PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT
YANG SESUAI
DENGAN KONTEKS BUDAYA
2.1
Prinsip-prinsip Pendekatan Berbasis Budaya dalam Kesehatan Masyarakat
Pendekatan
berbasis budaya dalam kesehatan masyarakat adalah suatu cara untuk merancang
dan melaksanakan program-program kesehatan dengan memperhatikan nilai- nilai,
kepercayaan, dan praktik budaya yang ada dalam suatu komunitas. Prinsip-prinsip
pendekatan ini berfokus pada pemahaman bahwa budaya mempengaruhi perilaku
kesehatan, cara orang memahami penyakit, serta bagaimana mereka merespons
pengobatan atau intervensi. Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip
utama dalam pendekatan berbasis budaya:
1.
Penghargaan terhadap Keberagaman Budaya
Setiap
komunitas memiliki kepercayaan, nilai, dan norma sosial yang unik. Prinsip
pertama ini menekankan pentingnya menghargai keberagaman budaya dan memahami
bahwa cara pandang seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh budaya
mereka. Misalnya, pandangan terhadap penyakit bisa sangat berbeda antara satu
budaya dengan budaya lainnya, dan hal ini harus diperhitungkan dalam merancang
program kesehatan masyarakat.
2.
Keterlibatan Komunitas dalam Pengambilan Keputusan
Pendekatan
berbasis budaya mendorong keterlibatan aktif komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan. Dengan
melibatkan masyarakat setempat, baik dalam
pengambilan keputusan maupun evaluasi, intervensi kesehatan akan lebih relevan
dan sesuai dengan kebutuhan serta harapan mereka. Keterlibatan ini juga
membantu membangun rasa memiliki terhadap program yang dijalankan
3. Pendekatan Sensitif
Budaya
Program
kesehatan harus dirancang sedemikian rupa agar sensitif terhadap nilai,
kebiasaan, dan norma budaya yang berlaku. Pendekatan sensitif budaya mencakup
pemahaman terhadap bahasa,
simbol-simbol budaya, serta praktik-praktik yang ada dalam masyarakat. Dengan cara ini,
komunikasi yang digunakan dalam program kesehatan menjadi lebih efektif dan
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
4. Kolaborasi dengan Tokoh Budaya
atau Pemimpin Komunitas
Pemimpin
lokal, tokoh agama, atau tokoh budaya memiliki peran penting dalam memengaruhi sikap dan perilaku
masyarakat terhadap isu kesehatan. Kolaborasi dengan
mereka
memungkinkan informasi kesehatan disampaikan dengan cara yang lebih dipercaya
dan diterima oleh anggota komunitas. Hal ini juga dapat membantu mempercepat
perubahan perilaku yang diinginkan dalam masyarakat.
5. Penggunaan Pengetahuan Lokal dan Praktik
Tradisional
Dalam banyak budaya, terdapat
pengetahuan lokal dan praktik tradisional yang telah lama diterima dalam pengobatan atau
pencegahan penyakit. Pendekatan berbasis budaya tidak menafikan praktik-praktik
ini, melainkan berupaya untuk mengintegrasikan pengetahuan lokal dengan
pengetahuan medis modern, selama praktik tersebut tidak bertentangan dengan
prinsip kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6. Pendekatan Holistik
Pendekatan
holistik menganggap bahwa kesehatan tidak hanya masalah fisik, tetapi juga
mencakup aspek mental, sosial, dan spiritual. Dalam banyak budaya,
kesejahteraan dipandang secara menyeluruh, dan kesehatan sering kali dianggap
terkait dengan keseimbangan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu,
pendekatan berbasis budaya mengutamakan pentingnya mempertimbangkan berbagai
dimensi ini dalam setiap program kesehatan yang dilaksanakan.
7.
Pendidikan Kesehatan yang Berbasis Konteks
Budaya
Agar
pesan-pesan kesehatan diterima dengan baik, pendidikan kesehatan harus
disesuaikan dengan konteks budaya setempat. Hal ini meliputi penggunaan bahasa
yang mudah dipahami, memilih
media yang sesuai,
serta mengenali cara-cara tradisional dalam
menyebarkan informasi dalam komunitas. Pendidikan yang berbasis budaya
memastikan bahwa informasi yang diberikan relevan dan dapat dipahami serta
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dengan
prinsip-prinsip ini, pendekatan berbasis budaya bertujuan untuk menciptakan
program-program kesehatan yang lebih inklusif, efektif, dan berkelanjutan, yang
dapat mengatasi masalah kesehatan dengan mempertimbangkan konteks sosial dan
budaya masyarakat. Pendekatan ini juga membantu mengurangi kesenjangan
kesehatan antar kelompok, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan menciptakan
perubahan perilaku yang lebih bertahan lama.
2.2
Metode Perencanaan Intervensi
Kesehatan yang Mempertimbangkan Konteks Budaya
Intervensi kesehatan
adalah kumpulan tindakan
yang bertujuan untuk mengubah perilaku
atau kondisi kesehatan seseorang atau komunitas dengan tujuan mencegah
penyakit, mengurangi risiko, atau meningkatkan kualitas hidup. Intervensi
kesehatan yang berbasis budaya sangat efektif untuk meningkatkan kinerja
program kesehatan. Untuk membuat dan menerapkan tindakan yang lebih relevan dan
diterima masyarakat, pendekatan ini mempertimbangkan prinsip, keyakinan, dan
praktik masyarakat. Salah satu cara untuk mengubah perilaku masyarakat dengan
tidak menyinggung atau melanggar kepercayaan masyarakat adalah dengan merencanakan intervensi kesehatan
yang mempertimbangkan konteks budaya. Dengan memastikan bahwa program tersebut
relevan dan diterima oleh masyarakat, metode ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas intervensi. Berikut ini adalah beberapa pendekatan untuk
merencanakan intervensi kesehatan yang mempertimbangkan konteks budaya:
1.
Pendidikan Kesehatan Berbasis
Budaya
Pendidikan
kesehatan merupakan kegiatan yang penting dan selalu dibutuhkan oleh pasien
untuk memahami bagaimana mereka akan mengelola penyakit mereka dan hidup sehat dengan
itu. Namun, pendidikan kesehatan itu sendiri tidak cukup untuk memotivasi pasien untuk tetap sehat dengan penyakit mereka apalagi jika pendidikan kesehatan diberikan tanpa persiapan
dan tanpa memperhatikan tingkat literasi kesehatan dan budaya pasien.
Pendidikan kesehatan berbasis budaya adalah sebuah konsep yang memanfaatkan
pemahaman tentang efek karakteristik budaya pada perilaku kesehatan untuk
merancang intervensi yang bermanfaat. Pemberian edukasi juga harus
disesuaikan dengan kondisi
Masyarakat setempat, dengan
tujuan agar lebih mudah diterima dan dipahami oleh Masyarakat itu
sendiri.
2. Kerja sama dengan Komunitas
Keterlibatan
komunitas juga menjadi kunci dalam intervensi kesehatan berbasis budaya. Karena
informasi tentang kondisi Masyarakat bisa didapat lebih konkret dan lengkap,
serta dapat menyesuaikan sikap dan adat daerah tersebut. Misalnya saja,
keterlibatan pecalang (penjaga adat) dalam penerapan protokol
kesehatan di Desa Budaya Kertalangu menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat memperkuat
loyalitas wisatawan dan keberhasilan protokol Kesehatan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengakuan terhadap struktur sosial dan budaya lokal dapat memperkuat
implementasi program kesehatan.
3. Penggunaan Teknologi dan Media Sosial
Media sosial merupakan
media baru dalam berkomunikasi yang memanfaatkan internet
yang ditopang oleh aplikasi atau software. Ada beragam media sosial yang dengan mudah diakses saat ini.
Dengan menggunakan media sosial dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap
informasi kesehatan, serta mempromosikan perubahan perilaku yang positif.
Dengan
demikian, media sosial
dapat berkolaborasi dan melengkapi pendidikan kesehatan yang
selama ini masih konvensional. Walaupun banyak media sosial memuat banyak
informasi tentang kesehatan, ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu minat seseorang dan sarana pembelajaran.
4.
Identifikasi Kearifan Lokal
Dengan
intervensi dalam kontkes budaya pasti bersinggungan dengan kearifan atau adat
istiadat setepat. Maka dari itu, penting menggali
kearifan lokal yang dapat berinteraksi dengan program kesehatan, seperti praktik tradisional yang
sudah ada dan dianggap efektif oleh masyarakat. Tentunya sebelum melakukan
Pendidikan Kesehatan harus melakukan analisis mendalam tentang nilai,
kepercayaan, dan praktik budaya yang ada dalam komunitas. Hal ini dapat
dilakukan melalui wawancara, diskusi kelompok fokus, dan survei untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dianggap penting
oleh masyarakat. Tidak hanya itu, jika sudah menganalisis tentu nya
akan lebih mudah dalam menyampaikan Pendidikan Kesehatan.
5.
Kolaborasi Design Intervensi
Membuat
materi pendidikan yang menggunakan bahasa lokal dan mencakup contoh-contoh yang
akrab bagi Masyarakat, agar lebih mudah dipahami oleh Masyarakat dan tidak
ambigu. Misalnya, dalam pendidikan diabetes, menggunakan contoh makanan lokal
dalam pengajaran manajemen diri diabetes. Tidak hanya materi Pendidikan saja
yang sesuai, tentunya harus mengintegrasikan praktik kesehatan tradisional ke
dalam program modern. Dengan berkolaborasi ini pasti akan lebih cepat diterima
dan dipahami oleh Masyarakat. Contohnya adalah
kombinasi senam hamil dengan seni Usik Wiwitan
untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil.
2.3
Tantangan dalam Pendekatan Berbasis
Budaya
1.
Keberagaman Budaya
Setiap
komunitas memiliki keunikan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan yang
sama mungkin tidak efektif di semua tempat.
Misalnya, praktik kesehatan yang diterima di satu
daerah mungkin ditolak
di daerah lain karena perbedaan
nilai dan kepercayaan. Untuk itu,
penting
melakukan analisis atau mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan
Pendidikan Kesehatan.
2.
Adaptasi
Sesuatu
yang diperkenalkan pasti membutuhkan waktu untuk Masyarakat menerima atau
adaptasi dengan program kesehatan agar sesuai dengan norma dan praktik lokal
memerlukan waktu dan usaha yang signifikan, serta pemahaman mendalam tentang
budaya setempat.
3.
Ketidakpercayaan
Terhadap Hal Baru
Untuk
menerima hal baru dari luar pasti nya butuh pemikiran, pertimbangan, serta
kepercayaan. Masyarakat mungkin akan menunjukkan resistensi terhadap intervensi
baru jika dianggap bertentangan
dengan tradisi atau nilai-nilai yang sudah ada. Hal ini sering terjadi dalam
konteks kesehatan mental atau praktik medis modern.
4.
Sumber Daya Manusia
Keterbatasan
tenaga kesehatan yang berlatih dalam memahami dan menerapkan pendekatan berbasis
budaya dapat menghambat pelaksanaan program. Tenaga kesehatan
perlu dilatih untuk berkomunikasi secara efektif dengan
masyarakat dari latar belakang budaya yang berbeda.
3.1
Simpulan
Pendekatan kesehatan
masyarakat yang selaras
dengan konteks budaya
memiliki peran krusial dalam meningkatkan efektivitas layanan
kesehatan di Indonesia. Integrasi antara kearifan
lokal dan sistem kesehatan modern dapat meningkatkan penerimaan dan
partisipasi masyarakat dalam program kesehatan. Pendekatan kesehatan masyarakat
yang sesuai dengan konteks budaya merupakan strategi penting untuk meningkatkan
efektivitas intervensi kesehatan. Dengan memahami dan menghargai nilai-nilai
serta mempraktikkan budaya lokal, program- program kesehatan dapat dirancang
agar lebih relevan dan diterima oleh masyarakat. Hal ini tidak hanya akan
meningkatkan hasil kesehatan tetapi juga memperkuat hubungan antara penyedia
layanan kesehatan dan komunitas.
Meskipun
pendekatan berbasis budaya menawarkan banyak manfaat untuk intervensi
kesehatan, tantangan-tantangan ini harus diatasi untuk mencapai keberhasilan.
Memahami dinamika sosial dan budaya setempat, melibatkan masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan program, serta menyediakan pelatihan
bagi tenaga kesehatan merupakan langkah-
langkah penting untuk mengatasi tantangan ini dan meningkatkan efektivitas
intervensi kesehatan berbasis budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurochmah, S., Rahmawati, D., & Firman, H. (2024).
Integrasi Pengobatan Tradisional dan Modern dalam Komunitas Adat Kampung Naga. Sadewa: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
12(3), 215-230.
Supriyanti, D., Widodo, A., & Putra, I. W. (2024). Tantangan
Integrasi Kearifan Lokal dalam Sistem Kesehatan Modern di Indonesia. Paradigma: Jurnal Kesehatan, 14(2),
45-60.
Widiyastuty, H., Sulistiyani, R., & Prabowo,
E. (2023). Aspek Sosial Budaya
dan Pemanfaatan Layanan
Kesehatan di Puskesmas Entikong. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia, 10(4), 302-315.
I Made, S. T., I, S. N., & I, S. M. (2022). Intervensi
Kebudayaan Lokal melalui Keterlibatan Pecalang dalam Mempengaruhi
PenerapanProtokol Kesehatan CHSE terhadap LoyalitasWisatawan ke Desa Budaya
Kertalangu Denpasar. Jurnal Kajian Bali,
495- 497.
Lulyana, A., & Lina, P. H. (2023). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Berbasis Media Sosial Instagram. Muhammadiyah Journal of Widwifery, 21.
Nurfadhila, Kusrini, S., & Takdir, T. (2023).
Pendidikan Kesehatan Berbasis Budaya padaOrangdengan Diabetes Mellitus: Sebuah
Scoping Review. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2-4.
Buku Lestari, S. (2020). Pendekatan berbasis budaya dalam
kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Sehat.
Artikel Jurnal Pratama, R. & Sari, L. (2019). Pendekatan berbasis budaya dalam
perancangan program kesehatan masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(2), 123- 130.
Sumber Daring Ningsih, F. (2021). Pendekatan berbasis budaya dalam kebijakan kesehatan.
Portal Kesehatan Masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar