SATISFACTION (Kepuasan)
Syafrudin, SKM, M.Kes.
a. Pengertian Kepuasan
Kepuasan adalah suatu keadaan yang
dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja (atau hasil) yang telah memenuhi berbagai harapannya. Menurut Oliver, kepuasan
adalah
tingkat
perasaan seseorang
(pelanggan) setelah membandingkan antara
kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima
dan dirasakan) dengan yang diharapkannya (Irine, 2008).
Menurut Kotler (2000), kepuasan
konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli
yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya (Dadang, 2010).
b. Tipe kepuasan
Hingga saat ini definisi kepuasan pelanggan masih banyak diperdebatkan,
setidaknya ada dua tipe yang domain. Disatu
pihak,
kepuasan pelanggan dipandang sebagai outcome atau
hasil yang didapatkan dari
pengalaman konsumsi barang atau jasa spesifik
(outcome-oriented approach). Di lain pihak, kepuasan pelanggan juga
kerapkali dipandang sebagai proses (processoriented approach). Kendati demikian, belakangan ini prosess-oriented
approach lebih dominan. Penyebabnya, orientasi program dipandang
lebih mampu mengungkap pengalaman konsumsi secara keseluruhan dibandingkan orientasi hasil.
Orientasi proses menekankan perseptual,
evaluatif, dan psikologis yang berkontribusi terhadap terwujudnya kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan, sehingga masing-masing komponen signifikan dapat
ditelaah
secara lebih spesifik (Dadang,2010).
c. Manfaat kepuasan
Beberapa manfaat kepuasan menurut (Irine, 2008) adalah:
1)
Kepuasan pelanggan merupakan sarana untuk
menghadapi
kompetisi di masa yang akan datang.
2)
Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik.
3)
Kepuasan pelanggan merupakan asset perusahaan terpenting.
4)
Kepuasan
pelanggan
menjamin pertumbuhan
dan perkembangan perusahaan.
5)
Pelanggan makin kritis dalam memilih produk.
6)
Pelanggan puas akan kembali.
7)
Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi
d.
Metode mengukur kepuasan pelanggan
Menurut
Kotler (2000) ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan (Irine, 2008), diantaranya :
1)
Sistem Keluhan dan Saran
Dengan penyediaan kotak
saran,
hotline
service, dan lain-lain untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien atau pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar, dan pendapat mereka.
2)
Ghost shopping ( pembelanja misterius )
Metode ini,
organisasi pelayanan kesehatan memperkerjakan
beberapa orang
atau (ghost shopper) untuk
berperan atau bersikap sebagai pasien /
pembeli potensial produk / pelayanan organisasi pelayanan kesehatan lain yang kemudian melaporkan temuannya sehingga dapatdijadikanperrtimbangan
dalam pengambilan
keputusan organisasinya.
3)
Lost Customer Analysis
Organisasi
pelayanan kesehatan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah beralih ke organisasi pelayanan kesehatan lain
agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya.
4)
Survai Kepuasan Pelanggan
Untuk mengetahui kepuasan pelanggan para pemasar juga dapat melakukan berbagai penelitian atau survai mengenai kepuasan pelanggan misalnya melalui kuesioner, pos, telepon,
ataupun
wawancara langsung.
e. Kepuasan pelayanan
Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal- hal sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009):
1)
Komunikasi dari mulut ke mulut
Informasi yang
diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang
dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.
2)
Kebutuhan pribadi
Pasien atau masyarakat selalu
membutuhkan pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat
mengharapkan
adanya kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.
3) Pengalaman masa lalu
Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan
yang terdahulu
untuk
memperoleh
layanan yang
memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu.
4)
Komunikasi eksternal
Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan
kesehatan mengenai
fasilitas, sumber daya manusia, serta
kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien.
f. Dimensi Kepuasan
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009) :
1)
Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik
serta standar pelayanan profesi kebidanan. Kepuasan yang
dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian kepuasan mengenai :
a)
Hubungan bidan dengan pasien
b)
Kenyamanan pasien
c)
Kebebasan melakukan pilihan
d)
Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill)
e)
Efektivitas pelayanan (effectiveness)
2)
Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua
persyaratan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah sebagai berikut.
a)
Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b)
Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
c)
Kesinambungan pelayanan kebidanan (countinue)
d)
Penerima jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e)
Ketercapaian pelayanan kebidanan (acressible)
f)
Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g)
Efesiensi pelayanan kebidanan (efficient)
h)
Mutu pelayanan kebidanan (quality)
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan
kesehatan
Kepuasan pelanggan
pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/klien) dipengaruhi oleh beberapa faktor (Erna
Juliana, 2008) :
1)
Pemahaman pengguna jasa
tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan
penting.
2)
Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.
Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compilance). Untuk bisa berempati, seorang tenaga kesehatan harus bisa mengamati
dan menginterpretasikan perilaku pasien. Hal ini tergantung pada kemampuan tenaga kesehatan untuk
menginterpretasikan
informasi-informasi yang diberikan oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam berempati
3)
Biaya (cost),
tingginya biaya pelayanan dapat
dianggap
sebagai
sumber moral hazard pasien dan keluarganya, “yang penting sembuh” sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis
perawatan dan
teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan.
Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal.
Informasi terbatas yang dimiliki pihak
pasien
dan
keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi
sumber
keluhan pasien.
Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
4)
Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan (tangibility). Kenyamanan dalam pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan dari
penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel
dan media komunikasi. Serta kenyamanan tidak hanya yang menyangkut fasilitas
yang disediakan,
tetapi
terpenting
lagi menyangkut
sikap serta
tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
5)
Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance),
ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam
faktor ini.
Jaminan pelayanan kesehatan
merupakan salah
satu pendekatan atau upaya yang
sangat
mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
6)
Keandalan dan keterampilan (reliability)
petugas kesehatan dalam dalam
memberi perawatan. Keandalan merupakan tanggapan pasien terhadap kinerja petugas kesehatan dalam hal akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan.
7)
Kecepatan petugas dalam
memberi tanggapan terhadap keluhan pasien
(responsiveness). Ketanggapan merupakan kemauan para petugas kesehatan untuk membantu para ibu hamil dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan
ibu hamil, ibu hamil
mendapatkan informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya.
h.
Dimensi mutu pelayanan yang berkaitan dengan kepuasan ibu hamil oleh Zeithaml dan M. T. Bitner
(1996) dan juga Adrian Palmer (2001) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut
Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001), yaitu:
1)
Tangibles (keberwujudan), yaitu :
Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi.
2)
Reliability (keandalan), yaitu :
Kemampuan
untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya.
3)
Responsiveness (ketanggapan), yaitu :
Kemampuan
untuk membantu
pelanggan dan
memberikan
jasa dengan cepat atau tanggap.
4)
Assurance (jaminan), yaitu :
Pengetahuan dan
kesopanan petugas
serta
kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan / assurance.
5)
Empathy (empati), yaitu :
Merupakan syarat untuk peduli, memberikan
perhatian
pribadi kepada pelanggan.
i.
Strategi peningkatan mutu
pelayanan
Empat hal yang
perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai
palayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut (Fais, 2009):
1)
Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya
peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2)
Perbaikan kinerja
Bila harapan
pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf
dan
dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian
reward.
3)
Proses perbaikan
Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan
pelanggan pada
saat proses itu
sendiri tidak
dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan
melibatkan
staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi
masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4)
Budaya yang mendukung perbaikan terus-menerus
Untuk mencapai
pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan
peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.
j. Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan
Pendekatan dalam
pelaksanaan
evaluasi
menggunakan
pendekatan
struktur/input, proses dan hasil/output (Fais, 2009) :
1)
Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari manajemen termasuk komitmen,
dan stakeholder
lainnya, prosedur
serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
2)
Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilaksanakan.
3)
Hasil/output adalah hasil pelaksanaan kegiatan, perlu
diperjelas perbedaan istilah output dan outcome. Output adalah hasil yang dicapai
dalam jangka pendek, sedangkan
outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek.
2. Antenatal Care
a. Pengertian Antenatal Care
Perawatan Antenatal adalah perawatan yang dilakukan/diberikan
kepada seorang ibu hamil sampai
saat persalinan
(Risanto,
2008). Sedangkan menurut Dep. Kes. R.I, 1997 Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu
hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan antenatal ini meliputi
pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan
intervensi dasar yang dilakukan (Ika dan Saryono, 2010).
b. Tujuan Antenatal Care
Tujuan antenatal care menurut (Saifudin, 2008) adalah:
1) Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
2) Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan
fisik, mental dan sosial budaya ibu dan bayi.
3) Mengenali
secara dini adanya
ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar
masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care seperti dikutip (Manuaba, 2010), adalah:
1)
Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan, dan nifas.
3)
Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala
nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4)
Menurunkan angka kesakitan dan kematian dan perinatal.
c. Program kebijakan antenatal care
Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan
program kebijakan ANC sebagai berikut (Ika dan Saryono, 2010):
1)
Kunjungan antenatal care
Dilakukan minimal 4x selama kehamilan :
a)
Minimal 1 kali pada trimester
I sebelum usia kehamilan
14 minggu
b)
Minimal 1 kali pada trimester II usia kehamilan 14-28 minggu
c)
Minimal 2 kali pada trimester III usia kehamilan 28-36 minggu
dan lebih dari 36 minggu
2)
Pemberian Suplemen Mikronutrien
Tablet yang mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 µg
sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang.
Pemberian selama 90 hari (3 bulan).
3)
Imunisasi TT 0,5 cc
a.
Kegiatan pelaksanaan pelayanan antenatal care
Kegiatan
dalam pemeriksaan
– pengawasan
antenatal care
meliputi
(Manuaba, 2010) :
1)
Anamnesa
2)
Pemeriksaan fisik
3)
Pemeriksaan psikologis
4)
Pemeriksaan laboratorium
5)
Diagnosis kehamilan
6)
Penatalaksanaan lebih lanjut
7)
Pemeriksaan hamil
Dalam penerapan praktik sering dipakai standar minimal perawatan antenatal care. Pelayanan antenatal care
minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan kemudian 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni (Ika dan Saryono, 2010):
1)
Ukur tinggi badan/berat badan
2)
Ukur tekanan darah
3)
Ukur tinggi fundus uteri
4)
Pemberian imunisasi TT
5)
Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan.
6)
Test terhadap penyakit menular seksual
7)
Temu wicara/konseling
8)
Tes /pemeriksaan Hb
9)
Tes/pemeriksaan urin protein
10) Tes reduksi urin
11) Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)
13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)
14) Terapi obat malaria
e. Frekuensi kunjungan antenatal care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antar ibu hamil
dan
petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang
dengan ketentuan sebagai berikut (Manuaba,2010),
1)
Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid.
2)
Pemeriksaan ulang
a) Setiap bulan
sampai
umur kehamilan berumur 6 sampai
7 bulan.
b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan. Setiap 1 minggu sejak umur
hamil 8 bulan
sampai terjadi persalinan.
3)
Pemeriksaan khusus bila terjadi keluhan-keluhan tertentu.
f. Jadwal kunjungan pemeriksaan antenatal care
Dalam bahasa program
kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah
K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan
28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan
diatas 36 minggu.
Selama
melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan
serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya
kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan
kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan
anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai
metoda yang tersedia.
Ada
6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1.
Membangun rasa saling percaya antara klien
dan petugas kesehatan
2.
Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik
bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
3.
Memperoleh informasi dasar tentang
kesehatan ibu dan kehamilannya
4.
Mengidentifikasi
dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5.
Memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6.
Menghindarkan gangguan kesehatan selama
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
I.
KUNJUNGAN
/ PEMERIKSAAN
PERTAMA ANTENATAL CARE
1. menentukan diagnosis ada/tidaknya
kehamilan
2. menentukan usia kehamilan dan perkiraan
persalinan
3. menentukan status kesehatan ibu dan janin
4. menentukan kehamilan normal atau
abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko kehamilan
5. menentukan rencana
pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya
Tujuan kunjungan K1
K1
Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada
Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan
jumlah kunjungan minimal satu kali
Meliputi :
1. Identitas/biodata
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat kebidanan
4. Riwayat kesehatan
5. Pemeriksaan kehamilan
6. Pelayanan kesehatan
7.
Penyuluhan dan konsultasi
serta
mendapatkan pelayanan 10T
seperti yang sudah diebutkan
di pembahasan sebelumnya
Cakupan
K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko, yang
kemudian mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.
Tujuan k1 :
-
Menjalin hubungan saling percaya antara
petugas kesehatan dan klien
-
Mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang
dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu
-
Melakukan
tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena defisiensi zat besi penggunaan praktek
tradisional yang merugikan
-
Memulai mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah
dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.
-
Mendorong
perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
-
Memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan
dengan ibu
-
Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan
riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan
pribadi serta keluarga.
-
Memberi kesempatan pada ibu dan
keluarganya mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang
kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran/puerperium.
K1
ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu
sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat
(Depkes RI, 2013).
Tujuan Kunjungan K2
K2
adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II
(usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah
melewati K1.
Tujuan k2 :
-
Menjalin hubungan saling percaya antara
petugas kesehatan dan klien
-
Mendeteksi
komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
-
Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatorum, anemia karena kekurangan Fe atau penggunaan praktek tradisional
yang merugikan
-
Memulai mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah
dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
-
Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi
dan mewaspadai.
-
Kewaspadaan khusus mengenai PIH
(Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji
adanya edema dan protein uria.
-
Pengenalan koplikasi akibat kehamilan
dan pengobatannya
-
Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi,
alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
-
Mengulang perencanaan persalinan.
Tujuan Kunjungan K3 dan K4
K3
dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester
III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
akhir)
dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.
Tujuan K4
-
Sama dengan kunjungan I dan II
-
Palpasi abdomen
-
Mengenali adanya kelainan letak dan
persentase yang memerlukan kehahiran RS.
-
Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda
persalinan.
Menurut
Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :
a.
Pemeriksaan pertama kali yang ideal
yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan
b.
Periksa ulang 1 kali sebulan sampai
kehamilan 7 bulan
c.
Periksa ulang 2 kali sebulan sampai
kehamilan 9 bulan
d.
Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah
kehamilan 9 bulan
e.
Periksa khusus bila ada keluhan atau
masalah
3.
Konsep Perilaku
a. Pengertian
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang
mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak
dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal
sebagian lagi terletak
di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor
lingkungan ( Notoatmodjo, 2010 ).
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.
Perubahan alamiah (natural
change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan
pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2.
Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3.
Perubahan dari hal
kesediaannya
untuk
berubah
(readiness to change), ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka
yang terjadi adalah sebagian
orang cepat mengalami
perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Perilaku dapat dibatasi
sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap
dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007). Untuk memberikan respon terhadap situasi
di tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
1) Persepsi (persection)
Mengenal dan
memilih berbagai
objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktik tingkatan
pertama. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih
makanan yang
bergizi
tinggi bagi anak balitanya.
2) Responsi terpimpin
(guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar dan
sesuai dengan
contoh adalah
merupakan indikator
praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari
mencuci
dan
memotong-motongnya,
lamanya memasak, menutup
pancinya dan
sebagainya.
3) Mekanisme (mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat
melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka
ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang ibu
yang sudah mengimunisasikan bayinya pada
umur-umur tertentu,
tanpa menunggu
perintah atau
ajakan
orang lain.
4)
Adopsi
(Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan
baik. Yang artinya sudah dimodifikasikannya
tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Misalnya,
ibu dapat memilih dan memasak
makanan yang bergizi tinggi berdasarkan berdasarkan bahan-bahan yang murah dan
sederhana (Notoatmodjo, 2010)
Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang
telah disebutkan diatas,
yakni
melalui
proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah
membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa
proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan
didalam praktik
sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang
telah berperilaku
positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar