitkan dengan hanya satu faktor penyebab
(tunggal). Jika diperlukan lebih dari satu penyebab untuk menimbulkan satu
penyakit, hal ini disebut dengan penyebab ganda (multiple epidemiology) yang
bisa digunakan dalam penyakit menular merupakan dasar dan landasan untuk semua
bidang epidemiologi. Namun saat ini penyakit infeksi tidak lagi menjadi
penyebab utama kematian dinegara industri sehingga diperlukan metode segitiga
epidemiologi yang lebih mutakhir. Model ini mencakup semua aspek dalam model
penyakit menular, dan agar dapat dipakai bersama penyebab penyakit, kondisi,
gangguan, defek, dan kematian saat ini, model ini dapat mencerminkan penyebab
penyakit dan kondisi saat ini.
Konsep
penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari
rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi
antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis,
Psikologis, Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan
lingkungan (Enviroment). (Nur nasry noor, 2000. Dasar epidemiologi ,Rineka cipta.Jakarta).
Menurut
John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen
penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet).
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman
masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan
antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle
epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab
penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan
jelas dari lingkungan.
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan
berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan
seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya
gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan
unsur trias yang petensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik
dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya.
Model
ini digunakan untuk memperlihatkan interaksi dan ketergantungan satu sama
lainnya antara agent, host, dana environment. Segitiga epidemiologi digunakan
untuk menganalisa peran dan keterkaitan setiap faktor dalam epidemiologi
penyakit menular yaitu pengaruh, reaktivitas dan efek yang dimiliki setiap
faktor terhadap faktor lainnya.
Dalam
keadaan normal terjadi sebuah keseimbangan yang dinamis antara ketiga komponen
ini yang disebut sehat. Pada suatu keadaan dimana ketidakseimbangan yang
dinamis antara ketiga komponen ini, maka hal ini disebut dengan sakit.
1. Faktor
Agent
Agen adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus,
jamur, parasit, atau kapang yang merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab
penyakit infeksius. Pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, cedera atau situasi
kematian lain, agen dapat berupa zat kimia, faktor fisk seperti radiasi atau
panas, defisiensi gizi, atau beberapa
subtansi lainnya seperti racun ular berbisa. Satau atau beberapa agen dapat
berkontribusi pada satu penyakit. Faktor agen juga dapat digantikan dengan
faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor
penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan, kecacatan, cedera dan
kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agen dapat berupa mekanisme
kecelakaan, kendaraan yang dipakai.
Agen dapat diartikan pula sebagain substansi
atau element makhluk hidup atau makhluk tak hidup yang kehadiran dan
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang
dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut
meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis
bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri,
ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen,
obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat
tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang
kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit,
dislokasi (payah tulang), dll.
Dari segi
epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan mempergunakan
terminologi faktor resiko (risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur
di atas yang tergolong faktor resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan
kemungkinan terjadinya penyakit. Contoh faktor resiko yang bersifat tingkah
laku yang tidak sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse, merokok,
tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang olah raga, dll.
Yang dimaksud dengan bibit penyakit ialah suatu
subtansi atau eleman tertentu yang kehadiran atau ketidak-hadirnnya dapat
menimbulkan atau mempengaruhi perjalan
suatu penyakit. Subtansi dan elemen yang dimaksud banyaknya macamnya, yang
secara sederhana dapat dikelompokkan ke
dalam lima macam yakni:
a. Golongan
nutrien .
Yang dimaksud dengan golongan
nutrien ialah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsung fungsi
kehidupan. Zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh itu dibedakan atas enam macam yakni karbohidrat, putih telur, lemak ,
vitamin, mineral, dan air. Jika seseorang
mengalami kekeurangan dan atau kelebihan zat gizi ini, akan timbul penyakit tertentu.
b. Gologan
nutrien kimia.
Adalah berbagai zat kimia yang
ditemukan di alam ( exogenous chemical
substance ) dan zat kimia yang
dihasilkan oleh tubuh ( endogeneous chemical subtance ). Sebenarnya golongan
nutien termasuk dalam golongan kimia, namun karena zat
gizi menempati peranan sendiri dalam kesehatan, maka
pembicaranya sering dipisahkan.
Apabila tubuh terkena dan atau
kemasukan zat kimia tertentu seperti logam berat, gas beracun atau debu,
akan dapat menimbulkan beberapa
penyakit tertentu.
c. Golongan fisik
Golongan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau
rendah, suara yang trlalu bising, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau
trauma mekanis, dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Peranan dalam
menimbulkan penyakit pada umumnya jika berada dalam keadaan akan luar
biasa, baik dari sudut jumlah (kuantitas) ataupun dari sudut mutu (kualitas).
d. Golongan
mekanik.
Golongan mekanik sering
digolongkan pula ke dalam golongan pula
ke dalam golongan fisik. Jika ingin dibedakan ialah karena ada golongan mekanij
unsur campur tanggan manusia lebih
banyak ditemukan, seperti misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain
sebagianya yang seperti ini.
e. Golongan
biologik.
Penyebab penyakit yang
termasuk golongan biologik dapat berupa jasat renik (mikro organisme) dan atau
berupa jasat renik baik yang berasal dari hewan (flora) dan ataupun yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (fauna). Contohnya ialah metazoa (artopoda dan
helminutes), protozoa, bakteri, riketsia, virus dan jamur.
Pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang
dapat timbul hanya di sebabkan oleh satu faktor tunggal semata, pada umumnya
kejadian penyakit di sebabkan oleh berbagai unsur yang secara bersama-sama
mendorong terjadinya penyakit, namun demikian, secara dasar, unsur penyebab
penyakit dapat di bagi dalam dua bagian utama yakni :
1. Penyebab
kausal (primer)
Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal
Terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu
terjadi penyakit, tetapi sebaliknya, Pada penyakit tertentu, unsur ini dijumpai
sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausul ini dapat dibagi dalam 6
kelompok yaitu :
a. Unsur
penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup
termasuk kelompok mikro organisme seperti Virus, bakteri, protozoa, jamur,
kelompok cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya di jumpai pada
penyakit infeksi menular
b. Unsur
penyebab, nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi
dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat
nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan
air.
c. Unsur
penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya
berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat, racun, obat-obatan keras,
berbagai senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada
pula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang dapat
menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum, kolesterol, dan lain-lain
d. Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat
menimbulkan penyakit melalui proses fisika umpamanya panas (luka bakar),
irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa), radiasi dan lain-lain. Proses kejadian
penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan
kelainan dan gangguan kesehatan
e.
Unsur
penyebab psikis yakni semua unsur yang pertalian dengan kejadian penyakit
gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum
jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok
ahli lebih menitik beratkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam
hal ini kita harus berhati-hati terhadap faktor kehidupan sosial yang bersifat
non kausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses
kejadian penyakit maupun gangguan kejiawaan
2. Penyebab
non-kausal (sekunder)
Penyebab sekunder merupakan unsur
pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab
akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka dalam setiap analis penyebab
penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit, kita tidak hanya
berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua
unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal ini di dasarkan pada
ketentuan bahwa pada umumnya kejadian setiap penyakit sangat di pengaruhi oleh
berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses
sebab akibat. Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis,
kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya. Kejadiannya tidak di batasi hanya
pada penyebab kausal saja, tetapi harus di analisis dalam bentuk suatu rantai
sebab akibat di mana peranan unsur penyebab sekunder sangat kuat dalam
mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sama menimbulkan
penyakit
Dan penyebab agent menurut model segitiga
epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
Biotis khususnya pada penyakit menular
yaitu terjadi dari 5 golongan
1.
Protozoa : misalnya Plasmodum, amodea
2.
Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes
3.
Bakteri misalnya Salmonella, meningitis
4.
Virus misalnya dengue, polio, measies, lorona
5.
Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
Abiotis,
terdiri dari
1.
Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak,
mineral, protein dan vitamin)
2.
Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
3.
Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
4.
Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan,benturan, gesekan, dan
getaran
5.
Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
6.
Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik.
Kebiasaan
hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.(Heru
subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi,Media pressindo,Yogyakarta. Hal.16-17.)
Berat-ringannya penyakit infeksi yang dialami
amat ditentukan oleh sifat bibit penyakit yang menyerang. Sifat tersebut dapat
dibedakan atas lima macam yakni:
1. Yang
dimaksud dengan patogenesitis ialah kemapuan bibit penyakit untuk menimbulkan
reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit (discase stimulus). Jika kemampuan
ini tidak dimiliki, penyakit tidak akan muncul. Bibit penyakit yang seperti ini
disebut dalam tubuh banyak ditamukan kuman a-patogen yang hidup tanpa
menimbulkan penyakit pada manusia.
2. Virulensi
: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilakan reaksi patologis yang
berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman
menunjukkan beratnya (suverity) penyakit.
3. Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk
menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
4. Invasitas: kemampuan organisma untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan.
5. Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis
dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenesitas lebih kuat dibanding
yang lain. Jika menyerang aliran darah (virus measles) akan lebih merangsang
immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membran (gonococcuc).
Selain faktor-faktor diatas, sifat-sifat
mikroorganisme sebagoi agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting
dalam proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut
antara lain.
1. Patogenitas,
2. Virulensi,
3. Tropisme,
4. Serangan
terhadap penjamu,
5. Kecepatan
berkembang dengan baik,
6. Kemampuan
menem bus jaringan,
7. Kemampuan
menembus toksin, dan
8. Kemampuan
menimbulkan kekebalan.
2. Faktor
Penjamu (Host)
Host
(penjamu) adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthopoda, yang
dapat memberikan kehidupan atau tempat tinggal untuk agent menular dalam
kondisi alam (lawan dari percobaan). Beberapa protozoa dan cacaing melalui
tahapan yang berturut-turut dalam penjamu pilihan (alternatif host) dari jenis
yang berbeda. Penjamu dimana parasit mencapai kematangan/pendewasaan atau
melewati tahap seksual adalah penjamu definitife atau penjamu primer. Sedangkan
parasit dalam tahap larva atau tahap aseksual adalah penjamu intermediate atau
sekunder. Penjamu pembawa (transport host) adalah pembawa, dimana organisme
tetap bertahan hidup tetapi tidak berkembang/berubah.
Penjamu
adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan
penyakit. Penjamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu patogen
(mikroorganisme penyebab penyakit) dan dia bisa saja terkena atau tidak terkena
penyakit. Efek yang ditimbulkan organisasi penyebab penyakit terhadap tubuh
juga ditentukan oleh tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat pajanan, status
kesehatan, dan kebugaran tubuh penjamu. Penjamu juga dapat berupa kelompok atau
populasi dan karakteristiknya. Seperti halnya kecelakaan lalu lintas, yang
menjadi host adalah manusia (pengendara atau penumpang).
Unsur pejamu secara umum dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu :
1) Manusia
sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu seperti
*.
Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan
*.
Bentuk anatomis tubuh
2) Manusia
sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti
*.
Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan
sosial kemasyarakatan.
*.
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat. (Nur nasry noor , 2002. Epidemiologi.
Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.27)
Host atau penjamu memiliki karakteristik
tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit antara lain :
a. Imunitas
: Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat secara
alamiah maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit
tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri.
Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat immunitas
yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka
akan kebal seumur hidup.
b. Resistensi :
Kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu
infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme
pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
c. Infektifnes (infectiousness) : potensi penjamu yang terinfeksi
untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat,
kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan
sekitarnya.
Faktor
penjamu ialah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara
lain :
a. Keturunan
(genetik) : dalam dunia kedokteran dikenal berbagai macam penyakit yang dapat
diturunkan seperti misalnya penyakit alergi, kelainan jiwa dan beberapa jenis
penyakit kelainan darah.
b. Umur
: pada saat ini banya dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan
umur tertentu saja.
c. Jenis
Kelamin : frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
wanita dan penyakt tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan
hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya
dijumpai pada laki-laki.
d. Ras
: hubungan antara ras dan penyakit tergantuk pada tradisi, adat istiadat, dan
perkembangan budaya. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras
tertentu seperti sickle cell anemia oleh ras Negro.
e. Pekerjaan
: status pekerjaan memiliki hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan
seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya.
f. Status
Nutrisi : gizi yang buruk dapat mempermudah orang terserang penyakit menular
seperti TBC, dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan
lainnya.
g. Status Kekebalan : reaksi tubuh terhadap
penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti
kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
h. Adat
istiadat : ada beberapa adat-istadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti
makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
i. Gaya
hidup : kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dan menimbulkan gangguan
pada kesehatan. Seseorang yang hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah
terkena penyakit infeksi daripada sebaliknya.
j. Psikis
: faktor kejiwaan seperti emosional, stress dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hipertensi, ulkus peptikus, depresi, insomnia dan lainnya.
3. Faktor
Lingkungan (environment)
Lingkungan merupakan faktor ketiga
sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut "faktor
ekstrinsik". Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan
biologis, atau lingjungan sosial ekonomi.
a. Lingkungan fisik
Bersifat abiotik atau benda mati
seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan
lain-lain. Lingkungan fisik ini berintraksi secara konstandengan manusia
sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya
penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama
pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare dimana-mana.
Yang termasuk lingkungan fisik
antara lain geografik dan keadaan musim. Misalnya, negara yang beriklim tropis
memilikiola penyakit yang berbeda dengan negara yang beriklim dingin atau
subtropis. Demikian pula negara maju dengan negara berkembang. Dalam satu
negara pun dapat terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara daerah pantai
dan daerah pegunungan atau antara kota dan desa.
Keadaan fisik sekitar manusia yang
berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan
biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur
kimiawi serta radiasi) meliputi :
Udara
keadaan cuaca, geografis, dan golongan
· Air,
baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan
· Unsur
kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan
fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul
akibat manusia sendiri(Nur nasri noor,2000,Dasar epidemiologi,Rinika
cipta,Jakarta. Hal.28.)
b. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup
seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan
lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor
penyakit, atau penjamu (host) intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan
biologisnya bersifat dinamis dan bilang terjadi ketidakseimbangan antara
hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.
Lingkungan
biologis ialah semua makhluk hidup yang berada disekitar, manusia yaitu flora
dan fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan
mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain
bakteri dan virus patogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting dalam
terjadinya penyakit, bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah
manusia.
Antara lain:
·
Miokroorganisme penyebab penyakit
·
Reservoar penyakit Infeksi
·
Vektor pembawa penyakit
·
Tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan
·
Manusia
Berbagai
binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai
sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun sebagai
reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia). Fauna sekitar
manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit
menular
Lingkungan
biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting dalam
interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai
unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun
yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia (Nur nasri noor. 2002, Epidemiologi
,Univesutas Hasanuddin Makassar. Hal.28-29)
c. Lingkungan sosial ekonomi
Berupa kultur, adat istiadat,
kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar, dan gaya hidup, pekerjaan,
kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi
oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, televisi, pers,
seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik
kejiwaan yang dapat menimbulkan gejala psikosomatik seperti insomnia, depresi
dan lainnya.
Semua bentuk kehidupan sosial budaya,
ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi
setiap individu yang membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini
meliputi :
· Sistem
hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku
· Bentuk
organisasi masyarakat yang berlaku setempat
· Sistem
pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan
· Kebiasaan
hidup masyarakat
· Kepadatan
penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial
lainnya.
Yang
termasuk dalam faktor sosial ekonomi adalah pekerjaan, urbanisasi, perkembangan
ekonomi, dan bencana alam.
1) Pekerjaan. Pekerjaan yng berhubungan
dengan zat kimia seperti pestisida atau zat fisika seperti zat radio aktif atau
zat yang bersifat karsinogen seperti asbes akan memudahkan terkena penyakit
akibat pemaparan terhadap zat-zat tersebut.
2) Urbanisasi. Urbanisasi dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial seperti kepadatan penduduk dan timbulnya
daerah kumuh, perumahan, pendidikan, dan sampah dan tinja yang akan mencemari
air minu dan lingkungan. Lingkungan
demikian merupakan penunjang terjadinya berbagai macam penyakit infeksi.
3) Perkembangan ekonomi. Peningkatan
ekonomi rakyat akan mengubah pola konsumsi yang cenderung memakan makanan yang
mengandung banyak kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya penyakit
hipertensi dan penyakit jantung sebagai akibat kadar kolesterol darah yang
meningkat. Sebaliknya, bila tingkat ekonomi rakyat yang rendah akan timbul
masalsh perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dan lain-lain yang memudahkan
timbulnya penyakit infeksi.
4) Bencana alam : Terjadinya bencana
alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya.
Misalnya, gempa bumi, banjir, meletusnya gunung berapi, dan perang yang akan
menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak teratur.
Keadaan ini memudahkan timbulnya berbagai penyakit.
Peranan lingkungan dalam menyebabkan
timbul atau setidaknya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya
ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang
dimaksud dengan reservior ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi
bibit penyakit.
Selain faktor-faktor diatas,
environment juga memiliki karakteristik :
- Topografi:
situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
2. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yangberhubungan
dengan kejadian penyakit
Dari keseluruhan
unsur tersebut di atas, di mana hubungan interaksi antara satu dengan yang
lainnya akan menentukan proses dan arah dari proses kejadian penyakit, baik
pada perorangan, maupun dalam masyarakat. Dengan demikian maka terjadinya suatu
penyakit tidak hanya di tentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama
adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat di pengaruhi oleh
berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, maka dalam setiap proses
terjadinya penyakit, selalu kita memikirkan adanya penyebab jamak (multiple
causational). Hal ini sangat mempengaruhi dalam menetapkan program pencegahan
maupun penanggulangan penyakit tertentu. Karena usaha tersebut hanya akan
memberikan hasil yang di harapkan bila dalam perencanaannya memperhitungkan
berbagai unsur di atas.(Nur nasry noor.2002.Epidemiologi.Universitas
Hasanuddin,Makassar.Hal.29)
Dari penyesalan
model segitiga epidemiologi sangat berhubungan erat dan saling terkait, dan
keseimbangan itulah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu penyakit. Dan
pertimbangan ini menerapkan pertimbangan mendasar yang sangat terpisah, tetapi
itu tidak cukup sebab masih ada beberapa pertimbangan penting lainnya yakni
pertimbangan perjalanan alamiah penyakit.
B. Hubungan
antara Agent, Host, dan Environment
Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol
yang efektif terhadap penyakit perlu dipelajari mekanisme interaksi yag terjadi
antara agen penyakit, manusi dan lingkungannya.
Hubungan antara penjamu, bibit penyakt dan
lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk.
Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana penjamu dan
bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan.
Hubungan antara penjamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti
timbangan. Disini penjamu dan bibit penyakit berada diujung masing-masih taus,
sedangkan lingkungan sebagai penumpunya.
H A E
Pada diagram diatas dilihat bahwa adanya
keseimbangan antara penjamu (host) dengan bibit penyakit (agent) dimana
lingkungan (environment) sebagai tuas atau tumpuas menyebabkan keseimbangan
antara ketiga unsur yang menjadi konsep sehat.
1. Interaksi
antara agen penyakit dan lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh
lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya:
Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang
pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan bumi global.
Diagram 1.
Ketidakseimbangan agen dengan lingkungan
E
2. Interaksi
antara manusia dengan lingkungan
Keadaan
dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase
pre-patogenesis. Misalnya : udara dingin, hujan dan kebiasaanmembuat dan
meyediakan makanan.
Diagram 2.
Ketidakseimbangan Host dengan
Lingkungan
3. Interaksi
antara manusia dengan agent penyakit
Keadaan
dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia
untuk menimbulkan respon berupa tanda-tanda dan gejala penyakit. Misalnya:
Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme
pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna,
cacat, ketidakmampuan, atau kematian.
Diagram 3.
Ketidakseimbangan antara Agent dan Host
E
4. Interaksi
antara agent penyakit, host dan lingkungan
A
Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan
bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke
dalam tubuh manusia. Misalnya : pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan
dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases)
H Diagram 4.
Ketidakseimbangan antara Agent, Host, dan Lingkungan
Dalam
mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut, unsur-unsur yang terdapat pada tiap
faktor memegang peranan yang amat penting. Pengaruh unsur tersebut adalah
sebagian penyebab timbulnya penyakit, yang dalam kenyataan sehari-hari tidak
hanya bersasal dari satu unsur saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa
unsur.
Karena
adanya pengaruh dari beberapa unsur inilah sering disebut bahwa penyebab
timbulnya suatu penyakit tidak bersifat tunggal, melainkan bersifat majemuk
yang dikenal dengan istilah multiple causation of disease.
Selanjutnya,
dalam menimbulkan penyakit, peranan unsru-unsur tersebut tidaklah secara
sendiri-sendiri, melainkan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Hubungan yang diperlihatkan bagaikan jaringan jala penyebab dan karena itu
populer dengan sebutan web of causation.
Jika bibit
penyakit ditinjau dari sifat patogenisiti dan kemudian dikaitkan dengan
lingkungan dan penjamu sebagai dua faktor lainnya yang mempengaruhi timbulnya
suatu penyakit, maka ketiganya terikat dalam suatu hubungan yang terbentuk
segitiga yang dikenal dengan sebutan epidemiological triangle.
Riwayat alamiah suatu penyakit pada
umumnya melalui tahap sebagai berikut:
I.
Tahap prepatogensis
II.
Tahap Patogenesi
Uraian
masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut :
a. Tahap
Prepatogensis
Pada
tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage
of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih
terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu
dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.
Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh
penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit
penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
b. Tahap
Patogenesis
Tahap ini meliputi 4
sub-tahap yaitu:- Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, - Tahap Lanjut, dan -Tahap
Akhir.
b.1. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu
antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab
penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara
satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa
inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat
penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai
masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk
identifikasi jenis penyakitnya.
b.2.
Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala
penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah
kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun
penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease ). Seandainya
memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara
dini.
b.3.
Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah
jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya
(stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala
dan kelainan klinik yang jelas,sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan.
Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat
untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik,
b.4.
Tahap Akhir/ pasca patogenesis.
Berakhirnya
perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1) Sembuh
sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
2) Sembuh
dengan cacat, yakn ibibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3) Karier,
di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4) Penyakit
tetap berlangsung secara kronik.
5) Berakhir
dengan kematian.(Bustam,2002,Pengantar epidemiologi,Rinika cipta,Jakarta.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar