Selasa, 04 Maret 2025

PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT YANG SESUAI DENGAN KONTEKS BUDAYA

 

PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT 

YANG SESUAI DENGAN KONTEKS BUDAYA

 

2.1  Prinsip-prinsip Pendekatan Berbasis Budaya dalam Kesehatan Masyarakat

Pendekatan berbasis budaya dalam kesehatan masyarakat adalah suatu cara untuk merancang dan melaksanakan program-program kesehatan dengan memperhatikan nilai- nilai, kepercayaan, dan praktik budaya yang ada dalam suatu komunitas. Prinsip-prinsip pendekatan ini berfokus pada pemahaman bahwa budaya mempengaruhi perilaku kesehatan, cara orang memahami penyakit, serta bagaimana mereka merespons pengobatan atau intervensi. Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip utama dalam pendekatan berbasis budaya:

1.     Penghargaan terhadap Keberagaman Budaya

 

Setiap komunitas memiliki kepercayaan, nilai, dan norma sosial yang unik. Prinsip pertama ini menekankan pentingnya menghargai keberagaman budaya dan memahami bahwa cara pandang seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh budaya mereka. Misalnya, pandangan terhadap penyakit bisa sangat berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya, dan hal ini harus diperhitungkan dalam merancang program kesehatan masyarakat.

2.     Keterlibatan Komunitas dalam Pengambilan Keputusan

Pendekatan berbasis budaya mendorong keterlibatan aktif komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan. Dengan melibatkan masyarakat setempat, baik dalam pengambilan keputusan maupun evaluasi, intervensi kesehatan akan lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan serta harapan mereka. Keterlibatan ini juga membantu membangun rasa memiliki terhadap program yang dijalankan

3.     Pendekatan Sensitif Budaya

Program kesehatan harus dirancang sedemikian rupa agar sensitif terhadap nilai, kebiasaan, dan norma budaya yang berlaku. Pendekatan sensitif budaya mencakup pemahaman terhadap bahasa, simbol-simbol budaya, serta praktik-praktik yang ada dalam masyarakat. Dengan cara ini, komunikasi yang digunakan dalam program kesehatan menjadi lebih efektif dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.

4.     Kolaborasi dengan Tokoh Budaya atau Pemimpin Komunitas

Pemimpin lokal, tokoh agama, atau tokoh budaya memiliki peran penting dalam memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap isu kesehatan. Kolaborasi dengan


mereka memungkinkan informasi kesehatan disampaikan dengan cara yang lebih dipercaya dan diterima oleh anggota komunitas. Hal ini juga dapat membantu mempercepat perubahan perilaku yang diinginkan dalam masyarakat.

5.     Penggunaan Pengetahuan Lokal dan Praktik Tradisional

Dalam banyak budaya, terdapat pengetahuan lokal dan praktik tradisional yang telah lama diterima dalam pengobatan atau pencegahan penyakit. Pendekatan berbasis budaya tidak menafikan praktik-praktik ini, melainkan berupaya untuk mengintegrasikan pengetahuan lokal dengan pengetahuan medis modern, selama praktik tersebut tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

6.     Pendekatan Holistik

Pendekatan holistik menganggap bahwa kesehatan tidak hanya masalah fisik, tetapi juga mencakup aspek mental, sosial, dan spiritual. Dalam banyak budaya, kesejahteraan dipandang secara menyeluruh, dan kesehatan sering kali dianggap terkait dengan keseimbangan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, pendekatan berbasis budaya mengutamakan pentingnya mempertimbangkan berbagai dimensi ini dalam setiap program kesehatan yang dilaksanakan.

7.     Pendidikan Kesehatan yang Berbasis Konteks Budaya

Agar pesan-pesan kesehatan diterima dengan baik, pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan konteks budaya setempat. Hal ini meliputi penggunaan bahasa yang mudah dipahami, memilih media yang sesuai, serta mengenali cara-cara tradisional dalam menyebarkan informasi dalam komunitas. Pendidikan yang berbasis budaya memastikan bahwa informasi yang diberikan relevan dan dapat dipahami serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

 

Dengan prinsip-prinsip ini, pendekatan berbasis budaya bertujuan untuk menciptakan program-program kesehatan yang lebih inklusif, efektif, dan berkelanjutan, yang dapat mengatasi masalah kesehatan dengan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya masyarakat. Pendekatan ini juga membantu mengurangi kesenjangan kesehatan antar kelompok, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan menciptakan perubahan perilaku yang lebih bertahan lama.


2.2     Metode Perencanaan Intervensi Kesehatan yang Mempertimbangkan Konteks Budaya

Intervensi kesehatan adalah kumpulan tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku atau kondisi kesehatan seseorang atau komunitas dengan tujuan mencegah penyakit, mengurangi risiko, atau meningkatkan kualitas hidup. Intervensi kesehatan yang berbasis budaya sangat efektif untuk meningkatkan kinerja program kesehatan. Untuk membuat dan menerapkan tindakan yang lebih relevan dan diterima masyarakat, pendekatan ini mempertimbangkan prinsip, keyakinan, dan praktik masyarakat. Salah satu cara untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tidak menyinggung atau melanggar kepercayaan masyarakat adalah dengan merencanakan intervensi kesehatan yang mempertimbangkan konteks budaya. Dengan memastikan bahwa program tersebut relevan dan diterima oleh masyarakat, metode ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas intervensi. Berikut ini adalah beberapa pendekatan untuk merencanakan intervensi kesehatan yang mempertimbangkan konteks budaya:

1.     Pendidikan Kesehatan Berbasis Budaya

Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan yang penting dan selalu dibutuhkan oleh pasien untuk memahami bagaimana mereka akan mengelola penyakit mereka dan hidup sehat dengan itu. Namun, pendidikan kesehatan itu sendiri tidak cukup untuk memotivasi pasien untuk tetap sehat dengan penyakit mereka apalagi jika pendidikan kesehatan diberikan tanpa persiapan dan tanpa memperhatikan tingkat literasi kesehatan dan budaya pasien. Pendidikan kesehatan berbasis budaya adalah sebuah konsep yang memanfaatkan pemahaman tentang efek karakteristik budaya pada perilaku kesehatan untuk merancang intervensi yang bermanfaat. Pemberian edukasi juga harus disesuaikan dengan kondisi Masyarakat setempat, dengan tujuan agar lebih mudah diterima dan dipahami oleh Masyarakat itu sendiri.

2.     Kerja sama dengan Komunitas

Keterlibatan komunitas juga menjadi kunci dalam intervensi kesehatan berbasis budaya. Karena informasi tentang kondisi Masyarakat bisa didapat lebih konkret dan lengkap, serta dapat menyesuaikan sikap dan adat daerah tersebut. Misalnya saja, keterlibatan pecalang (penjaga adat) dalam penerapan protokol kesehatan di Desa Budaya Kertalangu menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat memperkuat loyalitas wisatawan dan keberhasilan protokol Kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengakuan terhadap struktur sosial dan budaya lokal dapat memperkuat implementasi program kesehatan.

3.     Penggunaan Teknologi dan Media Sosial


Media sosial merupakan media baru dalam berkomunikasi yang memanfaatkan internet yang ditopang oleh aplikasi atau software. Ada beragam media sosial yang dengan mudah diakses saat ini. Dengan menggunakan media sosial dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi kesehatan, serta mempromosikan perubahan perilaku yang positif. Dengan

demikian, media sosial dapat berkolaborasi dan melengkapi pendidikan kesehatan yang selama ini masih konvensional. Walaupun banyak media sosial memuat banyak

informasi tentang kesehatan, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu minat seseorang dan sarana pembelajaran.

4.     Identifikasi Kearifan Lokal

Dengan intervensi dalam kontkes budaya pasti bersinggungan dengan kearifan atau adat istiadat setepat. Maka dari itu, penting menggali kearifan lokal yang dapat berinteraksi dengan program kesehatan, seperti praktik tradisional yang sudah ada dan dianggap efektif oleh masyarakat. Tentunya sebelum melakukan Pendidikan Kesehatan harus melakukan analisis mendalam tentang nilai, kepercayaan, dan praktik budaya yang ada dalam komunitas. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara, diskusi kelompok fokus, dan survei untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dianggap penting oleh masyarakat. Tidak hanya itu, jika sudah menganalisis tentu nya akan lebih mudah dalam menyampaikan Pendidikan Kesehatan.

5.     Kolaborasi Design Intervensi

Membuat materi pendidikan yang menggunakan bahasa lokal dan mencakup contoh-contoh yang akrab bagi Masyarakat, agar lebih mudah dipahami oleh Masyarakat dan tidak ambigu. Misalnya, dalam pendidikan diabetes, menggunakan contoh makanan lokal dalam pengajaran manajemen diri diabetes. Tidak hanya materi Pendidikan saja yang sesuai, tentunya harus mengintegrasikan praktik kesehatan tradisional ke dalam program modern. Dengan berkolaborasi ini pasti akan lebih cepat diterima dan dipahami oleh Masyarakat. Contohnya adalah kombinasi senam hamil dengan seni Usik Wiwitan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil.

2.3  Tantangan dalam Pendekatan Berbasis Budaya

1.     Keberagaman Budaya

Setiap komunitas memiliki keunikan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan yang sama mungkin tidak efektif di semua tempat. Misalnya, praktik kesehatan yang diterima di satu daerah mungkin ditolak di daerah lain karena perbedaan nilai dan kepercayaan. Untuk itu,


penting melakukan analisis atau mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan Pendidikan Kesehatan.

2.     Adaptasi

Sesuatu yang diperkenalkan pasti membutuhkan waktu untuk Masyarakat menerima atau adaptasi dengan program kesehatan agar sesuai dengan norma dan praktik lokal memerlukan waktu dan usaha yang signifikan, serta pemahaman mendalam tentang budaya setempat.

3.     Ketidakpercayaan Terhadap Hal Baru

Untuk menerima hal baru dari luar pasti nya butuh pemikiran, pertimbangan, serta kepercayaan. Masyarakat mungkin akan menunjukkan resistensi terhadap intervensi baru jika dianggap bertentangan dengan tradisi atau nilai-nilai yang sudah ada. Hal ini sering terjadi dalam konteks kesehatan mental atau praktik medis modern.

4.     Sumber Daya Manusia

Keterbatasan tenaga kesehatan yang berlatih dalam memahami dan menerapkan pendekatan berbasis budaya dapat menghambat pelaksanaan program. Tenaga kesehatan perlu dilatih untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat dari latar belakang budaya yang berbeda.


3.1  Simpulan

Pendekatan kesehatan masyarakat yang selaras dengan konteks budaya memiliki peran krusial dalam meningkatkan efektivitas layanan kesehatan di Indonesia. Integrasi antara kearifan lokal dan sistem kesehatan modern dapat meningkatkan penerimaan dan partisipasi masyarakat dalam program kesehatan. Pendekatan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan konteks budaya merupakan strategi penting untuk meningkatkan efektivitas intervensi kesehatan. Dengan memahami dan menghargai nilai-nilai serta mempraktikkan budaya lokal, program- program kesehatan dapat dirancang agar lebih relevan dan diterima oleh masyarakat. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan hasil kesehatan tetapi juga memperkuat hubungan antara penyedia layanan kesehatan dan komunitas.

Meskipun pendekatan berbasis budaya menawarkan banyak manfaat untuk intervensi kesehatan, tantangan-tantangan ini harus diatasi untuk mencapai keberhasilan. Memahami dinamika sosial dan budaya setempat, melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program, serta menyediakan pelatihan bagi tenaga kesehatan merupakan langkah- langkah penting untuk mengatasi tantangan ini dan meningkatkan efektivitas intervensi kesehatan berbasis budaya.


DAFTAR PUSTAKA

Nurochmah, S., Rahmawati, D., & Firman, H. (2024). Integrasi Pengobatan Tradisional dan Modern dalam Komunitas Adat Kampung Naga. Sadewa: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(3), 215-230.

Supriyanti, D., Widodo, A., & Putra, I. W. (2024). Tantangan Integrasi Kearifan Lokal dalam Sistem Kesehatan Modern di Indonesia. Paradigma: Jurnal Kesehatan, 14(2), 45-60.

Widiyastuty, H., Sulistiyani, R., & Prabowo, E. (2023). Aspek Sosial Budaya dan Pemanfaatan Layanan Kesehatan di Puskesmas Entikong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 10(4), 302-315.

I Made, S. T., I, S. N., & I, S. M. (2022). Intervensi Kebudayaan Lokal melalui Keterlibatan Pecalang dalam Mempengaruhi PenerapanProtokol Kesehatan CHSE terhadap LoyalitasWisatawan ke Desa Budaya Kertalangu Denpasar. Jurnal Kajian Bali, 495- 497.

Lulyana, A., & Lina, P. H. (2023). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Media Sosial Instagram. Muhammadiyah Journal of Widwifery, 21.

Nurfadhila, Kusrini, S., & Takdir, T. (2023). Pendidikan Kesehatan Berbasis Budaya padaOrangdengan Diabetes Mellitus: Sebuah Scoping Review. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2-4.

Buku Lestari, S. (2020). Pendekatan berbasis budaya dalam kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Sehat.

Artikel Jurnal Pratama, R. & Sari, L. (2019). Pendekatan berbasis budaya dalam perancangan program kesehatan masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), 123- 130.

Sumber Daring Ningsih, F. (2021). Pendekatan berbasis budaya dalam kebijakan kesehatan.

Portal Kesehatan Masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar