MANAJEMEN PEMANTAUAN PELAYANAN KEBIDANAN
Pemantauan
pelayanan kebidanan harus lebih terarah,agar dapat menjangkau semua ibu serta
mampu menagani mereka yang ditemukan resiko tinggi secara memadai.pemantauan
pelayanan kebidanan dapat dilakukan dengan cara:
A. PWS KIA (Pemantauan
Wilayah Setempat – KIA)
v DEFINISI
PWS KIA adalah alat managemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di sustu wilayah kerja secara terus menerus agar dapat ditindak
lanjuti secara tepat dan cepat terhadap desa yang cakupan layanan KIAnya masih
rendah.
v TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas,melalui pemantauan
cakupan layanan di setiap desa secara terus menerus.
Tujuan Khusus





v PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
Pengelolaan
program KIA pada prinsipnya bertujuan: memantapkan dan meningkatkan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:




v Pelayanan Antenatal
Adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal.walaupun pelayanan antenatal selengkapnya mencakup
banyak hal yang meliputi anamesa,pemeriksaan fisik(umum dan
kebidanan),pemeriksaan laboratorium atas indikasi,serta intervensi dasar dan
khusus 9sesuai resiko yang ada),namun dalam penerapan operasionalnya dikenal
standar minimal “7T” untuk pelayanan antenatal,yang terdiri atas:







Untuk menjamin mutu pelayanan ditetapkan frekuensi pelayanan minimal 4
kali,dengan ketentuan sebagai berikut:



Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan,khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tinggi yang ditemukan.
v Pertolongan Persalinan
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan
pertolongan persalinan kepada masyarakat.jenis tenaga tersebut adalah:


·
Terlatih:ialah dukun bayi yang telah mendapatkan
latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
·
Tidak terlatih:ialah dukun bayi yang belum
pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan
belum dinyatakan lulus.
Pertolongan
persalinan oleh dukun bayidiharapkan memenuhi standar minmal “3 bersih”,yang
meliputi bersih tangan penolong,bersih alat pemotong tali pusat,dan bersih alas
tempat ibu berbaring serta lingkungannya.
Pada prinsipnya,penolong persalinan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:



v Deteksi Dini Ibu Hamil Beresiko
Untuk
menurunkan angka kematian ibu secara bermakna,deteksi dini kehamilan beresiko
perlu lebih digalakan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat.dalam
rangka itulah deteksi ibu hamil beresiko perlu difokuskan kepada keadaan yang
menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan dukun bayi.semua
kehamilan mempunyai resiko, resiko kehamilan yng tidak langsung,namun
meningkatkan kematian,disebut sebagai “FAKTOR RESIKO”,yaitu:







Semakin
banyak ditemukan factor resiko pada ibu hamil,maka semkin tinggi resiko
kehamilannya.
Resiko
tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal,yang secara
langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.resiko tinggi pada
kehamilan meliputi:














v Pelayanan Kesehatan Pada Neonatal.
Dewasa
ini 45 % kematian bayi terjadi pada usia kurang dari satu bulan.penyebab utama
dari kematian neonatal adalah tetanus neonatorum,gangguan yang timbul pada byi
berat lahir rendah (BBLR) dan asfiksa.upaya yang dilakukan untuk mencegah
kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik
mungkin,pertolongan persalinan “3 bersih”dan perawatan bayi baru lahir yang
adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
Selain
hal diatas,dilakukan pula upaya deteksi dini neonatal resiko tinggi agar segera
dapat diberikan pelayanan yang diperlukan.
Resiko tinggi pada
neonatal meliputi:









v BATASAN DAN INDIKATOR PEMANTAUAN
Dalam penerapan PWS-KIA dipakai batasan operasional dan indicator
pemantauan seperti diuraikan berikut ini:
BATASAN

Pelayanan
kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama kehamilannya yang
dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (7T).

Penjaringan
bumil resti oleh nakes,kader,maupun dukun.

Kontak
bumil dengan tenaga kesehatan sesuai dengan standar (posyandu,peskesmas,pondok
bersalin,kunjungan rumah).

Kontak
bumil pertama kali dengan tenaga professional kesehatan.

Kontak
bumil dengan nakes.

Kontak
bumil dengan nakes yang professional yang ke-4 atau lebih sesuai standar dengan
criteria:
·
Minimal 1 kali kontak triwulan I.
·
Minimal 1 kali kontak triwulan II.
·
Minimal 2 kali kontak triwulan III.
INDIKATOR
PEMANTAUAN
Indicator
pemantauanprogram KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indicator yang dapat
menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.
Ditetapkan 6
indikator dalam PWS-KIA yaitu:

Merupakan
alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program
dalam menggerakkan masyarakat.
DENGAN RUMUS: Jumlah
kunjungan baru ibu hamil (KI) X 100 %
-----------------------------------------------
Jumlah sasaran ibu
hamil dalam 1 tahun

Menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah serta menggambarkan kemampuan
manajemen / kelangsungan program KIA.
DENGAN RUMUS
:Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4)
X 100%
-----------------------------------------------------
Jumlah sasaran
ibu hamil dalam satu tahun

Merupakan
alat untuk memperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan yang menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan secara professional.
DENGAN RUMUS:
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
X 100%
------------------------------------------------
Jumlah
sasaran persalinan dalam satu tahun

Merupakan
alat untuk mengukur besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA yang harus
ditindak lanjuti dan diintervensi secara intensif.
DENGAN
RUMUS: Jumlah ibu hamil
beresiko X 100%
-----------------------------------------------
Jumlah
sasaran bumil dalam satu tahun

Merupakan
alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu wilayah.
DENGAN RUMUS:
Jumlah bumil yang dirujuk oleh X
100%
kader ke peskesmas/nakes
--------------------------------------------
Jumlah
sasaran bumil dalam 1 tahun

Untuk
mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta kemampuan program dalam
menggerakan masyarakat melakukan layanan kesehatan neonatal.
DENGAN RUMUS:
Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan yang X 100%
mendapatkan
layanan kesehatan oleh nakes
------------------------------------------------------------
Jumlah
sasaran bayi dalam satu tahun
Dalam
PWS-KIA 6 indikatornya disebut sebagai “INDIKATOR PEMANTAUAN TEKNIS”
Untuk
KI dan K4 disebut sebagai “INDIKATOR PEMANTAUAN NON TEKNIS”.
Kedua
inikator ini digunakan sebagai alat motivasi dan komunikasi dengan lintas
terkait dalam menyampaikan kemajuan maupun permasalahan operasional KIA di
suatu wilayah.kedua indicator ini disajikan setiap bulan dalam rakor,untuk
menyampaikan desa (RW) mana yang maju atau yang masih kurang dari target.
JIKA :
pencapaian KI kurang dari 80% dan pencapaian K4 kurang dari 70%
Menunjukan:
- Managemen program KIA belum optimal
- Petugas bersifat pasif
- Upaya KIEnya belum memadai.
B.PENDATAAN SASARAN
Data sasaran
PWS-KIA meliputi:
v
Jumlah seluruh ibu hamil.
v
Jumlah seluruh ibu bersalin.
v
Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan
(neonatal).
Beberapa cara
untuk mengetahui 3 sasaran dalam 1 tahun yaitu dengan rumus:
Ø
Sasaran bumil:
·
CBR (crude birth rate) propinsi x 1,1 x jumlah
penduduk setempat.
·
Jika tiadak punya CBR / angka kelahiran
kasar,memakai angka nasional,dengan rumus 3% x jumlah penduduk setempat.
·
Untuk DKI Jakarta dengan rumus : 2,8 % x jumlah
penduduk setempat.
Ø
Sasaran ibu bersalin.
·
CBR propinsi x 1,05 x jumlah penduduk setempat.
·
Angka nasional dengan rumus :2,8 % x jumlah
penduduk setempat.
·
DKI Jakarta
:2,67 % x jumlah penduduk setempat.
Ø
Sasaran bayi
·
CBR propinsi x jumlah penduduk setempat.
·
Angka nasional dengan rumus : 2,7 % x jumlah
penduduk setempat
·
DKI Jakarta ; 2,55 % x jumlah penduduk setempat.
C. KOHORT IBU
Kohort
ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalinan,serta keadaan
/resiko yang dipunyai ibu .dibawah ini tertera contoh kohort ibu serta petunjuk
pengisiannya:
Petunjuk pengisian;
- Diisi nomor urut.( kolom 1)
- Diisi nomor indeks dari famili folder SP2TP.(2)
- Diisi nama bumil.(3)
- Diisi nama suami bumil.(4)
- Diisi alamat bumil.(5)
- Diisi umur ibu hamilyang sebenarnya dengan angka,misalnya umur 23th diisikan pda kolom 7.(6-8)
- Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dengan angka misalnya 20 minggu diisikan pada kolom 10.(9-11)
- Diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibu yang bersangkutan,misalnya kehamilan ke-4 ,diisikan pada kolom 13 angka 4.(12-14)
- Diisi tanda (v) bila jarak kehamilan < 2 tahun atau > 2 tahun.(15=16)
- Diisi dengan tanggal ditemukan ibu berat badan < 45 kg pada TM III.(17)
- Diisi tanda (v) bila tinggi badan ibu < 145 cm.(18)
- Diisi tanggal ditemukanibu hamil dengan Hb <8 gr%.(19)
- Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi; NK= non kesehatan K=kesehatan.(20-22)
Diisi pengkodean ,sbb:
- 0 = untuk KI
- # = untuk K4
- = untuk persalinan
- + = untuk kematian ibu.
- F1,F2,F3 = untuk pemberian tablet Fe.
- I = untuk pemberin IODIUM.
- A = untuk pemberian vitamin A.
- T1,T2,TU = untuk pemberian tetanus toxoid.
- Diisi tanda (v) sesuai penolong persalinan; TK: tenaga kesehatan,DT; dukun terlatih,DTT; dukun tidak terlatih,LM; lahir mati,LH;lahir hadup bila BB, 2500 gram,LH ; bila BB > 2500 gram.(47-52)
- Diisi tanda lidi setiap kali melakukan kunjungan,selama masa nifas (diharapkan dua kali kunjungan).(53)
- Diisi tanda lidi setiap klai melakukan kunjungan,selam perioda pasca nifas sampai 2 tahun (diharapkan minimal 4kali kunjungan selama 1 tahun).(54)
- Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang bersangkutan.(55)
D. KOHORT BAYI
Merupakan
sumber data pelayanan kesehatan bayi,termasuk neonatal.petunjuk pengisian
kohort bayi,yaitu:
- Diisi nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut ibu pada register kohort ibu.(kolom 1)
- Diisi nomor indeks family folder SP2TP.(2)
- Jelas (3-7)
- Diisi angka berat badan bayi waktu lahir dalam gram.(8)
- Diisi tanggal pemeriksan neonatal oleh tenaga kesehatan.(9-10)
- Diisi ;(11)
- A-E1 Apabila sampai dengan umur 1 bulan bayi hanya diberi ASI saja(ASI eksklusif bulan pertama).
- A-E2 apabila sampai umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
- A-E3 apabila sampai pada umur 3 bln bayi hanya diberi ASI saja.
- A-E4 apabila sampai bulan ke 4 hanya diberi ASI saja.
- Diisi tanggal kode berat badan bayi yang ditimbang;N = naik,T= turun,R = dibawah garis titik-titik (BGT),# = dibawah garis merah (BGM).(12-23)
- Diisi tanggal bayi mendapat imunisasi.(24-28)
- Diisi tanggal bayi ditumukan meninggal.(29)
- Diisi tanda (v) sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut.(30-32)
- Diisi diagnosa penyebab kematian bayi selain tetanus,ISPA, diare.(33)
- Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan.(34)
DAFTAR PUSTAKA
Syafrudin, 2010,
Organisasi manajemen Pelayamam Kesehatan, Trans info Media, Jakarta
Pusat Pendidikan
Tenaga kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Inonesia,Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak,Bakti
Husada ,Jakarta,1996.
Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Indonesia ,Pedoman Pelayanan Kebidanan dasar,Bakti
Husada,Jakarta
1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar