Minggu, 20 Januari 2013

REFRAMING ETHICS AND SPIRIT


REFRAMING ETHICS AND SPIRIT


A.   PENGERTIAN ETIKA
Istilah etika dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari  bahasa Yunani yaitu ethos. Yang berarti kebiasaan atau watak. Etika juga berasal dari bahasa Perancis yaitu etiquette yang berarti kebiasaaan, cara bergaul, berperilaku yang baik. Jadi, etika lebih merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan dapat diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang atau suatu organisasi tertentu. Dengan melihat situasi dan cara pandang seseorang dapat menilai apakah etika yang digunakan atau diterapkan itu bersifat baik atau buruk

B.   PRINSIP ETIKA
Dalam sejarah peradaban manusia sejak abad ke-4  sebelum Masehi, para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Dalam hubungan itu, setidaknya ada enam prinsip etika, yaitu:

1.      Prinsip Keindahan (Beauty
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, etika manusia berkaitan atau memperhatikan nilai-nilai keindahan. Itulah sebabnya, seseorang memerlukan penampilan yang serasi dan indah atau enak dipandang dalam berpakaian dan menggunakannya pada waktu yang tepat.

2.      Prinsip Kesamaan (Equality)
Hakikat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara manusia yang satu dan yang lain. Setiap manusia yang lahir di bumi ini pada dasarnya adalah sama atau sederajat. Etika yang dilandasi oleh prinsip persamaan ini dapat menghilangkan perilaku diskriminatif yang membeda-bedakan dalam berbagai aspek interaksi manusia.

3.      Prinsip Kebaikan (Goodness)
Secara umum, kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan pujian. Perkataan baik mengandung sifat seperti persetujuan, pujian, keunggulan, kekaguman, atau ketepatan. Dengan demikian prinsip kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia. Apabila seseorang menginginkan kebaikan dari ilmu pengetahuan, ia akan mengandalkan objektivitas ilmiah, kemanfaatan ilmu, rasionalitas, dan sebagainya. Jika menginginkan kebaikan tatanan sosial yang diperlukan adalah sikap sadar hukum, saling menghormati, perilaku yang baik, dan sebagainya. Jadi, lingkup dari ide atau prinsip kebaikan bersifat universal.

4.      Prinsip Keadilan (Justice)
Keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya. Atau dengan kata lain keadilan adalah menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya.

5.      Prinsip Kebebasan (Liberty)
Secara sederhana, kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidup sendiri serta memiliki hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri, kecuali jika pilihan tindakan tersebut melanggar kebebasan yang sama dari orang lain.

6.      Prinsip Kebenaran (Truth)
Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan kepada masyarakat agar masyarakat merasa yakin akan kebenaran itu. Untuk itu, kita perlu menjembatani antara kebenaran dalam pemikiran  (truth in mind) dan kebenaran dalam kenyataan (truth in reality) atau kebenaran yang terbuktikan. Doktrin etika tidak selalu dapat diterima oleh orang awam apabila kebenaran yang ada di dalamnya belum dapat dibuktikan.

Keenam prinsip etika tersebut menjadi prasyarat dasar bagi pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antar manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan pemerintah, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, serangkaian etika yang disusun sebagai aturan hukum yang mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, dan sebagainya harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.

C.    DIMENSI ETIKA DALAM ORGANISASI
Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi yang secara keseluspiritan akan membentuk budaya organisasi (organizational culture) yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang bersangutan.
Organisasi sebagai sebuah struktur hubungan antar manusia dan antar kelompok tentu saja memiliki nilai-nilai tertentu yang menjadi kode etik atau pola perilaku anggota organisasi yang bersangkutan. Salah satu nilai etika yang secara umum berlaku bagi setiap anggota organisasi adalah “menjaga nama baik organisasi.” Berdasarkan nilai tersebut, setiap anggota organisasi harus mampu bersikap dan berperilaku yang mendukung terjaganya nama baik organisasi.
Internalisasi nilai etika tersebut dalam diri setiap anggota organisasi secara efektif akan membangun moralitas pribadi anggota organisasi yang bersangkutan. Adapun pola perilaku yang ditekankan dalam upaya terjaganya nama baik organisasi, biasanya dituangkan dalam sejumlah aturan mengenai apa yang harus dan terlarang untuk dilakukan oleh setiap anggota organisasi, misalnya setiap anggota organisasi diwajibkan selalu mengenakan simbol-simbol organisasi, baik pakaian, peralatan, hingga  kartu nama; sedangkan larangan yang diberlakukan antara lain berjudi, mabuk-mabukan, meminta tips kepada pelanggan dan sebagainya.
D.   STUDI KASUS
Enron company adalah perusahaan pipa gas terbesar di Amerika, yang kejayaannya lambat laun menurun. Hal tersebut terlihat jelas jika dibandingkan dengan Merck, perusahaan obat-obatan terbesar di Amerika. Merck menjelaskan bahwa inti keberadaannya saat ini adalah karena masyarakat. Oleh karena itu pun, tujuan dari berdirinya perusahaan ini adalah untuk menjaga dan meningkatkan kehidupan manusia, bukan semata untuk mencari keuntungan. Salah satu contohnya adalah pengalaman nyata dari perusahaan Merck. Merck memutuskan untuk mendistribusikan obat-obatan kepada para “river blindness” dan orang-orang miskin yang terjangkit penyakit di 3 negara di dunia tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan apapun.
Dari peristiwa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Merck company selalu melakukan segala hal dengan sepenuh hati, ikhlas, tulus serta dengan semangat yang mereka miliki. Inilah yang menjadikan Merck company menjadi sukses karena ciri khas dan karakter yang perusahaan ini miliki serta adanya semangat yang menyatu di dalamnya.
Sementara Enron company, memang orang-orang yang berada di dalamnya adalah orang-orang yang cerdas, penuh inovasi dan pastinya berkualitas, tetapi mereka bukanlah orang-orang yang bijak dan selalu merasa kurang dan kurang sehingga tidak pernah mensyukuri apa yang telah dicapainya sehingga lambat laun pun keberadaan mereka terkikis dengan sendirinya
Etika dan Spirit dalam sebuah organisasi sangatlah penting untuk dibentuk agar organisasi tersebut mengenal dirinya sendiri dan setelah ia mengenal dirinya sendiri secara otomatis pun masyarakat akan mengetahuinya. Namun, pada kenyataannya banyak sekali organisasi tidak menyadari akan dua hal ini, etika dan spirit.
Herb Kelleher adalah pendiri dari perusahaan penerbangan yang paling ternama dan terbanyak profitnya di Amerika, bahkan banyak sekali perusahaan yang memarjinalisasikan diri dengan Southwest company ini. Tetapi setelah peristiwa 9/11 (runtuhnya gedung World Trade Centre  di Amerika) perusahaan ini bangkrut karena hilangnya kepercayaan masyarakat. Lalu apa yang dilakukan ole Southwest company setelah kejadian yang menimpanya, Herb tetap bangkit dan menciptakan strategi baru yang harus dilakukan dengan  sepenuh hati. Starategi baru itu dilihat Herb dari beberapa aspek yaitu masyarakat, humor, cinta dan karakter. Itulah komponen-komponen atau beberapa aspek pembangun perusahaan penerbangan Southwest.
Kelleher terkenal sebagai orang yang selalu ramah dan humoris bahkan sebagai pendiri perusahaan besar pun ia tidak malu untuk ikut terjun langsung dalam menyajikan makanan dan minuman kepada para penumpang. Bahkan ketika pembukaan jalur penerbangan baru dalam perusahaan penerbangannya. Dalam konferensi persnya ia pun tak ragu untuk mengeluarkan sifat humorisnya dengan menyanyikan salah satu lagu rap.
Kelleher menyatakan bahwa suatu hal terpenting dalam suatu perusahaan adalah kebiasaan (budaya) atau karakter orang-orang yang ada di dalamnya. yang ada di dalamnya, karakter building yang ada di dalamnya. Jadi, jangan tinggalkan itu, tetaplah jaga kebudayaan itu karena hal tersebut itulah yang membentuk bagaimana keberadaan perusahaan itu di masyarakat.
Ada pula cerita tentang Aaron Feuerstein, Presiden perusahaan tekstil Malen Hills di Masachusetts, Amerika. Karena kebakaran yang dialaminya sehingga menghanguskan segala hal yang ada di dalamnya. Ia pun mengalami kerugian besar hingga gaji para pekerja pun harus ditunda pembayarannya hingga 2-3 bulan. Tetapi pada bulan ke-3, para pekerja pun mendapatkan kembali pekerjaan mereka. Mereka pun terharu dan sangat terkejut karena bagaimana bisa dalam waktu sekejap perusahaan itu dapat kembali bekerja lagi. Hal itu dikarenakan sifat kedermawanan dari Feuerstein sehingga banyak kawan-kawan sesama pengussaha yang membantu memberikan sejumlah  uang 7 juta dollar Amerika. Lalu digunakanlah uang itu untuk dikembalikan kepada para pekerja dan masyarakat.
Dari hal-hal tersebut sudah banyak bukti yang terungkap dan nyata bahwa cinta yang diberikan sepenuh hati dalam melayani masyarakat, Southwes Company (perusahaan penerbangan), melayani dan meningkatkan kehidupan masyarakat, Merck Company (perusahaan farmasi/obat-obatan) karakter yang dimiliki perusahaan inilah yang menjadikan perusahaan ini sukses karena spirit dan etika yang mereka tanamkan. Spirit dan etika adalah hal-hal yang sangat terkait satu sama lainnya. Dan hal itu pula yang dijelaskan Solomon (1993) tentang spirit dan etika yang merupakan inti dari suatu kehidupan yang baik, begitu pula dalam organisasi. Solomon menegaskan pentingnya kesinambungan dan stabilitas, kejelasan visi dan konsistensi tujuan, loyalitas perusahaan dan integritas individu. Pandangan filosofi dan tradisi spiritual memberikan banyak kebijaksanaan untuk menuntun kita dalam meraih jalan terbaik untuk kehidupan dan menjalankan bisnis.  Kedudukan  seorang pemimpin sangatlah penting, begitu pula hati dan jiwa pemimpin. Berikut implikasi frame untuk organisasi sebagai komunitas etis dan tanggung jawab moral seorang pemimpin.

E.     Tabel : Reframing Ethics and Spirit
E
Methapor
Organizational Ethics
Leadership Contribution
E.1.
Factory
Excellence
Authorship
E.2.
Family
Caring
Love
E.3.
Jungle
Justice
Power
E.4.
Temple
Faith
Significance

E.   1.  PABRIK: KEUNGGULAN DAN KEPENGARAHAN
Kesan yang paling lama dari organisai adalah sebagai sebuah pabrik yang melakukan proses produksi. Etika sebuah pabrik adalah “keunggulan“ yang menjamin pekerjaan diselesaikan sebaik dan secepat mungkin untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi, salah satu penyebab kekecewaan adalah pengabaian  untuk menyadari bahwa keunggulan membutuhkan komitmen dan otonomi dari semua tingkatan dalam organisasi.
Bagaimana pemimpin berperan dalam pembentukan komitmen Bolman dan Deal (2001, p.106) menegaskan bahwa kepemimpinan adalah pemberian. Kepemimpinan adalah sebuah etika dan pemberian kepada diri sendiri. Untuk menciptakan dan memelihara keunggulan adalah dengan pemberian dan pengarahan bahwa karyawan harus merasa memiliki sehingga dapat memberikan kekuatan penuh. 

  E.2.  KELUARGA : KEPEDULIAN DAN CINTA
Kepedulian, perasaan kasih dan perhatian kepada orang lain adalah tujuan dan niai etis yang harus ada dalam keluarga. Orang tua peduli kepada anaknya. Begitu pula anak peduli kepada orang tuanya. Keluarga dan masyarakat yang peduli memerlukan pemimpin yang memberikan perhatian terbaik kepada anggota dan pelanggannya. Hal ini termasuk tanggung jawab pemimpin  untuk memahami kebutuhan  dan perhatian  anggota masyarakat. Bentuk pemberian bantuan dari pemimpin ini adalah cinta. Cinta memiliki unsur-unsur : kepedulian, tanggung jawab, hormat dan pengetahuan untuk memahami.  
Kepedulian dimulai dari mengenal/ mengetahui, hal itu membutuhkan pendengaran, pengertian, dan penerimaan. Dia berkembang melalui perasaan penghargaan yang mendalam, rasa hormat, dan cinta. Cinta adalah keinginan dan untuk meraih dan membuka hati seseorang. Hati yang terbuka akan mudah menerima kritikan. Menghadapi kritikan membuat kita membuka topeng, bertemu hati ke hati dan selalu hadir untuk orang lain. Kita mengalami perasaan bersatu dan perasaan saling memberi yang membentuk “jiwa kebersamaan”. Kepedulian datang dari seorang pemimpin yang menggunakan etika organisasi : kejujuran, keadilan, menghormati orang lain, berperasaan, memenuhi janji dan integritas. 

  E.3.  HUTAN : KEADILAN DAN KEKUATAN
Gambaran  ketiga, sebuah organisasi adalah bagaikan “hutan rimba” , yang penuh konflik-politik dan pencarian kepentingan diri sendiri. Pada kelompok yang beragam kepentingan dan pandangannya, keadilan menjadi sesuatu yang sulit didefinisikan dan perbedaan pendapat tentang kriteria keadilan tidak dapat dihindarkan.
Kunci yang dapat pemimpin tawarkan adalah kekuatan. Orang yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan lebih mungkin merasakan keadilan daripada orang yang tidak dilibatkan. Pemimpin yang menimbun kekuatan akan mengakibatkan ketidakberdayaan organisasi. Orang yang dikebiri kekuatannya akan mencari cara utuk menyerang balik, seperti sabotase, penarikan diri, atau kemarahan untuk melawan. Memberikan kekuatan akan melepaskan energi untuk penggunaan produktivitas. Jika seseorang memiliki perasaan kemanjuran dan kemampuan mempengaspiriti fikiran mereka, mereka berusaha untuk lebih produktif. Mereka mengatur energi dan kecerdasan mereka untuk memberikan kontibusi, bukan membuat masalah.
Pemberian kekuatan melibatkan orang dalam pekerjaan. Jika pemimpin memegang kekuasaan dengan kuat, berarti dia telah menjalankan pola-pola lama yaitu antagonism (Bolman dan Deal, 2001).
Kepengarahan dan kekuatan berhubungan dengan otonomi, ruang gerak dan kebebasan. Kekuatan adalah kemampuan untuk mempengaspiriti orang lain dan mendapatkaan sesuatu terjadi pada lingkup yang lebih besar. Pengarahan tanpa kekuatan akan asing dan pecah.Kekuatan tanpa pengarahan dapat mengganggu dan menindas.
Pemberian kekuatan adalah penting pada semua level: individu, kelompok dan organisasi. Pada level individu, orang menggunakan kekuatan untuk mempengaspiriti lingkungan kerja dan perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan merekaa. Tempat bekerja yang tradisional masih mencekik pegawainya dengan batasan waktu, peraturan yang kaku/keras dan boss yang otoriter.
Keadilan mempersyaratkan pemimpin mempertinggi kekuatan kelompok subdominan dengan jalan memberikan kesempatan dalam pengambilan keputusan, menciptakan kelompok pendukung internal, membangun keragaman ke dalam sistem informasi dan insentif, dan memperkuat kesempatan berkarir.

         E.4.  KUIL : KEPERCAYAAN DAN PEMAKNAAN
Sebuah organisasi seperti sebuah kuil, dapat disebut sebuah tempat suci, sebuah ekspresi aspirasi manusia, sebuah monumen untuk kepercayaan manusia. Sebuah kuil adalah tempat berkumpul sekelompok orang dengan tradisi, nilai-nilai dan keyakinan. Anggota-anggota masyarakat  mungkin berbeda dalam berbagai hal seperti umur, latar belakang, status ekonomi, dan minat individu, tetapi mereka diikat oleh  kepercayaan dan komitmen spiritual satu sama lain. Dalam kerja organisasi, kepercayaan diperkuat jika anggota merasakan organisasi ditandai oleh keunggulan, kepedulian dan keadilan. Para anggota harus merasakan bahwa organisasi sedang mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai.
Kuil memerlukan pemimpin spiritual. Pemimpin spiritual membantu menemukan makna dan keyakinan dalam kerja dan membantu mereka dalam menjawab pertanyataan-pertanyaan fundamental : siapakah aku?, siapakah kita, apakah tujuan hidup kita?, prinsip etika apa yang harus diikuti?, warisan apa yang akan kita tinggalkan?. Pemimpin spiritual menawarkan pemberian pemaknaan, berdasarkan pada keyakinan bahwa bekerja adalah usaha yang bermanfaat dan lembaga berhak mendapatkan  komitmen dan loyalitas.
Pemaknaan dibangun melalui penggunaan bentuk simbol dan ekspresi perasaan seperti ritual, upacara, gambar/lambang, musik dan cerita. Organisasi tanpa simbol kehidupan akan kosong dan hampa. Upacara khusus menjadi penting dalam membangun pemaknaan kehidupan bersama. Ritual membantu kita menghadapi  dan memahami goncangan, keberhasilan dan misteri hidup sehari-hari.Upacara dan ritual membantu kita mengalami keyakinan yang menghubungkan sebuah komunitas bersama.
“Sebuah komunitas harus menjadi lebih dari sekedar perkumpulan pasukan, bercerita tentang kisah-kisah, dan mengingat masa lalu. Komunitas harus berakar pada nilai-nilai luhur, nilai-nilai ini memancar dari pengangkatan pemimpin mereka sendiri”. (Griffin, 1993 p.178). Kembali pada sebuah ilustrasi perayaan yang menggambarkan orang-orang bersama dan menghubungkannya dengan sebuah makna pekerjaan. Musik menangkap dan mengungkapkan arti kehidupan yang lebih mendalam.  Ketika seseorang bernyanyi atau menari bersama, mereka mengikat satu sama lain dan menghubungkan pengalaman emosional. Harry Quadraccy,  CEO dari perusahaan Quadgraphics mengajak para pegawainya berkumpul setiap tahun.  Kelompok paduan suara menyanyikan lagu-lagu tahunan. Quadraccy sendiri menyuarakan filosofi perusahaan dalam sebuah nyanyian.
Max De Pree, mengatakan bahwa kesetiaan lebih penting dari kesuksesan, sebuah organisasi harus memiliki Tujuan ‘yang menyelamatkan’ dengan memperhatikan moral. Kita perlu memahami bahwa memperkaya potensi-spiritual- lebih penting dari pada memperkaya tujuan-tujuan  (material) kita (1989,p 69). Para pemimpin memiliki tanggung jawab dalam memupuk kepercayaan mereka dan menimbulkan kembali kepercayaan pada mereka yang telah kehilangan keyakinannya.